Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ULUMUL QUR'AN

JADAL DALAM AL-QUR'AN

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah ulumul qur'an

: Oleh
Deah Salsabila (20111024) – Semester II A
Farehan Hasan Salim (20111027) – Semester II A
Imroatusolikha (20111030) – Semester II A
Lu'luatul Hasanah (20111031) – Semester II A

: Dosen Pengampu
Dra. Hj. Nur Izzah, MA

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
.1441 H/ 2021 M

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil 'alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dimana kami masih
diberi nikmat kesehatan, taufik dan hidayah, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Sholawat beserta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
.SAW, sahabat serta keluarganya yang membawa umat manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT

Penulis menyadari bahwa makalah Ulumul Qur'an ini masih banyak terdapat kekurangan dari
segala aspek. Oleh karenanya, kami sangat membutuhkan masukan dan arahan agar kami dapat
.membenahi pada makalah selanjutnya

Dan kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Dra, Hj. Nur Izzah, MA yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dan kepada pihak yang telah memberikan
.sumbangsi pemikirannya, semoga Allah SWT selalu memberkahi kita semua, aamin

Tangerang Selatan, Januari 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
? Apa pengertian Jadal dalam Al-Qur'an .1

? Apa sajakah jenis-jenis Jadal dalam Al-Qur'an .2

? Apa urgensi mempelajari Jadal dalam Al-Qur'an .3

Bagaimanakah Jadal sebagai sarana dakwah dan pendidikan (tarbiyah) .4

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian Jadal dalam Al-Qur'an .1

Untuk mengetahui jenis-jenis Jadal dalam Al-Qur'an .2

Untuk mengetahui urgensi mempelajari Jadal dalam Al-Qur'an .3

Untuk mengetahui fungsi Jadal sebagai sarana dakwah dan pendidikan (tarbiyah) .4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jadal Dalam Al-Qur'an

B. Jenis-Jenis Jadal Dalam Al-Qur'an

C. Urgensi Mempelajari Jadal Dalam Al-Qur'an

D. Jadal Sebagai Sarana Dakwah Dan Pendidikan

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berselisih faham atau berbeda pendapat biasanya menimbulkan perdebatan. Dalam perdebatan
biasanya orang-orang yang berbeda pendapat akan bertengkar dan saling menyerang dengan kata-kata
untuk mengajukan alasan atau argumen masing-masing. Kemahiran berdebat juga menunjukkan
sampai sejauh mana tingkat pemahaman atau pemikiran seseorang, karena dalam proses berdebat
sudah pasti peranan ketajaman otak seseorang tidak bisa diremehkan. Tetapi hal tersebut tidak selalu
menjadi ukuran, apabila suatu perdebatan untuk tujuan mencari kebenaran atau menguji sebuah
kebenaran yang telah diumumkan maupun yang akan diumumkan. Dalam hal ini ketajaman otak
seseorang bisa saja memanipulasi sebuah kebenaran menjadi kebenaran baru yang tidak benar atau
.palsu

Sebagai agama fitrah, islam sesuai dengan fitrah (watak dasar) manusia yang membedakannya
dari watak malaikat dan makhluk-makhluk lainnya. Perdebatan termasuk tanya jawab maupun
bantahan, boleh dilakukan jika didasarkan pada pendapat yang jernih dan pemikiran yang independen
.serta niat keniscayaan yang mesti dilakukan oleh manusia sebagai pengemban amanat

Dalam Al-Qur'an masih terdapat berbagai kalimat yang belum dipahami maknanya oleh sebagian
besar umat islam, diantaranya makna kata Jadal. Berdasarkan penelitian penulis dalam Mu'jam
Mufahras Li Al-Fazhil Qur'anil Karim dituliskan bahwa kata "Jadal" muncul sebanyak 29 kali, yakni
terdapat pada 16 surat dalam 27 ayat dalam Al-Qur'an. Yaitu pada surat an-Nisa, Hud, al-An'am, al-
Baqoroh, al-A'raf, al-Anfal, ar-Rad, an-Nahl, al-Kahfi, al-Hajj, al-Ankabut, Luqman, Ghafir, asy-
.Syura, az-Zukhruf, al-Mujadalah

B. Rumusan Masalah

? Apa pengertian Jadal dalam Al-Qur'an .1

? Apa sajakah jenis-jenis Jadal dalam Al-Qur'an .2

? Apa urgensi mempelajari Jadal dalam Al-Qur'an .3

? Bagaimanakah Jadal sebagai sarana dakwah dan pendidikan (tarbiyah) .4

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian Jadal dalam Al-Qur'an .1

