Anda di halaman 1dari 14

RIBA

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah
Fiqih Muamalah

:Disusun Oleh
Izzatun Nafis (20120040)
Lu’luatul Hasanah (20111031)
Mays. Fithryyah Nasr (20111032)

:Dosen Pengampu
Amirah Ahmad,Lc.,M.E.,Sy

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat
menuliskan makalah ini dalam pembahasan Riba. Makalah ini memuat pendahuluan,
pembahasan, penutup dan daftar pustaka. Disajikan dalam bahasa yang sederhana, mudah
.dipahami dan pembahasan bab demi bab tidak terlalu panjang tetapi juga tidak terlalu ringkas

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Fiqih Muamalah I. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Amirah Ahmad selaku dosen yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis. Penulis sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan
mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan agar menjadi
.perbaikan dimakalah selanjutnya

Mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam cetakan dan kutipan yang kurang berkenan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
.Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin

Pekan baru, 25 Januari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

A. LatarBelakang..............................................................................................................................1
B. RumusanMasalah........................................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................2

A. Pengertian Riba, dasar hukum Riba dan jenis-jenis Riba.............................................................2


B. Praktek Riba di masyarakat zaman sekarang...............................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................................7

A. Kesimpulan..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah berkembang
sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya masalah-masalah ekonomi
yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi bangsa arab terhadap jual beli maupun
pinjam-meminjam barang dan jasa. Sehingga sudah mendarah daging, bangsa arab
memberikan pinjaman kepada seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal
yang di berikan kepada peminjam akibatnya banyaknya orang lupa akan larangan riba.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang adanya riba.
Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara bertahap. Allah SWT
melaknat hamba-hambanya bagi yang melakukan perbuatan riba. Perlu adanya pemahaman
yang luas, agar tidak terjerumus dalam Riba. Karena Riba menyebabkan tidak terwujudnya
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dan pengertian tentang Riba?
2. Bagaimana dasar hukum Riba dan jenis-jenis Riba?
3. Bagaimana praktek Riba di masyarakat zaman sekarang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Riba
2. Untuk mengetahui dasar hukum dan jenis-jenis Riba
3. Untuk mengetahui praktek Riba di masyarakat zaman sekarang
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Riba

Pengertian riba secara etimologiberasal dari bahasaarabyaitu dari kata riba


yarbu,rabwan yang berarti az-ziyadah (tambahan) atau al-fadl(kelebihan).Sebagaimana
pula yang disampaikan didalam Alqur’an:yaitu pertumbuhan, peningkatan, bertambah,
meningkat, menjadi besar, dan besar selain itu juga digunakan dalam pengertian bukti
kecil.Pengertian riba secara umum berarti meningkat baik menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya.
Sedangkan menurutistilah teknis, ribaadalah pengambilan tambahan dari harta
pokokatau modal secara batil. Ribaadalah memakan harta orang lain tanpa jerih payah
dan kemungkinan mendapat resiko, mendapatkan harta bukan sebagai imbalan kerja atau
jasa, menjilat orang – orang kaya dengan mengorbankan kaum miskin, dan mengabaikan
aspek prikemanusiaan demi menghasilkan materi.
Dalam kaitanya dengan pengertian al-batil , Ibnu Al- Arabi Al- Maliki dalam
kitabnya Ahkam Al-quran menjelaskan pengertian riba secara bahasa adalah tambahan,
namun yang dimaksud riba dalam ayat qur’aniyaitu setiap penambahanyang diambil tanpa
adanya transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syari’ah.
Melakukan kegiatanekonomiadalah merupakan tabiat manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki, dan
dengan rizki ia dapat melangsungkan kehidupanya.Bagi orang islam, Al-qur’an
adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang berkebenaran absolut.
Sunnah Rasulullah saw.Berfungsi menjelaskan kandungan Al-qur’an.Terdapat
banyakayat Al-qur’an dan hadist nabiyang merangsang manusia untuk rajin
bekerja kegiatanekonomi termasuk didalamnya dan mencela orang menjadi
pemalas. Tetapi tidak setiap kegiatan itu punya watakyang merugikan banyak
orang dan menguntungkan sebagian kecil orang, seperti monopoli dagang,calo,
perjudian, dan riba, pasti akan di tolak.1
Para ulama’ fiqh membicarakan riba dalam fiqh mu’amalat.Untuk
menjelaskan pengertian riba dan hukumnya, para ulama’ membuat rumusan riba,

