Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALIRAN QADARIYAH
Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Muhammad Farid Azmi, M.H

Disusun oleh Kelompok 10 :

Muhamad Iqbaludin (1121098)

Chikita Catur Novela (1121102)

Muhammad Najmi Shobah Al – Falah (1121107)

Kelas HKI D

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Aliran
Qadariyah” yang InsyaAllah akan berguna untuk menambah wawasan kita tentang
aliran aliran yang ada dalam Islam serta memperkuat iman atau keyakinan kita
terhadap Allah SWT dengan nalar atau logika.

Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita nabi agung, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Atas
tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
bapa dosen Muhammad Farid Azmi, M.H yang telah membimbng kami dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini supaya mendekati
kesempurnaan.

Pekalongan, Mei 2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. Pengertian Qadariyah...................................................................................................3
B. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah...........................................................................3
C. Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah.....................................................................................6
D. Doktrin-Doktrin Pokok Aliran Qadariyah......................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Aliran-aliran muncul setelah Rasulullah SAW wafat, pada zaman Nabi


Muhammad SAW umat Islam dapat kompak dalam lapangan agama, termasuk di
bidang aqidah. Kalau ada hal-hal yang tidak jelas atau hal-hal yang diperselisihkan di
antara para sahabat, mereka mengembalikan persoalannya kepada nabi. Maka
penjelasan beliau itulah yang kemudian menjadi pegangan dan ditaatinya. Namun
setelah Rasulullah wafat mulailah bermunculah aliran-aliran, terutama pada masa
pemerintahan Kholifah Usman bin affan. Syi’ah merupakan aliran pertama yang
kemudian disusul oleh aliran-aliran lainnya, salah satunya adalah aliran Qadariyah.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog
disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Qadariyah. Dalam makalah ini
penyusun hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Qadariyah.
Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-
ajarannya secara umum.
B. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian Qadariyah?


2) Bagaimana awal munculnya Aliran Qadariyah?
3) Siapa tokoh-tokoh pendiri Aliran Qadariyah?
4) Bagaimana doktrin-doktrin Aliran Qadariyah?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui apa itu Qadariyah.

1
2) Untuk mengetahui sejarah munculnya aliran ini.
3) Untuk mengetahui para tokoh pendiri aliran ini.
4) Untuk mengetahui doktrin-doktrin apa saja yang ada dalam aliran ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara, yang artinya kemampuan dan
kekuatan. Menurut pengertian terminology, Qadariyah adalah aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi tangan Tuhan. Aliran ini
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya; ia dapat
berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.1 Sedangkan sebagai
aliran dalam ilmu Kalam. qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran
yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan perbuatannya.2
Dalam hal ini, Harun Nasution turut menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal
dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk qadar Tuhan.3
B. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah
Tidak jelas kapan Qadariyah muncul dan siapa tokoh-tokohnya merupakan dua
tema yang masih diperdebatkan. Menurut Ahmad Amin, dalam buku yang dikarang
oleh Dra Safni Rida yng berjudul Ilmu Kalam, ada para ahli teologi yang mengatakan
bahwa Qadariah pertama dimunculkan oleh Ma'bad Al-Jauhani (w. 80 H) dan
Ghailan Ad-Dimasqy.4 Ma'bad adalah seorang taba'i yang dapat dipercaya dan pernah

1
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung:CV PUSTAKA SETIA,2014), hlm. 87-88.
2
Abuddin Nata, ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995), hlm. 36.
3
Harun Nasution, Teologi Islam ‘Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,op.cit,. hlm 33.
4
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, (Dar al-Kitab al-Kitābī, Beirut,1975), hlm. 284.

3
berguru kepada Hasan Al Basri. Sementara, Ghailan adalah seorang orator berasal
dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Utsman bin Affan.5
lbnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, seperti dikutip Ahmad Amin
(1886-1954 M), memberi informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan
paham Qadariah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk
Islam dan kembali ke agama Kristen. dari orang inilah, Ma'bad dan Ghailan
mengambil paham ini.6 Orang Irak yang dimaksud, sebagaimana dikatakan
Muhammad lbnu Syua'ib yang memperoleh informasi dari Al-Auzai adalah Susan.7
Sementara itu, W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui tulisan
Hellmut Ritter dalam bahasa Jerman yang dipublikasikan melalui majalah Der Islam
pada tahun 1933. Artikel ini menjelaskan paham Qadariah yang terdapat dalam kitab
Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan Al-Basri sekitar tahun
700 M. Hasan Al-Basri (642-728) adalah anak seorang yang berstatus tahanan di Irak,
lahir di Madinah, tetapi pada tahun 657 pergi ke Basrah dan tinggal di sana sampai
akhir hayatnya. Apakah Hasan Al-Basri orang Qadariah atau bukan, hal ini memang
terjadi perdebatan. Akan tetapi, yang jelas, berdasarkan catatannya yang terdapat
dalam Kitab Risalah ini percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas antara
baik dan buruk. Hasan yakin bahwa manusia bebas memilih antara berbuat baik atau
berbuat buruk.8
Ma'bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqi, menurut Watt adalah penganut
Qadariah yang hidup setelah Hasan Al-Basri. Apabila dihubungkan dengan
keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan AI-l'tidal, seperti dikutip Ahmad Amin yang
menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri. Jadi,
sangat mungkin paham Qadariah ini mula-mula dikembangkan Hasan Al-Bashri.9