Untuk mengetahui jenis-jenis Jadal dalam Al-Qur'an .2

Untuk mengetahui urgensi mempelajari Jadal dalam Al-Qur'an .3

Untuk mengetahui fungsi Jadal sebagai sarana dakwah dan pendidikan (tarbiyah) .4

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jaddal dalam Al-Qur'an
Jadal atau jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk
mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari kata-kata “Jadaltu habl” yakni “ahkamtu fatlahu” (aku
kokohkan jalinan tali itu), mengingat kedua belah pihak yang berdebat mengokohkan pendapatnya
.masing-masing dan berusaha menjatuhan lawan dari pendirian yang dipeganginya
Allah menyatakan dalam Al-Qur'an bahwa Jadal merupakan salah satu tabiat manusia
Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak mendebat”. (Al-Kahf: 54), yakni paling banyak “
.bermusuhan dan bersaing
Rosululloh juga diperintahkan agar berdebat dengan kaum musyrik dengan cara yang baik yang
.dapat meredakan keberingasan mereka
Sedangkan dalam literatur disebutkan bahwa Jadal atau Jidal adalah bertukar pikiran untuk
mengalahkan lawan, sehingga masing-masing orang yang berdebat itu bermaksud merubah pendirian
lawan yang semula dipegangnya. Allah SWT membolehkan juga berdiskusi dengan ahli kitab dengan
cara yang baik. Diskusi yang demikian bertujuan untuk menampakkan kebenaran sejati dan
menegakkan prioritas atas validitasnya. Itulah esensi metode Jadal Al-Qur'an dalam memberi
petunjuk kepada orang kafir dan mengalahkan para penentang Al-Qur'an. Ini berbeda dengan
perdebatan orang yang memperturutkan emosi dan hawa nafsu, yang mana perdebatannya hanya
.merupakan persaingan yang salah
Istilah yang dapat dipandang sebagai pandangan daripada istilah jadal adalah al Munazharah, al
Muhawarah, al Munaqasyah dan al Mubahatsah.Istilah-istilah tersebut dapat dipandang sepadan,
sebab pada dasarnya mengacu pada tujuan yang sama yakni untuk menjelaskan dan kejelasan suatu
permasalahan. Hanya saja jadal lebih menekankan kemenangan, dan pada saat yang sama kekalahan
bagi pihak lawan debat. Munazharah merupakan kegiatan dimana dua orang saling mengemukakan
pemikiran, masing-masing bertujuan membenarkan pemikirannya serta menyalahkan pemikiran lawan
(debat)nya dengan jalan saling mencoba menguji pembuktian dalam upaya mencari atau menampakan
kebenaran. Adapun Muhawarah mengacu pada pembicaraan dimana di dalamnya ada dialog atau
tanya jawab dengan sopan yang bertujuan hampir sama saja dengan jadal. Tentang Munaqasyah dan
.Mubahatsah hampir sama saja
Sedangkan jadal sebagai sebuah ilmu yang dipelajari dan diterapkan, bersumber pada filsafat Yunani.
Menurut al-Syarqani, jadal sebagai sebuah ilmu (ilmu jadal) diawali oleh paham dialektika yang
dicetuskan oleh Heraklitos, kemudian dikembangkan oleh Sokrates, Plato dan Aristoteles dengan
nama ilmu logika. Pemikiran para filsof Yunani ini kemudian mempengaruhi pemikiran serta inspirasi
.bagi umat Islam untuk menyusun ilmu jadal yang lebih sesuai dengan ajaran Islam
1

B. Jenis-Jenis Jaddal dalam Al-Qur'an

Hasan Al-Syarqani, Al-Jadal Fi Al-Qur’an, (Iskandariyah: Al-Ma’rifat, t.t.) h. 31 1

2
Jaddal terpuji .1
Jadal terpuji adalah Jadal yang bertujuan untuk memperlihatkan dan menunjukkan kebenaran
.dan dilakukan dengan cara yang benar
Dalam Jaddal terpuji ini akan dituliskan ayat-ayatyang berkaitan dengan kata Jaddal tapi
tidak bersifat bertentangan ataupun berselisih paham, seperti anjuran untuk berdebat yang baik
dan perbuatan membela diri pada hari kemudian, sebaimana yang terdapat pada surat an-Nahl
: ayat 111 125

