Anda di halaman 1dari 85

PENDAHULUAN Salah satu arti dakwah adalah usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya

yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqida syariat serta akhlak islamiyah. Dalam pelaksanaan dakwah ini, selayaknya harus mengetahui metode-metode dalam penyampaiannya, yang mana Al-Quran telah mengisyaratkan sebagai tuntunan dalam metode tersebut. Dalam menerangkan cara-cara berdakwah tersdebut, Allah SWT berfirman: }521: { Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik, Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan ia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Dari ayat di atas jelaslah bahwa seorang juru dakwah harus memperhatikan metode-metode tersebut sehingga visi dan misi dalam berdakwah dapat tercapai, yang mana susunan metode tersebut disajikan sebagai acuan dalam berdakwah sesuai kondisi dan situasi.

Bab 1 Metode Hikmah Hikmah secara bahasa memiliki beberapa arti: al-adl, al-ilm, al-Hilm, alNubuwah, al-Quran, al-injil, al-Sunnah dan lain sebagainya. Hikmah juga diartikan al-llah, atau alasan suatu hukum, diartikan juga al-kalam atau ungkapan singkat yang padat isinya.

Seseorang disebut hakim jika dia didewasakan oleh pengalaman, dan sesuatu disebut hikmah jika sempurna. Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of reference, field of reference dan field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (obyek dakwah).[1] Dengak kata lain bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasife. Karena dakwah bertumpu pada human oriented, maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif. Para ulama telah mendenifisikan kata hikmah secara istilahi yang diambil dari pengertian bahasa tersebut, antara lain: 1. Al-Hikmah; mencapai kebenaran dengan ilmu dan akal. Al-Hikmah dari Allah adalah mengetahui sesuatu dan menciptakannya secara sempurna. Dan hikmah bagi manusia adalah mengetahui apa-apa yang diciptakan Allah dan berbuat baik. 2. Pengertian laain, hikmah adalah mengetahui suatu yang terbaik dengan pengetahuan yang paling baik. 3. Meletakan sesuatu pada tempatnya. 4. Ketepatan ucapan dan perbuatan secara bersamaan.

Ibnu Katsir menafsirkan kata hakim, dengan keterangannya, hakim dalam perbuatan dan ucapan, hingga dapat meletakan sesuatu pada tempatnya. Dari berbagai pengertian ini, jelaslah bahwa apa yang dimaksud metode hikmah adalah metode meletakan sesuatu pada tempatnya, dengan demikian berarti mencakup semua teknik dakwah. Dasar-dasar Metode Hikmah Kelebihan metode hikmah ini nampak pada beberapa hal berikut: 1. Dari makna hikmah yang mengakomodir kedua ikmah teoritis dan praktis, dan seorang tidak dikatakan hakim (bijak) jika tidak bisa berbuat bijak secara teoritis dan praktis. 2. Allah sendiri memilih kata hakim sebagai salah satu nama-Nya yang diulang dalam AlQuran lebih dari 80 kali. 3. Hikmah merupakan salah satu isi hati Nabi saw. Sebagaimana dalam hadits disebutkan: Dibukalah atap rumahku dan akku di Makkah, lalu turunlah Jibril, lalu di belah dadaku, kemudian dicuci dengan air zamzam, lalu ia membawa bokor emas yang berisikan hikmah dan iman, kemudian dituangkan dalam dadaku, lalu dikukuhkannya.(Muttafaq Alai). 4. Diantara pekerjaan Rosululla saw. adalah mengajaarkan hikmah, Dan dia mengajarkan kamu hikmah dan kitab.

5. Allah menganjurkan untuk berdakwah dengan metode ini: Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzoh hasanah (QS. An-Nahl: 125). 6. Pemberian yang paling berharga yang di berikan kepada manusia: Ia memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, barang siapa yang diberi hikmah berarti telah diberi kebaikan yang banyak (QS. Al-baqarah: 269) 7. Seseorang boleh iri karena hikmah yang didapat orang lain di dunia ini. Hadits Rasul saw.: Tidak ada iri kecuali dalam dua hal; kepada seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia bisa menguasainya dengan hak hingga tidak mengahncurkan dirinya, dan seseorang yang diberi hikmah lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya.[2]

Al-ilm yang merupakan salah satu arti bahasa dari kata hikmah, merupakan isyarat bagi manusia untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan. Sebagai satu-satunya din Allah (QS. Ali Imran: 19,85), islam adalah manhaj al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Memahami islam sebagai way of life harus terkait satu bagian dengan bagian lainnya. Sebagai satu tata nilai, islam tidaklah sekedar baik sebagai landasan etis dan moral, tetapi ajarannya bersifat operasional dan aplikatif dalam segala segi kehidupan manusia.[3]

Ajaran islam bukan saja mendorong umatnya untuk senantiasa mencari dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan , tetapi juga mendorongnya untuk mengamalkan ilmu itu di tengah kehidupan. Ilmu itu ruhnya islam dan tiangnya iman; barangsiapa yang mengajarkan ilmu, maka Allah akan menyempurnakan pahalanya. Barangsiapa belajar satu ilmu lalu mengamalkannya, maka Allah mengajarinya ilmu pengetahuan yang belum ia ketahui sebelumnya. (HR Abu Syaikh) Ciri-ciri ikmah dari segi tekhnis 1. Memilih metode yang sesuai untuk diterapkan pada situasi dan kondisi yang tepat, karena sering kali suatu metode hanya sesuai untuk situasi tertentu dan untuk menghadapi kondisi tertentu saja, namun tidak sesuai pada kondisi yang lainnya. Untuk menghadapi kondisi emosional harus menggunakan metode emosional, sebagaimana metode rasional dipakai untuk kondisi yang rasional, demikian juga metode empirik anya bisa dipakai pada kondisi empirik. 2. Memilih format yang cocok dari tekhnis yang dipakai. Banyak format dari satu tekhnis dakwah, dan hikmah menuntut adanya pemilihan format yang sesuai untuk berbagai situasi. Apa yang dikatakan dalam kondisi bahagia berbeda dengan apa yang disampaikan pada kondisi sedih. Apa yang disampaikan saat kondisi sulit dan pailit berbeda dengan saat serba mudah dan makmur. Ada tempat saat menyeru (persuasif), ada tempat saat melarang (preventif). Bagi orang penakut misalkan, maka baik dipakai tekhnis persuasif dan pengharapan; sedangkan bagi orang yang dikuasai ambisi dan pengharapan, sebaiknya dengan tekhnis preventif, dst.

3. Berpedoman terhadap skala prioritas; yaitu mulai dari memberi peringatan, kemudian nasihat, kemudian ketegasan lalu dengan tindakan keras (bil yad), ancaman dan terakhir dengan pukulan. Firman Allah: }43 : {

Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka , tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka.Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alas an untuk menyusakannya. Sungguh, allah Mahatinggi, Mahabesar.

1. Menginventarisir factor-faktor pendukung dan sarana dakwah yang dapat diamati dalam rangka memilih tekhnis yang dipakai dan bersifat preventif. Metode menghadapi orang bodoh sangatlah berbeda dengan metode menghadapi musuh, sebagaimana metode menghadapi orang lemah berbeda dengan menghadapi seorang penantang yang juga fanatic.

Bab 2 Metode Mauidzah Hasanah (nasihat) Secara etimologis, mauidzoh merupakan bentukan dari kata waadza-yaidzu-iwadzan dan idzata; yang berarti menasihati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan, berarti juga menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar taat. Alhasanah merupakan lawan dari sayyiat ;maka dapat dipaami bawa mauidza dapat berupa kebaikan, dapat juga kejahatan; hal itu tergantung pada isi yang disampaikan seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran , juga tergantung pada merode yang dipakai pemberi nasihat. Atas dasar itu, maka pengertian untuk mauidzah disertai dengan sifat kebaikan, Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzah hasanah.. Karena kalau kata mauidzah dipakai tanpa embel-embel dibelakangnya, pengertiannya harus dipaami sebagai mauidzah hasanah; }43 : { Maka berilah ia nasihat yang baik, lalu biarkan dia tidur sendirian, lalu pukullah dia.

Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehatnasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek.[4] Menurut filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyah yaitu upaya apa saja dalam menyeru /mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yadu ila al shale) dengan cara rangsangan ,enimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah).[5] Cukup sederhana, teetapi mengandung ke dalam uraian yang cukup luas, karena raghbah dan rahbah yang dimaksudkan ole Syaikh al Islam itu adalah merupakan kebutuhan emosional dan manfaat ganda di dalam kehidupan yang wajar dan sehat (to satisty emosional needs and gain stability of life) sehingga di dalam konteks sosiologis, suatu kelompok akan merasakan bahwa seruan agama (islam) memberi semangat dan kehidupan yang cerah baginya. Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat Al-Quran:

..

Maka disebabkan Rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati (bersikap) kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Dan bawha aktifitas dakwah adalah dengan mauidzah yang mengarah kepada pentingnya manusiawi dalam segala aspeknya. Sikap lemah lembut (affection) menghindari sikap egoism adala warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan idea-ideanya untuk mempengaruhi orang lain secara persuasive dan bahkan coersive (memaksa). Caranya dengan mempengaruhi obyek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan rasional. Maksudnya sebagai subyek dakwah harus memperhatikan semua determinan psikologis dari obyek dakwah berupa frame of reference (kerangka berpikir) dan field experience (lingkup pengalaman hidup dari obyek dakwah dan sebagainya). Dalam hal ini Nabi memberikan petunjuk melalui sabdanya: .

Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan kemampuannya.

Jadi setelah mengalami frame of experience dari obyek dakwah, seorang daI diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan nasehat yang factual berupa mauidzah hasanah agar pihak obyek dakwah dapat menentukan pikiran teradap rangsangan, psikologis yang mempengaruhi dirinya. Dan kemudian Metode Mauidzah Hasanah ini memiliki beberapa dasar yang menjadi acuan supaya melaksanakan metode ini diantaranya: 1. Ada perintah yang jelas untuk menggunakan metode tersebut:

}521: { Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah.. }34: { Dan nasihatilah mereka, serta sampaikanlah kepada mereka, pada jiwa mereka, perkataan yang mengena.

1. Rasululah saw. Menjadikan nasihat sebagaidasar agama, dengan sabdanya: Agama adalah nasihat dan nasihat adalah sini\onim dari mauidzah hasanah sebagaimana telah diungkap dahulu. 2. Rasululas saw. membaiat sahabat agar member nasihat kepada setiap muslim, dalam hadits diungkapkan, Aku dibaiat pleh Rasululah saw. untuk mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan member nasihat kepada seluruh muslim. 3. Para Nabi menggunakannya , sebagaimana diceriatakan dari Nuh as. .Dan aku menasihati kamu sekalian. }86: { Aku adalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya.

Bab 3 Metode Berdebat Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argumen. Di sini, berarti berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan ada perlawanan yang sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan argumen dengan gigih. Secara epistemologis, berdebat sebagaimana didefinisikan para ulama adalah: 1. Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan argumen untuk menghadapi lawan bicaranya. 2. Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab. 3. Membandingkan berbagai dalil atau landasan untuk mencari yang paling tepat. Perdebatan memiliki dua sifat; dengan cara baik dan dengan cara yang tidak baik. Sebagaimana firman Allah: }521: {

Debatlah mereka dengan cara yang lebi baik.

}13: {

Dan orang kafir mendebat dengan alas an yang bathil untuk melenyapkan kebenaran

Melihat berbagai macam perdebatan ini, Al-Quran menyarankan perdebatan yang terbaik sehingga menjadi metode yang dianjurkan, sebagai yang diungkapkan dalam nashnya sebagai salah satu metode dakwah. Metode perdebatan yang baik tersebut merupakan salah satu metode dakwah rasional (nabhaj aqly) adapun bentuknya bias berupa diskusi, tukar pandangan, atau dialog. Sayyid Qutb menyatakan bahwa dalam menerapkan metode diskusi dengan cara yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekan, karena tujuan diskusi bukan mencari kemenangan, melainkan memudahkannya agar ia sampai pada kebenaran. 2. Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah.

3. Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri. Karenanya harus diupayakan ia tidak merasa kalah dalam diskusi dan merasa tetap dihargai dan dihormati.[6]

Dasar-dasar Metode Perdebatan 1. Debat merupakan fitrah manusia. Dari sini manusia bisa dilihat menjadi dua kategori; baik dan tidak baik. Jika dilihat dari sifatnya, apakah dia membantah teradap kebenaran atau sebaliknya. }13: { Adalah tabiat manusia dalam banyak hal selalu membanta }3: { Mereka membantahmu setelah mendengar kebenaran yang nyata. 1. Allah memerintahkan untuk menggunakan metode berdebat. Firman Allah: }33: { Dan janganlah kamu mendebat ahlul- kitab kecuali dengan cara dan alas an yang terbaik 1. Metode ini digunakan oleh para Nabi dalam dakwah mereka: Ini dapat dilihat dari kisah yang diceritakan Allah dalam al-Quran tentang Nabi Nuh as. Ayatnya sebagai berikut: }42: { Hai nuh, kamu telah mendebat kami, mendebat kami dalam banyak hal. 1. 4. Dipakai dalam dakwah; sejak masa Rasul hingga sekarang.

Metode ini dipakai sejak masa sahabat hingga sekarang, para ulama salaf menggunakannya dengan baik, dan mereka menghindari perbuatan debat yang tercela.