Muh.Zuhri,RibaDalamAlqur’anDanMasalahPerbankan(SebuahTilikanAntisipatif), 1
(Jakarta:PTRajaGrafindoPersada,1997),hal1
dan dari rumusan itu kegiatan ekonomi diidentifikasikan, dapat dimasukan
kedalam kategoriribaatau tidak. Dalam menetapkan hukum, para ulama’ biasanya
mengambil langkah yang dalam usul fiqh dikenal dengan ta’lil(mencariillat).
Hukum suatu keadaan lain yang disebut oleh nas apabila samaillanya.
Kegiatan ekonomi dari masa ke masa mengalami perkembangan.Yang dulu
tidak ada, atau sebaliknya.Dimasa rasulullah tidakada uang kertas, kiniada.Dulu
lembagapemodal seperti bank tidak dikenal, kini ada. Persoalan baru dalam fiqh
mu’amalah muncul ketika pengertian riba sebagaimana diterangkan dimuka
dihadapkankepada persoalan bank. Disatu pihak, bunga bank terperangkap dalam
kriteria riba, tetapi disisi lain, bank mempunyai fungsi sosial yang besar bahkan,
dapat dikatakan, tanpa bank Negaraakan hancur.
Mengapa Al-Qur’an danSunnah mengharamkan praktik riba ?

Bagaimana para fuqaha awal memahami dan menafsirkan masalah ini dalam
prespektif mereka.Lalu berdasarkan semua sumber itu, bagaimana pula kalangan
terpelajar muslim modern melihat dan merumuskan masalah ini.Pertanyaan ini
akan dicoba dijawab pertama-tama dengan mengupas pengharaman riba dalam al-
Qur’an,Sunnah, dan Hukum Islam (fiqh), dengan focus utama identifikasi
karakterteristik riba sebagaimana diharamkan dalam al-Qur’an.

1. Dasar hukum tentang riba

A. Al-Qur’an

Orang-orangyang memakan riba itu tidak dapat berdiri melainkan


sebagaimana berdirinya orangyang dirasuki setan dengan terbuyung-buyung
karena sentuhanya. Yang
2
demikian itu karena mereka mengatakan:
“perdaganagan itu sama saja dengan riba”. Padahal Allah telah menghalalkan
perdagangan dan mengharamkan riba. Oleh karena itu,barang siapa telah
sampai kepadanya peringatan dari tuhanya lalu ia berhenti (dari memakan riba)
maka baginya yang telah lalu, dan barang siapa mengulangi lagi memakan riba
maka itu ahaki mereka akan kekal.

MuhammadSafi’i Antonio,BankSyari’ah,(JakartaInsanipress2001),hal 48-492


Didalamnya dijelaskan dalam Al-Qur'an surat ar-Rum ayat 39:

ٰ ‫اس فَاَل يَ ۡرب ُۡوا ِع ۡن َد هّٰللا ۚ‌ِ َو َم ۤا ٰات َۡيتُمۡ ِّم ۡن‬
َ‫زَكو ٍة تُ ِر ۡيد ُۡون‬ ۟ ۤ
ِ َّ‫َو َما ٰات َۡيتُمۡ ِّم ۡن رِّ بًا لِّيَ ۡربُ َوا فِ ۡۤى اَمۡ َوا ِل الن‬

َ ‫ولٓ ِٕٮ‬
ۡ ‫ك هُ ُم ۡال ُم‬
َ‫ض ِعفُ ۡون‬ ٰ ُ ‫َو ۡجهَ هّٰللا ِ فَا‬

Artinya:

Dan sesuatu Riba (tambahan)yangkamu berikan agar Dia bertambah


pada harta manusia, Maka Riba itu tidakmenambah pada sisiAllah.
Danapayangkamuberikanberupazakatyangkamu maksudkanuntuk
mencapaikeridhaanAllah,Maka(yangberbuat demikian)Itulah orang-
orang yang melipat gandakan(pahalanya).

ۡ‫ض َعفَةً‌ ۖ َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُكم‬ ۡ َ‫ـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا اَل ت َۡا ُكلُوا الرِّ ٰبٓوا‚ ا‬
ٰ ‫ض َعافًا ُّم‬

َ‫تُ ۡفلِح ُۡو ۚن‬


Arinya:
Haiorang-orangyang beriman,janganlahkamumemakanRiba dengan
berlipat ganda dan bertakwalahkamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.