َ‫س َّما َع ِملَ ۡت َوهُمۡ اَل ي ُۡظلَ ُم ۡون‬ ٰ


ٍ ‫يَ ۡو َم ت َۡاتِ ۡى ُكلُّ ن َۡف‬
ٍ ‫س تُ َجا ِد ُل ع َۡن نَّ ۡف ِسهَا َوتُ َوفّى ُكلُّ ن َۡف‬
Ingatlah suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap- "
tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya
.2" (dirugikan)

َ‫ض َّل ع َۡن َسبِ ۡيلِ ٖ‌ه َوهُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ ۡال ُم ۡهتَ ِد ۡين‬
َ ‫ع اِ ٰلى َسبِ ۡي ِل َربِّكَ ِب ۡال ِح ۡك َم ِ‚ة َو ۡال َم ۡو ِعظَ ِة ۡال َح َسنَ ِ‌ة َو َجا ِد ۡلهُمۡ بِالَّتِ ۡى ِه َى اَ ۡح َسنُ‌ؕ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ َم ۡن‬
ُ ‫اُ ۡد‬
Seluruh (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan "
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
." mendapat petunjuk
3

Jaddal Tercela .2
Adapun Jaddal yang tercela ini adalah kebalikan dari Jaddal yang terpuji yaitu ayat-ayatnya yang
berisikan tentang Jaddal yang bersifat bantahan yang berujung kepada hal-hal yang tidak disukai
bahkan dimurkai oleh Allah SWT. Jadal ini tidak bertujuan demikian serta tidak mendatangkan
.kebenaran dan dilakukan dengan cara yang benar

Pada surat as-Syura ayat 35 Jadalnya sama dengan penjelasan tentang keadaan orang yang suka
: membantah ayat-ayat Allah SWT

ٰ
ٍ ‫َّويَ ۡعلَ َم الَّ ِذ ۡينَ يُ َجا ِدلُ ۡونَ فِ ۡۤى ا ٰيتِنَا ؕ َما لَهُمۡ ِّم ۡن َّم ِح ۡي‬
‫ص‬
Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat (kekuasaan) kami mengetahui bahwa "
." mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan keluar (dari siksaan)
4

Pada surat al-Hajj ayat 3 dan 8 juga membahas tentang hal yang sama yaitu mendebat ayat-ayat
: Allah tanpa ilmu

.Dewan penterjemah, al-Hikmah: Al-Qur'an dan Terjemahnya, 280 2


.Dewan penterjemah, al-Hikmah: Al-Qur'an dan Terjemahnya, 281 3
.Dewan penterjemah, al-Hikmah: AL-Qur'an dan Terjemahnya, 487 4

3
‫اس َم ۡن يُّ َجا ِد ُل فِى هّٰللا ِ بِغ َۡي ِر ِع ۡل ٍم َّويَـتَّبِ ُع ُك َّل ش َۡي ٰط ٍن َّم ِر ۡي ٍد‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
Diantara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan "
5
" mengikuti setiap setan yang jahat

...
Dan diantara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu "
6
." pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya

: Begitu pula pada surat Lukman ayat 20, yakni masih tentang mendebat ayat-ayat tanpa ilmu

‫اس َم ۡن ي َُّجا ِد ُل فِى هّٰللا ِ بِغ َۡي ِر ِع ۡل ٍم َّواَل‬


ِ َّ‫ض َواَ ۡسبَ َغ َعلَ ۡي ُكمۡ نِ َع َمهٗ ظَا ِه َرةً َّوبَا ِطنَةً‌ؕ َو ِمنَ الن‬ ‫اۡل‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫اَلَمۡ ت ََر ۡوا اَ َّن َ َس َّخ َر لَ ُكمۡ َّما فِى السَّمٰ ٰو‬
ِ ‫ت َو َما فِى ا َ ۡر‬
‫ب ُّمنِ ۡي ٍر‬ ٍ ‫هُدًى َّواَل ِك ٰت‬
Tidakkah kamu memperhatikan sesungguhnya Allah telah menunudukkan untuk "
(kepentinganmu) apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu
nikmat-Nya lahir dan batin, dan diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaaan) Allah
7
." tanpa ilu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan

: Dan terakhir pada surah al-Zukhruf ayat 58


...
Dan mereka berkata: " anakah yang lebih baik tuhan-tuhan Kami atau Dia (Isa)?" mereka tidak “
memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya
.”mereka adalah kaum yang suka bertengkar