Dalam hal ini selayaknya orang yang melaksanakan kegiatan dakwah harus memiliki kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan metode ini meliputi: 1. Kemampuan Berkomunikasi

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kemampuan Menguasai Diri Kemampuan Pengetahuan Psikologi Kemampuan Kengetahuan Kependidikan Kemampuan Pengetahuan di Bidang Pengetahuan Umum Pengetahuan di Bidang Ilmu al-Quran Kemampuan Membaca Al-Quran dengan fasih Kemampuan Pengetahuan di Bidang Ilmu Hadits Kemampuan di Bidang Ilmu Agama secara Umum[7]

Dari beberapa keterangan diatas, setidaknya juru dakwah dapat membekali dirinya dengan mantap, sehingga dapat menggunakan metode ini dengan baik. Metode keteladanan (Qudwah Hasanah) Menurut bahasa, qudwah berarti uswah; yang berati keteladanan atau contoh. Meneladani atau menyontoh, sama dengan mengikuti suatu pekerjaan yang dilakukan sebagaimana adanya. Yang dimaksud keteladanan di sini adalah keteladanan yang baik. Dalam ayat yang dikemukakan di muka, keteladan sengaja diberi sifat baik, karena dalam prakteknya, bisa saja seseorang menjadi teladan yang buruk. Dalam hadits diungkapkan: Barangsiapa yang membuat tradisi baik, maka baginya pahala atas apa yang dilakukannya serta pahala orang lain yang mengikuti tradisi tersebut tanpa mengurangi pahala merekayang mengikutinya sedikitpun. Dan barangsiapa yang membuat tradisi buruk, maka baginya dosa serta dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa para pengikutnya sedikitpun. (HR. Muslim). Dalam islam, qudwah hasanah dapat dibedakan pada dua bagian; 1. Qudwah hasanah yang bersifat mutlak, yaitu suatu teladan atau contoh baik yang sama sekali tidak tercampuri keburukan karena statusnya benar-benar baik; sebagai teladan yang diberikan Rasululah saw. pada ummatnya. Status rasul yang mashum (terbebas dari dosa), membuat beliau menjadi teladan yang mutlak bagi ummatnya. Firman Allah SWT: }25: { 1. Qudwah hasanah nisbi yaitu teladan yang terikat dengan yang disyariatkan oleh Allah SWT. Karena status teladan itu dari manusia biasa bukan Rasul ataupun Nabi. Keteladanan dari mereka, seperti para ulama dan pemimpin umat lainnya, hanya sebatas jika tidak bertentangan dengan syariat. Personal approach atau pendekatan personal sebagai metode keteladanan sudah dilakukan oleh Nabi semenjak turunnya wahyu, yaitu yang dengan secara langsung memberikan contoh, dan karena di antara fitrah manusia adalah suka mengikuti, dan pengaruh asimilasi tersebut lebih besar. Pengaruh yang diterima lebi membekas karena sifatnya fitri dan alami.

KESIMPULAN Sejatinya manusia adalah suci sebagai fitrahnya, dan tatkala sebagian manusia melenceng dari fitrahnya maka bagi manusia yang lain supaya meluruskannya. Ketika sebagian manusia telah menyimpang dari ketentuan Allah SWT. hendaknya memberi nasihat yang baik, mengajak kembali ke jalan yang benar. Adapun metode-metode dalam dakwah (hikmah, mauidzah hasanah, mujadalah hasanah dan qudwah hasanah) adalah tuntunan yang diterangkan dalam Alquran (An-Nahl:125) sebagai acuan yang telah dicontohkan oleh Nabi, para ulama, serta orangorang yang shalih.

Metode Dakwah
23 Desember 2012 by azizululazmi Makalah, Metode Dakwah.

PENDAHULUAN Salah satu arti dakwah adalah usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqida syariat serta akhlak islamiyah. Dalam pelaksanaan dakwah ini, selayaknya harus mengetahui metode-metode dalam penyampaiannya, yang mana Al-Quran telah mengisyaratkan sebagai tuntunan dalam metode tersebut. Dalam menerangkan cara-cara berdakwah tersdebut, Allah SWT berfirman: }521: { Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik, Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan ia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Dari ayat di atas jelaslah bahwa seorang juru dakwah harus memperhatikan metode-metode tersebut sehingga visi dan misi dalam berdakwah dapat tercapai, yang mana susunan metode tersebut disajikan sebagai acuan dalam berdakwah sesuai kondisi dan situasi.

Bab 1 Metode Hikmah Hikmah secara bahasa memiliki beberapa arti: al-adl, al-ilm, al-Hilm, alNubuwah, al-Quran, al-injil, al-Sunnah dan lain sebagainya. Hikmah juga diartikan al-llah, atau alasan suatu hukum, diartikan juga al-kalam atau ungkapan singkat yang padat isinya.Seseorang disebut hakim jika dia didewasakan oleh pengalaman, dan sesuatu disebut hikmah jika sempurna. Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of reference, field of reference dan field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (obyek dakwah).[1] Dengak kata lain bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasife. Karena dakwah bertumpu pada human oriented, maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif. Para ulama telah mendenifisikan kata hikmah secara istilahi yang diambil dari pengertian bahasa tersebut, antara lain: 1. Al-Hikmah; mencapai kebenaran dengan ilmu dan akal. Al-Hikmah dari Allah adalah mengetahui sesuatu dan menciptakannya secara sempurna. Dan hikmah bagi manusia adalah mengetahui apa-apa yang diciptakan Allah dan berbuat baik. 2. Pengertian laain, hikmah adalah mengetahui suatu yang terbaik dengan pengetahuan yang paling baik. 3. Meletakan sesuatu pada tempatnya. 4. Ketepatan ucapan dan perbuatan secara bersamaan.

Ibnu Katsir menafsirkan kata hakim, dengan keterangannya, hakim dalam perbuatan dan ucapan, hingga dapat meletakan sesuatu pada tempatnya. Dari berbagai pengertian ini, jelaslah bahwa apa yang dimaksud metode hikmah adalah metode meletakan sesuatu pada tempatnya, dengan demikian berarti mencakup semua teknik dakwah.

Dasar-dasar Metode Hikmah Kelebihan metode hikmah ini nampak pada beberapa hal berikut: 1. Dari makna hikmah yang mengakomodir kedua ikmah teoritis dan praktis, dan seorang tidak dikatakan hakim (bijak) jika tidak bisa berbuat bijak secara teoritis dan praktis. 2. Allah sendiri memilih kata hakim sebagai salah satu nama-Nya yang diulang dalam AlQuran lebih dari 80 kali. 3. Hikmah merupakan salah satu isi hati Nabi saw. Sebagaimana dalam hadits disebutkan: Dibukalah atap rumahku dan akku di Makkah, lalu turunlah Jibril, lalu di belah dadaku, kemudian dicuci dengan air zamzam, lalu ia membawa bokor emas yang berisikan hikmah dan iman, kemudian dituangkan dalam dadaku, lalu dikukuhkannya.(Muttafaq Alai). 4. Diantara pekerjaan Rosululla saw. adalah mengajaarkan hikmah, Dan dia mengajarkan kamu hikmah dan kitab. 5. Allah menganjurkan untuk berdakwah dengan metode ini: Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzoh hasanah (QS. An-Nahl: 125). 6. Pemberian yang paling berharga yang di berikan kepada manusia: Ia memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, barang siapa yang diberi hikmah berarti telah diberi kebaikan yang banyak (QS. Al-baqarah: 269) 7. Seseorang boleh iri karena hikmah yang didapat orang lain di dunia ini. Hadits Rasul saw.: Tidak ada iri kecuali dalam dua hal; kepada seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia bisa menguasainya dengan hak hingga tidak mengahncurkan dirinya, dan seseorang yang diberi hikmah lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya.[2]

Al-ilm yang merupakan salah satu arti bahasa dari kata hikmah, merupakan isyarat bagi manusia untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan. Sebagai satu-satunya din Allah (QS. Ali Imran: 19,85), islam adalah manhaj al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Memahami islam sebagai way of life harus terkait satu bagian dengan bagian lainnya. Sebagai satu tata nilai, islam tidaklah sekedar baik sebagai landasan etis dan moral, tetapi ajarannya bersifat operasional dan aplikatif dalam segala segi kehidupan manusia.[3]

Ajaran islam bukan saja mendorong umatnya untuk senantiasa mencari dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan , tetapi juga mendorongnya untuk mengamalkan ilmu itu di tengah kehidupan. Ilmu itu ruhnya islam dan tiangnya iman; barangsiapa yang mengajarkan ilmu, maka Allah akan menyempurnakan pahalanya. Barangsiapa belajar satu ilmu lalu mengamalkannya, maka Allah mengajarinya ilmu pengetahuan yang belum ia ketahui sebelumnya.(HR Abu Syaikh) Ciri-ciri ikmah dari segi tekhnis

1. Memilih metode yang sesuai untuk diterapkan pada situasi dan kondisi yang tepat, karena sering kali suatu metode hanya sesuai untuk situasi tertentu dan untuk menghadapi kondisi tertentu saja, namun tidak sesuai pada kondisi yang lainnya. Untuk menghadapi kondisi emosional harus menggunakan metode emosional, sebagaimana metode rasional dipakai untuk kondisi yang rasional, demikian juga metode empirik anya bisa dipakai pada kondisi empirik. 2. Memilih format yang cocok dari tekhnis yang dipakai. Banyak format dari satu tekhnis dakwah, dan hikmah menuntut adanya pemilihan format yang sesuai untuk berbagai situasi. Apa yang dikatakan dalam kondisi bahagia berbeda dengan apa yang disampaikan pada kondisi sedih. Apa yang disampaikan saat kondisi sulit dan pailit berbeda dengan saat serba mudah dan makmur. Ada tempat saat menyeru (persuasif), ada tempat saat melarang (preventif). Bagi orang penakut misalkan, maka baik dipakai tekhnis persuasif dan pengharapan; sedangkan bagi orang yang dikuasai ambisi dan pengharapan, sebaiknya dengan tekhnis preventif, dst. 3. Berpedoman terhadap skala prioritas; yaitu mulai dari memberi peringatan, kemudian nasihat, kemudian ketegasan lalu dengan tindakan keras (bil yad), ancaman dan terakhir dengan pukulan. Firman Allah: }43 : {

Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka , tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka.Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alas an untuk menyusakannya. Sungguh, allah Mahatinggi, Mahabesar.

1. Menginventarisir factor-faktor pendukung dan sarana dakwah yang dapat diamati dalam rangka memilih tekhnis yang dipakai dan bersifat preventif. Metode menghadapi orang bodoh sangatlah berbeda dengan metode menghadapi musuh, sebagaimana metode menghadapi orang lemah berbeda dengan menghadapi seorang penantang yang juga fanatic.

Bab 2 Metode Mauidzah Hasanah (nasihat) Secara etimologis, mauidzoh merupakan bentukan dari kata waadza-yaidzu-iwadzan dan idzata; yang berarti menasihati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan, berarti juga menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar taat.

Alhasanah merupakan lawan dari sayyiat ;maka dapat dipaami bawa mauidza dapat berupa kebaikan, dapat juga kejahatan; hal itu tergantung pada isi yang disampaikan seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran , juga tergantung pada merode yang dipakai pemberi nasihat. Atas dasar itu, maka pengertian untuk mauidzah disertai dengan sifat kebaikan, Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzah hasanah.. Karena kalau kata mauidzah dipakai tanpa embel-embel dibelakangnya, pengertiannya harus dipaami sebagai mauidzah hasanah; }43 : { Maka berilah ia nasihat yang baik, lalu biarkan dia tidur sendirian, lalu pukullah dia.

Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehatnasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek.[4] Menurut filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyah yaitu upaya apa saja dalam menyeru /mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yadu ila al shale) dengan cara rangsangan ,enimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah).[5] Cukup sederhana, teetapi mengandung ke dalam uraian yang cukup luas, karena raghbah dan rahbah yang dimaksudkan ole Syaikh al Islam itu adalah merupakan kebutuhan emosional dan manfaat ganda di dalam kehidupan yang wajar dan sehat (to satisty emosional needs and gain stability of life) sehingga di dalam konteks sosiologis, suatu kelompok akan merasakan bahwa seruan agama (islam) memberi semangat dan kehidupan yang cerah baginya. Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat Al-Quran:

..

Maka disebabkan Rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati (bersikap) kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Dan bawha aktifitas dakwah adalah dengan mauidzah yang mengarah kepada pentingnya manusiawi dalam segala aspeknya. Sikap lemah lembut (affection) menghindari sikap egoism adala warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan idea-ideanya untuk mempengaruhi orang lain secara persuasive dan bahkan coersive (memaksa). Caranya dengan mempengaruhi obyek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan rasional. Maksudnya sebagai subyek dakwah harus memperhatikan semua determinan psikologis dari obyek dakwah berupa frame of reference (kerangka berpikir) dan field experience (lingkup pengalaman hidup dari obyek dakwah dan sebagainya). Dalam hal ini Nabi memberikan petunjuk melalui sabdanya: . Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan kemampuannya.

Jadi setelah mengalami frame of experience dari obyek dakwah, seorang daI diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan nasehat yang factual berupa mauidzah hasanah agar pihak obyek dakwah dapat menentukan pikiran teradap rangsangan, psikologis yang mempengaruhi dirinya. Dan kemudian Metode Mauidzah Hasanah ini memiliki beberapa dasar yang menjadi acuan supaya melaksanakan metode ini diantaranya: 1. Ada perintah yang jelas untuk menggunakan metode tersebut:

}521: { Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah.. }34: { Dan nasihatilah mereka, serta sampaikanlah kepada mereka, pada jiwa mereka, perkataan yang mengena.

1. Rasululah saw. Menjadikan nasihat sebagaidasar agama, dengan sabdanya: Agama adalah nasihat dan nasihat adalah sini\onim dari mauidzah hasanah sebagaimana telah diungkap dahulu.

2. Rasululas saw. membaiat sahabat agar member nasihat kepada setiap muslim, dalam hadits diungkapkan, Aku dibaiat pleh Rasululah saw. untuk mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan member nasihat kepada seluruh muslim. 3. Para Nabi menggunakannya , sebagaimana diceriatakan dari Nuh as. .Dan aku menasihati kamu sekalian. }86: { Aku adalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya.

Bab 3 Metode Berdebat Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argumen.Di sini, berarti berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan ada perlawanan yang sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan argumen dengan gigih. Secara epistemologis, berdebat sebagaimana didefinisikan para ulama adalah: 1. Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan argumen untuk menghadapi lawan bicaranya. 2. Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab. 3. Membandingkan berbagai dalil atau landasan untuk mencari yang paling tepat. Perdebatan memiliki dua sifat; dengan cara baik dan dengan cara yang tidak baik. Sebagaimana firman Allah: }521: {

Debatlah mereka dengan cara yang lebi baik.

