ILMU KALAM
DOSEN PENGAMPUH:
Oleh:
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, atas segala
rahmat dan karunia serta petunjuk-nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul"ilmu kalam".
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan
keterbatasan yang dirasakan karena mengingat pengalaman dan pengetahuan kami yang
terbatas. Berkat bantuan dari banyak pihak secara langsung maupun tidak langsung
sehingga kami dpat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah yang kami buat, semoga makalah
kami dapat bermanfaat untuk kita semua.
Palembang,oktober 2022
Hormat kami
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………....…iii
BAB I: PENDAHULUAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
Adapun tujuan mempelajari materi ini antara lain,sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian ilmu kalam.
1. Mahasiwa dapat memahami ruang lingkup dalam ilmu kalam.
2. Mahasiwa dapat memahami sejarah perkembangan ilmu kalam.
3. Mahasiswa dapat memamahami firqoh.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Murtadha Muthahari, mengenal ilmu kalam, Cet. I, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), hlm 25
2
Ibnu Khaldun, Muqaddimah ibnu Khaldun, h. 468. Lihat juga H. Sahilun A. Nasir, pengantar Ilmu
Kalam, (Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada, 1996), hlm 3
2
dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik itu dalil naqli, aqli,
maupun dalil wijdani.3
Nah, dari beberapa pendapat ahli mengenai apa itu Ilmu Kalam dapat
disimpulkan bahwa Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid adalah ilmu yang
membicarakan akan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan agama
Islam dengan adanya bukti-bukti yang valid. Kepercayaan-kepercayaan tersebut
melingkup pada Allah SWT (beserta sifat-Nya), rasul, wahyu, akhirat, iman, dan
lainnya. teologi Adapun mengapa ilmu ini disebut dengan Ilmu Kalam karena:
B. Dasar Qurani
sumber ilmu kalam, al-Quran banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan
masalah ketuhanan, di antaranya adalah:
a) Q.S. al-Ikhlas (122): 3-4.
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia.” Ayat ini menunjukkan bahwa
Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakan, serta tidak ada sesuatu pun
di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya.
3
T.M Hasbi ash-Shiddieqy, sejarah dan pengantar ilmu tauhid/kalam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1976),
hlm 9
4
Murtadha Muthahari, op.cit.,hlm 27.
3
ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang bertahta di atas
"Arsy". Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara
keduanya.
4
dalam berbagai suku, ras, atau etnis dan aga,a apapun adalah umat Tuhan
yang satu. Oleh sebab itu, semua umat, dalam kondisi dan situasi apa
pun, harus mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya. Q.S al-Hajj
(22):78, ayat ini menujukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan
suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai "jihad"
kalau dilakukannya hanya karena Allah SWT. semata. Ayat-ayat di atas
berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan hal-hal yang
berkaitan denga eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak
diketemukan sehingga para ahli berbeda pendapat dalam
menginterpretasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ketuhanan itu disistematisasikan yang pada gilirannya
menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah Ilmu Kalam5
5
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, op.cit. hlm,15-27
5
2.Qismul Nububiyah, yakni hubungan yang memperhatikan antara Tuhan
dengan makhluk-Nya. Hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:
Adapun fungsi ilmu kalam adalah untuk menolak akidah yang sesat,
memberikan penguatan landasan keimanan umat islam melalui pendekatan
filosofis dan logis,menopang dan menguatkan sistem nilai ajaran islam yang
terdiri atas tiga pokok yaitu iman,islam,serta ihsan dan menjawab problematika
penyimpangan teologi agama lain yang dapat merusak akidah umat islam.ilmu
kalam juga memiliki keterikatan dengan ilmu lain,seperti filsafat,tawasuf,fiqih
dan ushul fiqih.6
Ilmu kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah
tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama islam.tiga lainnya
ialah disiplin-disiplin keilmuan fiqh, tasawuf dan falsafah.jika ilmu fiqh
6
Ilyas, Yunahar, Lc, M.A, Kuliah Aqidah Islam, Jakarta. LPPI 1998
6
membidangi segi formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan orientasinya
sangat esoteristik, mengenai hal-hal lahiriah,dan ilmu tasawuf membidangi segi-
segi penghayatan dan pengalaman keagamaan yang lebih bersifat pribadi,
sehingga tekanan oriesntasinya pun sangat esoteristik, mengenai hal-hal
batiniah, kemudian ilmu falsafah membidangi hal-hal yang bersifat perenungan
spekulatif tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya, maka ilmu kalam
mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai tuhan dan berbagai
derivasinya.karena itu ia sering diterjemahkan sebagai teologia, sekalipun
sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan penngertian teologia dalam agama
kristen,misalnya.(dalam pengertian teologia dalam agama kristen,ilmu fiqh
termasuk teologia).karena itu sebagian kalangan ahli yang menghendaki
pengertian yang lebih persis akan menerjemahkan ilmu kalam sebagai teologia
dealiktis atau teologia rasional, dan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin
yang sangat khas islam.
Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa
Nabi Muhammad SAW maupun pada mas sahabat-sahabatnya.Akan tetapi baru
dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu ke islaman yang lain satu
persatu muncul dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan
alam gaib (meetafisika). Kita tidak akan dapat memahami persoalan-persoalan
ilmu kalam sebaik-baiknya kalau kita tidak mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya, kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai
pertumbuhannya.
7
1. Faktor-Faktor Internal
Al-qur’an sendiri disamping ajakannya kepada tauhid dan memercayai kenabian
dan hal-hal yang berhubungan dengan itu, menyinggung pula golongan-golongan
dan agama-agama yang ada pada masa Nabi Muhammad saw., yang mempunyai
kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar. Qur’an tidak membenarkan
kepercayaan mereka dan membantah alasan- alasannya, antara lain:
8
Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. mereka
Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan
kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar
(juga) ke tempat mereka terbunuh”. dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang
ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati.”
9
Peristiwa terbunuhnya Usman menjadi titik yang jelas dari permulaan
berlarut-larutnya perselisihan bahkan peperangan antara kaum muslimin. Sebab
sejak saat itu, timbullah orang yang menilai dan menganalisa pembunuhan
tersebut di samping menilai perbuatan Usman r.a., sewaktu hidupnya. Menurut
segolongan kecil, Usman r.a., salah bahkan kafir dan pembunuhnya berada di
pihak yang benar, karena perbuatannya yang dianggap salah selama memegang
khilafah. Sebaliknya
Pihak lain mengatakan bahwa pembunuhan atas Usman r.a. adalah kejahatan
besar dan pembunuh-pembunuhnya adalah orang-orang kafir, karena Usman
adalah khalifah yang sah dan salah seorang prajurit Islam yang setia. Penilaian
yang saling bertentangan kemudian menjadi fitnah dan peperangan yang terjadi
sewaktu Ali r.a memegang pemerintahan.
Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang selama ini banyak memenuhi
buku-buku ke-Islaman, yaitu melakukan kejahatan besar, yang mula-mula
dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan terhadap Usman r.a,
kemudian berangsur-angsur menjadi persoalan yang umum, lepas dari siapa
orangnya. Kemudian timbul soal-soal lainnya, seperti soal Iman dan hakikatnya,
bertambah atau berkurangnya, soal Imamah dan lain-lain persoalan.
Kemudian soal dosa tersebut, dilanjutkan lagi, yaitu sumber kejahatan atau
sumber perbuatan di lingkungan manusia. Karena dengan adanya penentuan
sumber ini mudah di- berikan vonis kepada pelakunya itu. Kalau manusia itu
sendiri sumbernya, maka soalnya sudah jelas, akan tetapi kalau sumber
sebenarnya Tuhan sendiri. Dan manusia itu sebagai pelakunya, maka pemberian
keputusan bahwa manusia itu berdosa atau kafir masih belum jelas. Timbullah
golongan Jabariyah yang mengatakan bahwa semua perbuatan itu dari Tuhan
dan golongan Qadariyah yang mengatakan bahwa manusialah yang bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala perbuatannya. Ke- mudian timbulpula golongan-
golongan lain, seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah, yang membicarakan persoalan
tersebut.