Dari ayat-ayat tentang Jadal yang telah dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu Jadal terpuji dan
tercela, maka ayat yang dibahas pada surat an-Nisa ayat 107 dan 109 termasuk dalam Jadal yang
tercela karena perdebatan yang dilakukan pada ayat ini adalah membela orang yang berkhianat.
Karena dikatakan tercela sebab orang yang berdebat dalam hal membela perbuatan khianat dan orang
.yang dibela sama-sama melakukan perbuatan dosa yang dimurkai oleh Allah SWT

.Dewan penterjemah, al-Hikmah: Al-Qur'an dan Terjemahnya, 332 5


.Dewan penterjemah, al-Hikmah: Al-Qur'an dan Terjemahnya, 333 6
.Dewan penterjemah, al-Hikmah: Al-Qur'an dan Terjemahnya, 413 7

4
C. Urgensi Mempelajari Jadal dalam Al-Qur'an
Dalam pendidikan islam .1
a. Al-Hikmah
Dalam bahasa arab Al-Hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan, dan. Al-Hikmah
.berarti mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang
kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan yang
mendalam kepada para siswa sehingga "teacher oriented" akan berubah menjadi "student oriented".
Guru yang bijaksana kan selalu memberikan peluangdan kesempatan kepada siswanya agar selalu
.berkembang
Dalam kesempatan yang lain An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud Al-Hikmah
adalah tanda atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qoth'i) sehingga bermanfaat bagi
keyakinan. Maka tampak dengan jelas sebenarnya yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan
hikmah yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dan menggunakan alasan (dalil) dan
argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta didik memiliki keyakinan dan
kemantapan dalam menerima materi pelajaran. Materi pelajaran yang bermanfaat dan berharga bagi
.dirinya, merasa memperoleh ilmu tersesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang

b. Mau'idzoh Hasanah
Mau'idzoh hasanah terdiri dari dua kat "Al-Mau'idzoh" dan "Hasanah". Al-Mau'idzoh dalam
tinjauan etimologi berarti pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah artinya baik.
Ibnu katsir menafsiri Al-Mau'idzoh hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah
.dan menjauhi larangan, sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat Allah SWT
c. Mujadalah
Kata "mujadalah" berasal dari kata "jadala", yang artinya percekcokan dan perdebatan.
Mujadalah dalam dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagi kata
"amelioratif" berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiah yang baik
dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya
.diserahkan kepada Allah SWT
Metode mujadalah menekankan pada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para
siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar
dan ilmiah dalam stiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motifator, stimulator,
fasilitator, atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke "student center" yang menekankan
aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual dissferences) bukan
.""teacher center

5
Dalam konseling islam .2
Serulah (manusia) kepada jalan-jaln Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan "
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
.mendapat petunjuk". (an-Nahl ayat 125)
Ayat diatas menjelaskan tentang teori atau metode dalam membimbing, mengarahkan dan mendidik
untuk menuju kepada perbaikan, perubahan dan pengembangan yang lebih positif dan
: 8 membahagiakan. Teori-teori itu adalah sebagai berikut

a. Teori Al-Hikmah
Al-Hikmah" dengan bentuk jamak "Al-Hikam" bermakna kebijaksanaan, ilmu dengan ilmu "
.pengetahuan, fisafat, kenabian,keadilan dan Al-Qur'an Al-Karim
Dengan demikian teori Al-Hikmah ialah sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk
memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan
mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat
menyelesaikan atau mengatasi berbagai masalah secara mandiri. Proses aplikasi konseling dengan
teori ini semata-mata dapat dilakukan konselor dengan pertolongan Alloh secara langsung atau melalui
.utusannya, yaitu Allah mengutus malaikat, dimana ia hadir dalam jika konselor atas izin-Nya

b. Teori Al-Mau'idzoh Al-Hasanah


Yang dimaksud "Al-Mau'idzoh Al-Hasanah" ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah
dan rosul-rosulnya; yang mana pelajaran itu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau
menanggulangi [roblem yang sedang dihadapinya. Konselor dalam hal ini harus benar-benar
.menguasai materi-materi yang mengandung pelajaran yang sangat bermanfaat bagi klien
Materi Al-Mau'idzoh Al-Hasanah dapat diambil dari sumber-sumber pokok ajaran islam maupun
dari para pakar selama tidak bertentangan dengan norma-norma islam tersebut. Sumber-sumbe
: rtersebut adalah sebagai berikut
Al-Qur'an Al-Karim ).1
As-Sunnah (perilaku Rosululloh SAW) ).2
Al-Atsar (perilaku para sahabat nabi) ).3
Pendapat atau ijtihad para ulama muslim ).4