}13: {

Dan orang kafir mendebat dengan alas an yang bathil untuk melenyapkan kebenaran

Melihat berbagai macam perdebatan ini, Al-Quran menyarankan perdebatan yang terbaik sehingga menjadi metode yang dianjurkan, sebagai yang diungkapkan dalam nashnya sebagai salah satu metode dakwah. Metode perdebatan yang baik tersebut merupakan salah satu metode dakwah rasional (nabhaj aqly) adapun bentuknya bias berupa diskusi, tukar pandangan, atau dialog. Sayyid Qutb menyatakan bahwa dalam menerapkan metode diskusi dengan cara yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekan, karena tujuan diskusi bukan mencari kemenangan, melainkan memudahkannya agar ia sampai pada kebenaran. 2. Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah. 3. Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri. Karenanya harus diupayakan ia tidak merasa kalah dalam diskusi dan merasa tetap dihargai dan dihormati.[6]

Dasar-dasar Metode Perdebatan 1. Debat merupakan fitrah manusia. Dari sini manusia bisa dilihat menjadi dua kategori; baik dan tidak baik. Jika dilihat dari sifatnya, apakah dia membantah teradap kebenaran atau sebaliknya. }13: { Adalah tabiat manusia dalam banyak hal selalu membanta }3: { Mereka membantahmu setelah mendengar kebenaran yang nyata. 1. Allah memerintahkan untuk menggunakan metode berdebat. Firman Allah: }33: { Dan janganlah kamu mendebat ahlul- kitab kecuali dengan cara dan alas an yang terbaik 1. Metode ini digunakan oleh para Nabi dalam dakwah mereka: Ini dapat dilihat dari kisah yang diceritakan Allah dalam al-Quran tentang Nabi Nuh as. Ayatnya sebagai berikut: }42: {

Hai nuh, kamu telah mendebat kami, mendebat kami dalam banyak hal. 1. 4. Dipakai dalam dakwah; sejak masa Rasul hingga sekarang.

Metode ini dipakai sejak masa sahabat hingga sekarang, para ulama salaf menggunakannya dengan baik, dan mereka menghindari perbuatan debat yang tercela.

Dalam hal ini selayaknya orang yang melaksanakan kegiatan dakwah harus memiliki kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan metode ini meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kemampuan Berkomunikasi Kemampuan Menguasai Diri Kemampuan Pengetahuan Psikologi Kemampuan Kengetahuan Kependidikan Kemampuan Pengetahuan di Bidang Pengetahuan Umum Pengetahuan di Bidang Ilmu al-Quran Kemampuan Membaca Al-Quran dengan fasih Kemampuan Pengetahuan di Bidang Ilmu Hadits Kemampuan di Bidang Ilmu Agama secara Umum[7]

Dari beberapa keterangan diatas, setidaknya juru dakwah dapat membekali dirinya dengan mantap, sehingga dapat menggunakan metode ini dengan baik. Metode keteladanan (Qudwah Hasanah) Menurut bahasa, qudwah berarti uswah; yang berati keteladanan atau contoh. Meneladani atau menyontoh, sama dengan mengikuti suatu pekerjaan yang dilakukan sebagaimana adanya. Yang dimaksud keteladanan di sini adalah keteladanan yang baik.Dalam ayat yang dikemukakan di muka, keteladan sengaja diberi sifat baik, karena dalam prakteknya, bisa saja seseorang menjadi teladan yang buruk. Dalam hadits diungkapkan: Barangsiapa yang membuat tradisi baik, maka baginya pahala atas apa yang dilakukannya serta pahala orang lain yang mengikuti tradisi tersebut tanpa mengurangi pahala merekayang mengikutinya sedikitpun. Dan barangsiapa yang membuat tradisi buruk, maka baginya dosa serta dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa para pengikutnya sedikitpun. (HR. Muslim). Dalam islam, qudwah hasanah dapat dibedakan pada dua bagian; 1. Qudwah hasanah yang bersifat mutlak, yaitu suatu teladan atau contoh baik yang sama sekali tidak tercampuri keburukan karena statusnya benar-benar baik; sebagai teladan yang diberikan Rasululah saw. pada ummatnya. Status rasul yang mashum (terbebas dari dosa), membuat beliau menjadi teladan yang mutlak bagi ummatnya. Firman Allah SWT: }25: {

1. Qudwah hasanah nisbi yaitu teladan yang terikat dengan yang disyariatkan oleh Allah SWT. Karena status teladan itu dari manusia biasa bukan Rasul ataupun Nabi. Keteladanan dari mereka, seperti para ulama dan pemimpin umat lainnya, hanya sebatas jika tidak bertentangan dengan syariat. Personal approach atau pendekatan personal sebagai metode keteladanan sudah dilakukan oleh Nabi semenjak turunnya wahyu, yaitu yang dengan secara langsung memberikan contoh, dan karena di antara fitrah manusia adalah suka mengikuti, dan pengaruh asimilasi tersebut lebih besar.Pengaruh yang diterima lebi membekas karena sifatnya fitri dan alami.

KESIMPULAN Sejatinya manusia adalah suci sebagai fitrahnya, dan tatkala sebagian manusia melenceng dari fitrahnya maka bagi manusia yang lain supaya meluruskannya. Ketika sebagian manusia telah menyimpang dari ketentuan Allah SWT. hendaknya memberi nasihat yang baik, mengajak kembali ke jalan yang benar. Adapun metode-metode dalam dakwah (hikmah, mauidzah hasanah, mujadalah hasanah dan qudwah hasanah) adalah tuntunan yang diterangkan dalam Alquran (An-Nahl:125) sebagai acuan yang telah dicontohkan oleh Nabi, para ulama, serta orangorang yang shalih.

Metode Dakwah Islam yang Benar

A. Definisi Dakwah Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah Subhanahu wa Taala, yaitu agama Islam. Menurut Al-Quran, dakwah adalah : Menyampaikan kebenaran di jalan Allah Subhanahu wa Taala dengan metode

Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mauidzah Hasanah. Sedangkan yang menetukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa Taala. Sedangkan kata dakwah menurut pendapat para ahli ulama adalah : 1. Menurut Syeh Al-babiy al-khuli, dakwah adalah upaya memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik. 2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz,

dakwahadalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapatkebahagiaan di dunia dan akhirat Maka, dari pernyataan diatas, dapat saya disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu ajakan untuk mengajak umatnya untuk melakukan hal yang baik atau mendekatkan diri kepada allah.

B. Pengertian Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan, cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, dalam bahasa Arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti tata cara, sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur dan berfikir baik baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkanpelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan metode adalah suatu cara yang sudah diatur dangan petimbangan yang matang untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dakwahberarti : Suatu cara atau teknik menyampaikan ayat-ayat Allah dan Sunnah dengan sistematis sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Berhubung dengan pengertian diatas, maka metode yang digunakan dalam mengajak haruslah sesuai dengan konsidisi maupun tujuan yang akan dicapai. Pemakaian metode atau cara yang tidak benar merupakan keberhasilan dari dakwah itu sendirii. Namun bila metode yang digunakn dalam menyampaikannya tidak sesuai, maka akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.

C. Bentuk Bentuk Metode Dakwah

Artinya : Serulah manusia ke jalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesunggguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jaanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk Ayat ini mennjelaskan, sekurang kurangnya ada tiga cara atu metode dalam dakwah, yakni Metode Dakwah Al-Hikmah, Metode Dakwah Al-Mauidzatil Hasanah dan Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan. Ketiga metode dakwah dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang daI atau daiyah di medan dakwahnya. a) Metode Dakwah Al-Hikmah

Dakwah AL-Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif. Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah taala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain: Menurut bahasa:

adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Quran dan Injil memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal pengetahuan atau marifat.

Menurut istilah Syari:

valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

Adapun secara terminology, ada beberapa pengertian tentang Hikmah, di antaranya: 1. Menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.

2. Menurut Syekh Muhammad Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lapaz tetapi banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.14 Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu. 3. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an- Nasafi, arti hikmah yaitu:

Artinya: Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. 4. Menurut al-Kasysyaf-nya Syekh Zamakhsyari, al- hikmah adalah perkataan yang pasti benar. Ia adalah dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kasmaran. Selanjutnya Syekh Zamakhsyari mengatakan hikmah juga diartikan sebagai al-Quran yakni ajaklah mereka (manusia) mengikuti kitab yang memuat hikmah. 5. Sedangkan menurut Moh. Natsir mengatakan, bahwa hikmah lebih dari semata-mata ilmu.Ia adalah ilmu yang sehat dan mudah dicernakan; ilmu yang berpadu dengan rasa perisa, sehingga menjadi daya tarik penggerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, berguna kalau dibawa kebidang dakwah: untuk melakukan tindakan sesuatu yang berguna dan efektif.

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa al- hikmah adalah merupakan kemampuan daI dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif madu.di samping itu juga, al-hikmah merupakan kemampuan daI dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, alhikmah adalah sebagai sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah salah satu penentu sukses tidaknya kegiatan dakwah.Dalam menghadapi madu yang beragam tingkat pendidikan strata social dan latar belakang budaya, para daI memerlukan hikmah sehingga materi dakwah yang disampaikan mampu masuk ke ruang hati para madu dengan tepat.Oleh karena itu para daI dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya. Di samping itu, daI juga akan berhadapan dengan realitas perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen. Kemampuan daI untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat baik dan bekerja sama dalam hal-hal yang dibenarkan agama tanpa mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagian dari hikmah dalam dakwah. Dai yang sukses biasanya berkat dari kepiawaannya dalam memilih kata.Pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan dalam dakwah.DaI tidak boleh hanya sekedar menyampaikan

ajaran agama tanpa mengamalkannya. Seharusnya daI adalah orang yang pertama yang mengamalkan apa yang diucapkannya. Kemampuan daI untuk mrnjadi contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang dai.dengan amalan nyata yang bisa langsung dilihat oleh masyarakatnya, para daI tidak terlalu sulit untuk harus berbicara banyak, tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar berbicara. Hikmah merupakan suatu term karakteristik metode dakwah sebagaimana termaktub dalam QS.An- Nahl ayat 125.Ayat teersebut mengisyaratkan pentingnya hikmah untuk menjadi sifat dari metode dakwah dan betapa pentingnys dakwah mengikuti langkah-langkah yang mengandung hikmah.Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan metode dakwah praktis kepada para daI yang mengandung arti mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa mengajak manusia kepada hakikat yang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpa melalui pendahuluan atau tanpa mempertimbangkan iklim dan medan kerja yang sedang dihadapi. Dengan demikian jika hikmah dikaitkan dengan dunia dakwah, maka ia merupakan peringatan kepada para daI untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus menggunkan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab sudah jelas, dakwah tidak akan berhasil jika metode dakwahnya monoton. Ada sekelompok orang yang hanya memerlukan iklim dakwah yang penuh gairah dan berapi-api, sementara kelompok yang lain memerlukan iklim dakwah yang sejuk. Hikmah merupakan pokok awal yang harus dimiliki oleh seorang daI dalam berdakwah. Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menerapkan langkah-langkah dakwah baik secara metodologis maupun praktis. Kesimpulannya hikmah bukan hanya sebuah pendekatan satu metode, akan tetapi kumpulan beberapa pendekatan dalam sebuah metode. Dalam dunia dakwah: hikmah bukan hanya berarti mengenal strata madu akan tetapi juga Bila harus bicara, bila harus diam. Hikmah bukan hanya mencari titik temu tetapi juga toleran yang tanpa kehilangan sibghah.Hikmah bukan hanya dalam kontek memilih kata yang tepat tetapi juga cara berpisah.Dan akhirnya hikmah adalah uswatun hasanah serta lisanul hal. b) Metode Dakwah Al-Mauidzatil Hasanah

Term mauidzah hasanah dalam perspektif dakwah sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti mauled Nabi dan Isra Miraj. Istilah mauidzah hasanah mendapat porsi khusus dengan arti acara yang ditunggu-tunggu yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan suatu acara. Namun demikian agar tidak menjadi salah paham, maka di sini akan dijelaskan pengertian mauidzah hasanah. Secara bahasa mauidzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mauidzah dan hasanah.Kata mauidzah berasal dari bahasa Arab yaitu waadza yaidzu wadzan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.

Adapun secara terminology, ada beberapa pengertian di antaranya: 1. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh Hasanuddin adalah sebagai berikut: Al-Mauidzatil hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Quran. 2. Menurut Abdul Hamid Al-Bilali; mauidzatil hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan cara memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. 3. Menurut Ibnu Syayyidiqi; memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati. Dari beberapa definisi di atas, metode mauidzah hasanah terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya: nasehat , tabsyir watanzir , dan wasiat 1) Nasehat atau petuah

Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau;izah al-hasanah yang bertujuan mengingatkanbahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Secara terminology Nasehat adalah memerintah atau melarang atau mmenganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Sedangkan , pengertian nasegat dalam kamus besar Bahsa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Perintah saling menasehati ini dapat kita lihat pada beberapa ayat alquran di antaranya : a. Surat al-Ashr ayat 1-3

artinya: Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh dan saling menasehati tentang kebenaran serta menasehati tentang kesabaran b. Surat An-Nahl ayat 125

Artinya : Serulah manusia ke jalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesunggguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jaanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk

2)

Tabsyir watanzir

Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang mempunyai arti memperhatikan/ merasa senang.Tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang orang yang mengikuti dakwah. Tujuan tabsyir : a. b. c. d. Menguatkan atau memperkokoh keimanan Memberikan harapan Menumbuhkan semangat untuk beramal Menghilangkan sifat keragu-raguan

Tandziratau indzar menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuwensinya. 3) Wasiat

Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa arab ,yang terambil dari kata Washa-WashiyaWashiyatan yang berarti pesan penting. Wasiat dapat dibagi menjadi Dua kategori, yaitu : a. Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang masih hidup, yaiitu berupa ucapan, pelajaran atau arahan tentang sesuatu. b. Wasiat orang yang telah meninggal (ketika menjelang ajal tiba) kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupamharta benda warisan. Oleh karena itu , pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah : ucapan berupa arahan (taujih), kepada orang lain (madu), terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa muayan). Wasiat diberikan apabila daI telah mampu membawa madu dalam memahami seruannya atau disaat memberikan kata terakhir dalam dakwahnya (tabliq). Wasiat adalah salah satu model pesan dalam perspektif komunikasi, maka seorang daI harus mampu memenej kesan(management impression) madu setelah menerima saruan dakwah. Sehingga wasiat yang diberikan mampu mempunyai efek positif bagi madu.efek wsiat terhadap madu antara lain : a. Memberdayakan daya nalar intelektual madu untuk memahami ajaran islam

b. Membangun daya ingat madu secara kontinu, karena ada persoalan agama yang sulit di analisa c. Mengembalikan umat atau madu kepada eksitensi ajaran islam

d. Membangun nilai-nilai kesabaran, kasih sayang dan kebenaran bagi kehidupan madu atau umat.