5
Ibid
6
Ibid
7
Abdul Rozak,… hlm. 89
8
Ibid
9
Safni Rida, Ilmu Kalam, (Curup, LP2 STAIN Curup, 2010), hlm. 175.

4
Dengan demikian, keterangan yang ditulis oleh lbn Nabatah dalam Syarh AI-
Uyun yang mengatakan bahwa paham Qadariah berasal dari orang lrak Kristen yang
masuk Islam kemudian kembali ke Kristen, ada kemungkinan direkayasa oleh orang
yang tidak sependapat dengan paham ini, agar orang-orang tidak tertarik dengan
pikiran Qadariah. Menurut Kremer, seperti dikutip Ignaz Goldziher, di kalangan
Gereja Timur ketika itu perdebatan tentang butir doktrin “Qadariah" mencekam
pikiran para teolognya.10
Berkaitan dengan persoalan pertama kali Qadariah muncul, penting untuk melirik
kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk menentukannya.
Para peneliti sebelumnya pun belum sepakat mengenai ini karena ketika itu penganut
Qadariah sangat banyak Sebagian terdapat di Irak dengan bukti bahwa gerakan ini
terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Ibn
Nabatah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama tentang masalah ini adalah
seorang Kristen dari Irak yang telah masuk Islam dan dari orang ini diambil oleh Ma
'bad dan Ghailan. Sebagian yang lain berpendapat bahwa paham mi muncul di
Damaskus disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak dipekerjakan
di istana-istana khalifah.11
Paham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu. Ada
beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras terhadap paham Qadariah.
Pertama, seperti Pendapat Harun Nasution, karena masyarakat Arab sebelum islam
kelihatannya dipengaruhi oleh paham fatalis. Kehidupan bangsa Arab ketika itu serba
sederhana dan jauh dari pengetahuan. Mereka merasa lebih dan tidak mampu
menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh alam sekelilingnya. Faham itu
dikembangkan mereka tidak dapat menerimanya, faham qadariyah itu dianggap
bertentangan dengan doktrin Islam.
Kedua, tantangan dari pemerintah. Tantangan ini sangat mungkin terjadi karena
para pejabat menganut paham Jabariah. Ada kemungkinan juga pejabat pemerintah

10
Abdul Rozak…hlm.89.
11
Ahmad Amin, op.cit., hlm. 286

5
menganggap gerakan Qadariah sebagai suatu usaha menyebarkan paham dinamis dan
daya kritis rakyat, yang mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang
dianggap tidak sesuai, bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerjaan.12
C. Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah
Tokoh utama Qadariyah adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimasyqi.
Kedua tokoh inilah yang pertama kali mempersoalkan tentang Qadar. Semasa
hidupnya, Ma’bad Al-Juhani berguru dengan Hasan Al-Basri, sebagaimana Washil
bin Atha’, tokoh pendiri mu’tazilah. Jadi, Ma’bad termasuk tabiin atau generasi
kedua sesudah Nabi. Sedangkan Ghailan semula tinggal di Damaskus. Ia seorang ahli
pidato sehingga banyak orang tertarik dengan kata-kata dan pendapatnya.13
Kedua tokoh Qadariyah ini mati terbunuh. Ma’bad Al-Juhani terbunuh dalam
pertempuran melawan Al-Hajjaj pada tahun 80 H. Ia terlibat dalam dunia politik
dengan mendukung gubernur Sajistan, Abdurrahman Al-Asy’ats menentang
kekuasaan bani Umayyah. Sedangkan ghailan Al-Dimasyqi dihukum bunuh pada
masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M), khalifah
dinasti Ummayyah yang kesepuluh. Hukuman bunuh atas ghailan dilakukan karena ia
terus menyebarluaskan faham qadariyah yang dinilai membahayakan pemerintah.
Ghailan gigih menyiarkan faham qadariyah di Damaskus sehingga mendapat tekanan
dari khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun terus mendapat tekanan,
Ghailan tetap melakukan aktivitasnya hingga Umar wafat dan diganti oleh Yazid II
(720-724 M). Baru pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
kegiatan ghailan berhenti dengan eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan
kepadanya.14
D. Doktrin-Doktrin Pokok Aliran Qadariyah
Dalam kitab al-Milāl wa al-Nihāl, pembahasan masalah Qadarīyah disatukan
dengan pembahasan doktrindoktrin Muʻtazilah, sehingga perbedaan antara kedua
12
Abdul Rozak…hlm. 90
13
http://qadariyah.blogspot.com/ yang diakses pada pukul 00:14 WIB
14
http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html yang diakses pada pukul
00:30 WIB

