Anda di halaman 1dari 9

ILMU KALAM DAN SEJARAH TIMBULNYA

Tugs Ini Diajuakan Untuk Memenuhi Tugas:

UTS

Penulis:
Ahmat Fauzi

Dosen pengampu:
Sama’un, M.Ag.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IQT)


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUSSALAM

BANGKALAN
2021
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam

Kalam menurut ahli tata bahasa arab adalah kata atau lafaz dengan bentuk
majemuk (ketentuan atau perjanjian). Secara istilah, kalam adalah alasan atau
argumen rasional untuk memperkuat perkataan. Secara tata bahasa, kalam
merupakan kata umum tentang perkataan, sedikit atau banyak, yang dapat
digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan (likulli ma yatakallamu bihi); atau
ekspresi suara yang berturut-turut hingga pesan-pesan suara itu jelas maksudnya. 1
Sebagai kata benda dari kata taklim, kalam mengandung dua pengertian, yaitu
berbicara dan hukum (undang-undang).2

Berkenaan dengan pengertian ilmu kalam, banyak ahli yang telah


memberikan penjelasan. Musthafa Abd ar-Raziq menyebut ilmu kalam dengan
beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-Akbar, dan
teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas tentang pokok-
pokok agama. Sementara itu, ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang di dalamnya
dikaji tentang asma' (nama-nama) dan sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi
Allah, juga sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid juga
membahas tentang keesaan Allah SWT., dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya.
Sementara fiqhul akbar adalah ilmu yang membahas tentang keyakinan. Kondisi
seperti ini menunujukkan kepada kita bahwa ilmu kalam sama dengan ilmu
tauhid, hanya saja argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada
penguasaan logika. Oleh sebab itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu
kalam dan ilmu tauhid.3

Ahmad Hanafi menyatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang


membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-
Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-
Nya dan membicarakan tentang Rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan
kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang
tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.4

Ilmu kalam dengan ilmu tauhid sebenarnya dimaksudkan untuk


membedakan antara mutakallimun dengan filosof muslim. Atau memperkuat
keyakinan mereka dengan menggunakan metode filsafat tetapi mereka berbeda

1
Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 345.
2
Ibid,
3
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 3
4
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 3.
dalam landasan awal berpijak. Mutakalimun lebih dahulu bertolak dari al-Quran
dan Hadis (wahyu) yang diyakininya (diimani), kemudian disertakan pembuktian
dalil-dalil rasional. Sementara filosof berpijak kepada logika. Artinya, mereka
melakukan sebuah pembuktian secara rasional, kemudian meyakininya. Meskipun
demikian, tujuan yang ingin dicapai adalah satu yaitu ke-Esaan Allah dan ke-
Mahakuasaan Allah SWT.5

B. Sumber-sumber Ilmu Kalam


1. Al-Qur’an
Sebagai ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah-masalah ketuhanan. Di antara adalah:6
a. Q.S. Al-Ikhlas (112) : 1 – 4.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT maha Esa, tidak beranak dan
tidak diperanakkan, bahkan tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak
sekutu/sama (sejajar) dengan-Nya.
b. Q.S. Asy-Syuuraa (42) : 7.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak seperti apapun di dunia ini. Ia
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c. Q.S. Al-Furqan (25) : 59.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang bertahta di
atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara
keduanya.
d. Q.S. Al-Fath (48) : 10.
Ayat ini menunjukkan bahwa tuhan mempunyai “tangan” yamg selalu
berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu, selama orang-
orang itu selalu berpegang teguh dengan janji allah
e. Q.S. Thatha (20) : 39.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang selalu
digunakan untuk mengawasi seluruh gerak termasuk gerakan hati
makhluk-Nya.
f. Q.S. Ar-Rahman (55) : 27.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “wajah” yang tidak akan
rusak selamanya.
g. Q.S. An-Nisaa’ (4) : 125.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama.
Seseorang akan dikatakan melaksanakan aturan agama ketika telah
menggunakan wajahnya untuk kedamaian dalam agama Allah SWT.
h. Q.S.Luqman (31):22.