B. Hadist

Dari Jabir ra, Rosulullah SAW mencela penerima dan pembayar


bunga, orang yang mencatat, begitu pula yang menyaksikan. 3Beliau
bersabda, “mereka semua sama-sama dalam dosa “(HR. Muslim,
Tirmidzi dan Ahmad).

Dari Abu said al-khudri, Rosulullah SAW bersabda,"jangan melebih-lebihkan satu


dengan yang lainnya, jangan menjual perak dengan perak kecuali keduanya setara, dan
jangan melebih-lebihkan satu dengan lainnya dan jangan menjual sesuatu yang tidak tampak.
(HR. Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ahmad). Dari Ubada Bin Sami Ra,
Rasulullah saw bersabda “Emas untuk emas, perak untuk perak, gandung untuk
gandum. Barang siapa yang membayar lebih atau menerima lebih dia telah berbuat riba,
pemberi dan penerima sama saja (dalam dosa)“ (HR.Muslim dan Ahamad). Emas dengan
emas, perak dengn perak, bur dengan bur, gandum dengan gandum, kurma dengan

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Deskripsi dan Ilustrasi) 3
(Yogyakarta:Ekonisia,2003)hal12 -13
kurma, garam dengan garam, dengan ukuran yang sebanding secara tunai. Apabila
kelompok ini berbeda beda (ukuranya), maka juallah sesuka kalian, apabila tunai (HR.
Imam Muslim dan Ubdah bin Shamit). Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah saw
telah membagi makan di antara mereka dengan pembagian yang berbeda. Yang satu
melebihi lain. Kemudian Sa’id berkata, “Kami selalu (mengambil cara dengan) saling
melebihkan di antara kami”. Kemudian Rasulullah saw melarang kami untuk saling
memperjual belikanya selain dengan timbangan (berat) yang sama, tidak melebihkan
(HR Ahmad). Dari jabir, Rasulullah saw bersabda, “Hendaknya seonggok makanan
tersebut tidak dijual dengan seonggok makanan, dan (hendaknya) tidak dijual
seonggok makanan dengan timbangan makanan yang telah di tentukan (HR.
Nasa’i). dari Ubaidah Bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabada, “Emas
dengan emas,biji dan zatnya harus sebanding timbanganya. Perak dengan perak, biji
dan zatnyaharus sebading timbanganya, garam dengan garam, kurma dengan kurma,
bur dengan bur, syair dengan syair, sama dan sepadan. Maka siapa saja yang
menambah atau minta tamabahan, maka dia telah melakukan riba” (HR. Imam Nasa’i).
Dari Abu Said Al- Khudri Ra dan Abu Hurairah Ra, bahwasanya seorang yang
bekerja untuk Rasulullah saw di khaibar, membawakan Rasulullah janib (kurma dengan
kualitas istimewa). Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Apakah buah kurma di khaibar
memeliki kwalitas ini semua?” orang itu menjawab, “Tidak, demi Allah ya Rasulullah
(seraya menjelaskan) mereka menjual satu sha’ untuk di tukar dengan dua atau tiga
sha’ dengan kwalitas seperti ini”. Maka Rasulullah bersabda “Jangan lakukan itu,
jual satu sha’ kurma (yang kwalitasnya lebih rendah) dengan harga satu dirham dan
gunakan hasil penjualan itu untuk membeli janib yang lain “(HR.Bukhori,muslim, dan
Nasa’i). Dari Abu Aa’id Ra katanya: pada suatu ketika Bilal datang kepada
Rasulullah saw membawa kurma bumi, lalu Rasulullah saw bertanya kepadanya:
“Kurma siapa ini”, jawab bilal ”Kurma kita rendah mutunya, karena itu kutukar dua
gantung dengan satu gantung kurma ini untuk makan Nabi saw”. maka Rasulullah saw
bersabda, ”inilah disebut riba jangan sekali kali engkau lakukan lagi. Apabila engkau
ingin membeli kurma (yang bagus), jual lebih dahulu kurmamu (yang kurang bagus itu,
kemudian dengan uang penjualan itu kurma yang lebih bagus. (HR. Muslim dan Ahmad).
B.Jenis jenis riba

Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah


riba utang piutang dan riba jual-beli.4
Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan jahiliyah. Adapun
kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi
menjadi ribafadhl dan riba nasiah.
1) Riba Qordh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
beruntung (muqtaridh).
2) Riba Jahiliyah
Utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu
membayar utangnya pada waktu yang di tetapkan. Riba jahiliyah dilarang karena
kaedah “kullu qardin jarra manfa ab fabuwa” (setiap pinjaman yang mengambil
manfaat adalah riba). Dari segi penundaan waktu penyerahanya, riba jahiliyah tergolong
riba nasiah, dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadhl,”
3) Riba Fadhl
Riba fadhl disebut juga riba buyu. yaitu riba yang timbul akibat pertukaran
barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi
mistlin), sama kwantitasnya (sawa-anbisawa-in) dan sama waktu penyerahanya (yadan bi
yadin). Pertukaran seperti ini mengandung ghoror yaitu ketidakjelasan bagi kedua pihak
akan nilai masing barang yang dipertukarkan. Ketidakjelasan ini dapat
menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak dan pihak-pihak
yang lain.
4) Riba Nasiah
Riba nasiah juga disebut riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang
piutang yang tidak memenuhi criteria untung muncul bersama resiko (al ghunmu
bil ghumi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (kharaj bi dhaman). Transaksi
semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban hanya karena
berjalanya waktu. Riba nasiah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.

Ibidhal15 -164
C.Praktek riba di masyarakat zaman sekarang

Ditengah kehidupan masyarakatdiera modernisasi, kehidupan manusia terus berjalan


menyesuaikan zaman dan kemajuan teknologi semakin pesat. Dalam kondisi ini
mempengaruhi gaya hidup manusia dalam segala aspek kehidupan, seperti halnya dalam
bermaksiat. Maka dari itu, kita sudah sepantasnya mengenali kondisi dan fenomena yang
terjadi di kehidupan manusia modernisasi agar bisa mengambil hal yang positif dan
menghindari hal-hal yang buruk serta tidak mudah terpengaruh oleh para penjajanya.
Di antara bentuk kemaksiatan yang mengalami modernisasi pola adalah praktik
riba.Riba ini biang kehancuran ekonomi umat.Sudah banyak orang yang memodifikasi riba
sedemikian rupa, sampai ada yang mempercayai riba sebagai “pilar utama” perekonomian
umat manusia. Riba sendiri dalam bahasa Indonesia mempunyai arti bertambah, tambahan,
subur. Seluruh fuqaha’ sepakat bahwa hukum riba di dalam al-qur’an dan hadist ialah haram.
Larangan riba ini bukan hanya Islam saja yang melarang, tetapi agama lain pun memandang
serius persoalan riba. Kajian tentang riba ini sudah berlangsung selama kurang lebih 2000
tahun silam.Masalah riba sudah menjadi bahasan dikalangan Yahudi, Yunani, dan Romawi.
System riba yang bertumpu pada pertumbuhan mata uang yang tidak disertai dengan
perputaran barang dan jasa, di zaman sekarang diimani dan ditetapkan diseluruh penjuru
dunia.Oleh sebab itu, tidak heran lagi perekonomian dunia semakin rapuh dan kejam.Yang
kuat memakan yang lemah, sehingga si lemah menjadi semakin lemah.
Dengan kita berbuat riba, berarti kita sudah berbuat dzalim kepada pihak lain. Untuk
itu perlu untuk menumbuhkan rasa waspada akan praktik riba yang mengalami modernisai
ini, agar kita tidak berbuat dzalim kepada pihak lain sehingga tidak merasa menganiaya dan
pihak lain tidak merasa teraniaya. Dan tidak terperdaya dengan sebutan dan berbagai
propaganda manisnya.