6
paham ini kurang begitu jelas.15 Ahmad Amin menjelaskan bahwa doktrin qadar lebih
luas dikupas oleh kalangan Muʻtazilah sebab paham ini juga menjadikan salah satu
dokrtin Muʻtazilah. Akibatnya sering kali orang menamakan Qadarīyah dengan
Muʻtazilah karena kedua aliran ini samasama untuk mewujudkan tindakan tanpa
campur tangan Tuhan.16
Harun Nasution menjelaskan pendapat Gailan ad-Dimasyqī, manusia berkuasa
atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan baik atas kehendak
dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi
perbuatanperbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.17 Dalam paham ini
manusia merdeka dalam tingkah lakunya. Ia berbuat baik atau berbuat buruk atas
kehendaknya sendiri.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa doktrin Qadarīyah pada
dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala
perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik atau berbuat jahat. Oleh sebab
itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan berhak
masuk surga kelak di akhirat, juga berhak memperoleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuatnya dan diberi ganjaran siksaan dengan balasan neraka kelak di akhirat.18
Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat
diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain kecuali hukum
alam. Misalnya, manusia ditakdirkan tidak memiliki sirip seperti ikan sehingga dapat
berenang dilautan lepas. Demikian juga manusia tidak badan besar seperti gajah yang
mampu membawa barang yang beratnya berates kilogram, tetapi manusia ditakdirkan
mempunyai akal dan dan daya pikir kreatif. Demikian juga anggota tubuh lainnya
dapat dilatih sehingga dapat membuat sesuatu. Dengan daya pikir kreatif dan anggota

15
Abdul Rozak,….,hlm. 90.
16
Ahmad Amin,…,hlm. 287.
17
Harun Nasution,…,hlm. 31
18
Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah(suatu kajian teologi),Paham Qadariyah dan,
Jabariyah,vol.3,no.2 (Mart),2016,hlm.4.

7
tubuh yang dilatih terampil, manusia dapat meniru yang dimiliki ikan yaitu mampu
berenang dilautan lepas. Demikian juga, manusia bisa membuat benda yang dapat
membantunya membawa barang seberat gajah atau malah mungkin lebih kuat dari
gajah. Di sini,terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki manusia.
Bahkan, suatu hal yang benar-benar tidak sanggup diketahui, sejauh mana manusia,
siapa yang dapat membatasi daya imajinasi manusia, atau dengan pertanyaan lain,
dimana batas akhir kreativitas manusia?
Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada
alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia pada perbuatan Tuhan.
Doktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan atau dasar-dasar dalam doktrin Islam.
Banyak ayat yang mendukung pendapat ini, misalnya
Dalam surah Al-Kahf ayat 29 yang artinya “Dan katakanlah
(Muhammad),’Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa
menghendaki(beriman) hendaklah dia beriman dan barang siapa menghendaki(kafir)
maka biarlah dia kafir…’”
Dalam surah Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya “…..Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri…..”

Dalam surah An-Nisa ayat 111 yang artinya “Barangsiapa yang mengerjakan dosa,
Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan dan
kekuatan. Adapun secara termenologi istilah, adalah suatu aliran yang percaya bahwa
segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah. Aliran-aliran ini berpendapat
bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat
sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Pokok ajaran Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya.
Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan
sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan
jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala
perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh
karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga
berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran
kebaikan di sini disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa
dengan balasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri,
bukan oleh takdir Tuhan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar para pembaca dapat lebih
mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran Islam. Dan bahwasanya setiap paham
itu memiliki dalil tersendiri dari al-Qur'an. Sehingga diharapkan nantinya kita tidak
mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu semata-mata hanyalah
karena perbedaan pemahaman dalam mentafsirkan al-Qur'an.

9
DAFTAR PUSTAKA
Rozak Abdul dan Rosihon Anwar. 2014. Ilmu Kalam. Bandung : CV PUSTAKA
SETIA

Nata. Abuddin, ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF. 1995. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Aḥmad Amīn. Fajr al-Islam. 1975. Beirut : Dar al-Kitab alKitābī

Nasution. Harun. Teologi Islam ‘Aliran-’Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. 2011.


Cet. V; Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press.

Rida. SafniI. ILMU KALAM. 2011. Curup: LP2 STAIN Curup.

Muliati. 2016. “Paham Qadariyah dan Jabariyah” dalam Paham Qadariyah dan
Jabariyah(suatu kajiam teologi) Vol 3, Nomor 2 (halaman 4). Parepare: Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Parepare

http://qadariyah.blogspot.co.id/

http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html,

10

Anda mungkin juga menyukai