A.
Pendahuluan
Belakangan, masyarakat dunia juga menghadapi berbagai krisis yang
diakibatkan oleh terkurasnya sumber energi dan sumber makanan dunia yang
menggenapi krisis ekonomi yang makin mengglobal. Krisis pangan, krisis energi,
krisis ekonomi, bahkan krisis air menjadi ancaman yang tidak boleh disepelekan.
Negara-negara yang tidak memperhatikan ketahanan pangan dan ketahanan
lainnya akan mudah terpuruk menjadi bangsa yang lemah dan tergantung dari
bangsa lain.
Tidak bisa dimungkiri, memang bangsa Indonesia yang memiliki
limpahan Sumberdaya Alam (SDA). Namun, keadaan itu ternyata tidak cukup
menjadikan bangsa dan negaranya kuat.
Sumberdaya Manusia (human resources atau SDM) kurang cukup
mengimbangi pembangunan ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek). SDA yang melimpah tetapi tidak didukung oleh SDM yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan ketergantungan pada
bangsa-negara asing. Melihat kondisi SDA dan ancaman ketergantungan pada
asing memperlihatkan bahwa peningkatan kualitass SDM menjadi sangat vital.1
Pembangunan Nasional Indonesia pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa
dan tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Tantangan pembanguan nasional antara lain mewujudkan kemandirian, kemajuan
ekonomi yang perlu didukung oleh kemampuan mengembangkan potensi diri.
Tantangan tersebut antara lain; [1] mengembangkan perekonomian yang
1
saing,
demokratis
dan
bertanggung
jawab
dalam
kehidupan
Usman, Daya Tahan Bangsa. Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2003), hlm. 30.
dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
nasional.
C.
2.
3.
4.
5.
6.
D.
Masdiana, Peran Generasi Muda Dalam Ketahanan Nasional, (Jakarta: Kementerian negara
Pemuda dan olahraga, 2008), hlm. 5-6.
keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri
dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula
dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih
memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi
dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan
melibatkan secara fungsional.4
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam
status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang
tua. Generasi tua sebagai generasi yang berlalu (passsing generation)
berkewajiban
membimbing
generasi
muda
sebagai
generasi
penerus,
Sunario, Arti Sumpah Pemuda, Nasional dan Internasional dalam 45 Tahun Sumpah
Pemuda, (Jakarta: Museum Sumpah Pemuda, 2006), hlm. 78-79.
Ibid.,
lainnya,
bisa
diselesaikan
oleh
mereka
sendiri.
Kemampuan
yang
dimiliki
oleh
generasi
muda
diharapkan
mampu
rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih
banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.6
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya
sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem
multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak
fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu
bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ; pertama, komitmen
untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan
martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa.
Seluruh aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan
sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi
masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen
seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk
mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk
pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus
terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem
kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki
integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan)
pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi
inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif,
memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan
semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor.
Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilainilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi
muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
G.
Budiono, Profil Pemuda Indonesia Tahun 2007, (Jakarta: Statistik, 2007), hlm. 45..
generasi
muda
yang
dilaksanakan
harus
terencana,
dari
perumusan
kebijaksanaan,
perencanaan,
pelaksanaan,
segenap
aspek kehidupan
sehingga
dapat
mempengaruhi
dan
harus
memiliki
keuletan
dan
ketangguhanyang
mengandung
bentuk
tantangan
ancaman
hambatan
dan
gangguan
dari
ekonomi,
social
budaya,dan
pertahanan
dan
keamanan
(IPolEkSosbudHankam).
Yussuf Solichien, Bayang-bayang Ekonomi Global, dalam Indonesia Baru dan Tantangan
Pemerintah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm. 15.
10
Kesimpulan
1.
Manai Sophiaan, Nasionalisme dan Sumpah Pemuda dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda,
(Jakarta: Museum Sumpah Pemuda, 2006), hlm. 78.
11
2.
3.
4.
5.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Budiono. Profil Pemuda Indonesia Tahun 2007, Jakarta: Statistik, 2007.
12
13