.Hamdani Bakran Adz-dzaky, konseling psikoterapi islam, (Yogyakarta: Al Manar, 2008), 1908

6
c. Teori Mujadalah
Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang
dalam kebingungan, teori ini bisa digunakan ketika seorang klien ingin mencari kebenaran yang dapat
meyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan dalam mengambil suatu keputusan
dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa yang kedua tau lebih itu baik dan benar untuk
dirinya. Padahal dalam pandangan konselor hal itu dapat membahyakan perkembangan jiwanya, akal
.fikirannya, emosionalnya, dan limgkungannya
: Prinsip-prinsip dan kesabaran dan khas teori ini adalah sebagai berikut
Adanya kesabaran yang tinggi dari konselor ).1
Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik ).2
Saling menghormati dan menghargai ).3
Bukan bertujuan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari kebenaran ).4
Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang ).5
Tutur kata dan bahasa yang mudah difahami dan halus ).6
.Tidak menyinggung perasaan klien ).7
Menggunakan dalil-dalil Al-Qur'an san As-Sunnah dengan tepat dan jelas ).8
.Ketauladanan yang sejati ).9
Artinya apa yang koselor lakukan pada saat konseling telah benar-benar diaplikasikan dan
.Dialami konselor
Firmannya : "amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
.Kamu kerjakan

Setelah menjelaskan bagaimana Al-Qur'an memberikan aturan-aturan dalam perdebatan yang


diperbolehkan, perlukita ketahui urgensi dari Jadal dalam Al-Qur'an. Mengapa Al-Qur'an itu
? membantah argumen-argumen orang-orang kafir dan musyrik
: Diantaranya adalah

Dikarenakan al-Qur’an turun ditengah bangsa Arab dan menggunakan bahasa mereka .1
maka al-Qur’an berargumen sebagaimana argumen-argumen mereka sehingga mereka jelas
atas persoalan-persoalan yang dibicarakan. Allah Swt berfirman dalam surat Ibrohim ayat
:4
Artinya: “kami tidak mengutus seorang Rasulpun, kecuali dengan bahsa
”kaumnya supaya ia dapat memberikan penjelsan dengan terang kepada mereka
2. Fitroh manusia yang suci akan selalu menerima hal-hal yang pasti dan rasional
sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan angan-angan yang tiada
batas.

7
3. Mengindari dari kata-kata yang rumit dan membutuhkan rincian merupakan hal yang
dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata yang membutuhkan penjelasan
panjang lebar merupakan sebuah kerumitan yang sulit dipahami oleh orang0orang
umum, maka apabila seseorang mampu menggunakan argumen yang tepat dan tidak
rumit akan menang dalam berargumen. Begitulah Allah Swt memberikan bantaan-
bantahan yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun.9

D. Jadal Sebagai Sarana Dakwah dan Pendidikan (Tarbiyah)


Memahami jadal al Quran, dapat berarti mempermudah jalan dalam menghampiri
dan menangkap pemahaman yang benar, yang pernah terjadi dan tertera dalam al Quran,
baik diantara Allah dengan malaikat atau dengan Nabi, atau dikalangan para Nabi dengan
kaumnya, dikalangan orang orang shalih mulia, atau antar perorangan dikalangan bani
Adam dalam berbagai suasana dan kondisi. Bila demikian, maka dapat berarti jadal al
Quran berperan kuat dalam penafsiran al Quran.
Dengan memahami jadal al Quran, dapat juga dipahami bahwa al Quran sungguh
sugguh tidak menghendaki adanya “debat kusir”, debat yang kosong dari nilai manfaat dan
kebenaran. al Quran hanya mengehndaki jadal yang “mamduh” (wajaadilhum bi allati hiya
ahsan dan wa laa tujadiluu bi al bathil). Dengan memhami jadal al Quran dengan lebih
mudah pula dapat dipahami hakekat kebenaran yang lebih haqiqi dari hal hal yang menjadi
objek jadal al Quran tidak sama dengan manthiq yunani (logica hellenica).
Adapun konteks kependidikan, pengaruh jadal dapat dipahami dalam kerangka
pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia. Atau dalam kerangka mebuat manusia
menjadi makhluk yang memiliki budaya yang tinggi, yang selaras dengan citra
penciptaannya yang paling bagus fii ahsani taqwim (Q.s al Tin : 4), dan dalam kapasitas
yang multi dimensi, yakni secara thabiiyah merupakan “psycho and physical entity”, yang
punya nurani, rasio, raga dan rasa secara bersamaan, pendidikan memerlukan kiat dan
metode untuk dapat mencapai tujuannya.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia dirumuskan sebagai berikut :
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-alqur-an 9