Dari beberapa pengertian di atas, istilah mauidzah hasanah akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. c) Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan

Dari segi etimology lapadz mujadalah diambil dari kata jadala yang artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faala menjadi jaadala dapat bermakna berdebat. Berarti arti mujadalah mempunyai pengertian perdebatan. Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu.Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian al- mujadalah (al-hiwar).Al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.

Adapun secara terminology, ada beberapa pengertian di antaranya: 1. menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. 2. Menurut Sayyid Muhammad Thantawi adalah suatu upaya bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. 3. Menurut tafsir An-Nasafi, kata mujadalah mengandung arti berbantahan dengan jalan sebaik-baiknya antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan mujadalah adalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak

melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Demikianlah pengertian tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda :

Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.[ H.R. Muslim ].

Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ; a) Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. b) Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh madu, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati. c) Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai madu dengan tulus, apabila suatu saat madu atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci daI atau muballigh, maka hati dai tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati dai hendaknya mendoakan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal.Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat.Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

D.

Aplikasi Metode Dakwah

Ketiga metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu : a) Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara dai dan madu langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh madu akan langsung diketahui. b) Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat.Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman. c) Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, dai berperan sebagai nara sumber sedang madu berperan sebagai undience. d) Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga madu ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam. e) Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para dai ke daerah-daerah di luar tempat domisisli.

E.

Klasifikasi Ayat Dakwah Dalam Al-Quran

Kewajiban bagi setiap manusia untuk berdakwah

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dalam berdakwah harus memiliki kekuatan, bagaikan pohon yang berakar bukan pohon yang rapuh

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.

Dalam berdakwah perlu di susun barisan atau organusasi

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan ma`siat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran.

Dakwah bukan masalah yang gampang, oleh sebab itu sedikit sekali orang yang sungguhsungguh dalam berdakwah

Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

Seorang muballigh/ juru dakwah harus memiliki jiwa pemaaf

Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan ayat-ayat Allah / peringatan-peringatan Allah

Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa`at bagi orang-orang yang beriman. Dalam berdakwah hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam berdakwah tidak boleh memaksa

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya.

Dalam berdakwah tidak boleh terlalu berharap, bahwa yang didakwahi pasti mengikuti dan beriman

Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya.

Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. Sebagian manusia tidak memperdulikan dahwah/ ajakan kembali kepada ayat-ayat Allah

Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?,

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya (mendustakannya).

Dalam berdakwah tidak boleh meminta upah

Dan (dia berkata): Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orangorang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.

Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan (nya)?

Katakanlah: Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.

Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Tantangan dalam berdakwah

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Quran).

Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)..

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya).

Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.

Dan mereka berkata: Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya? Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitabkitab yang dahulu?

F.

Kode Etik Dakwah

Secara islam etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri , dimana secara umum seorang daI harus melakukan tindakan-tindakan yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilakuperilaku yang tercela. Dan pengertian kode etik dakwah adalah rambu rambu etis yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah , namunsecara khusus dalam dakwah terdapat kode etik tersendiri. Dalam berdakwah terdapat beberapa etika yang merupakan rambu-rambu etis juru dakwah, sehingga dapat dihasilkan dakwah yang bersifat responsive.Dan sumberdari ramburambu etis dakwah bagi seorang daiadalah Al-Quran, seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun rambu-rambu etis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tidak memisahkan anara ucapan dan perbuatan Kode etik ini bersumber dari firman allah dalam Surat Al-Shaff ayat 2-3 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan hal-hal yang kalian tidak melakukannya ?amat besar murka di sisi Allah, bahwa kalian menngatakan apa yang kalian tidak kerjakan. 2. Tidak melakukan toleransi agama.

Toleransi memang di anjurkan oleh Islam, tetapi hanya dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (kepercayaan). Dalam masalah prinsip keyakinan (Aqidah), islam memberikan garis tegas untuk tidak bertoleransi, kompromi dan sebagainya.seperti yang tergambar dalam Surat Al-Kafirun ayat 1-6. ) 4( ) 2( (4) 5( ) ) 1( (6) Artinya : Katakanlah : Hei orang-orang kafir , aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah . Dan kamu bukan penyembah Tuhan apa yang aku sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.Untukmu lah agama mu, dan untukku lah agama ku. Dalam hal ini pula bias dilihat dalam surat Al-Khafi ayat 29 Artinya:

Dan katakanlah : kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka, itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. 3. Tidak menghina sesembahan non muslim Kode etik ini diambil dari QS. AlAnam ayat 108 Artinya : Dan janganlah kamu memakai sembah-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Peristiwa ini berawal ketika pada zaman Rasulullah orang-orang muslim pada saat itumencerca berhala-berhala sembahan orang-orang musrikin, dan akhirnya karena hal itu menyebabkan mereka mencerca Allah, maka Allah menurunkan ayat tersebut. 4. Tidak melakukan diskriminasi social

Apa bila mensuri tauladan Nabi maka para daI hendaknya tidak membeda-bedakan atau pilih kasih anatara sesame , baik kaya maupun miskin, kelas elit maupun kelas marjinal ataupun status lainnya yang menimbulkan ketidak adilan. Semua harus mendapatkan perlakuan yang sama. Karena keadilan sangatlah penting dalam dakwah.DaI harus menjunjung tinggi hak universal dalam berdakwah.Kode etik ini di dasari pada QS.Abasa ayat 1-2. (2) )1( Artinya : Dia (Muhammad) bermuka musam dan berpaling, Karena karena telah dating seorang buta kepadanya. 5. Tidak memungut imbalan

Ada perbedaan pendapat tentang dibolehkannya ataupun dilarang dalam memungut biaya atau dalam bahasa lain memasang tariff , dalam hal ini berpendapat menjadi 3 kelompok: a. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa memungut imbaan dalam berdakwah hukumnya haram secara mutlak, baik dengan perjanjian sebelumnya ataupun tidak. b. Al-Hasan Al-Basri, Ibn Sirin, Al-Syaibi dkk. Mereka berpendapat boleh hukumnya memungut bayarab dalam berdakwah tapi harus di adakan perjanjian terlebih dahulu. c. Imam Malik bin Anas & Imam Syafei, memperbolehkan memungut biaya atau imbalan dalam menyebarkan ajaran islam baik ada perjanjian sebelumnya maupun tidak

Perbedaan pendapat dari para ulama terjadi Karena banyaknya teks-teks Al-Quran yang menjadi sumber etika sehingga muncul perbedaaan dalam penafsiran dan pemahamannya. 6. Tidak mengawani pelaku maksiat

Berkawan dengan pelaku maksiat ini di khawatirkan akan berdampak buruk. Karena orang bermaksiat itu beranggapan bahwa seakan-akan berbuat maksiat direstui oleh dakwah, pada sisi lain integritas seorang daI akan berkurang. 7. Tidak menyampaikan hal hal yang tidak diketahui

DaI yang menyampaikan suatu hokum, sementara ia tidak mengetahui, hokum itu pasti akan menyesatkan umat. Seorang juru dakwah tidak boleh asal menjawab pertanyaan orang menurut seleranya sendiriyang tanpa ada dasar hukumnya.

Karakteristik Kode Etik Dakwah Yang menjadi karakteristik dari etika dakwah adalah karakteristik dari etika islam itu sendiri. Dimana cakkupannya terdiri dari sumber moral dakwah. Standar yang digunakan untuk menentukan baik buruknya tingkah laku sang daI, pandangan terhadap dan naluri. 1. Al-Quran dan sunah sumber moral

Karena pada dasarnya Al-Quran itu sendiri merupakan dakwah yang terkuat baggi pengembangan islam karena Al-Quran mencangkup cerita orang-orang terdahulu dan syariat syariatnya srta hukum-hukumnya 2. Akal dan Naluri

Dalam menentukan baik dan buruk dalam etika dakwah adalah akal dan naluri. Dalam etika islam akal dan naluri berpendirian sebagai berikut : a. b. Akal dan nalluri adalah anugerah Allah Naluri yang mendapatkan pengarahan dari petunjuk Allah yang dijelaskan dalam kitabnya

c. Akal dan pikiran mannusia terbatas sehingga pengetahuan manusia terbatas dan manusia tidak akan mampu memecahkan seluruh permasalahan yang ada. Akan tetapi hanya akal yang dipancari cahaya Al-Quran yang bias menempatkanpada tempatnya. 3. Motivasi Iman

Dalam melakukan tugas dakwah haruslah memiliki motivasi ataupun pendorong dalam melakukan segala aktivitasnya yaitu Aqidah dan iman yang terpatri dalam hati.Imanitulah yang

mendorong seorang daI mampu berbuat ikhlas, beramal sholeh, bekerja keras dan rela berkorban.iman yang sempurna akakn menjelmakan cinta dan taat kepada Allah. Sekali-kali seseorang Mukmin merasa kenyang (puas) mengerjakan kebajikan, menjelang puncaknya mamasuki syurga (HR. Tirmizi)

Hikmah Dalam Etika Dakwah Secara umum hikmah dalam mengaplikasikan kode etik dakwah itu adalah : 1) Kemajuan rohani.

dimana bagi seorang juru dakwah ia akan selalu berpegang pada rambu-rambu garis islam, maka secara otomatis, ia akan memilliki akhlak yang mulia. 2) Sebagai penuntuk kebaikan.

Kode etik dakwah menuntut daI pada jalan kebaikan tepi mendorong dan memotivasimembentuk kehidupan yang suci dengan memprodusir kebaikan dan kebijakan yang mendatangkan kemanfaatan bagi sang dai khususnya, dan umat islam pada umumnya. 3) Membawa kesempurnaan iman

Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan diri. Dengan kata lain, bahwa keindahan etika adalah manifestasi dari pada kesempurnaan iman. Abu Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah saw. : Orang mukmin yang paling sempurna ialah yang terbaik akhlak dan etikanya (Hr. at-tirmizi) 4) Kerukunan antar umat beragama, untuk membina keharmonisan secara extern dan intern pada diri sang dai

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Secara harfiah dawah merupakan masdar dari fiil daa dengan arti ajakan, seruan, panggilan, undangan. [1] Dalam Al- Quran surat An- Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.[2] psqyJ9$#ur puZ|pt:$# ( /pyJ3t:$$ y7n/u ) @ 6y<n3 $# yJ/ @| `t ` &uqd On=r u /b) y7 3 &y_ur L9$$/ } d `|mrOg9 t tGgJ9$$/ &On=r uqdur ( # 6y& Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Sedangkan hakikat dakwah Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umat baik di dunia dan di akhirat, dengan bermanhajkan Islam, berpedoman pada Al-Quran dan sunnah. Dan tentunya, selain mewujudkan itu, bahwa hakikat dakwah juga ingin memberikan kontribusi perbaikan.[3] Seorang dai atau mubaligh dalam menentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan dan kecakapan di bidang metodologi. Selain itu bila pola berfikir kita berangkat dari pendekatan sistem (system apprach), di mana dakwah merupakan suatu sistem dan metodologi merupakan salah satu komponen dan unsurnya, maka metodologi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar atau sejajar dengan unsur- unsur lainya seperti tujuan dakwah, sasaran masyarakat, subyek dakwah (dai atau mubaligh). [4]Dan tidak bisa ditinggalkan pentingnya sebuah materi dakwah juga menentukan metode yang seperti apa yang nantinya akan dipergunakan dalam berdakwah. Ketika seseorang inggin berdakwah juga harus memperhatikan media dakwah yang mana juga memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Media dakwah mencangkup keseluruhan aktifitas (kegiatan) dakwah walaupun itu bersifat sederhana dan sementara.[5] Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya. Dalam semua aktivitas dakwah tentunya sebuah sasaran haruslah dirumuskan agar tujuan umum dakwah dapat tercapai dengan cara dan tahapan yang realistis. Jadi dari semua pemaparan di atas merupakan sarana untuk mencapai sebuah tujuan dakwah yang efektif dan efisien agar lebih jelasnya perlunya pembahasan yang lebih detail dalam makalah ini.

B.

RUMUSAN MASALAH

Menilik latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bagaimana hakikat dakwah islamiyah? Apa saja macam materi dakwah islamiyah? Apa saja metode dakwah islamiyah? Apa saja teknik dan taktik dakwah islamiyah? Apa saja media dakwah islamiyah? Siapa saja sasaran dakwah islamiyah?

C. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

TUJUAN Untuk memahami hakikat dakwah islamiyah. Untuk mengetahui macam materi dakwah Untuk mengetahui metode dakwah Untuk mengetahui teknik dan taktik dakwah Untuk mengetahui berbagai media dakwah Untuk mengetahui siapa saja sasaran dakwah islamiyah

BAB II

PEMBAHASAN

A.

