Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Ilmu Kalam Dalam Pandangan Qadariyah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Asep Maulana Rohimat, SHI., M.Si.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Dian Novita Sari (175211007)


Wulan Kristiana Wati (175211020)
Putri Nur Handayani (175211021)
Susanti (175211028)
Binta Chizba Adila (175211039)

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4

C. TUJUAN.....................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Sejarah Timbulnya Aliran Qadariyah..........................................................................5

B. Mengenal Tokoh Qodariyah........................................................................................6

C. Ayat-ayat yang dianggap dasar oleh paham Qadariyah (susanti)...............................7

BAB III
PENUTUP................................................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu Kalam
Dalam Pandangan Qadariyah”  ini dengn baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai
pihak, kami telah berusaha untuk  dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan,
walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbasan ilmu 
pengetahuan dan  keterampilan yang kami miliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Asep Maulana Rohimat selaku dosen pembimbing Ilmu Kalam. Dan juga kepada
teman –teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami
menyadari  bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di
masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman dan pihak yang berkepentingan.
                                                                                         
      
Surakarta, 09 Oktober  2018

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sejak awal permasalahan teologis dikalangan umat Islam telah terjadi perbedaaan
dalam bentuk praktis maupun teoritis. Perbedaan tersebut tampak melalui perdebatan
dalam masalah  kalam yang ahirnya menimbulkan berbagai aliran-aliran dalam Islam. Dalam
perdebatan tentang teologi ini, yang diperdebatkan bukanlah akidah-akidah pokok seperti
iman kepada Allah, kepada malaikat dan lain sebagainya, melainkan perdebatan masalah
akidah cabang yang membahas bagaimana sifat Allah, Al-Qur’an itu baru ataukah qodim,
malaikat itu termasuk golongan jin atau bukan, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Pebedaan tersebut ahirnya menimbulkan berbagai macam aliran diantaranya
seperti Khawarij, Syiah, Murji’ah, Mu’tazilah, Jabariyah dan Qodariyah,
Asy’ariyah dan Maturidiyah. Dalam bab ini kita akan membahas sedikit banyak tentang
aliran Qodariyah yang juga timbul akibat dari adanya permasalahan-permasalahan kalam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah timbulnya paham Qadariyah?
2. Siapakah tokoh-tokoh dalam paham Qadariyah?
3. Apakah ayat-ayat yang dianggap dasar-dasar paham Qadariyah?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah timbulnya paham Qadariyah
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dalam paham Qadariyah
3. Untuk mengetahui ayat-ayat yang dianggap dasar dari paham Qadariyah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Timbulnya Aliran Qadariyah


Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata qadara ‫د ر‬FF‫ ق‬yang artinya
kemampuan dan kekuatan. Dalam bahasa Inggris qadariyah ini diartikan sebagai free
will and free act, bahwa manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatan dengan
kemauan dan tenaganya. Adapun menurut pengertian terminology, Qadariyah adalah
suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh
Tuhan.aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri. (Kuraedah S. , 2010)
Qadariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H/689 M, dipimpin oleh Ma’bad
al-Juhni al-Bisri dan Ja’ad bin Dirham, pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik
bin Marwan (685-705 M). Ma’bad Al-Juhni adalah seorang tabiin, pernah belajar
kepada Washil bin Anto’, pendiri Mu’tazilah. Ada pendapat lain mengatakan bahwa
sebenarnya yang mengembangkan ajaran-ajaran Qadariyah itu bukan Ma’bad al-Juhni.
Ada seorang penduduk negeri Irak, yang mulanya beragama Kristen kemudian masuk
Islam, namun akhirnya kembali ke kristen lagi. Dari orang inilah, Ma’bad al-Juhni dan
Ghailan ad Damasqi mengambil pemikirannya. (A.Nasir, 2016)

Latar belakang timbulnya paham Qadariyah, tidak dapat dipisahkan dari tiga
faktor. Pertama, faktor eksteren yaitu masuknya ajaran lain sebagai pengaruh ajaran
Nasrani yang jauh sebelumnya telah diperbincangkan tentang kekuasaan Tuhan dalam
kalangan mereka. Kedua, faktor intern, yaitu adanya sikap relatif ajaran Qadariyah
terhadap munculnya paham Jabariyah. Ketiga, adanya hubungan yang tidak harmonis
antara tokoh Qadariyah dan pemerintah (khalifah), yang memaksa mereka tenggelam

5
dalam suasana politik, suatu suasana yang tidak mendukung untuk kepentingan
penyebarluasaan ajarannya. (Rusli, 2015)