5
Rohanda WS, Ilmu Kalam dari Klasik sampai Kontemporer, (Bandung: Najwa Press, 2006), h.3.
6
Abdul Rozak-Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h.22.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menggunakan wajahnya
untuk kedamaian karena Allah disebut orang “muhsin”.
i. Q.S.Ali Imron (3):83.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan penunjuk jalan
kepada para nabi
j. Q.S Al-Anbiya (21):92.
k. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam berbagai suku,ras,atau etnis,
dan agama pun adalah umat Tuhan yang satu.Oleh karena itu, semua umat
–tanpa membedakan kondisi dan situasi apa pun-harus mengarahkan
pengabdiannya hanya kepada-Nya.
l. Q.S.Al-Hajj(22):78.
Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan kegiatan
yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai “jihad” jika dilakukan
hanya karena Allah  SWT semata.

            Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan,


dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya, penjelasan
perinciannya tidak ditemukan. Oleh karena itu, sangat beralasan jika para ahli
berbeda pendapat dalam menginterprestaskan perinciannya. Pembicaraan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan disistemasikan sehingga menjadi sebuah
ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
2. Hadits
Mutakalim tidak pernah lepas dari nash-nash Al-Qur’an dan hadist ketika
berbicara masalah ketuhanan. Masing-masing kelompok ilmu kalam mencoba
memahami dan menafsirkan al-Qur’an dan hadist lalu kemudian menjadikannya
sebagai penganut argumentasi mereka.7
Di samping itu, dalil-dalil nakli ini tentunya diperkuat dengan dalil Aqli
atau alur pikir yang logis. Dalil aqli ini ada yang berasal dari ilmu keislaman
murni dan ada yang di adopsi dari pemikian-pemikiran di luar islam. Yang benar
adalah kalau di katakan bahwa ilmu kalam itu bersumber dari Al-Qur’an dan
hadist yang perumusan-perumusannya di dorong oleh unsur dari dalam dan dari
luar.
Hadist Nabi Muhammad SAW pun  banyak membicarakan masalah-
masalah yang dibahas ilmu kalam8, di antaranya hadist Nabi yang menjelaskab
hakikat keimanan:9

7
Ahmad Alawi, Ilmu Kalam,6 Oktober 2015 (08.24 WIB), lihat di www.Alawililis.blogspot.com
8
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014), h.25-28.