8
dan bertaqwa terhadap tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggng jawab.10
Dari sekian banyak metode yang dikenal selama ini, khususnya dalam melayani sisi
manusia yang rasional dan emossional, kiay diskusi, Tanya jawab, bantah membantah,
dialog, seminar, polemic dan semacamnya, yang dalam kerangka al Quran dapat dipahami
sebagai jadal masih menempati posisi strategis, dan karenanya masih tetap relevan dan
efektif, khususnya jadal yang mamduh. Jadal dalam al Quran seperti yang terjadi antara
Ibrahim dengan Allah (Q.s al Baqoroh : 560) atau antara Ibrahim dengan kaumnya (Q.s al
Anbiya : 51-71), (Q.s al syu’ara : 69-82) adalah merupakan contoh yang baik sekali dalam
peristiwa dialogis yang dimaksudkan sebagai metode mancari dan embawa peserta didik
kepada pencapaian kebenaran. bahkan secara lebih rinci dapat dipahami dialog dialog jadal
dalam al Quran banyak sekali, diantaranya yang bersifat dan mengarah pada model dialog
deduktif, diaman deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang amat bermanfaat
dalam dunia pendidikan.11
Jadal juga dapat berfungsi sebagai arena pengujian kemampuan dalam skalnya
yang lebih tehnis, disini keilmiahan dan keilmuan seseorang yang terlibat akan bisa terlihat
dan bisa dibandingkan dengan yang lainnya. Seseorang akan diakui sebagai ilmuan yang
terdidik bila ia mampu melakukan dialog atau debat yang mamduh dalam bidangnya
dengan ilmuan terdidik lainnya.12

Undang undang Nomor 20 Tahun 2003, sistem pendidikan nasional, (semarang: aneka ilmu, 2003) 10
HM Arifin, teori teori pendidikan berdasarkan al Quran, (Jakarta : bineka cipta, 1990) 11
Hasan asari, jurnal ulum al Quran, No: 1 Vol. V, 1994, Jakarta 12

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadal al-Qur`ân ialah pengungkapan bukti-bukti dan dalil-dalil dengan tujuan untuk
mengalahkan orang kafir dan para penantang sekaligus untuk menegakkan aqidah dan
syari’ah, melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima oleh nurani manusia.
Jadal, ada yang mamduh dan ada pula yang mazdmum, dengan landasan dan contohnya
masing-masing di dalam al-Qur`ân. Urgensi dari Jadal al-Qur`ân antara lain untuk
menetapkan aqidah tentang wujud dan wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syari’ah
bagi yang membutuhkan. Menjelaskan permasalahan secara argumantatif bagi kalangan
yang memang sungguh-sungguh ingin mendapat kejelasan. Serta untuk mematahkan
pembangkangan para penentang dengan pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan
memahaminya dapat membantu menghampiri kebenaran kandungan, khususnya ayat-ayat
yang bermuatan Jadal, yang pernah terjadi di antara berbagai kalangan yang terekam di
dalam al-Qur`ân. Dengan memahami Jadalal-Qur`ân, akan lebih memudahkan dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur`ân. Bagi pendidikan, jelas Jadal memiliki pengaruh kuat.
Sebab, di samping manusia sebagai makhluk yang thabi’iyah, juga rational dan
emossional sekaligus. Sehingga dengan Jadal manusia akan lebih mudah dapat diarahkan
untuk mencapai tujuan Pendidikan; mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, membina manusia yang beriman dan bertaqwa
serta berakhlak mulia.

10
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Al-Syarqani, Al-Jadal Fi Al-Qur’an, (Iskandariyah: Al-Ma’rifat, t.t.) h. 31
Hamdani Bakran Adz-dzaky, konseling psikoterapi islam, (Yogyakarta: Al Manar, 2008), 190.
http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-alqur'an
Undang undang Nomor 20 Tahun 2003, sistem pendidikan nasional, (semarang: aneka ilmu,
2003)
HM Arifin, teori teori pendidikan berdasarkan al Quran, (Jakarta : bineka cipta, 1990)
Hasan asari, jurnal ulum al Quran, No: 1 Vol. V, 1994, Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai