UTS
Penulis:
Ahmat Fauzi
Dosen pengampu:
Sama’un, M.Ag.
BANGKALAN
2021
BAB II
PEMBAHASAN
Kalam menurut ahli tata bahasa arab adalah kata atau lafaz dengan bentuk
majemuk (ketentuan atau perjanjian). Secara istilah, kalam adalah alasan atau
argumen rasional untuk memperkuat perkataan. Secara tata bahasa, kalam
merupakan kata umum tentang perkataan, sedikit atau banyak, yang dapat
digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan (likulli ma yatakallamu bihi); atau
ekspresi suara yang berturut-turut hingga pesan-pesan suara itu jelas maksudnya. 1
Sebagai kata benda dari kata taklim, kalam mengandung dua pengertian, yaitu
berbicara dan hukum (undang-undang).2
1
Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 345.
2
Ibid,
3
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 3
4
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 3.
dalam landasan awal berpijak. Mutakalimun lebih dahulu bertolak dari al-Quran
dan Hadis (wahyu) yang diyakininya (diimani), kemudian disertakan pembuktian
dalil-dalil rasional. Sementara filosof berpijak kepada logika. Artinya, mereka
melakukan sebuah pembuktian secara rasional, kemudian meyakininya. Meskipun
demikian, tujuan yang ingin dicapai adalah satu yaitu ke-Esaan Allah dan ke-
Mahakuasaan Allah SWT.5
5
Rohanda WS, Ilmu Kalam dari Klasik sampai Kontemporer, (Bandung: Najwa Press, 2006), h.3.
6
Abdul Rozak-Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h.22.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menggunakan wajahnya
untuk kedamaian karena Allah disebut orang “muhsin”.
i. Q.S.Ali Imron (3):83.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan penunjuk jalan
kepada para nabi
j. Q.S Al-Anbiya (21):92.
k. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam berbagai suku,ras,atau etnis,
dan agama pun adalah umat Tuhan yang satu.Oleh karena itu, semua umat
–tanpa membedakan kondisi dan situasi apa pun-harus mengarahkan
pengabdiannya hanya kepada-Nya.
l. Q.S.Al-Hajj(22):78.
Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan kegiatan
yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai “jihad” jika dilakukan
hanya karena Allah SWT semata.
7
Ahmad Alawi, Ilmu Kalam,6 Oktober 2015 (08.24 WIB), lihat di www.Alawililis.blogspot.com
8
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), h.25-28.
9
Sumber-Sumber Ilmu Kalam - Kumpulan Referensi (kumpulanreferansi.blogspot.com)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ‘Pada suatu hari ,ketika Rasulullah SAW.
berada bersama kaum muslim ,datang la seorang lakilaki kemudian bertanya
kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah SAW! Apakah yang dimaksud dengan iman ?’
Rasul menjawab.’yaitu kamu percaya kepada Allah ,para Malaikat, semua kitab
yang diturunkan hari pertemuan dengan –Nya, para Rasul,dan hari kebangkitan.’
Laki laki itu bertanya lagi,’ Wahai Rasulullah! Apakah pula yang dimaksud
kan dengan islam?’
Rasulullah menjawab.’ Islam adalah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan kata lain ,mendirikan sholat yang ditelah
difardukan,mengeluarkan zakat yang diwajibkan,dan berpuasa pada bulan
ramadhan.’
Kemudian laki laki tersebut bertanya lagi,’ Wahai Rasulullah ! Apakah makna
ihsar ?’
Rasulullah menjawab,’ Engkau hendakla beribadah kepada Allah seolah olah
engkau melihat-Nya, sekira-Nya engkau tidak melihat-Nya , ketahuilah bahwa dia
senantiasa memperhatikan mu.’
Laki laki tersebut bertanya lagi .’ Wahai Rasulullah! Bilakah hari kiamat akan
terjadi?’
Rasulullah menjawab,’ tidaklah saya lebih tahu dari mu. Walaupun demikian, aku
akan cerita kan kepada mu mengenai tanda-tandanya. Apabila seseorang hamba
melahirkan majikanya, itu adalah sebagian dari tandanya. Seterusnya apabila
seorang miskin menjadi pemimpin masyarakat, itu juga sebagai dari tandanya.