9
Sumber-Sumber Ilmu Kalam - Kumpulan Referensi (kumpulanreferansi.blogspot.com)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ‘Pada suatu hari ,ketika Rasulullah SAW.
berada bersama kaum muslim ,datang la seorang lakilaki  kemudian bertanya
kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah SAW! Apakah yang dimaksud dengan iman ?’
Rasul menjawab.’yaitu kamu percaya kepada Allah ,para Malaikat, semua kitab
yang diturunkan hari pertemuan dengan –Nya, para Rasul,dan hari kebangkitan.’
    Laki laki itu bertanya lagi,’ Wahai Rasulullah! Apakah pula yang dimaksud
kan dengan islam?’
   Rasulullah menjawab.’ Islam adalah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan kata lain ,mendirikan sholat yang ditelah
difardukan,mengeluarkan zakat yang diwajibkan,dan berpuasa pada bulan
ramadhan.’
Kemudian laki laki tersebut bertanya lagi,’ Wahai Rasulullah ! Apakah makna
ihsar ?’
 Rasulullah menjawab,’ Engkau hendakla beribadah kepada Allah seolah olah
engkau melihat-Nya, sekira-Nya engkau tidak melihat-Nya , ketahuilah bahwa dia
senantiasa memperhatikan mu.’
 Laki laki tersebut bertanya lagi .’ Wahai Rasulullah! Bilakah hari kiamat akan
terjadi?’
Rasulullah menjawab,’ tidaklah saya lebih tahu dari mu. Walaupun demikian, aku
akan cerita kan kepada mu mengenai tanda-tandanya. Apabila seseorang hamba
melahirkan majikanya, itu adalah sebagian dari tandanya. Seterusnya apabila
seorang miskin menjadi pemimpin masyarakat, itu juga sebagai dari tandanya.
Selain itu, Apabila masyarakat yang pada asalnya pengembbala kambing mampu
bersaing dalam menhias banguna-bangunan mereka, itu juga tanda akan
terjadinya kiamat. Hanya 5 perkara itula sebagian dari tanda tandanya yang
diketahui dan selain dari pada itu hanya Allah yang maha mengetahuinya .’
Kemudian Rasulullah SAW . membaca surat Luqman ayat 34.’ Sesungguhnya
hanya disisi allah ilmu tentang hari kiamat : dan dia yang menurunkan hujan,
dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakanya besok . dan tidak
ada seorang pun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal .’
Kemudian laki laki tersebut beranjak dari sana.Rasulullah SAW terus bersabda
kepada sahabatnya .’ panggil kembali orang itu .’
Lalu para sahabat pun mengejar ke arah laki laki tersebut untuk
memanggilnya  kembali,tetapi laki laki tersebut telah hilang
Lantas Rasulullah SAW .’ laki laki adalah jibril a.s kedatangannya adalah untuk
mengajar manusia tentang agama mereka”.
Terdapat pula beberapa hadist yang kemudian dipahami sebagian ulama
sebagai prediksi Nabi akan kemunculan golongan –golongan dalam ilmu kalam .
diantara hadis yang berkaitan dengan masalah masalah ini
Artinya:
“Hadist ini diriwayatkan dari Abu Hurairrah r.a . ia mengatakan bahwa
Rasulullah pernah bersabda,’ Orang orang yahudi akan terpecah belah menjdi
71 golongan ;Orang-orang Nasrani akan terpecah belah menjadi 72
golongan ;Dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan”.
(H.R.Abu Dawud,Ibnu Majah,dan Ahmad)
 Keberadaan hadis-hadis yang berkaitan dengan perpecahan umat seperti
di atas pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan melihat fenomena yang
tampak dari potensi yang tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh karena itu,
sering dikatakan bahwa hadis-hadis seperti itu lebih dimaksudkan sebagai
peringatan bagi para sahabat dan umat Nabi tentang bahayanya perpecahan dan
pentingnya persatuan.
3. Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini berupa pemikiran umat islam atau
pemikiran yang berasal dari luar umat islam. Sebelum filsafat yunani masuk
dan berkembang di dunia Islam, umat Islam telah banyak menggunakan
pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang belum jelas maksudnya (al-
mutasyabihat). Keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat
pijakan dari beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya:
“Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an ataukah hati mereka sudah
terkunci ?”
                                                                                                (Q.S. Muhammad
[47] : 24)
“Maka tidakkah mereka memerhatikan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana cara Kami membangun dan menghiasnya, dan tidak terdapat retak-
retak sedikitpun ? Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancarkan di
atasnya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan di atasnya tanaman-
tanaman yang indah.”
                                                                                                (Q.S. Qaf [50] : 6 – 7)
            Ayat tersebut berkaitan langsung dengan anjuran, motivasi, bahkan
perintah kepada manusia untuk menggunakan rasio. Tujuannya agar manusia
dapat melaksanakan misi utamanya, yaitu amanat Allah SWT. untuk mengatur
dunia.
           Bentuk konkret penggunaan pemikiran islam sebagai sumber ilmu kalam
adalah ijtihad  yang dilakukan para mutakalim dalam persolan-persoalan tertentu
tidak memperoleh penjelasan yang memadai dari Al-Qur’an dan Al-Hadis.
             Oleh Sumber ilmu kalam berupa fikiran yg berasal dari luar Islam
pertama dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu :
a. Kebanyakaan orang-orang yang memeluk Islam setelah
kemenangannya pada awalnya mereka memeluk berbagai agama yaitu
Yahudi, Nasrani, Manu, Zoroaster Brahmana, Sabia, Atheisme, dan
lain-lainya .Pemikiran non-muslim yang telah menjadi peradaban lalu
ditransfer dan diasimilasikan dengan pemikiran umat Islam.
b. Pemikiran-pemikiran non-muslim  yang bersifat akademis, seperti
filsafat (terutama   dari Yunani), sejarah, dan sains.
a. Insting
Secara instngtif, pada dasarnya manusia selalu berusaha ingin bertuhan.
Oleh karena itu, kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya
manusia pertama.

C. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam

Sama halnya dengan disiplin keilmuan Islam lainnya, lmu Kalam tumbuh
beberapa abad setelah Rasulullah SAW wafat. Tetapi lebih dari disiplin keilmuan
Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat erat dengan skisme dalam Islam. Oleh karena
itu dalam penelusurannya ke belakang, ka jian Ilmu Kalam akan sampai kepada
persoalan pembunuhan khalifah Utsman bin Affan, sebuah peristiwa dalam
sejarah Islam yang dikenal dengan al-Fitnah al-Kubra (fitnah besar). Banyak
kalangan menyebut peristiwa ini sebagai pangkal pertumbuhan masyarakat Islam
dalam berbagai bidang, khususnya masalah sosial, politik, ckonomi, dan pa- ham
keagamaan. Maka llmu Kalam sebagai suatu bentuk pengung- kapan dan
penalaran paham keagamaan juga hampir secara langsung bertolak dari tragedi
ini.10

lmu kalam lahir lebih belakangan dibanding ilmu keislaman la- innya,
seperti ilmu hadis dan ilmu fikih. Ilmu kalam tidak lahir secara spontan,
melainkan telah melalui proses dan melintasi kurun waktu yang cukup panjang,
didahului oleh munculnya berbagai persoalan kalam secara parsial. Setiap suatu
persoalan kalam muncul, pastilah muncul pula pen- dapat yang berbeda bahkan
saling bertentangan, yang pada gilirannya melahirkan aliran. Sehingga aliran
kalam pun mendahului lahirnya ilmu kalam itu sendiri.11

Tak ada yang dapat dikatakan dengan pasti berkenaan dengan kondisi di
seputar mumculnya ilmu kalam, namun yang pasti adalah bahwa pembahasan
mengenai beberapa masalah kalam, seperti topik jabr (doktrin yang beranggapan
10
Dr. H. Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan, hal. 16
11
DR. Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, (Jakarta, Prenamedia Group, 2016), hal. 1
bahwa Tuhan telah menetapkan sebelumnya apa yang akan terjadi, sehingga garis
ketetapan. ini atau yang akan terjadi tak dapat diubah). dan kehendak bebas
(ikhtiyar), serta topik keadilan Ilahi, berlangsung di kalangan kaum Muslim pada
paro pertama abad kedua Hijriah. Barangkali sentra formal pertama untuk
pembahasan seperti itu adalah lingkungan Hasan Basri (meninggal tahun 110 H /
728-729 M). Di antara tokoh-tokoh Muslim paro kedua abad pertama, disebut-
sebut nama Ma'bad al Juhani (meninggal tahun 80 H/ 699 M) dan Ghailan bin
Muslim ad-Dimasyqi (meninggal tahun 105 H / 723 M), yang senantiasa gigih
mendukung ide kehendak bebas (ikhtryar) dan kemerdekaan manusia.12

Munculnya ilmu kalam itu sendiri di latar belakangi oleh beberapa faktor,
yaitu : 1) Faktor Internal dan 2)Faktor Eksternal. 13 Faktor internal dan eksternal
masing-masing memiliki beberapa poin penting:

Faktor Internal antara lain:

1. Adanya Dorongan al-Qur'an

2. Umat Islam Mulai Mapan

3. Persoalan Politik

Faktor Eksternal antara lain :

1. Banyaknya Umat Islam Yang Sebelumnya Sudah Beragama.

2. Adanya Usaha Mempertahankan Keyakinan.14

Daftar Pustaka

12
Murtadha Muthahhati, Mengenal Ilmu Kalam, ( Jakarta, Pustaka Zahra, 2002), hal. 18
13
Ahmad Hanafi, Theology Islam: Ilmu Kalam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974), hal. 6-11
14
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era Digital,
(Pontianak, IAIN Pontianak Perss, 2017) hal. 63-67
Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994)
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007)
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974)
Rohanda WS, Ilmu Kalam dari Klasik sampai Kontemporer, (Bandung: Najwa
Press, 2006)
Abdul Rozak-Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013)
Ahmad Alawi, Ilmu Kalam,6 Oktober 2015 (08.24 WIB), lihat di
www.Alawililis.blogspot.com
Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia,2014)

Dr. H. Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan,

DR. Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam, (Jakarta, Prenamedia Group, 2016),
Murtadha Muthahhati, Mengenal Ilmu Kalam, ( Jakarta, Pustaka Zahra, 2002)
Ahmad Hanafi, Theology Islam: Ilmu Kalam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974)
Elmansyah, Kuliah Ilmu Kalam: Formula Meluruskan Keyakinan Umat di Era
Digital, (Pontianak, IAIN Pontianak Perss, 2017)
Sumber-Sumber Ilmu Kalam - Kumpulan Referensi
(kumpulanreferansi.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai