Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STUDI KEISLAMAN

ILMU KALAM

DOSEN PENGAMPUH:

Muslimin Ritonga, M.SOS.

Oleh:

Muhammad Aditya Pratama (2220701115)

Muhammad Alfani (2220701044)

Agus Harimurti (2220701144)


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN FATAH


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, atas segala
rahmat dan karunia serta petunjuk-nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul"ilmu kalam".

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan
keterbatasan yang dirasakan karena mengingat pengalaman dan pengetahuan kami yang
terbatas. Berkat bantuan dari banyak pihak secara langsung maupun tidak langsung
sehingga kami dpat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah yang kami buat, semoga makalah
kami dapat bermanfaat untuk kita semua.

Palembang,oktober 2022

Hormat kami

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………....…iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang……………………………….……………… ...……1


B. Rumusan masalah……………………………………...……………1
C. Tujuan……………………………………………………...……..…1

BAB II: PEMBAHASAN


A. Pengertian ilmu kalam ………………………………………………
2
B. Ruang lingkup…………………………………………………….…5
C. Sejarah perkembangan………………………………………………7
D. Aliran-Aliran ………………………………………………………11

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………...…15
B. Saran……………………………………………………………..…15
C. Daftar pustaka…………………………………………………...…16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan


logika dalam filsafat.dalam mengkaji agama (al-qur’an), baik ayat-ayat yang
muhkam maupun yang mutasyabihat sebagai otoritas teks yang bersumber dari
tuhan, diperlukan sebuah metode untuk menangkap pesan-pesan nya.ulama-
ulama klasik menggunakan ilmu kalam sebagai metode untuk menetapkan hati
dan membela kepercayaan-kepercayaan agama dengan menghilangkan berbagai
macam keraguan.ilmu kalam pada akhirnya menjadi sebuah keniscayaan untuk
dipelajari.

Maka dari itu kelompok kami akan menjelaskan tentang pengertian,ruang


lingkup,sejarah perkembangan dan firqoh, yang telah kami kaji dari beberapa
sumber.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut ada beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu kalam?


2. Apa saja dasar qurain ilmu kalam?
3. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu kalam?
4. Apa saja aliran ilmu kalam?

C.Tujuan
Adapun tujuan mempelajari materi ini antara lain,sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian ilmu kalam.
1. Mahasiwa dapat memahami ruang lingkup dalam ilmu kalam.
2. Mahasiwa dapat memahami sejarah perkembangan ilmu kalam.
3. Mahasiswa dapat memamahami firqoh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu kalam

Jika secara harfiah,istilah “kalam’’ ini artinya ‘perkataan’


atau‘percakapan. Sementara secara terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang
membicarakan mengenai wujud Allah SWT, sifat-sifat yang mesti ada pada-
Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya, sifat-sifat yang mungkin ada pada-
Nya, hingga Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran akan kerasulannya.
Jika  masing merasa asing dengan nama ilmu kalam biasanya lebih sering
disebut sebagai Ilmu Tauhid.1
Definisi Ilmu Kalam Menurut Para Ahli Beberapa ulama juga turut
mengemukakan mengenai definisi dari Ilmu Kalam misalnya:
Menurut Al-’iji, Ilmu Kalam adalah sebuah ilmu yang memberikan kemampuan
untuk menetapkan aqidah agama Islam dengan mengajukan argumen guna
melenyapkan keraguan yang ada.
Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ini adalah sebuah ilmu yang mengandung
adanya argumen-argumen secara rasional untuk membela aqidah iman dan
mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru
tanpa ada contoh sebelumnya) yang di dalam aqidah, menyimpang dari mazhab
salah dan ahlussunnah. Beliau juga berpendapat bahwa ilmu ini nantinya
berisikan alasan-alasan mengapa kita harus mempertahankan kepercayaan-
kepercayaan iman, tentu saja dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan
berisikan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan
Salaf dan ahlus Sunnah.2
Menurut Hasbi al-Shiddieqy, keberadaan Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid
ini adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama

1
Murtadha Muthahari, mengenal ilmu kalam, Cet. I, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), hlm 25
2
Ibnu Khaldun, Muqaddimah ibnu Khaldun, h. 468. Lihat juga H. Sahilun A. Nasir, pengantar Ilmu
Kalam, (Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada, 1996), hlm 3

2
dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik itu dalil naqli, aqli,
maupun dalil wijdani.3
Nah, dari beberapa pendapat ahli mengenai apa itu Ilmu Kalam dapat
disimpulkan bahwa Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid adalah ilmu yang
membicarakan akan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan agama
Islam dengan adanya bukti-bukti yang valid. Kepercayaan-kepercayaan tersebut
melingkup pada Allah SWT (beserta sifat-Nya), rasul, wahyu, akhirat, iman, dan
lainnya. teologi Adapun mengapa ilmu ini disebut dengan Ilmu Kalam karena:

1. Persoalan yang terpenting untuk dijadikan pembicaraan pada abad permulaan


Hijriah adalah ‘apakah Kalam Allah (Al-Quran) itu termasuk Qadim atau
Hadis?’. Maka dari itu, keseluruhan dari ilmu menggunakan nama tersebut dan
menjadikannya sebagai salah satu bagian terpenting dalam kajiannya.
2. Dasar dari Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran ini
tampak jelas terutama dalam pembicaraan para Mutakallimin (ahli Islam).4

B. Dasar Qurani
sumber ilmu kalam, al-Quran banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan
masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
a) Q.S. al-Ikhlas (122): 3-4.
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia.” Ayat ini menunjukkan bahwa
Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakan, serta tidak ada sesuatu pun
di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya.

b) Q.S. al-Furqan (25): 59


Artinya: “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
Arasy[1071], (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang
Allah) kepada yang lebih mengetahui(Muhammad) tentang Dia.” Ayat

3
T.M Hasbi ash-Shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu tauhid/kalam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1976),
hlm 9
4
Murtadha Muthahari, op.cit.,hlm 27.

3
ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang bertahta di atas
"Arsy". Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara
keduanya.

c) Q.S. al-Fath (48): 10


Artinya:“Bahwasannya orang-orang yang berjanji kepada kamu
sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah[1396]. Tangan Allah
di atas tangan mereka[1397], maka barang siapa yang melanggar janjinya
niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan
barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan
memberikan pahala yang besar.
Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai "tangan" yang selalu berada di
atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka
berpegang teguh dengan janji Allah SWT

d) Q.S. Thaha (20): 39.


Artinya: “Yaitu, letakanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkan
ia ke sungai (Nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya
diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya.

e) Q.S. ar-Rahman (55): 27


Artinya: “Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran
dan kemuliaan.” Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai
"wajah" yang tidak akan rusak selama-lamanya. Masih banyak ayat-ayat
al-Quran yang menjelaskan tentang ketuhanan di antaranya: Q.S an-Nisa
(4): 125, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa
agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama
apabila melaksanakan dengan ikhlas karena Allah. Q.S Luqman (31):22,
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menyerahkan dirinya
kepada Allah disebut sebagai muhsin. Q.S Ali Imran (3):83, ayat ini
menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan penunjuk jalan kepada
para Nabi. Q.S al-Anbiya (21):92, ayat ini menunjukkan bahwa manusia

4
dalam berbagai suku, ras, atau etnis dan aga,a apapun adalah umat Tuhan
yang satu. Oleh sebab itu, semua umat, dalam kondisi dan situasi apa
pun, harus mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya. Q.S al-Hajj
(22):78, ayat ini menujukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan
suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai "jihad"
kalau dilakukannya hanya karena Allah SWT. semata. Ayat-ayat di atas
berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan hal-hal yang
berkaitan denga eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak
diketemukan sehingga para ahli berbeda pendapat dalam
menginterpretasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ketuhanan itu disistematisasikan yang pada gilirannya
menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah Ilmu Kalam5

C. Ruang lingkup ilmu kalam


Perlu dipahami sekali lagi bahwa objek kajian dalam ilmu kalam memang
sedikit lebih rumit dan bahkan mampu menimbulkan perdebatan panjang di aliran-
aliran teologi islam.secara singkat, pokok permasalahan yang dibahas dalam ilmu
kalam terletak pada 3 persoalan ruang lingkup,yakni:

1.Qismul ilahiyat, yakni esensi keberadaan Tuhan beserta sifat-sifat-Nya. Hal-


hal yang dibicarakan adalah tentang:

A. Sifat-sifat Tuhan. Apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak.


Masalah ini diperdebatkan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
B. Qudrat dan Iradat tuhan. Persoalan diperdebatkan pada aliran
Qadariyah dan Jabariyah.
C. Persoalan akan kemauan bebas manusia. Masalah ini berkaitan erat
dengan Qudrat dan Iradat Tuhan.
D. Masalah Al-Quran. Apakah makhluk atau tidak, serta apakah Al-
Quran azali atau baharu.

5
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, op.cit. hlm,15-27

5
2.Qismul Nububiyah, yakni hubungan yang memperhatikan antara Tuhan
dengan makhluk-Nya. Hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:

A. Utusan-utusan Tuhan yang telah ditetapkan untuk melakukan pekerjaan


tertentu, yaitu Malaikat.
B. Wahyu yang disampaikan oleh Tuhan kepada Rasul-Nya baik secara
langsung maupun melalui perantara Malaikat.
C. Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk
menyampaikan ajaran kepada umat manusia.

3.Qismul AL-Samiyat,yakni persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sesudah


mati.hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:

A. Hari kebangkitan manusia kembali di akhirat.


B. Hari perhitungan.
C. Shiratal Mustaqim (jembatan).
D. Persoalan yang berhubungan akan tempat pembalasan, baik itu surga
atau neraka.
Fungsi Ilmu Kalam

Adapun fungsi ilmu kalam adalah untuk menolak akidah yang sesat,
memberikan penguatan landasan keimanan umat islam melalui pendekatan
filosofis dan logis,menopang dan menguatkan sistem nilai ajaran islam yang
terdiri atas tiga pokok yaitu iman,islam,serta ihsan dan menjawab problematika
penyimpangan teologi agama lain yang dapat merusak akidah umat islam.ilmu
kalam juga memiliki keterikatan dengan ilmu lain,seperti filsafat,tawasuf,fiqih
dan ushul fiqih.6

D. Sejarah Ilmu Kalam

Ilmu kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah
tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama islam.tiga lainnya
ialah disiplin-disiplin keilmuan fiqh, tasawuf dan falsafah.jika ilmu fiqh

6
Ilyas, Yunahar, Lc, M.A, Kuliah Aqidah Islam, Jakarta. LPPI 1998

6
membidangi segi formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan orientasinya
sangat esoteristik, mengenai hal-hal lahiriah,dan ilmu tasawuf membidangi segi-
segi penghayatan dan pengalaman keagamaan yang lebih bersifat pribadi,
sehingga tekanan oriesntasinya pun sangat esoteristik, mengenai hal-hal
batiniah, kemudian ilmu falsafah membidangi hal-hal yang bersifat perenungan
spekulatif tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya, maka ilmu kalam
mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai tuhan dan berbagai
derivasinya.karena itu ia sering diterjemahkan sebagai teologia, sekalipun
sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan penngertian teologia dalam agama
kristen,misalnya.(dalam pengertian teologia dalam agama kristen,ilmu fiqh
termasuk teologia).karena itu sebagian kalangan ahli yang menghendaki
pengertian yang lebih persis akan menerjemahkan ilmu kalam sebagai teologia
dealiktis atau teologia rasional, dan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin
yang sangat khas islam.

Sejarah munculnya ilmu kalam berawal sejak wafanya Nabi Muhammad


SAW, timbullah persoalan dikalangan umat islam tentang siapakah penggantt
Nabi (Khalifatul Rasul) Kemudian persoalan itu dapat diatasi setelahnya
diangkatnya Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah, setelah Abu Bakar wafat
kekhalifahan dipimpin Umar bin Khattab pada masa kepemimpinan Umar bin
Khattab umat islam tampak tegar dan mengalami ekspansi seperti kejazirah
Arabian, palestina, syria, sebagian wilayah persia dan romawi serta mesir.

Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa
Nabi Muhammad SAW maupun pada mas sahabat-sahabatnya.Akan tetapi baru
dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu ke islaman yang lain satu
persatu muncul dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan
alam gaib (meetafisika). Kita tidak akan dapat memahami persoalan-persoalan
ilmu kalam sebaik-baiknya kalau kita tidak mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya, kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai
pertumbuhannya.

Faktor penyebabnya itu dibagi menjadi dua yaitu:

7
1. Faktor-Faktor Internal
Al-qur’an sendiri disamping ajakannya kepada tauhid dan memercayai kenabian
dan hal-hal yang berhubungan dengan itu, menyinggung pula golongan-golongan
dan agama-agama yang ada pada masa Nabi Muhammad saw., yang mempunyai
kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar. Qur’an tidak membenarkan
kepercayaan mereka dan membantah alasan- alasannya, antara lain:

 Golongan yang mengingkari agama dan adanya tuhan dan mereka


mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan hanyalah
waktu saja (Q.S. Al-Jatsiyah (45): 24) Dan mereka berkata: “Kehidupan ini
tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan
tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-
kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja.”
 Golongan -golongan syirik (Q.S. Al-Maidah (5): 116) “Dan (ingatlah)
ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan
kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain
Allah?”. Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah
mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku
dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya
Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”.”
 Golongan-golongan kafir (Q.S. Al-Isra’ (17): 94) “Dan tidak ada sesuatu
yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk
kepadanya, kecuali Perkataan mereka: “Adakah Allah mengutus seorang
manusia menjadi rasuI?””
 Golongan-golongan munafik (Q.S. Ali Imran (3) : 154 “Kemudian setelah
kamu berduka cita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa)
kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi
telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak
benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. mereka berkata: “Apakah
ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”.

8
Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. mereka
Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan
kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ke tempat mereka terbunuh”. dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang
ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati.”

Tuhan membantah alasan-alasan mereka dan meme- rintahkan Nabi


Muhammad untuk tetap menjalankan dakwahnya dengan cara yang halus,
Firman Allah Q.S. An- Nahl (16): 125 “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Adanya nas-nas yang kelihatannya saling bertentangan, se- hingga datang


orang- orang yang mengumpulkan ayat tersebut dan memfilsafatinya.
Contohnya; adanya ayat-ayat yang me- nunjukkan adanya paksaan (jabr),
(Q.S. Al-Baqarah(2): 6, Al- Muddsir(74):17

Soal-soal politik, contoh soal khilafat (pimpinan pemerintahan negara).


Pergantian pemimpin umat sesudah meninggalnya Rasulullah. Awalnya
persoalan politik tidak mengusik persoalan agama, tapi setelah peristiwa
terbunuhnya khalifah Usman, kaum muslimin terpecah menjadi beberapa partai,
yang masing- masing merasa sebagai pihak yang benar dan hanya calon dari
padanya yang berhak menduduki pimpinan negara. Kemudian partai-partai itu
menjadi partai agama dan mengemukakan dalil- dalil Agama untuk membela
pendiriannya. Dan selanjutnya perselisihan antara mereka menjadi perselisihan
agama, dan berkisar pada persoalan iman dan kafir.

9
Peristiwa terbunuhnya Usman menjadi titik yang jelas dari permulaan
berlarut-larutnya perselisihan bahkan peperangan antara kaum muslimin. Sebab
sejak saat itu, timbullah orang yang menilai dan menganalisa pembunuhan
tersebut di samping menilai perbuatan Usman r.a., sewaktu hidupnya. Menurut
segolongan kecil, Usman r.a., salah bahkan kafir dan pembunuhnya berada di
pihak yang benar, karena perbuatannya yang dianggap salah selama memegang
khilafah. Sebaliknya

Pihak lain mengatakan bahwa pembunuhan atas Usman r.a. adalah kejahatan
besar dan pembunuh-pembunuhnya adalah orang-orang kafir, karena Usman
adalah khalifah yang sah dan salah seorang prajurit Islam yang setia. Penilaian
yang saling bertentangan kemudian menjadi fitnah dan peperangan yang terjadi
sewaktu Ali r.a memegang pemerintahan.

Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang selama ini banyak memenuhi
buku-buku ke-Islaman, yaitu melakukan kejahatan besar, yang mula-mula
dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan terhadap Usman r.a,
kemudian berangsur-angsur menjadi persoalan yang umum, lepas dari siapa
orangnya. Kemudian timbul soal-soal lainnya, seperti soal Iman dan hakikatnya,
bertambah atau berkurangnya, soal Imamah dan lain-lain persoalan.

Kemudian soal dosa tersebut, dilanjutkan lagi, yaitu sumber kejahatan atau
sumber perbuatan di lingkungan manusia. Karena dengan adanya penentuan
sumber ini mudah di- berikan vonis kepada pelakunya itu. Kalau manusia itu
sendiri sumbernya, maka soalnya sudah jelas, akan tetapi kalau sumber
sebenarnya Tuhan sendiri. Dan manusia itu sebagai pelakunya, maka pemberian
keputusan bahwa manusia itu berdosa atau kafir masih belum jelas. Timbullah
golongan Jabariyah yang mengatakan bahwa semua perbuatan itu dari Tuhan
dan golongan Qadariyah yang mengatakan bahwa manusialah yang bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala perbuatannya. Ke- mudian timbulpula golongan-
golongan lain, seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah, yang membicarakan persoalan
tersebut.

10
2. Faktor-Faktor Eksternal

 Banyak di antara pemeluk-pemeluk Islam yang mula-mula beragama Yahudi,


Masehi, dan lain-lain, bahkan diantara mereka ada yang pernah menjadi ulama.
Setelah mereka tenang dari tekanan kaum muslimin mulailah mereka mengkaji lagi
aqidah- aqidah agama mereka dan mengembangkan ke dalam Islam.
 Golongan Islam yang dulu, terutama golongan Mu’tazilah, memusatkan
perhatiannya untuk penyiaran Islam dan mem- bantah alasan mereka yang
memusuhi Islam, dengan cara mengetahui dengan sebaik-baiknya aqidah-aqidah
mereka.
 Sebagai kelanjutan dari sebab tersebut, Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-
lawannya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika
dan filsafat.

Ilmu Kalam disebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri yaitu pada masa Daulah
Bani Abbasiyah di bawah pimpinan khalifah al-Makmun, yang dipelopori oleh
dua orang tokoh Islam yaitu Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi7

E. Aliran Aliran Ilmu Kalam

A. Aliran Khawarij

Khawarij adalah aliran dalam teologi islam yang pertama kali muncul. Menurut
Ibnu Abi Bakar Ahmad Asy-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap
orang yang keluar dari imam yang hak dan telah disepakati para jama’ah, baik ia
keluar pada masa sahabat Khulafaur Rasyidin, atau pada masa tabi’in secara baik-
baik. Nama Khawarij berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali.8