Selain itu, Apabila masyarakat yang pada asalnya pengembbala kambing mampu
bersaing dalam menhias banguna-bangunan mereka, itu juga tanda akan
terjadinya kiamat. Hanya 5 perkara itula sebagian dari tanda tandanya yang
diketahui dan selain dari pada itu hanya Allah yang maha mengetahuinya .’
Kemudian Rasulullah SAW . membaca surat Luqman ayat 34.’ Sesungguhnya
hanya disisi allah ilmu tentang hari kiamat : dan dia yang menurunkan hujan,
dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakanya besok . dan tidak
ada seorang pun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal .’
Kemudian laki laki tersebut beranjak dari sana.Rasulullah SAW terus bersabda
kepada sahabatnya .’ panggil kembali orang itu .’
Lalu para sahabat pun mengejar ke arah laki laki tersebut untuk
memanggilnya kembali,tetapi laki laki tersebut telah hilang
Lantas Rasulullah SAW .’ laki laki adalah jibril a.s kedatangannya adalah untuk
mengajar manusia tentang agama mereka”.
Terdapat pula beberapa hadist yang kemudian dipahami sebagian ulama
sebagai prediksi Nabi akan kemunculan golongan –golongan dalam ilmu kalam .
diantara hadis yang berkaitan dengan masalah masalah ini
Artinya:
“Hadist ini diriwayatkan dari Abu Hurairrah r.a . ia mengatakan bahwa
Rasulullah pernah bersabda,’ Orang orang yahudi akan terpecah belah menjdi
71 golongan ;Orang-orang Nasrani akan terpecah belah menjadi 72
golongan ;Dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan”.
(H.R.Abu Dawud,Ibnu Majah,dan Ahmad)
Keberadaan hadis-hadis yang berkaitan dengan perpecahan umat seperti
di atas pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan melihat fenomena yang
tampak dari potensi yang tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh karena itu,
sering dikatakan bahwa hadis-hadis seperti itu lebih dimaksudkan sebagai
peringatan bagi para sahabat dan umat Nabi tentang bahayanya perpecahan dan
pentingnya persatuan.
3. Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini berupa pemikiran umat islam atau
pemikiran yang berasal dari luar umat islam. Sebelum filsafat yunani masuk
dan berkembang di dunia Islam, umat Islam telah banyak menggunakan
pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang belum jelas maksudnya (al-
mutasyabihat). Keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat
pijakan dari beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya:
“Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an ataukah hati mereka sudah
terkunci ?”
(Q.S. Muhammad
[47] : 24)
“Maka tidakkah mereka memerhatikan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana cara Kami membangun dan menghiasnya, dan tidak terdapat retak-
retak sedikitpun ? Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancarkan di
atasnya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan di atasnya tanaman-
tanaman yang indah.”
(Q.S. Qaf [50] : 6 – 7)
Ayat tersebut berkaitan langsung dengan anjuran, motivasi, bahkan
perintah kepada manusia untuk menggunakan rasio. Tujuannya agar manusia
dapat melaksanakan misi utamanya, yaitu amanat Allah SWT. untuk mengatur
dunia.
Bentuk konkret penggunaan pemikiran islam sebagai sumber ilmu kalam
adalah ijtihad yang dilakukan para mutakalim dalam persolan-persoalan tertentu
tidak memperoleh penjelasan yang memadai dari Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Oleh Sumber ilmu kalam berupa fikiran yg berasal dari luar Islam
pertama dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu :
a. Kebanyakaan orang-orang yang memeluk Islam setelah
kemenangannya pada awalnya mereka memeluk berbagai agama yaitu
Yahudi, Nasrani, Manu, Zoroaster Brahmana, Sabia, Atheisme, dan
lain-lainya .Pemikiran non-muslim yang telah menjadi peradaban lalu
ditransfer dan diasimilasikan dengan pemikiran umat Islam.
b. Pemikiran-pemikiran non-muslim yang bersifat akademis, seperti
filsafat (terutama dari Yunani), sejarah, dan sains.
a. Insting
Secara instngtif, pada dasarnya manusia selalu berusaha ingin bertuhan.
Oleh karena itu, kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya
manusia pertama.
Sama halnya dengan disiplin keilmuan Islam lainnya, lmu Kalam tumbuh
beberapa abad setelah Rasulullah SAW wafat. Tetapi lebih dari disiplin keilmuan
Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat erat dengan skisme dalam Islam. Oleh karena
itu dalam penelusurannya ke belakang, ka jian Ilmu Kalam akan sampai kepada
persoalan pembunuhan khalifah Utsman bin Affan, sebuah peristiwa dalam
sejarah Islam yang dikenal dengan al-Fitnah al-Kubra (fitnah besar). Banyak
kalangan menyebut peristiwa ini sebagai pangkal pertumbuhan masyarakat Islam
dalam berbagai bidang, khususnya masalah sosial, politik, ckonomi, dan pa- ham
keagamaan. Maka llmu Kalam sebagai suatu bentuk pengung- kapan dan
penalaran paham keagamaan juga hampir secara langsung bertolak dari tragedi
ini.10
lmu kalam lahir lebih belakangan dibanding ilmu keislaman la- innya,
seperti ilmu hadis dan ilmu fikih. Ilmu kalam tidak lahir secara spontan,
melainkan telah melalui proses dan melintasi kurun waktu yang cukup panjang,
didahului oleh munculnya berbagai persoalan kalam secara parsial. Setiap suatu
persoalan kalam muncul, pastilah muncul pula pen- dapat yang berbeda bahkan
saling bertentangan, yang pada gilirannya melahirkan aliran. Sehingga aliran
kalam pun mendahului lahirnya ilmu kalam itu sendiri.11
Tak ada yang dapat dikatakan dengan pasti berkenaan dengan kondisi di
seputar mumculnya ilmu kalam, namun yang pasti adalah bahwa pembahasan
mengenai beberapa masalah kalam, seperti topik jabr (doktrin yang beranggapan
10
Dr. H. Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan, hal. 16
11
DR. Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, (Jakarta, Prenamedia Group, 2016), hal. 1
bahwa Tuhan telah menetapkan sebelumnya apa yang akan terjadi, sehingga garis
ketetapan. ini atau yang akan terjadi tak dapat diubah). dan kehendak bebas
(ikhtiyar), serta topik keadilan Ilahi, berlangsung di kalangan kaum Muslim pada
paro pertama abad kedua Hijriah. Barangkali sentra formal pertama untuk
pembahasan seperti itu adalah lingkungan Hasan Basri (meninggal tahun 110 H /
728-729 M). Di antara tokoh-tokoh Muslim paro kedua abad pertama, disebut-
sebut nama Ma'bad al Juhani (meninggal tahun 80 H/ 699 M) dan Ghailan bin
Muslim ad-Dimasyqi (meninggal tahun 105 H / 723 M), yang senantiasa gigih
mendukung ide kehendak bebas (ikhtryar) dan kemerdekaan manusia.12
Munculnya ilmu kalam itu sendiri di latar belakangi oleh beberapa faktor,
yaitu : 1) Faktor Internal dan 2)Faktor Eksternal. 13 Faktor internal dan eksternal
masing-masing memiliki beberapa poin penting:
3. Persoalan Politik
Daftar Pustaka
12
Murtadha Muthahhati, Mengenal Ilmu Kalam, ( Jakarta, Pustaka Zahra, 2002), hal. 18
13
Ahmad Hanafi, Theology Islam: Ilmu Kalam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974), hal. 6-11
14
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital,
(Pontianak, IAIN Pontianak Perss, 2017) hal. 63-67
Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994)
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007)
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974)
Rohanda WS, Ilmu Kalam dari Klasik sampai Kontemporer, (Bandung: Najwa
Press, 2006)
Abdul Rozak-Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013)
Ahmad Alawi, Ilmu Kalam,6 Oktober 2015 (08.24 WIB), lihat di
www.Alawililis.blogspot.com
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014)
DR. Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, (Jakarta, Prenamedia Group, 2016),
Murtadha Muthahhati, Mengenal Ilmu Kalam, ( Jakarta, Pustaka Zahra, 2002)
Ahmad Hanafi, Theology Islam: Ilmu Kalam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974)
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era
Digital, (Pontianak, IAIN Pontianak Perss, 2017)
Sumber-Sumber Ilmu Kalam - Kumpulan Referensi
(kumpulanreferansi.blogspot.com)