HAKIKAT DAKWAH ISLAM

Istilah dakwah Islam diungkapkan secara langsung oleh Allah SWT dalam ayat-ayat Al-Quran . kata dakwah di dalam Al-Quran diunkapkan kira-kira 198 kali yang tersebar dalam ayat 55 surat (176 ayat). Kata dakwah oleh Al-Quran digunakan secara umum. Artinya, Allah masih menggunakan istilah dawah il Allah( dakwah Islam) dan dawah ila nar (dakwah setan) oleh, karena itu, dalam tulisan ini dakwah yang dimaksud adalah dawah ila Allah (dakwah Islam)[6]. Secara terminologi, para ahli berbeda-beda dalam memberikan pengertian tentang dakwah Islam. Ada yang mengartikan dakwah Islam secara luas seperti Hasan al-Banna, ada yang memberikan pengertian bahwa dakwah merupakan transformasi sosial, seperti Adi Sasono, Dawam menafsirkan dakwah secara normatif yakni mengajak manusia ke jalan kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan di duniadan akhirat. Meskipun terjadi perbedaan-perbedaan, tetapi sebenarnya pendapat-pendapat nereka memilki benang merah yang dapat menjadi titik temu dan hakikat dari dakwah itu sendiri, yakni dakwah Islam sebagai aktivitas (proses)mengajak kepada jalan Islam[7]. Dalam aktivitas mengajak kepada jalan Islam, Al-Quran memberikan gambaran yang jelas seperti tertera dalam surat Fushilat (41) ayat 33 : ) !$# @Jtur $[s=| tA$s%ur _R) z`B <n Zwqs% `JiB !%ty &`tBur `|mr tJ=J9$# Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Dari ayat ini ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menjalankan aktivitas dakwah, yakni dakwah bil-qoul dan dakwah bil-amal. Dakwah bil-qaul dapat dilakukan secara individual, kelompok atau massa. Inilah yang kemudian menjadi kajian utama dalam Progam Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Bimbingan Konseling Islam (BKI). Sementara dakwah bil-amal merupakan aktivitas dakwah yang dilakukan dengan cara social engineering (rekayasa sosial). Dakwah model ini yang menjadi fokus kajian program studi pengembangan masyarakat Islam (PMI). Untuk mengefektifkan dan mengkoordinasikan antara antara dakwah bil-qaul dengan dakwah bil-amal diperlukan adanya manajemen dan inilah yang menjadi fokus dalam Progam Studi Manajemen Dakwah (MD)[8]. Ismail R. Al-Faruqi dan istrinya Lois Lamnya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga term: kebebasan, rasionalitas dan uviversalisme. Kebebasan sangat dijamin dalam agama Islam, termasuk keyakinan dalam meyakini agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar-benar yakin bahwa kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri, karena

dakwah tidak bersifat memaksa. Dakwah juga merupakan ajakan untuk berfikir. Keuniversalan Risalan Nabi Muhammad adalah untuk semua manusia, bahkan juga jin. Risalahnya berlaku sepanjang masa tanpa batasan ruang dan waktu[9]. 1. Sifat-Sifat Dasar Dakwah

Dalam dialog internasional tentang Dakwah Islam dan Misi Kristen pada tahun 1976, Ismail Raji Al-Faruqi dari Universitas Temple Philadelphia, USA, merumuskan sifat-sifat dasar dakwah sebagai berikut[10]: a. b. c. d. e. Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif Dakwah ditujukan kepada pemeluk Islam dan non-Islam Dakwah adalah anamnesis, yakni berupa mengembalikan fitrah manusia Dakwah adalah rational intelection, dakwah bersifat rasional. Dakwah adalah rationally necessary, dakwah bersifat kebutuhan.

2. a.

Fungsi Dakwah[11] Dengan dakwah umat Islam dapat menjadi saudara.

b. Dakwah Islam mutlak diperlukan agar Islam menjadi penyejuk bagi kehidupan manusia c. Melalui dakwah, Islam tersebar keseluruh penjuru dunia, jadi dakwah Islam berfungsi sebagai tongkat estafet peradaban manusia. d. e. 3. Dakwah berfungsi menjaga orisinalitas pesan dakwah Nabi SAW Dakwah berfungsi mencegah laknat Allah, yakni siksa untuk seluruh manusia. Faktor Hidayah dalam Sistem Dakwah

Pendapat-pendapat para ahli tafsir mengenai pengertian hidayah ada dua yakni pertama, hidayah sebagai petunjuk informatif, yaitu memberikan pemahaman tentang pesan Islam. Hidayah jenis ini ditunjukkan kepada masyarakat yang masih membutuhkan banyak informasi ajaran Islam. Kedua, hidayah sebagai petunjuk pembinaan. Dalam hal ini masyarakat dibimbing dan digerakkan untuk menjalankan ajaran Islam[12]. Lebih rinci lagi Al-maroghi membagi hidayah Allah menjadi lima macam yaitu[13]:

a.

Hidayah Ilham (hidayah al-Ilham)

Hidayah jenis ini terbentuk sejak kita dilahirkan. Kita dituntut oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan pokok kita. b. Hidayah pancaindera (hidayah al-haws)

c. Selain dorongan insting, kita juga dituntun oleh Allah lewat pancaindera untuk mengenali dunia disekeliling kita. d. Hidayah akal (hidayah al-aql)

e. Melalui akan kita Allah membimbing kita untuk menyelidiki aspek baik dan buruk dalam kehidupan ini. f. g. Hidayah agama dan syariat (hidayah al-adyan wa al-syarai) Hidayah pertolongan (hidayah al-maunah wa al-taufiq)

Hidayah ini mutlak hak milik Allah, tak satupun makhluk bisa memberikan hidayah ini. Dengan mengetahui peranan hidayah dalam Islam kita dapat memahami kebebasan dalam dakwah. Pendakwah bukan penentu hidayah tetapi pendorong. Dari berbagai macam hidayah tadi dapat diketahui bahwasanya ada keterbatasan hak dan kemampuan pendakwah untuk merubah sikap dan tingkah laku keagamaan orang yang didakwahinya. Pendakwah hanya bertugas menyampaikan ajaran Allah SWT[14].

B.

MATERI DAKWAH

Pada dasarnya materi dakwah Islam itu kembali apa tujuan dakwah, karena pada dasarnya apa yang terdapat dalam materi dakwah bergantung pada tujuan dakwah yang yang ingin dicapai. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Quran, bahwa: Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia (meliputi orang mukmin maupun kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT, agar dapat hidup bahagia dan sejahtera didunia maupun diakhirat.[15] Apa yang disampaikan seorang dai dalam proses dakwah (nilai-nilai dan ajaran-ajaran islam) untuk mengajak ummat manusia kepada jalan yang diridhai Allah, serta mengubah perilaku madu agar mau menerima ajaran-ajaran islam serta memanifestasikannya, agar mendapat kebaikan dunia akhirat, itulah yang disebut materi dakwah. Allah SWT telah memberi petunjuk tentang materi dakwah yang harus disampaikan , untuk lebih jelasnya perlu mencermati firman Allah SWT dalam Q.S. Ali-Imran : 104.[16]

tbrBt ur #$:) s <n tbq t &3tF9ur N3YiB pB` ur Nd &y7s9r $rpRQ$$/ tbqygZt ur `t s3YJ9$# 4 cqs=J9$# Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. Maruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. psqyJ9$#ur puZ|pt:$# ( /pyJ3t:$$ y7n/u ) @ 6y<n3 $# yJ/ @| `t ` &uqd On=r u /b) y7 3 &y_ur L9$$/ } d `|mrOg9 /t tGgJ9$$ &On=r uqdur ( # 6y& Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. [ Q.S. As-Nahl: 125][17] Dalam ayat tersebut yang dimaksud al-Khair adalah nilai-nilai universal yang diajarkan oleh AlQuran dan Sunnah, Al-Khair menurut Rasulullah Saw sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibn Katsir dalam Tafsirnya adalah mengikuti Al-Quran dan Sunnah Nbi Muhammad Saw, sedangkan Al-Maruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat selama sejalan dengan Al-Khair.[18] Yang dimaksud dengan Sabili Rabbika adalah jalan yang ditunjukkan Tuhanmu yaitu; Ajaran Islam. Dari dua ayat tersebut dapat difahami bahwa materi dakwah pada garis besarnya dapat dibagi dua : 1. Al-Quran dan Hadits

2. Pokok-pokok ajaran Islam yaitu ; aqidah, ibadah, akhlaq, dan muamalah mencakup pendidikan, ekonomi, social, politik, budaya dll. Namun secara global, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal, yang pada dasarnya ketiganya bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Tiga hal itu adalah[19] : a. Masalah keimanan (aqidah)

Aqidah dalam Islam adalah bathni bersifat itiqad bathiniyah yang mencangkup masalahmasalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulallah SAW. Dalam sabdanya:

. Artinya: Iman ialah engkau percaya pada Allah, Malaikat- malikatnya, kitab- KitabNya, Rasul- rasulNya, Hari akhir dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk . Hadist riwayat Imam Muslim. Dalam islam, permasalahan aqidah yaitu masalah-masalah yang mencakup keyakinan yang erat hubungannya dengan rukun iman. Dalam pembahasanya, bukan saja tertuju pada hal-hal yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwahnya juga menyangkut masalah-masalah yang menjadi lawannya. Seperti syirik, ingkar terhadap keberadaan Tuhan, dan sebagainya. b. Masalah keislaman (syariyah)

Dalam islam, permasalahan syariyah erat kaitannya dengan perbuatan nyata dalam mentaati semua peraturan/hukum Allah untuk mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya serta mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW: . Artinya: Dalam Islam bahwasannya engkau yang menyembah kepada Allah SWT. Dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun yang melakukan sembahyang , membayar zakat- zakat yang wajib, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji di Mekah (Baitullah). Hadis Riwayat Bukhari Muslim.[20] Permasalahan yang berhubungan dengan masalah syariyah bukan saja terbatas pada masaalah ibadah kepada Allah, namun permasalahannya juga mencakup pada masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia seperti masalah hukum jual-beli, berumah tangga, warisan, dan lainnya, begitu juga dengan segala bentuk larangan Allah, seperti mabuk, mencuri, berzina, dan sebagainya. Hal itu juga termasuk masalah yang menjadi materi dakwah. c. Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)

Sebagai materi dakwah, akhlak lebih tepat dikatakan pelengkap bagi keimanan dan keislaman seseorang. Namun bukan berarti masalah akhlak tidak penting, karena bagaimana pun juga, iman dan islam seseorang tidak akan sempurna tanpa dibarengi dengan perwujudan akhlakul karimah. Rasullulah pun pernah bersabda :Aku diutus oleh Allah SWT didunia ini hanyalah untuk menyempurnakan Akhlak.(Hadis sahih)[21] Dalam buku yang berjudul Dakwah Aktual, mengatakan: Sirah Nabawiyah mengajarkan kepada kita, bahwa materi pertama yang menjadi landasan utama ajaran islam, yang disampaikan Rasullulah SAW kepada ummat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan pembinaan

akidah salimah, keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan program, status, dan tugas hidup manusia didunia, dan tujuan akhir yang dicapainya, al-musawah, persamaan manusia dihadapan Allah SWT, dan al-adalah, keadilan yang harus ditegakan oleh seluruh manusia dalam menata kehidupanya. Salah satu nasihat spiritual Ikhwan al- Safa bagi perjalanan kehidupan manusia di dunia adalah anjuran untuk mengambil suri tauladan perjalanan kehidupan para Nabi, wali, dan orang- orang salih. Nabi dan orang- orang salih menjalin kehidupan dunianya dengan akhlak terpuji dan perjalanan hidup seimbang. Mereka adalah sosok yang mencapai kesempurnaan hidup. Karakter ini dapat berada pada manuasia pada manusia apa pun posisinya. Baik sebagai iman- iman penunjuk jalan, para daii pemberi petunjuk dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan pembelapembela kebenaran Allah di atas dunia.[22] Hal penting yang harus disadari yaitu, semua ajaran yang disampaikan itu (materi dakwah), bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT, akan tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam, agar mampu mewujudkan atau memanifestasikan aqidah, syariyah, dan akhlak dalam ucapan, pikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Materi dakwah yang telah dirinci sebelumnya, pada dasarnya bersumber kepada: 1) Al-Quran dan Hadits

Al-Quran dan Hadits merupakan pedoman dan sumber hukum serta sumber utama ajaran-ajaran islam bagi ummat islam. Oleh karena, materi dakwah yang pada intinya menyampaikan ajaranajaran islam tidak mungkin terlepas dari dua sumber tersebut, jika seluruh aktivitas dakwah tidak berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadits, maka hal itu akan menjadi sia-sia dan bahkan dilarang oleh islam. 2) Rayu Ulama (opini ulama)

Islam menganjurkan umamatnya untuk berfikir- fikir, berijtihad menemukan hukum- hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil Al- Quran dan hadis. Maka dari hasil pemikiran dan penelitian para ulama ini dapat pula dijadikan sumber kedua setelah Al- Quran dan Al- Hadis. Dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan Al- Quran dan Al- Hadis dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah.[23]

C. 1.

Metode Dakwah Pengertian Metode

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata meta (melalui) dan hodos (jalan, cara)[24]. Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan dakwah menurut pendapat Bakhial Khauli adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari suatu keadaan kepada keadaan lain[25]. Sedangkan Syaikh Ali mahfudz berpendapat dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.[26] Dari pengertian ditas dapat diambil pengertian bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang Dai kepada Madu untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.[27] Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan yang mulia atas diri manusia. 2. a. Bentuk-bentuk Metode Dakwah Al-Hikmah

Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Al-hikmah juga diartikan sebagai kemampuan dai dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif madu. Disamping itu juga al-hikmah diartikan sebagai kemampuan seorang dai dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam, serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah. b. Al-mauidzatul Hasanah

Makna mauidzatul hasanah adalah kata-kata yang masuk kedalam qalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain, sebab kelemah lembutan dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan yang keras dan menjinakkan qalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman. c. Al-mujadalah Billati Hiya Ahsan

Maksudnya adalah tukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat. 3. a. Sumber Metode Dakwah Al-Quran

Didalam Al-quran banyak sekali ayat yang membahas dakwah. Allah telah menuliskan didalam kalam-Nya bagaimana kisah-kisah para rosul menghadapi umatnya.

b.