10
2. Faktor-Faktor Eksternal
Ilmu Kalam disebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri yaitu pada masa Daulah
Bani Abbasiyah di bawah pimpinan khalifah al-Makmun, yang dipelopori oleh
dua orang tokoh Islam yaitu Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi7
A. Aliran Khawarij
Khawarij adalah aliran dalam teologi islam yang pertama kali muncul. Menurut
Ibnu Abi Bakar Ahmad Asy-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap
orang yang keluar dari imam yang hak dan telah disepakati para jama’ah, baik ia
keluar pada masa sahabat Khulafaur Rasyidin, atau pada masa tabi’in secara baik-
baik. Nama Khawarij berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Nama itu
diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali.8
Khawarij sebagai sebuah aliran teologi adalah kaum yang terdiri dari pengikut
Ali bin Abi Thalib yang meninggalkan barisannya, karena tidak setuju terhadap sikap
dari Ali bin Abi Thalib yang menerima Arbitrasi sebagai jalan untuk menyelesaikan
persengketaan khalifah dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.9
7
Dr. H. Muhamad Hasbi, memotret berbagai Aliran teologi dalam islam, Jogjakarta, 2015, hlm 11-12
8
Prof. Dr. Harun Nasution, Teologi Islam, UI pers, Jakarta, cet. Ii, 197, hlm 11
9
Ibid, hlm 11
11
Golongan-golongan Khawarij yang terbesar menurut Asy-Syahrastani yaitu sebagai
berikut:
Al-Muhakkimah
Al-Azariqah
Al-Azariqah adalah bagian dari golongan Khawarij yang dapat
menyusun barisan baru yang besar dan kuat. Daerah kekuasaannya terletak di
perbatasan Irak dan Iran. Jika nama Muhakkimah dinisbahkan pada peristiwa
tahkim, maka nama Azariqah dinisbahkan pada tokohnya bernama Nafi bin
Al-Azraq. Para pengikut golongan ini, menurut Al Baghdadi berjumlah lebih
dari dua puluh ribu orang. Khalifah yang pertama mereka pilih adalah Nafi
sendiri, dan kepadanya mereka memberi gelar Amir Al-Mu'minin. Tokoh ini
kemudian wafat pada pertempuran di Irak pada tahun 686 M.10
"Subsekte Al-Azariqah ini sikapnya lebih radikal daripada Al Muhakkimah.
Mereka mengubah term kafir menjadi term musyrik atau polytheis dan term
10
Asy-Syahrastani, op. cit, hlm 118
12
yang disebut terakhir ini lebih tinggi kedudukannya daripada kufur.
Keradikalan subsckte ini, antara lain terlihat pada pendapat-pendapatnya,
seperti boleh membunuh anak kecil yang tidak sealiran dengan mereka,
menghukum anak-anak orang musyrik di dalam neraka beserta orang tuanya,
orang-orang yang melakukan dosa besar dan dosa kecil secara kontinu dapat
menjadi kafir, orang yang melakukan dosa besar disebut kafir millah, keluar
dari Islam secara total dan kekal dalam neraka beserta orang-orang kafir.?11
Al-Najdat
B. Aliran Murji'ah
Aliran Murji'ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran Khawarij. Mereka menangguhkan
penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan
Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian
11
Ibid., hlm 121-122
13
pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih dianggap mukmin di hadapan
mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Dengan
kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap
mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh
karena itu, orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Pandangan mereka itu
terlihat dari kata Murji'ah itu sendiri yang berasal dari kata arja-a yang berarti orang
yang menangguhkan, mengakhirkan, dan memberi pengharapan. Menangguhkan
berarti bahwa mereka menunda soal siksaan seseorang di tangan Tuhan, yaitu jika
Tuhan mau memaafkan ia akan langsung masuk surga, sedangan jika tidak, maka ia
akan disiksa sesuai dengan dosanya, dan setelah itu ia akan dimasukan ke dalam
surga. Dan mengakhirkan dimaksudkan karena mereka memandang bahan perbuatan
atau amal sebagai hal yang nomor dua bukan yang pertama. Selanjutnya, kata
menangguhkan, dimaksudkan karena mereka menangguhkan keputusan hukum bagi
orang-orang yang melakukan dosa di hadapan Tuhan. Sebagai aliran teologi, kaum
Murji'ah ini mempunyai pendapat tentang akidah yang secara umum dapat
digolongkan ke dalam pendapat yang moderat dan ekstrem.12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
Prof. Dr. Harun Nasution, Loc. Cit., hlm. 23.
14
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam atau Ilmu
Tauhid adalah ilmu yang membicarakan akan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan agama Islam dengan adanya bukti-bukti yang valid.
B. SARAN
Arti penting ilmu kalam ini bukan dan jangan dilihat dari sejarah awal
keberadaannya yang lebih dominan berperan membela akidah islamiah di
hadapan orang orang yang menentang dan mengingkarinya. Tetapi ilmu kalam
utamanya lebih di maksudkan untuk menanamkan akidah yang kuat di kalangan
intern umat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Murtadha Muthahari, 2002, mengenal ilmu kalam, (Jakarta: Pustaka Zahra,), hlm 25
Ibnu Khaldun, 1996, Muqaddimah ibnu Khaldun, h. 468, (Jakarta: PT. Raja Grafiindo
Persada), hlm 3
Dr. H. Muhamad Hasbi, 2015, memotret berbagai Aliran teologi dalam islam,
Jogjakarta, hlm 11-12
Prof. Dr. Harun Nasution, Teologi Islam, UI pers, Jakarta, cet. Ii, 197, hlm 11
Ibid, hlm 11
16