Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktifitas ekonomi merupakan salah satu bentuk upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi umat islam
untuk menjalankan perekonomiannya harus berlandaskan pada alQuran dan sunnah. Al-quran diyakini sebagai petunjuk yang
kebenarannya bersifat muthlak , sementara sunnah berfungsi
sebagai penjelas dari kandungan al-Quran.
Pada prinsipnya semua bentuk aktifitas ekonomi dapat
dibenarkan oleh al-Quran dan sunnah selama aktifitas tersebut
mendatangkan manfaat kemashlahatan. Akan tetapi suatu usaha
atau

kegiatan

yang

dilakukan

manusia

membawa

dampak

merugikan bagi orang lain maka kegiatan seperti ini sangat


dilarang , seperti monopoli dagang, perjudian, dan riba.
Pada makalah ini akan dibahas materi tentang ancaman
bagi pemakan riba , yang merupakan salah satu bentuk aktifitas
ekonomi yang dilarang dan dikategorikan kepada penyimpangan
ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Ayat yang menjelaskan Tentang Ancaman Bagi Pemakan
Riba ?
2. Bagaimana penafsiran ayat Tentang Ancaman Bagi Pemakan
Riba itu?
3. Bagaimana Asbabun Nuzul Ayat yang menjelaskan Tentang
Ancaman Bagi Pemakan Riba?
4. Apa munasabah ayat tersebut dengan ayat sebelumnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ayat yang menjelaskan tentang ancaman
bagi pemakan riba
2. Untuk memehami penafsiran tentang ayat yang berkaitan
dengan ancaman bagi pemakan riba
3. Untuk
mengetahui
bagaimanakah

kaitan

ayat

yang

menjelaskan ancaman riba tersebut dengan ayat sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat tentang ancaman bagi pemakan riba
Ancaman Allah bagi pemakan riba dapat dilihat dalam alquran surat Al-Baqarah ayat 275:

Artinya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orangorang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.

B. Tafsir al-mufradat ( penjelasan kosa kata )

: Riba secara
bahasa berarti tambahan , secara istilah setiap
tambahan /kelibihan yang dipungut oleh orang yang
mempiutangi terhadap orang yang berhutang
sebagai pngimbang/ imbalan dari limit yang
ditetapkan .

:Maksudnya yaitu pukulan


yang menggoyangkan seperti onta menghantamkan
kakinya ke tanah . kalimat ini digunakan bagi orang
yang melakukan tindakan hukum (tasaruf) pada
sesuatu dan dia tidak punya pedoman.

: Pengertiannya sama dengan


kalimat al-junun (tertutup). Asalnya kalimat ini
digunakan untuk sesuatu yang disentuh dengan
tangan, seolah-olah syaitan menyentuh manusia yang
mengakibatkan mereka sempoyongan dan menjadi
tidak sadar (gila)

: Pengertiannya pelajaran yang


berisikan peringatan tentang kebaikan yang dapat
menyentuh dan menyadarkan hati seseorang.

Sama
artinya
dengan
kalimat madha dan taqaddama (masa lampau dan
masa terdahulu ) . Maksudnya adalah bagi orang-orang
yang telah menghentikan praktek-praktek riba, maka
sesungguhnya Allah Swt akan memaafkan dan
menghapuskan dosa masa lalu sebelum diturunkan
ayat yang mengharamkan riba.

C. Al-Idhah ( keterangan )
Maksud dari kata al-aklu (memakan) pada penggalan ayat
alladzina yakuluna riba ( orang-orang yang memakan riba)
maksudnya adalah mengambil dan melakukan tindakan hukum
secara mutlak. Dikemukakan kalimat ini sebab tujuan utama dari
pemanfaatan harta adalah memakan, sementara bentuk-bentuk
lain mengikut. Pengertian yang terkandung dalam ayat ini adalah

siapa saja yang melakukan tindakan hukum dalam hal ekonomi


tidak mengindahkan kebenaran berarti ia telah memakannya dan
menghancurkannya.
Kemudian kalimat la yaqumuna illa kama yaqumulldzi
yatakhabbatuhu syaitan min al-massu. Yang artinya tidaklah
mereka berdiri melainkan seperti berdirinya orang-orang yang
kerasukan syetan). Pada ayat ini allah menyamakan orang yang
memakan riba dengan orang-orang yang kesurupan, adalah suatu
ungkapan yang sangat halus, yaitu Allah memasukan riba ke
dalam perut mereka sehingga mereka menjadi sempoyongan.
Itulah

tanda-tanda

mereka

nanti

pada

hari

kiamat

yang

mengakibatkan semua orang akan mengenal mereka. Selanjutnya


digambarkan oleh Allah bagaimana komentar dari orang-orang
yang menentang hukum islam
Selanjutnya
kalimat
innama

baiu

mitslu

riba

(sesungguhnya jual beli sama dengan riba ) . Penyamaaan disini


disampaikan secara halus yang dinamakan dengan dengan
tasybih maklub (persamaan terbalik), sebab musyabah bihnya
(tempat penyerupaan) . maksud penyerupaan di sini adalah samasama menyerupakan hukum halal antara riba dan jual beli . akan
tetapi mereka juga sangat berlebihan dalam keyakinan mereka,
bahwa riba itu dijadikannya sebagai asal (pokok) dan hukumnya
halal, sehingga dipersamakannya dengan jual beli.
D. Asbabun Nuzul
Surat Al Baqarah yang 286 ayat itu turun di Madinah yang sebahagian besar
diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada
Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat
Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di
antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang
(ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah
penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67
sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya.

Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum


yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat alif-laam-miim
karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.
E. Munasabah ( hubungan ayat 275 dengan ayat 274 )
Dalam surat Al-baqarah ayat 274 dikatakan bahwa Orangorang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi
dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Sedangkan dalam surat Al-baqarah ayat 275 dikatakan Orang-orang yang
makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Maksudnya yaitu
keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ancaman bagi pemakan riba
adalah:
1. Orang yng mengambil riba merupakan penghuni neraka dan
kekal didalam yang dijelaskan dalam (Q.S al-baqarah:275).
2. Meninggalkan (sisa) riba dinilai sebagai bukti keimanan
seseorang dijelaskan dalam (Q.S al-baqarah:278)
3. Orang yang tetap mengambil riba diindikasikan sebagai
orang kaffaran atsima dijelaskan dalam ( orang yang tetap
dalam kekufuran dan selalu berbuat dosa).
4. Orang yang tetap mengambil riba diancam akan diperangi
oleh allah da rasul-Nya yang dijelaskan dalam (Q.S albaqarah:279).
5. Dosa teringan memakan riba adalah seperti berzina dengan
ibu sendiri, dan lebih berat dari berzina dengan 36 orang
pelacur dijelaskan dalam hadist Riwayat Ahmad dan athThabari.
5

B. SARAN
Dari penafsiran ayat yang menjelaskan mengenai ancaman
bagi

orang

yang

memakan

riba

maka

disarankan

kepada

pembaca, agar tidak mempraktekkan riba ini bagaimanapun


keadaannya baik itu sedikit atau banyak ,karenna sudah jelas riba
itu dilarang dengan tahapan yang sama dengan pengharaman
arak. Dan riba itu adalah perbuatan dosa besar , oleh karena itu
seluruh

umat

islam

wajib

untuk

meninggalkannya,

menjauhinya dengan cara bertaqwa kepada Allah.

serta

Anda mungkin juga menyukai