Hadits/Sunah Rosul

Melalui cara hidup dan perjuangannya baik di Makkah maupun Madinah memberikan banyak contoh metode dakwah kepada kita. c. Sejarah Hidup para Sahabat dan Fuqoha

Selain Rosulullah para Sahabat dan Fuqoha merupakan contoh juru dakwah. Karena merekalah yang melanjutkan dakwah Rosulullah dan membawanya kepada kita. d. Pengalaman

Melalui pengalaman-pengalaman hidup baik yang bersifat religius maupun pengalaman hidup biasa bisa menjadi sumber kita dalam menyampaikan dakwah. 4. 1) 2) 3) 4) 5) Aplikasi Metode Dakwah Rosulullah Pendekatan personal Pendekatan pendidikan Pendekatan diskusi Pendekatan Penawaran Pendekatan Misi

D. 1.

Teknik dan Taktik Dakwah Pengertian Teknik Dakwah

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, kita memerlukan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi, dalam setiap penerapan metode, dibutuhkan beberapa teknik.[28] Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada 3 yaitu: a. b. c. Dakwah Lisan (dawah bil al-lisan) Dakwah Tulis (dawah bil al-qolam) Dakwah Tindakan (dawah bil al-hal)

Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut, maka metode dan teknik dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) a) b) c) 2) a) b) 3) a) b) c) 4) a) b) c) 5) a) b) c) 6) a) b) Metode Ceramah Teknik pesiapan ceramah Teknik penyampaian ceramah Teknik penutupan ceramah Metode Diskusi Manfaat dan macam-macam diskusi Teknik pelaksanaan diskusi Metode Konseling Teknik non direktif Teknik direktif Teknik elektik Metode Karya Tulis Teknik penulisan Teknik penulisan surat (korespondensi) Teknik pembuatan gambar Metode Pemberdayaan Masyarakat Teknik non partisipasi Teknik tekonisme Teknik partisipasi / kekuasaan masyarakat Metode Kelembagaan Manejemen SDM pengurus lembaga dakwah (man) Manejemen keuangan lembaga dakwah (money)

c) d) e) f) 2.

Manejemen strategi lembaga dakwah (method) Manejemen sarana lembaga dakwah (machine) Manejemen produk lembaga dakwah (material) Manejemen pemasaran lembaga dakwah (market) Pengertian Taktik Dakwah

Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya individual, masing-masing pendakwah memiliki taktik yang dalam menggunakan teknik yang sama, setiap pendakwah yang menjalankan kegiatan dakwah masing-masing memiliki pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi mitra dakwah yang berbeda. Dengan demikian keberhasilan dakwah lebih bersifat kasuistik. Keberhasilan dakwah dengan suatu metode dan teknik belum tentu sukses dalam dakwah yang lain. Taktik dakwah dapat menjadi identitas individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik yang lain bisa dilakukannya. Ada taktik dominant dalam diri kita, sehingga ini yang sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari, taktik hampir bersama dengan karakter kita.

E. 1.

MEDIA DAKWAH Pengertian Sarana/Media dakwah

Kata sarana sering juga diartikan sama dengan media yang berasal dari bahasa latin medius yang berarti perantara. Secara etimologis sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.[29] Secara terminologi, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikator kepada khalayak. Menurut Dr. Hamzah Yaqub, yang dimaksud media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemn yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. [30] Dapat disimpulkan bahwa media dakwah yaitu segala sesuatu yang dipergunakan atau menjadi penunjang dalam berlansungnya pesan dari komunikan (dai) kepada kalayak. Atau dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi penunjang/alat daLam proses dakwah yang berfungsi mengefektifkan penyampaian ide (pesan) dari komunikator (dai) kepada komunikan (khalayak). 2. Urgensi Sarana/Media Dakwah

Urgensi media dakwah dalam Islam adalah mempermudah suatu proses pelaksanaan penyampaian pesan dakwah secara efektif. Dengan adanya aneka macam media, seorang dai dapat memilih dan menggunakan media yang tepat dalam menyampaikan pesan yang disampaikan dan dengan media dakwah komunikan dapat merasa dekat dengan khalayak. Ada berbagai macam sarana/media yang sering digunakan dalam penyampaian pesan dakwah maupun komunikasi secara umum. Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknlogi komunikasi yang semakin canggih, memerlukan suatu adapasi terhadap kemajuan itu. Artinya dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan aneka madu (komunikan) yang dihadapi. Laju perkembangan zaman berpacu dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak terkecualli teknologi komunikasi yang merupakan suatu sarana yang menghubungkan suatu masyarakat dengan masyarakat di bumi lain. Kecanggihan teknologi komunikasi ikut mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya kegiatan dakwah sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengethauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses dakwah bisa terjadi dengan menggunakan berbgai sarana/media, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memungkinkan hal itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak positif sebab dengan demikian pesan dakwah dapat menyebar sangat cepat dengan jangkauan danz tempat yang sangat luas pula.[31] Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah diketahui bahwa kepentingan dakwah terhadap adanya sarana atau media yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan sarana/media dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (madunya). 3. Macam-Macam Media Dakwah

Berdasarkan pengertian media dakwah sebelumnya bahwa media adalah segala sesuatu yang menjadi perantara, maka ada beberapa macam media yang digunakan dalam suatu proses dakwah dengan merujuk kepada pendapat beberpa pakar, yaitu: Hamzah Yaqub membagi sarana/media yang dikatakan sebagai wasilah dakwah itu menjadi lima macam yaitu: lisan, tulisan audio, visual dan akhlak. Secara umum pembagian Hamzah Yaqub ini tergolong dalam tiga sarana yaitu sebagai berikut: a. Spoken words, yaitu jenis media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap dengan indera telinga, seperti radio, telepon dan sebagainya. b. Printed writing, yaitu media dakwah yang berbentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat ditangkap dengan indera mata. c. The audio visual, yaitu media yang berbentuk gambar hidup yang dapat didengar, sekaligus dapat dilihat, seperti TV, Film, Video dan sebagainya Dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Media tradisional yaitu berbagai macam seni pertunjukkan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikastif; seperti ludruk, wayang, dan drama. b. Media modern yang diistilahkan juga dengan media elektronik, yaitu media yang dihasilkan oleh teknologi antara lain TV, Radio, Pers dan lain-lain Bila dakwah dilihat sebagai salah satu tipe komunikasi secara umum maka menurut M. Bahri Ghazaly, MA,[32] ada beberapa jenis media komunikasi yang dapat digunakan dalam kegiatan dakwah yaitu: a. Media Visual

Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan menggunakan indra penglihatan dalam meangkap datanya. Jadi matalah yang paling berperan dalam pengembangan dakwah. Media komunikasi yang berwujud alat yang menggunakan penglihatan sebaai pokok persoalannya terdiri dari jenis alat komunikasi yang sangat komplit. Media visual tersebut meliputi: film slide, OHP, gambar foto diam, dan komputer. b. Media Auditif

Media auditif merupakan alat komunikasi yang berbentuk teknologi canggih yang berwujud hardware, media auditif dapat ditangkap melalui indra pendengaran. Perangkat auditif ini pada umumnya adalah alat-alat yang diopersioanalkan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah. Penyampaian materi dakwah melalui media auditif ini menyebabkan dapat terjangkaunya sasaran dakwah dalam jarak jauh. Alat-alat auditif ini sangat efektif untuk penyebaran informasi atau penyampaian kegiatan dakwah yang cenderung persuasif. Alat-alat ini meliputi; radio, tep recorder, telpon dan telegram. c. Media Audio Visual

Media audio visual merupakan perangkat yang dapat ditangkap melalui indra pendengaran maupun penglihatan. Apabila dibandingkan dengan media yang telah dikemukakan sebelumnya, ternyata media audiovisual lebih paripurna, sebab media ini dapat dimanfaatkan oleh semua golongan masyarakat. Termasuk dalam media ini; movie film, TV, video, media cetak Seorang dai juga hendaklah memilih metode dan media yang sifatnya ialah dari dimensi masa ke masa yang terus berkembang, seperti mimbar, panggung, media cetak, atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer). Kemudian dengan mengembangkan media atau metode kultural dan struktural, yakni pranata sosial, seni, karya budaya, dan wisata alam. Juga dengan mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan, dan sebagainya. Dengan penjelasan di atas, maka media dakwah terdiri dari :

a. Media Fisik : Mimbar, Panggung, Media cetak (Majalah, Buletin, Surat Kabar, dll), Media elektonik (Radio, Televisi, Internet, dll). b. Media Kultural dan Struktural : Pranata sosial, Seni (Wayang, Drama, Musik, Lukisan, cerita/dongeng, dll), Karya budaya, Wisata alam, dll.

F.

Sasaran dakwah Islamiyah Sumber utama yang menjadi dasar bagi pendefinisian sasaran dakwah adalah ayat berikut

ini: o0 #\ tRur `3s9ur $Y=j9 #Z 2w) Zp!$ &tBur y7oY=y r$! $Z9$# w cqJn=t &u sY2r .dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Tetapi mayoritas manusia tiada mengetahui (QS. Saba/34: 28). Dari ayat itu dapat diketahui bahwa sasaran dakwah merupakan objek tujuan Nabi Muhammad diutus atau dakwah Nabi Muhammad. Lebih jelasnya, yang dimaksud pengertian sasaran dakwah, umat manusia yang menjadi sasaran risalah Nabi Muhammad SAW. Meskipun al-Quran secara simple memberikan pengertian tentang sasaran dakwah, namun dalam beberapa ayatnya , al-Quran juga memberikan istilah-istilah sasaran dakwah yang lebih khusus. Muhammad Abdul al-Fath al-Bayanuni dalam Al-Madkhal ila Ilmi al-Dawah, menyebutkan beberapa istilah khusus sasaran dakwah Islamiyah berdasarkan al-Quran. Di antaranya, istilah berdasarkan sudut pandang iman terhadap al-Quran, terdiri dari dua kelompok sasaran dakwah, dakwah ke dalam kalangan umat Islam (internalisasi dakwah) dan dakwah ke kalangan non-muslim. Selanjutnya masyarakat Muslim mendapat sebutan dengan istilah Ummah (al-istijabah). Dalam sudut pandang yang lebih sempit, ruang lingkup ummah terbagi lagi berdasarkan kualitas-kualitas keimanan mereka. Al-Quran menyebutkan bagian-bagian tersebut dengan istilah-istilah tertentu, seperti fasiq, fajir, salih, taqwa, dan sebagainya. Sedangkan kalangan non-muslim mendapat sebutan dengan istilah kafir. Keduanya masuk dalam satu cakupan dakwah yang disebut dengan ummat al-dawah (masyarakat sasaran dakwah). Dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa sasaran dakwah (madu) dalam istilahistilah al-Quran merupakan tingkat keimanan manusia terhadap ajaran Islam, dengan lingkup utamanya, umat dakwah. Jadi dakwah meliputi tingkatan-tingkatan keimanan yang rendah sampai yang tertinggi. Bagitu juga dari tingkatan pengingkaran terendah sampai pada tingkatan yang sama sekali anti ajaran Tuhan. Peristilahan di atas juga menandakan bahwa sudut pandang utama hakikat sasaran dakwah adalah berpijak pada al-Quran sebagai dasarnya.[33] Manusia yang menjadi audiens yang akan diajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga yang muslim, tetapi fasik atau penyandang dosa dan maksiat.dari sudut lain juga berbeda baik

intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan ada bawahan, ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang miskin, dan sebagainya. Sehubungan dengan kenyataan-kenyataan di atas, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar. 2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dar segi struktur kelembagaan, berupa masyarakat desa, pemerintah dan keluarga. 3. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari tingkat usia, berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 4. Sasaran yang dilihat dari tingkat hidup social-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah, miskin dan seterusnya.[34] 5. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi social cultural berupa golongan priyayi, abangan, santri (klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat jawa). 6. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okuposional (profesi atau pekerjaan), berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan sebagainya.[35] Bila dilihat dari kehidupan psikologis, masing-masing golongan masyarakat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan kontekstualitas lingkungannya. Sehingga hal tersebut menuntut kepada system dan metode pendekatan dakwah yang efektif dan efisien, mengingat dakwah adalah penyampaian ajaran agama sebagai pedoman hidup yang universal, rasional dan dinamis. Kita dapati bahwa al-Quran mengarahkan dakwah kepada semua pihak, semua golongan dan siapa saja, sesuai dengan misi dakwah Nabi sebagai Rahmatan lil alamin. Berangkat dari ruang lingkup dakwah Islamiyah yang amat luas itu maka implementasi dakwah Nabi menggunakan asasu al tadrij (bertahap), pertama; Nabi berdakwah kepada kerabat terdekat, kemudian diperluas kepada kaumnya, dan diperluas kepada penduduk Mekkah dan sekitarnya, selanjutnya dakwah meluas lagi mencakup manusia seluruhnya. Sedangkan sasaran (objek)nya di samping orang-orang yang takut kepada Allah, juga kepada orang dzalim dan keras kepala, orang-orang munafik, orang-orang kafir dan pembangkang, bahkan mengulangi dakwah kepada orang yang beriman, berbakti dan orang sabar. Beranjak dari heterogenitas objek dakwah seperti gambaran di atas, maka seorang dai di samping dituntut memahami keberagaman audiens tersebut, juga perlu menerapkan strategi

dengan berbagai metode dalam berdakwah. Banyak metode yang memungkinkan diterapkan seperti bi al lisan, bi al hal, bil amal dan sebagainya, sesuai sabda Nabi Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihim (Berbicalah dengan mereka (manusia) sesuai dengan kemampuannya.[36] Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu bias beragam, tergantung dari cara memandangnya. Dipandang dari bidang sosiologi, masyarakat itu mempunyai struktur dan mengalami perubahn-perubahan. Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompok lain, individu dengan kelompok. Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan. Itulah pandangan sosiologi terhadap masyarakat. Pandangan psikologi lain lagi, demikian pula pandangan dari bidang antropologi, sejarah, ekonomi, agama dan sebagainya.[37]

BAB III PENUTUP

A. 1.

KESIMPULAN hakikat dakwah Islam pada tiga term: kebebasan, rasionalitas dan uviversalisme.

2. materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal, yang pada dasarnya ketiganya bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Tiga hal itu adalah : masalah keimanan, keislaman, dan budi pekerti. 3. Bentuk-bentuk metode dakwah : al- hikmah, mauidhoh hasanah, mujadalah billati hiya ahsan. 4. Teknik dan taktik dakwah : Teknik pesiapan ceramah, Teknik penyampaian ceramah, Teknik penutupan ceramah 5. Media media yang digunakan untuk berdakwah adalah : media visual, auditif, dan audio visual. 6. Sasaran dakwah adalah semua manusia dari berbagai lapisan masyarakat dilihat dari sosiologisnya, psikologisnya, usianya, sosial ekonomisnya maupun tingkat intelektualnya.

B.

SARAN

Makalah ini tentunya jauh dari sempurna, untuk itu kami sebagai penyusun memohon banyak saran dan kritik yang membangun agar mampu menulis kembali makalah yang lebih baik. Makalah ini kami tulis agar bermanfaat untuk mahasiswa khususnya, sebagi acuan untuk melanjutkan dakwah Islamiyah.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Moh Aziz. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Bahreisy Salim, dkk. 2001. Tarjamah Al- Quran Al- Hakim. Surabaya: CV. Sahabat Basit, Abdul. 2005. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ghazali, M. Bahri. 1997. Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Nurdin. 2010. Prospek Media Penyiaran Senagai Wahana Dakwah. [posting] 5 Agustus 2010 Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka Syabibi, Ridho. 2008. Metodologi Ilmu Dawah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Syukir, Asmuni. 1983. Dasar- dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al- Ikhlas Shihab, M.Quraish. 2000. Tafsir Al-Mishbah Jilid.2. Jakarta: Lentera Hati Tim Penulis Rahmat Semesta. 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana Yaqub, Hamzah. 1992. Publisistik Islam, Teknik dakwah & Leadership. Bandung: CV. Diponegoro. http://pandidikan.blogspot.com/2010/05/pendekatan-dan-metode-perencanaan.html diakses pada tanggal 25 November 2011 pukul 07.30 WIB http://prodibpi.wordpress.com/prospek-media-penyiaran-sebagai-wahana-dakwah-2/ [online] 23 November 2011 http://www.gustaf.web.id/2011/01/makalah-presentasi-pendagama.html (Di akses Tgl 24: 21.15)

Bagikan ini:

Twitter Facebook

Tandai permalink.

Navigasi tulisan
pengertian zakat contoh pengucap

Tinggalkan Balasan

Blog pada WordPress.com. | Tema: Sidekick oleh WordPress.com. Ikuti

PENGERTIAN METODE DAKWAH


Divta.Iqbal Dunia Islam 10 Oktober 2012 Dakwah Islam adalah tugas suci yang dipikulkan kepada setiap orang yang mengaku muslim dimanapun ia berada, sebagaimana perintah tersebut telah tertulis di dalam kitab suci al-Quran maupun as-Sunah Rasulullah SAW, untuk menyerukan dakwah dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat dimanapun kita berada. Dakwah Islam adalah dakwah yang bertujuan untuk mengharapakan dan memancing potensi sifat fitrah manusia agar eksistensi manusia memiliki makna di hadapan Allah SWT dan yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa tugas dakwah adalah tugas umat Islam secara menyeluruh

bukan hanya tugas seseorang atau sebuah kelompok saja melainkan tugas bagi seluruh umat muslim. Oleh sebab itu agar dakwah dapat mencapai sasaran maka tentunya diperlukan suatu sistem dalam hal penataan perkataan mapun perbuatan yang relevan dan terkait dengan nilai-nilai keIslaman. dalam kondisi seperti ini maka para dai harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai metode dakwah ini. 1. A. Pengertian Metode Dakwah Secara Etimologis

Drs. Munzier mengutip perkataan M. Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam bahwa dari segi kebahasaan metode berasal dari dua kata yaitu meta (memulai) dan hodos (jalan, cara), dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sember yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman yaitu methodica, artinya ajaran tentang metode. Sedangkan menurut Drs. H. Hasanuddin dalam bukunya Hukum Dakwah mengatakan bahwa metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa arab disebut arq. Jadi metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.[1] Metode juga sering disebut manhaj atau minhj, yang menurut A.M Munawwir, Istilah manhaj atau minhj berasal dari kata nahaja (terengah-engah) menjadi al minhju yang berarti al-arq yaitu cara, metode, jalan yang terang.[2] Sementara itu, menurut Hans Wehr dalam A Dictionary of Modern Written Arabic perkataan manhaj atau minhj berarti way, road, method dan procedure (jalan, cara, metode dan prosedur).[3] Dengan demikian, manhaj dawah berarti jalan, cara atau metode dakwah. Sementara itu, istilah dawah berasal dari kata kerja ( da yad , dawatan), yang berarti memanggil atau mengundang.[4] Para Ulama ahli linguistik menggali makna perkataan dawah dalam al-Quran secara mendalam. Abu Ishaq, sebagaimana disebutkan oleh Ibn Manzhur berpendapat, ungkapan al-Qur`an Surah al-Baqarah ayat 186, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, menyatakan bahwa makna dawah pada ayat tersebut terbagi ke dalam tiga bagian. Pertama, (Ya mentauhidkan Allah SWT dan memuji-Nya, antara lain dengan ungkapan Allah, tiada tuhan selain Engkau), dan ungkapan ( Wahai Tuhan kami dan hanya untuk-Mu segala puji). Jika anda menyatakan kedua ungkapan tersebut, maka anda telah menyeru dan memanggil-Nya. Kedua, memohon kepada Allah SWT ampunan dan kasih sayang dan segala sesuatu yang mendekatkan kita kepada ampunan dan kasih sayang Allah SWT seperti . Ketiga, memohon kepada Allah SWT bagian dari kehidupan dunia seperti harta dan anak .[5] Permohonan ketiga dimaksudkan bahwa harta dan anak dapat menguatkan manusia dalam meneguhkan prinsip tauhid serta memuji Allah SWT guna mendapatkan ampunan dan kasih sayang-Nya di dunia dan di akhirat.

1. B.

Pengertian Metode Dakwah Secara Terminologis

Secara istilah (terminologi) metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Drs. Agus M. Hardjana metode adalah Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, sedangkan menurut Macquarie metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Secara istilah (terminologi) dawah dirumuskan oleh para Ulama dengan rumusan yang berbedabeda diantara mereka dan dengan perspektif yang berbeda pula, diantaranya sebagai berikut: 1. Prof. H.M. Thoha Yahya Umar, membagi pengertian dakwah menjadi dua bagian yakni, dakwah secara umum dan dakwah secara khusus. Secara umum dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntutan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi dan pendapat dan pekerjaan tertentu. Sementara itu, secara khusus dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.[6] 2. Syaikh Ali Mahfudz menyatakan bahwa dakwah ialah mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat maruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[7] 3. Prof. DR. Muhammad Quraish Shihab, M.A. merumuskan bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik pada kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat.[8] 4. Wardi Bachtiar menyatakan bahwa dakwah adalah suatu proses atau upaya mengubah situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam.[9] 5. Bakhial Khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksut memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.[10] Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode dakwah adalah suatu cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan dakwah yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam atau aktivitas penyampaian ajaran agama Islam dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan berbagai cara atau metode yang telah direncanakan dengan tujuann mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah SWT. Dakwah adalah ikhtiar, usaha dan perjuangan secara sungguh-sungguh dalam rangka meningkatkan pemahaman umat terhadap ajaran Islam secara mendalam guna mengubah pandangn hidup, sikap batin dan perilaku umat yang tidak sesuia dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat agar memperoleh kebahagiaan hidup dunia akhirat.

[1] M.Munir, S.Ag., MA., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana.2009), h.6.

[2]A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwur Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.1467-1468.

[3] Hans Wehr, A Dictionary Of Modern Written Arabic (Arabic-English), (ed) J. Milton Cowan, Cet. ke-3, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1980), h. 1002.

[4] A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap , h. 406. [5] Ibn Manzhur, Lisn al-Arab, (Kairo: Dar al Hadits,2003 ) jilid.3, h. 366.

[6] Prof. H.M. Thoha Yahya Umar, MA, Ilmu Dakwah, (Jakarta: CV. al-Hidayah, 2002), h.7.

[7] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: PT Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 10.

[8] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992).h.194.

[9] Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h, 31.

[10] Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaisiya: Nur Niaga, 1996), h.5.

A. Definisi Dakwah
Dakwah artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah Subhanahu wa Taala, yaitu agama Islam. Menurut Al-Quran, dakwah adalah : Menyampaikan kebenaran di jalan Allah Subhanahu wa Taala

dengan metode

Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mauidzah Hasanah. Sedangkan yang menetukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa Taala. Sedangkan kata dakwah menurut pendapat para ahli ulama adalah : 1. Menurut Syeh Al-babiy al-khuli, dakwah adalah upaya memindahkan situasi manusia kepada situasi yang lebih baik. 2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapatkebahagiaan di dunia dan akhirat Maka, dari pernyataan diatas, dapat saya disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu ajakan untuk mengajak umatnya untuk melakukan hal yang baik atau mendekatkan diri kepada allah.

B. Pengertian Metode Dakwah


Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan, cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, dalam bahasa Arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti tata cara, sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur dan berfikir baik baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkanpelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan metode adalah suatu cara yang sudah diatur dangan petimbangan yang matang untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode dakwah berarti : Suatu cara atau teknik menyampaikan ayat-ayat Allah dan Sunnah dengan sistematis sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Berhubung dengan pengertian diatas, maka metode yang digunakan dalam mengajak haruslah sesuai dengan konsidisi maupun tujuan yang akan dicapai. Pemakaian metode atau cara yang tidak benar merupakan keberhasilan dari dakwah itu sendirii. Namun bila metode yang digunakn dalam menyampaikannya tidak sesuai, maka akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.

C. Bentuk Bentuk Metode Dakwah

Artinya : Serulah manusia ke jalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesunggguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jaanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk Ayat ini mennjelaskan, sekurang kurangnya ada tiga cara atu metode dalam dakwah, yakni Metode Dakwah Al-Hikmah, Metode Dakwah Al-Mauidzatil Hasanah dan Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan. Ketiga metode dakwah dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang daI atau daiyah di medan dakwahnya. a) Metode Dakwah Al-Hikmah Dakwah AL-Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain: Menurut bahasa:

adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama obyek kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:

valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

Adapun secara terminology, ada beberapa pengertian tentang Hikmah, di antaranya: 1. Menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan. 2. Menurut Syekh Muhammad Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lapaz tetapi banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.14 Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu. 3. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an- Nasafi, arti hikmah yaitu: Artinya: Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. 4. Menurut al-Kasysyaf-nya Syekh Zamakhsyari, al- hikmah adalah perkataan yang pasti benar. Ia adalah dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kasmaran. Selanjutnya Syekh Zamakhsyari mengatakan hikmah juga diartikan sebagai al-Quran yakni ajaklah mereka (manusia) mengikuti kitab yang memuat hikmah.

5.

Sedangkan menurut Moh. Natsir mengatakan, bahwa hikmah lebih dari semata-mata ilmu. Ia adalah ilmu yang sehat dan mudah dicernakan; ilmu yang berpadu dengan rasa perisa, sehingga menjadi daya tarik penggerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, berguna kalau dibawa kebidang dakwah: untuk melakukan tindakan sesuatu yang berguna dan efektif. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa al- hikmah adalah merupakan kemampuan daI dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif madu. di samping itu juga, al-hikmah merupakan kemampuan daI dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, alhikmah adalah sebagai sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

Dalam dunia dakwah, hikmah adalah salah satu penentu sukses tidaknya kegiatan dakwah. Dalam menghadapi madu yang beragam tingkat pendidikan strata social dan latar belakang budaya, para daI memerlukan hikmah sehingga materi dakwah yang disampaikan mampu masuk ke ruang hati para madu dengan tepat. Oleh karena itu para daI dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya. Di samping itu, daI juga akan berhadapan dengan realitas perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen. Kemampuan daI untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat baik dan bekerja sama dalam hal-hal yang dibenarkan agama tanpa mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagian dari hikmah dalam dakwah. Dai yang sukses biasanya berkat dari kepiawaannya dalam memilih kata. Pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan dalam dakwah. DaI tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama tanpa mengamalkannya. Seharusnya daI adalah orang yang pertama yang mengamalkan apa yang diucapkannya. Kemampuan daI untuk mrnjadi contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang dai. dengan amalan nyata yang bisa langsung dilihat oleh masyarakatnya, para daI tidak terlalu sulit untuk harus berbicara banyak, tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar berbicara.

Hikmah merupakan suatu term karakteristik metode dakwah sebagaimana termaktub dalam QS. An- Nahl ayat 125. Ayat teersebut mengisyaratkan pentingnya hikmah untuk menjadi sifat dari metode dakwah dan betapa pentingnys dakwah mengikuti langkah-langkah yang mengandung hikmah. Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan metode dakwah praktis kepada para daI yang mengandung arti mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa mengajak manusia kepada hakikat yang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpa melalui pendahuluan atau tanpa mempertimbangkan iklim dan medan kerja yang sedang dihadapi. Dengan demikian jika hikmah dikaitkan dengan dunia dakwah, maka ia merupakan peringatan kepada para daI untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya, mereka harus menggunkan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab sudah jelas, dakwah tidak akan berhasil jika metode dakwahnya monoton. Ada sekelompok orang yang hanya memerlukan iklim dakwah yang penuh gairah dan berapi-api, sementara kelompok yang lain memerlukan iklim dakwah yang sejuk. Hikmah merupakan pokok awal yang harus dimiliki oleh seorang daI dalam berdakwah. Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam menerapkan langkahlangkah dakwah baik secara metodologis maupun praktis. Kesimpulannya hikmah bukan hanya sebuah pendekatan satu metode, akan tetapi kumpulan beberapa pendekatan dalam sebuah metode. Dalam dunia dakwah: hikmah bukan hanya berarti mengenal strata madu akan tetapi juga Bila harus bicara, bila harus diam. Hikmah bukan hanya mencari titik temu tetapi juga toleran yang tanpa kehilangan sibghah. Hikmah bukan hanya dalam kontek memilih kata yang tepat tetapi juga cara berpisah. Dan akhirnya hikmah adalah uswatun hasanah serta lisanul hal. b) Metode Dakwah Al-Mauidzatil Hasanah Term mauidzah hasanah dalam perspektif dakwah sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti mauled Nabi dan Isra Miraj. Istilah mauidzah hasanah mendapat porsi khusus dengan arti acara yang ditunggu-tunggu yang merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target keberhasilan suatu acara. Namun demikian agar tidak menjadi salah paham, maka di sini akan dijelaskan pengertian mauidzah hasanah.

Secara bahasa mauidzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mauidzah dan hasanah. Kata mauidzah berasal dari bahasa Arab yaitu waadza yaidzu wadzan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Adapun secara terminology, ada beberapa pengertian di antaranya: 1. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh Hasanuddin adalah sebagai berikut: Al-Mauidzatil hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Quran. 2. Menurut Abdul Hamid Al-Bilali; mauidzatil hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan cara memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. 3. Menurut Ibnu Syayyidiqi; memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati. Dari beberapa definisi di atas, metode mauidzah hasanah terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya: nasehat , tabsyir watanzir , dan wasiat 1) Nasehat atau petuah Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau;izah al-hasanah yang bertujuan

mengingatkanbahwa segala perbuatan pasti ada sangsi dan akibat. Secara terminology Nasehat adalah memerintah atau melarang atau mmenganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Sedangkan , pengertian nasegat dalam kamus besar Bahsa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk kepada jalan yang benar. Perintah saling menasehati ini dapat kita lihat pada beberapa ayat alquran di antaranya : a. Surat al-Ashr ayat 1-3 artinya: Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh dan saling menasehati tentang kebenaran serta menasehati tentang kesabaran b. Surat An-Nahl ayat 125

Artinya : Serulah manusia ke jalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesunggguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jaanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk 2) Tabsyir watanzir Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang mempunyai arti memperhatikan/ merasa senang. Tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabarkabar yang menggembirakan bagi orang orang yang mengikuti dakwah. Tujuan tabsyir : a. Menguatkan atau memperkokoh keimanan

b. Memberikan harapan c. Menumbuhkan semangat untuk beramal

d. Menghilangkan sifat keragu-raguan Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuwensinya. 3) Wasiat Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa arab ,yang terambil dari kata WashaWashiya-Washiyatan yang berarti pesan penting. Wasiat dapat dibagi menjadi Dua kategori, yaitu : a. Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang masih hidup, yaiitu berupa ucapan, pelajaran atau arahan tentang sesuatu. b. Wasiat orang yang telah meninggal (ketika menjelang ajal tiba) kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupamharta benda warisan.

Oleh karena itu , pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah : ucapan berupa arahan (taujih), kepada orang lain (madu), terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa muayan). Wasiat diberikan apabila daI telah mampu membawa madu dalam memahami seruannya atau disaat memberikan kata terakhir dalam dakwahnya (tabliq). Wasiat adalah salah satu model pesan dalam perspektif komunikasi, maka seorang daI harus mampu memenej kesan(management impression) madu setelah menerima saruan dakwah. Sehingga wasiat yang diberikan mampu mempunyai efek positif bagi madu. efek wsiat terhadap madu antara lain : a. Memberdayakan daya nalar intelektual madu untuk memahami ajaran islam Mengembalikan umat atau madu kepada eksitensi ajaran islam b. Membangun daya ingat madu secara kontinu, karena ada persoalan agama yang sulit di analisa c. d. Membangun nilai-nilai kesabaran, kasih sayang dan kebenaran bagi kehidupan madu atau umat. Dari beberapa pengertian di atas, istilah mauidzah hasanah akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman. c) Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan Dari segi etimology lapadz mujadalah diambil dari kata jadala yang artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faala menjadi jaadala dapat bermakna berdebat. Berarti arti mujadalah mempunyai pengertian perdebatan. Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian al- mujadalah (al-hiwar). Al-mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya.

Adapun secara terminology, ada beberapa pengertian di antaranya:

1.

menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran.

2.

Menurut Sayyid Muhammad Thantawi adalah suatu upaya bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.

3.

Menurut tafsir An-Nasafi, kata mujadalah mengandung arti berbantahan dengan jalan sebaikbaiknya antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan mujadalah adalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Demikianlah pengertian tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda : Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman. [ H.R. Muslim ].

Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ; a) Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. b) Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh madu, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.

c)

Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai madu dengan tulus, apabila suatu saat madu atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci daI atau muballigh, maka hati dai tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati dai hendaknya mendoakan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

D. Aplikasi Metode Dakwah Ketiga metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu : a) Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara dai dan madu langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh madu akan langsung diketahui. b) Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman. c) Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, dai berperan sebagai nara sumber sedang madu berperan sebagai undience. d) Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga madu ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam. e) Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para dai ke daerahdaerah di luar tempat domisisli.

E. Klasifikasi Ayat Dakwah Dalam Al-Quran Kewajiban bagi setiap manusia untuk berdakwah

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dalam berdakwah harus memiliki kekuatan, bagaikan pohon yang berakar bukan pohon yang rapuh

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.

Dalam berdakwah perlu di susun barisan atau organusasi

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan ma`siat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran.

Dakwah bukan masalah yang gampang, oleh sebab itu sedikit sekali orang yang sungguhsungguh dalam berdakwah

Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

Seorang muballigh/ juru dakwah harus memiliki jiwa pemaaf

Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan ayat-ayat Allah / peringatan-peringatan Allah

Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa`at bagi orang-orang yang beriman. Dalam berdakwah hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam berdakwah tidak boleh memaksa

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya. Dalam berdakwah tidak boleh terlalu berharap, bahwa yang didakwahi pasti mengikuti dan beriman

Dan

sebahagian

besar

manusia

tidak

akan

beriman

--walaupun

kamu

sangat

menginginkannya.

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Sebagian manusia tidak memperdulikan dahwah/ ajakan kembali kepada ayat-ayat Allah

Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?",

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya (mendustakannya).

Dalam berdakwah tidak boleh meminta upah

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orangorang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui".

Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan (nya)?"

Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.

Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Tantangan dalam berdakwah

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an).

Dan sesungguhnya dalam Al Qur'an ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)..

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya).

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."

Dan mereka berkata: "Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?" Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitabkitab yang dahulu?

F. Kode Etik Dakwah Secara islam etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri , dimana secara umum seorang daI harus melakukan tindakan-tindakan yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilakuperilaku yang tercela. Dan pengertian kode etik dakwah adalah rambu rambu etis yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah , namunsecara khusus dalam dakwah terdapat kode etik tersendiri. Dalam berdakwah terdapat beberapa etika yang merupakan rambu-rambu etis juru dakwah, sehingga dapat dihasilkan dakwah yang bersifat responsive. Dan sumberdari ramburambu etis dakwah bagi seorang daiadalah Al-Quran, seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun rambu-rambu etis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tidak memisahkan anara ucapan dan perbuatan Kode etik ini bersumber dari firman allah dalam Surat Al-Shaff ayat 2-3 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan hal-hal yang kalian tidak melakukannya ? amat besar murka di sisi Allah, bahwa kalian menngatakan apa yang kalian tidak kerjakan. 2. Tidak melakukan toleransi agama. Toleransi memang di anjurkan oleh Islam, tetapi hanya dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (kepercayaan). Dalam masalah prinsip keyakinan (Aqidah), islam memberikan garis tegas untuk tidak bertoleransi, kompromi dan sebagainya.seperti yang tergambar dalam Surat Al-Kafirun ayat 1-6.

)5( ) 4( ) 2( (4) ) 1( (6)


Artinya : Katakanlah : Hei orang-orang kafir , aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah . Dan kamu bukan penyembah Tuhan apa yang aku sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu lah agama mu, dan untukku lah agama ku. Dalam hal ini pula bias dilihat dalam surat Al-Khafi ayat 29 Artinya:

Dan katakanlah : kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka, itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. 3. Tidak menghina sesembahan non muslim Kode etik ini diambil dari QS. AlAnam ayat 108 Artinya : Dan janganlah kamu memakai sembah-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Peristiwa ini berawal ketika pada zaman Rasulullah orang-orang muslim pada saat itumencerca berhala-berhala sembahan orang-orang musrikin, dan akhirnya karena hal itu menyebabkan mereka mencerca Allah, maka Allah menurunkan ayat tersebut. 4. Tidak melakukan diskriminasi social Apa bila mensuri tauladan Nabi maka para daI hendaknya tidak membeda-bedakan atau pilih kasih anatara sesame , baik kaya maupun miskin, kelas elit maupun kelas marjinal ataupun status lainnya yang menimbulkan ketidak adilan. Semua harus mendapatkan perlakuan yang sama. Karena keadilan sangatlah penting dalam dakwah. DaI harus menjunjung tinggi hak universal dalam berdakwah. Kode etik ini di dasari pada QS. Abasa ayat 1-2.
(2) )1(

Artinya : Dia (Muhammad) bermuka musam dan berpaling, Karena karena telah dating seorang buta kepadanya. 5. Tidak memungut imbalan Ada perbedaan pendapat tentang dibolehkannya ataupun dilarang dalam memungut biaya atau dalam bahasa lain memasang tariff , dalam hal ini berpendapat menjadi 3 kelompok: a. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa memungut imbaan dalam berdakwah hukumnya haram secara mutlak, baik dengan perjanjian sebelumnya ataupun tidak. b. Al-Hasan Al-Basri, Ibn Sirin, Al-Syaibi dkk. Mereka berpendapat boleh hukumnya memungut bayarab dalam berdakwah tapi harus di adakan perjanjian terlebih dahulu.

c.

Imam Malik bin Anas & Imam Syafei, memperbolehkan memungut biaya atau imbalan dalam menyebarkan ajaran islam baik ada perjanjian sebelumnya maupun tidak Perbedaan pendapat dari para ulama terjadi Karena banyaknya teks-teks Al-Quran yang menjadi sumber etika sehingga muncul perbedaaan dalam penafsiran dan pemahamannya.

6. Tidak mengawani pelaku maksiat Berkawan dengan pelaku maksiat ini di khawatirkan akan berdampak buruk. Karena orang bermaksiat itu beranggapan bahwa seakan-akan berbuat maksiat direstui oleh dakwah, pada sisi lain integritas seorang daI akan berkurang. 7. Tidak menyampaikan hal hal yang tidak diketahui DaI yang menyampaikan suatu hokum, sementara ia tidak mengetahui, hokum itu pasti akan menyesatkan umat. Seorang juru dakwah tidak boleh asal menjawab pertanyaan orang menurut seleranya sendiriyang tanpa ada dasar hukumnya.

Karakteristik Kode Etik Dakwah Yang menjadi karakteristik dari etika dakwah adalah karakteristik dari etika islam itu sendiri. Dimana cakkupannya terdiri dari sumber moral dakwah. Standar yang digunakan untuk menentukan baik buruknya tingkah laku sang daI, pandangan terhadap dan naluri. 1. Al-Quran dan sunah sumber moral Karena pada dasarnya Al-Quran itu sendiri merupakan dakwah yang terkuat baggi pengembangan islam karena Al-Quran mencangkup cerita orang-orang terdahulu dan syariat syariatnya srta hukum-hukumnya 2. Akal dan Naluri Dalam menentukan baik dan buruk dalam etika dakwah adalah akal dan naluri. Dalam etika islam akal dan naluri berpendirian sebagai berikut : a. Akal dan nalluri adalah anugerah Allah

b. Naluri yang mendapatkan pengarahan dari petunjuk Allah yang dijelaskan dalam kitabnya c. Akal dan pikiran mannusia terbatas sehingga pengetahuan manusia terbatas dan manusia tidak akan mampu memecahkan seluruh permasalahan yang ada. Akan tetapi hanya akal yang dipancari cahaya Al-Quran yang bias menempatkanpada tempatnya. 3. Motivasi Iman

Dalam melakukan tugas dakwah haruslah memiliki motivasi ataupun pendorong dalam melakukan segala aktivitasnya yaitu Aqidah dan iman yang terpatri dalam hati. Imanitulah yang mendorong seorang daI mampu berbuat ikhlas, beramal sholeh, bekerja keras dan rela berkorban.iman yang sempurna akakn menjelmakan cinta dan taat kepada Allah. Sekali-kali seseorang Mukmin merasa kenyang (puas) mengerjakan kebajikan, menjelang puncaknya mamasuki syurga (HR. Tirmizi)

Hikmah Dalam Etika Dakwah Secara umum hikmah dalam mengaplikasikan kode etik dakwah itu adalah : 1) Kemajuan rohani. dimana bagi seorang juru dakwah ia akan selalu berpegang pada rambu-rambu garis islam, maka secara otomatis, ia akan memilliki akhlak yang mulia. 2) Sebagai penuntuk kebaikan. Kode etik dakwah menuntut daI pada jalan kebaikan tepi mendorong dan

memotivasimembentuk kehidupan yang suci dengan memprodusir kebaikan dan kebijakan yang mendatangkan kemanfaatan bagi sang dai khususnya, dan umat islam pada umumnya. 3) Membawa kesempurnaan iman Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan diri. Dengan kata lain, bahwa keindahan etika adalah manifestasi dari pada kesempurnaan iman. Abu Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah saw. : Orang mukmin yang paling sempurna ialah yang terbaik akhlak dan etikanya (Hr. at tirmizi) 4) Kerukunan antar umat beragama, untuk membina keharmonisan secara extern dan intern pada diri sang dai

Daftar Pustaka
Rosyid. Dakwah Kontemporer. 30/01/2012 - www.uinsuska.info/dakwah/attachments/093_08metodedakwah.pdf (25 Januari 2012) http://forperadaban.blogspot.com/ di akses tanggal

http://fud.iainbanten.ac.id/attachments/article/59/arti%20dan%20ruang%20lingkup%20metode% 20dakwah.pdf (25 Januari 2012) Yahya, Andri. Metode Dakwah Islam. http://yahyaandri.blogspot.com/2011/01/metodedakwah-dalam-islam.html (25 Januari 2012) Gusharton. Metode Dakwah Islam. http://gusharton.wordpress.com/2011/05/12/metodedakwah-islam/ (25 Januari 2012) - http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah (25 Januari 2012) - Metode Dakwah : Seri Paduan Majellis Taklim. Jakarta : Departemen Agama RI , 2004

Anda mungkin juga menyukai