Anda di halaman 1dari 5

Riba adalah suatu hal yang sangat-sangat dilarang oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Karena kegiatan Riba ada hal yang merugikan bagi pelakunya, selain bisa menyusahkan
seseorang tapi juga bisa menyusahkan diri di akhirat kelak, karena perbuatan Riba
masuk kedalam dosa yang besar.

Pada kesempatan Khutbah jumat singkat ini akan membahas tentang bagaimana praktik
Riba, serta dosa yang diakibatkannya.
Dilansir Ayomalang.com dari ngaji.id berikut ini adalah naskah khutbah jumat
singkat dengan tema : Praktik Riba.

Khutbah Jumat Pertama


Muamalah
‫ِإَّن اْلَحْمَد ِلَّلِه َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه َو َنُعْو ُذ‬
‫ َم ْن َيْهِدِه‬،‫ِباللِه ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ َو َأْش َهُد َأْن اَل‬،‫اللُه َفاَل ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم دًا‬،‫ِإَلَه ِإاَّل اللُه َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬
‫ُهَّم ا َبْعُد‬‫ُه؛َأ‬
‫ُد‬
‫ْب‬‫َعُل‬
‫َع ْبُد ُهَو َرُسْو‬

Sidang Jumat yang saya muliakan,


Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akhirat
mereka. Salah satu urusan dari sekian banyak urusan manusia yang diatur oleh Islam
dengan sebaik-baik pengaturan, karena memang Islam datang untuk kemaslahatan bagi
umat manusia di dunia dan akhirat mereka, adalah masalah muamalah; hubungan di
antara manusia.

Hubungan di antara manusia ini begitu banyak. Dan semuanya lengkap diatur oleh
Islam. Karena memang Islam agama yang sempurna yang Allah turunkan kepada Nabi dan
RasulNya yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam demi kemaslahatan umat manusia di
dunia dan akhirat mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan dalam kitab-Nya yang
mulia,

‫اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَنُك ْم َو َأْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتي َو َر ِض يُت َلُك ُم اِإْل ْساَل َم ِد يًنا‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-
Ma’idah[5]: 3)

Persaksian Kaum MusyrikinBahkan orang-orang musyrikin menjadi saksi tentang


kesempurnaan Islam. Bahwa Nabi yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah
mengajarkan kepada umatnya segala sesuatu. Walaupun mereka tidak beriman, mereka
menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, mereka tidak mempercayai atau
ingkar terhadap kitabullah dan hari akhir.

Di dalam Shahih Muslim dari jalan Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu. Orang-orang
musyrikin bertanya kepada para sahabat, “Apakah Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan segala sesuatu sampai masalah buang hajat?”
Lalu para sahabat yang diwakili oleh Salman menjawab, “ ‫( ”َأَج ْل‬Betul).
Ini persaksian besar dari kaum musyrikin yang mengetahui bahwa beliau Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam telah mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Telah mengajarkan
tentang urusan dunia dan akhirat kita. Sampai buang hajat pun diajarkan oleh Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau
untuk seluruh umat manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
..‫َو َم ا َأْر َس ْلَناَك ِإاَّل َك اَّفًة ِللَّناِس‬

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya..” (QS.
Saba’[34]: 28)
Islam yang KaffahDan Islam adalah agama yang sempurna yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Oleh
karena itu, Allah Tabaraka wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk masuk ke dalam
ajaran Islam secara kaffah;
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اْدُخ ُلوا ِفي الِّس ْلِم َك اَّفًة‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan,”
(QS. Al-Baqarah[2]: 208)

Maka wajib bagi kita masuk ke dalam ajaran Islam. Aqidahnya, keyakinannya adalah
keyakinan Islam. Ibadahnya adalah ibadah Islam. Muamalahnya adalah muamalah Islam.
Serta adab dan akhlak Islam. Seluruh perjalanan kehidupan kita di dunia sampai
akhirat adalah dengan cara-cara dan ketentuan Rabbul ‘Alamin yang telah diatur
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sidang Jumat yang dimuliakan,

Salah satu yang diatur oleh Islam dalam masalah muamalah adalah jual beli atau
perdagangan. Islam memiliki sistem perekonomian yang sangat baik sekali. Karena
Islam memang datang untuk kemaslahatan manusia. Sistem perekonomian yang diatur
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala semuanya adalah maslahat, kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat.

Dan semuanya akan menghasilkan keuntungan dan kebahagiaan bagi manusia, di dunia
dan akhirat mereka. Karena memang tidak ada kebahagiaan bagi manusia, di dunia dan
akhirat mereka, kecuali dengan Islam. Dan tidak ada kebahagiaan bagi kaum muslimin,
kecuali mereka mengikuti peraturan syariat Rabbul ‘Alamin yang telah diatur dalam
Al-Qur’an dan sunnah Nabi yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Jual Beli yang TerlarangIslam mendasari perekonomiannya dengan sesuatu yang halal
dan jauh dari segala bentuk kezaliman. Oleh karena itu, Islam melarang jual-beli/
perdagangan dengan cara:

1. Riba’
Riba’ adalah suatu sistem perekonomian yang sangat zalim sekali

2. Judi
Islam melarang segala bentuk perdagangan/ jual beli dengan cara perjudian dan
dengan segala cabangnya. Karena riba dan perjudian mempunyai cabang yang begitu
banyak.

3. Tipuan
Islam melarang jual beli atau perdagangan dengan cara tipuan atau menipu dengan
segala cabangnya.

4. Gharar
Islam melarang jual beli/ perdagangan dengan cara gharar, tipuan dzat barangnya.
Atau dengan bahasa keseharian kita yaitu membeli kucing dalam karung. Berarti
Islam, dalam transaksi jual beli harus jujur. Tidak ada tipuan. Dan dzat barang
yang dijual pun harus sesuai dengan apa yang dikatakan.

5. Unsur Paksaan
Islam melarang sistem jual beli/ perdagangan dengan cara pemaksaan atau adanya
unsur pemaksaan. Karena itu harus disyaratkan dengan saling ridha satu dengan yang
lain dan sesuai dengan syariat Rabbul ‘Alamin. Berapa banyak orang yang saling
melakukan riba antara satu dengan yang lain dan mereka saling ridha. Keridhaan
mereka tentu tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pengertian Riba’Sidang Jum’at yang saya muliakan.

Salah satu sistem perekonomian yang dilarang oleh Islam dan sangat keras
pelarangannya adalah riba’. Arti riba secara bahasa adalah az ziyadah, tambahan.
Apa yang dimaksud dengan riba? Yang dengannya turun ayat-ayat Al-Qur’an yang
melarang perbuatan riba, mengancam orang yang melakukan riba. Siksa yang sangat
besar di dunia dan akhirat. Yang akan diterima oleh orang-orang yang memberlakukan
riba, mempraktekkan dan menyebarkan riba, bahkan segala yang berkaitan dengan riba
maka dia terancam.

Sebagaimana Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam telah melaknat pemakan riba,


orang yang memberi makan riba, kedua orang saksinya, dan juru tulisnya. Mereka
semua sama, sama-sama berdosa. Al Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari jalan
Jabir bin ‘Abdillah. Beliau mengatakan,

‫ آِكَل الِّر َبا َوُم وِكَلُه َو َكاِتَبُه َو َشاِهَدْيِه َو َقاَل ُهْم َسَو اٌء‬-‫صلى الله عليه وسلم‬- ‫َلَعَن َر ُسوُل الَّلِه‬.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat pemakan riba (rentenir),
penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua
saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.”
(HR. Muslim, no. 1598) [1]

Riba di Zaman JahiliyyahDan Rabbuna di dalam Al-Qur’an berfirman,


‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫َٰذ‬ ‫َٰط‬ ‫۟ا‬
‫ٱَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم ٱَّلِذ ى َيَتَخَّبُطُه ٱلَّش ْي ُن ِم َن ٱْلَم ِّس ۚ ِلَك ِبَأَّنُهْم َقاُلٓو ِإَّنَم ا ٱْلَبْيُع ِم ْثُل ٱلِّر َبٰو ۗ َو َأَح َّل ٱلَّلُه ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم‬
‫ۚ ٱلِّر َبٰو ۟ا‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah[2]: 275)

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada kita orang-orang
mu’min,
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا الَّلَه َو َذ ُروا َم ا َبِقَي ِم َن الِّر َبا ِإْن ُكْنُتْم ُم ْؤ ِمِنيَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah[2]: 278)

Apa yang dimaksud dengan riba? Riba apa yang dipraktekkan oleh orang-orang
jahiliyyah pada zaman turunnya wahyu ketika Nabi yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam berdakwah? Para ulama menjelaskan, riba sesuai dengan arti bahasa yaitu az
ziyadah (setiap tambahan).

Orang-orang jahiliyyah, riba yang mereka praktekkan adalah seperti berikut; Apabila
ada seseorang itu berhutang kepada kawannya dan kawannya memberi piutang kepadanya,
dalam tempo tertentu. Misalnya satu atau dua bulan, atau satu tahun. Apabila jatuh
tempo waktunya dan orang yang berhutang belum mampu membayar, maka yang memberi
piutang akan berkata kepadanya, “Aku beri tempo waktu lagi, tetapi dengan
memberikan ziyadah (tambahan).” Atau dengan bahasa keseharian kita yaitu ada
bunganya.

Berarti riba yang dimaksud di dalam Al-Qur’an yaitu riba nasiah. Riba dalam hutang-
piutang atau pinjam-meminjam. Setiap pinjaman yang ada kelebihannya, dengan syarat
ada kelebihannya, berapapun besar maka dia itulah riba yang diharamkan dalam Al-
Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu Wassalam. Yang diharamkan oleh Islam.

Setelah kita mengetahui bahwa arti riba yang dipraktekkan oleh orang-orang
jahiliyyah dalam masalah hutang-piutang, setiap hutang ada kelebihan/ bunganya.
Maka apa perbedaannya dengan bank-bank yang ada di zaman ini?
‫َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َو اْسَتْغ ِفُر اللَه ِلي َو َلُك ْم‬

Khutbah Jumat KeduaHutang-Piutang ‫اْلَحْم ُد لَّلِه َحْم ًدا َك ِثيًر ا َطِّيًبا‬


‫معلىنبيرحمةوعلى‬
‫سلام على نبي‬ ‫توالسال‬ ‫ىوالصال‬
‫لات وال‬ ‫ىوالص‬
‫َض‬
‫َض‬ ‫َيْر‬
‫ْر‬ ‫َو‬
‫َوَي‬‫ُّبَنا‬
‫ُّب‬
‫َن‬ ‫ُّبُّب‬
‫َراَر‬ ‫ِحَم اُيِح‬
‫ُي‬ ‫َكًكاا‬
‫َمِفيِهَك‬ ‫ِهاَر‬
‫ِفُمَب‬
‫ًك ي‬
‫َرا‬
‫َب‬
‫ا‬
‫ُم‬
‫آلهوأصحابهومنتبعهمإلىيومدينو بعد‬
‫آله وأص حابه ومن تبعهم إلى يوم‬

Di dalam Islam ada satu pelajaran yang sangat mulia, yaitu membantu orang yang
sedang kesusahan. Salah satu caranya adalah dengan meminjamkan uang kepadanya. Maka
dalam Islam, urusan pinjam-meminjam/ hutang-piutang adalah urusan murni sosial
100%. Tidak ada embel-embelnya, pamrih, ataupun bunganya. Hutang 100 bayar 100,
hutang 1.000 bayar 1.000, hutang satu juta bayar satu juta.

Sedangkan yang dimaksud dengan riba’ adalah adanya ketentuan syarat. Hutang 100
bunganya 10 rupiah, hutang 1.000 bunganya 100, sekian persen dan seterusya. Ini
adalah riba 100%. Maka bank-bank yang ada di dunia saat ini yang mempraktikkan
seperti ini, maka tidak syak lagi bahwa ini adalah praktek riba yang pernah
dikerjakan oleh orang-orang jahiliyyah ketika turunnya wahyu Al-Qur’an, ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah kepada mereka.

Sistem perekonomian yang seperti inilah yang kemudian dikembangkan di dunia saat
ini oleh orang-orang yahudi terutama. Karena orang pertama yang mengembangkan riba
adalah orang-orang yahudi.

Praktik Riba’Kalau Antum menyimpan uang di bank, maka Antum akan mendapat bunga
sekian persen. Bahkan kita berlomba-lomba untuk menarik bunga dari bank sebanyak-
banyaknya. Dan bank itu pun berlomba-lomba antara yang satu dengan yang lainnya,
untuk memberikan bunga yang lebih banyak dan lebih banyak lagi. Ini adalah riba
murni.

Kalau kita ambil bunganya, berarti kita makan riba dan terkena ayat yang mulia ini.
Dan terlaknat berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena
itu, menyimpan uang di bank dengan mengambil bunganya, berarti kita memakan riba.
Kalau tidak memakan bunganya, berarti kita telah membantu kelangsungan praktek riba
jahiliyyah. Sedangkan kita tidak boleh membantu suatu perbuatan maksiat.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,
‫۟ا‬
‫َو اَل َتَع اَو ُنو َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُع ْد َٰو ِن‬
“dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-
Ma’idah[5]: 2)
Bank-bank konvensional yang ada saat ini, para ulama kita telah berijma’,
mengatakan bahwa ini adalah bank-bank ribawiyah yang diharamkan di dalam Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka hendaklah kaum muslimin
berjual-beli/ berdagang untuk menegakkan sistem perekonomiannya yang sesuai dengan
syariat Rabbul ‘Aalamin.

Jangan dia mengikuti cara-cara orang kafir dalam menegakkan sistem perekonomian
mereka. Karena tegaknya sistem perekonomian mereka dengan riba, perjudian,
penipuan, gharar, atau unsur pemaksaan sehingga terjerat semuanya. Karena itu
mereka menguasai perekonomian.

Andaikata kaum muslimin memisahkan diri dari mereka, sistemnya sesuai dengan
syariat Allah Tabaraka wa Ta’ala, maka pasti perekonomian mereka tidak seperti
sekarang ini.
Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini bermanfaat bagi khotib dan jama’ah.

‫حياءمنهمواالمواتربنآ ءاتنا في‬


‫ات الاحياء منهم‬ ‫اللهماغفرللمؤمنينولمؤمناتوالمسلمينوالمسلماتاال‬
‫اللهم اغفر للمؤمنين ولمؤمنات والمسلمين والمسلم‬
‫خرةحسنةوقناأذابالناروالحمد لّله رب العالمين‬
‫لآخرة حسنة وقنا أذاب‬‫الدنياحسنةوفياآل‬
‫ الدنيا حسنة وفي ا‬. (**)

Anda mungkin juga menyukai