Khawarij sebagai sebuah aliran teologi adalah kaum yang terdiri dari pengikut
Ali bin Abi Thalib yang meninggalkan barisannya, karena tidak setuju terhadap sikap
dari Ali bin Abi Thalib yang menerima Arbitrasi sebagai jalan untuk menyelesaikan
persengketaan khalifah dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.9

7
Dr. H. Muhamad Hasbi, memotret berbagai Aliran teologi dalam islam, Jogjakarta, 2015, hlm 11-12
8
Prof. Dr. Harun Nasution, Teologi Islam, UI pers, Jakarta, cet. Ii, 197, hlm 11
9
Ibid, hlm 11

11
Golongan-golongan Khawarij yang terbesar menurut Asy-Syahrastani yaitu sebagai
berikut:

 Al-Muhakkimah

Al-Muhakkimah adalah mereka yang keluar dari barisan Ali ketika


berlangsung peristiwa tahkim dan kemudian berkumpul di suatu tempat yang
bernama Harura, bagian dari negeri Kufah. Pimpinan mereka di antaranya
Abdullah bin Al-Kawa, Utab bin Al-A'war, Abdullah bin Wahab Al-Rasiby.
Al-Muhakkimah ini adalah golongan Khawarij pertama yang terdiri atas
pengikut-pengikut Ali. Merekalah yang berpendapat bahwa Ali, Muawiyah,
kedua perantara - Amr ibnu Al-Ash dan Abu Musa Al-Asy'ari- serta semua
orang yang menyetujui tahkim sebagai orang-orang yang bersalah dan
menjadi kafir. Demikian pula orang yang berbuat zina menurut mereka
adalah dosa besar, kafir, dan keluar dari Islam. Begitu pula orang yang
membunuh sesama manusia tanpa sebab-sebab yang sah adalah dosa besar,
keluar dari Islam dan menjadi kafir. Demikian pula dengan dosa-dosa besar
lainnya, dapat mengakibatkan dapat keluar dari Islam dan kafir. 2. Al-
Azariqah

 Al-Azariqah
Al-Azariqah adalah bagian dari golongan Khawarij yang dapat
menyusun barisan baru yang besar dan kuat. Daerah kekuasaannya terletak di
perbatasan Irak dan Iran. Jika nama Muhakkimah dinisbahkan pada peristiwa
tahkim, maka nama Azariqah dinisbahkan pada tokohnya bernama Nafi bin
Al-Azraq. Para pengikut golongan ini, menurut Al Baghdadi berjumlah lebih
dari dua puluh ribu orang. Khalifah yang pertama mereka pilih adalah Nafi
sendiri, dan kepadanya mereka memberi gelar Amir Al-Mu'minin. Tokoh ini
kemudian wafat pada pertempuran di Irak pada tahun 686 M.10
"Subsekte Al-Azariqah ini sikapnya lebih radikal daripada Al Muhakkimah.
Mereka mengubah term kafir menjadi term musyrik atau polytheis dan term

10
Asy-Syahrastani, op. cit, hlm 118

12
yang disebut terakhir ini lebih tinggi kedudukannya daripada kufur.
Keradikalan subsckte ini, antara lain terlihat pada pendapat-pendapatnya,
seperti boleh membunuh anak kecil yang tidak sealiran dengan mereka,
menghukum anak-anak orang musyrik di dalam neraka beserta orang tuanya,
orang-orang yang melakukan dosa besar dan dosa kecil secara kontinu dapat
menjadi kafir, orang yang melakukan dosa besar disebut kafir millah, keluar
dari Islam secara total dan kekal dalam neraka beserta orang-orang kafir.?11
 Al-Najdat

Al-Najdat adalah golongan Khawarij yang ketiga. Nama golongan


ini diambil dari nama pemimpinnya yang bernama Najdah bin Amir Al-
Hanafi dari Yamamah. Mereka ini pada mulanya ingin bergabung dengan
kaum Azariqah. Namun, rencana ini tidak terwujud, karena terjadi
perselisihan paham antara pengikut Al-Azariqah dengan Al Najdat. Para
pengikut Nafi' bin Al-Azraq yang bernama Abu Fudaik, Rasyid At-Tawil dan
Atiah Al-Hanafi dalam hal tidak menyetujui paham Al-Azariqah yang
mengatakan bahwa orang Azraqy yang tidak mau berhijrah ke dalam
lingkungan Al-Azariqah adalah musyrik. Mereka juga tidak menyetujui
pendapat Al-Azariqah yang membolehkan membunuh anak istri orang-orang
Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Selanjutnya mereka memisahkan
diri dari Nafi dan pergi ke Yaman. Disinilah mereka dapat menarik Najdah ke
pihak mereka dalam upaya menentang paham yang dikemukakan Nafi
sebagaimana di sebutkan diatas

B. Aliran Murji'ah

Aliran Murji'ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran Khawarij. Mereka menangguhkan
penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan
Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian

11
Ibid., hlm 121-122

13
pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih dianggap mukmin di hadapan
mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan
kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap
mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh
karena itu, orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Pandangan mereka itu
terlihat dari kata Murji'ah itu sendiri yang berasal dari kata arja-a yang berarti orang
yang menangguhkan, mengakhirkan, dan memberi pengharapan. Menangguhkan
berarti bahwa mereka menunda soal siksaan seseorang di tangan Tuhan, yaitu jika
Tuhan mau memaafkan ia akan langsung masuk surga, sedangan jika tidak, maka ia
akan disiksa sesuai dengan dosanya, dan setelah itu ia akan dimasukan ke dalam
surga. Dan mengakhirkan dimaksudkan karena mereka memandang bahan perbuatan
atau amal sebagai hal yang nomor dua bukan yang pertama. Selanjutnya, kata
menangguhkan, dimaksudkan karena mereka menangguhkan keputusan hukum bagi
orang-orang yang melakukan dosa di hadapan Tuhan. Sebagai aliran teologi, kaum
Murji'ah ini mempunyai pendapat tentang akidah yang secara umum dapat
digolongkan ke dalam pendapat yang moderat dan ekstrem.12

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

12
Prof. Dr. Harun Nasution, Loc. Cit., hlm. 23.

14
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam atau Ilmu
Tauhid adalah ilmu yang membicarakan akan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan agama Islam dengan adanya bukti-bukti yang valid.

B. SARAN

Arti penting ilmu kalam ini bukan dan jangan dilihat dari sejarah awal
keberadaannya yang lebih dominan berperan membela akidah islamiah di
hadapan orang orang yang menentang dan mengingkarinya. Tetapi ilmu kalam
utamanya lebih di maksudkan untuk menanamkan akidah yang kuat di kalangan
intern umat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Murtadha Muthahari, 2002, mengenal ilmu kalam, (Jakarta: Pustaka Zahra,), hlm 25

Ibnu Khaldun, 1996, Muqaddimah ibnu Khaldun, h. 468, (Jakarta: PT. Raja Grafiindo
Persada), hlm 3

T.M Hasbi ash-Shiddieqy, 1976, sejarah dan pengantar ilmu tauhid/kalam,


(Jakarta:Bulan Bintang), hlm 9

Murtadha Muthahari, op.cit.,hlm 27.

Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, op.cit. hlm,15-27

Ilyas, Yunahar,1998, Lc, M.A, Kuliah Aqidah Islam, Jakarta. LPPI

Dr. H. Muhamad Hasbi, 2015, memotret berbagai Aliran teologi dalam islam,
Jogjakarta, hlm 11-12

Prof. Dr. Harun Nasution, Teologi Islam, UI pers, Jakarta, cet. Ii, 197, hlm 11

Ibid, hlm 11

Asy-Syahrastani, op. cit, hlm 118

Ibid., hlm 121-122

Prof. Dr. Harun Nasution, Loc. Cit., hlm. 23.

16

Anda mungkin juga menyukai