PRAKTIK PERTAMA : KREDIT SEGITIGA


Praktik riba berupa piutang yang mendatangkan keuntungan sering kita jumpai dalam
kemasan jual beli walaupun sebenarnya jual beli yang terjadi hanya sebagai kamuflase
belaka.Di antara kamuflase riba yang terjadi di zaman sekarang dalam bentuk jual beli ialah
bentuk pengkreditan.Di masa lalu hanya dikenal kredit dua pihak yaitu antara penjual dengan
pembeli saja.Namun pada masa modernisasi ini, system transaksi ini telah mengalami
perubahan, dimana kredit pada masa sekarang umumnya melibatkan tiga pihak yaitu pemilik
uang, pembeli dan lembaga pembiayaan atau pihak pembiayaan.Kredit model seperti ini
disebut dengan kredit segitiga.
Pihak pertama sebagai pemilik barang menegaskan bahwa dirinya telah menjual
barang kepada pihak kedua, sebagai pemilik uang dengan pembayaran tunai.Kemudian pihak
kedua menjual kembali barang tersebut kepada pihak ketiga dengan pembayaran diangsur,
dantentunya dengan harga jual yang lebih tinggi dari harga jual pertama.Sekilas ini hanyalah
transaksi jual beli biasa, namun sebenarnya tidak demikian. Sebagai buktinya :
Barang tidak berpindah kepemilikan dari penjual pertama, barang juga tidak
berpindah tempat dari penjual pertama, segala tuntutan yang berkaitan dengan cacatnya
barang penjual kedua tidak bertanggung jawab, akan tetapi penjual pertama yang
bertanggung jawab, sering kali pembeli kedua telah membayar uang muka terlebih dahulu
kepada penjual pertama.
Pembahasan diatas membuktikan bahwa pembeli pertama, yaitu pemilik uang
hanyalah memiutangkan sejumlah uang kepada pihak ketiga.Kemudian dari piutangnya ini,
pihak pertama mendapatkan keuntungan.
Padahal jauh-jauh hari Rasulullah saw. melarang praktik semacam ini, sebagaimana
yang telah disebutkan dalam sebuah hadist:
َ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ( َم ْن ا ْبتَا َع طَ َعا ًما فَالَ يَبِ ْعهُ َحتَّى يَ ْقب‬
‫ضهُ) قَا َل‬ َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا‬
ِ ‫س َر‬ٍ ‫َع ِن ا ْب ِن َعبَّا‬
‫ َوَأخ ِسبُ ُك َّل َش ْي ٍء بِ َم ْن ِزلَ ِة الطَّ َع ِام‬: ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫س َر‬ ٍ ‫ابْنُ َعبَّا‬
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ditinjau dari berbagai penjelasan yang kami paparkan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang
dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara bathil. Macam-macam riba yaitu: Riba Yad, Riba Jahiliyah,
Riba Qardhi, Riba Fadli, dan Riba Nasi’ah.

Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional. Faktor-


faktor yang melatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu: Nafsu dunia
kepada harta benda, serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang
telah Allah SWT berikan, imannya lemah, serta selalu ingin menambah harta dengan
berbagai cara termasuk riba.

Allah SWT secara tegas melarang riba yang terdapat di dalam Al Qur’an di
antaranya pada:
ü QS. ar-Rum (30) : 39, QS.
ü an-Nisa' (4) : 160-161, QS.
ü Ali Imran (3) : 130, dan
ü Qs. Al-Baqarah (2) : 278-280.
1. Macam-macam riba ada 4, yaitu :
a. Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).
b. Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi).
c. Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).
d. Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atau harga
yang dinaikan karena pembayaran tertunda.
Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan ekonomi
dan membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan individual.
Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi ekonomi) seperti
resesi, depresi, inflasi dan pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.(2010). Riba. (online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Riba. [19


November 2014].
Amin Isfandiar, Ali. (2014). Ayat Ekonomi tentang Riba (Riba dan Zakat). (online).
Tersedia: http://iecourse.blogspot.com/2014/02/qs-ar-rum-30-39.html. [19
November 2014].
Amin Isfandiar, Ali. (2014). Ayat Ekonomi tentang Riba (Riba sebelum Islam).
(online). Tersedia: http://iecourse.blogspot.com/2014/02/qs-nisa-4-160- 161.html.
[19 November 2014].
Amin Isfandiar, Ali. (2014). Ayat Ekonomi tentang Riba (Riba Jahiliyah).
http://iecourse.blogspot.com/2014/02/qs-ali-imran-3-130.html. [19 November 2014].
Anderta, Rio. (2014). Riba : Hukum Riba, Macam-macam Riba dan Bahaya Riba.
(online). Tersedia: http://mata-air-ilmu-pusat
kecemerlangan.blogspot.com/2013/05/riba-hukum- macam-bahaya.html. [25 November
2014].
Mu’adhom. dkk. (2012). RIBA. (online). Tersedia:
http://albarkasi.blogspot.com/2012/12/riba.html. [25 November 2014].
Yusuf Al Qaradhawi. Haruskah Hidup dengan Riba. Mesir: Darul Ma'arif, 1991,
hml.60.
Prof. DR Muhammad Abu Zahrah. Beberapa Pembahasan Mengenai Riba. Teluk
Betung: Zaid Suhaili.
Chaudhry, Dr.Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Kencana
Prenada Media Group, 2012.

Anda mungkin juga menyukai