Sejarah menurut Asy’ari bahwa Ghailan al-Dimasyqi adalah berhaulan


Murji’ah yang menurut Watt Montgamerty, Murji’ah sendiri dalam fatwa teologisnya
mendukung Bani Umayyah. Hubungan Ghailan dengan Bani Umayyah menjadi tidak
harmonis, sehingga mengundang malapetaka yang tidak manusiawi (pembunuhan)
terhadap Ghailan. Setelah kematian tokoh-tokohnya, paham al-Qadariyah secara
organisasi lenyap, namun pengaruh dari ajarannya tetap dianut orang, misalnya oleh
sekelompok kaum Mu’tazilah. Syahrastani cenderung berpendapat bahwa risalah yang
berisi paham al-Qadariyah, yang dinisbahkan kepada Hasan Bashri adalah itulis oleh
Washil risalah yang sebenarnya ditulis oleh Washil bin Atha. (Rusli, 2015)
 Adapun ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah adalah:
1. Kedudukan akal lebih tinggi.
2. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
3. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas.
4. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam Alquran dan
hadis
5. Mengambil metaforis dari wahyu
6. Dinamika dalam sikap dan berpikir. (Samad, 2013)
B. Mengenal Tokoh Qodariyah
1. Ma’bad Al-Jauhani
Pendiri aliran Qadariyah ynag sering kali disebut sebut ialah Ma’bad Al-
Jauhani dari suku Juhaya. Hanya sedikit yang dapat diketahui tentang dirinya dan
ada berbagai macam pendapat mengenai nama ayahnya. Dikatakan, ia telah
mengambil (mendasarkan) pandangan pandanganya dari orang Kristen Iraq yang
bernama Susan Yang memeluk agama Islam dan kemudian memeluk agama Kristen
kembali. Cerita ini bisa jadi benar, atau bisa jadi merupakan penemuan untuk tidak
mempercayai (mendiskreditkan) golongan Qodariyah. (Wiyani, 2013)
Tidak diketahui secara pasti bagaimana Ma’bad memformulasikan doktrin
Qodariyah. Agaknya ia berpandangan bahwa paling tidak, kebanyakan perbuatan
manusia adalah bebas, khususnya bagi ornag orang yang melakukan kesalahan dan

6
keraguan, karena itu ia menolak perbuatan salah yang dilakukan oleh Bani
Umayyah ditentukan oleh Allah SWT. (Wiyani, 2013)
Persoalan yang aktual adalah bahwa Ma’bad bergabung dengan
pemberontakan Ibnu al-Asy’ath (gubernur Sajistan) pada tahun 701 bersama dengan
orang-orang yang memiliki pandangan yang sama dengannya. Mereka telah
menjalin hubungan dengan Hasan Basri meskipun pada akhirnya Hasan Basri
menolak untuk bergabung. Karena keterlibatannya dalam pemberontakan, Ma’bad
dieksekusi (dihukum mati) kira kira tahun 704 pada masa pemberontakan itu
hampir dipadamkan. Persoalan yang paling menarik mengenai Ma’bad adalah
bahwa ia memperoleh reputasi sebagai orang pertama yang mendiskusikan
persoalan qodar Allah SWT, meskipun kenyataannya sedikit sekali yang dapat
diketahui tentang dirinya. (Wiyani, 2013)
2. Ghailan Ad-Dimasyqi
Orang penting kedua dikalangan golongan Qodariyah adalah Ghailan. Nama
lengkapnya adalah Abu Marwan Ghailan Ibnu Muslim (ibnu Marwan) al-Qibti Ad-
Dimasyqi. Qibti bisa juga berarti copt atau anggota dari Qibt, sub divisi Himyar.
Ayahnya adalah orang yang dibebaskan oleh Khalifah Usman, dan dia sendiri
memiliki posisi sebagai sekertaris dalam administrasi pemerintahan Umayyah di
Damaskus. (Wiyani, 2013)
Perlawanan Ghailan terhadap pemerintah Bani Umayyah termanifestasi pada
masa awal masa kekuasaan Umar bin Abdul Aziz II. Dikatakan bahwa ia telah
menulis surat terhadap khalifah dengan nama kritis, hal inilah yang mungkin
mendorongnya untuk membawa perubahan-perubahan tertentu. Umar bin Abdul
Aziz menanyakan kepada Ghailan mengenai pandangannya dan mengingatkan
bahayanya. Umar juga mengingatkan orang lain untuk tidak meyakini doktrin
Ghailan mengenai qodar. Pandangan pandangannya juga membawa dia mengalami
kesulitan pada masa khalifah Hisyam, dan ia dikabarkan telah melarikan diri ke
Armenia dengan sahabatnya. Akhirnya ia tertangkap dan dihukum mati, kira kira
menjelang akhir pemerintahan khalifah Hisyam. (Wiyani, 2013)

7
C. Ayat-ayat yang dianggap dasar oleh paham Qadariyah
1. Al-'Imran (3): 164

‫اولمااصابتكم مصيبة قدامهم مثلهاقلتم انى هذا قل هو من عند انفسك‬

Bagaimana? Apabila bencana menimpa diri kamu sedang kamu telah


menimpakan bencana yang berlipat ganda (pada kaum musyrik di badar) kamu
bertanya: "Dari mana datangnya ini?" Jawablah: "Dari kamu sendiri."
(Nasution, 2007)

2. Ar-Ra'd (13): 11

‫ان هللا ال يغير ما بموجب م حتى يغيروا وهللا ما با نفسهم‬

Tuhan tidak mengubah apa yang ada pada suatu bangsa, sehingga
mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka." (Nasution, 2007)

3. Fussilat (41): 46

‫من عمل صالح لحالي فلنفسه ومن اساء فعليها ومبروك بظاللها م للعبيد‬

Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya


sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan
dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-
(Nya). (Rusli, 2015)

4. Al-kahfi (18): 29

‫فمن شاء فليس من و من شأنها ء فليكثر‬

Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, barang


siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. (Rusli, 2015)

8
5. Al-Mudatsir (74): 38

‫كل نفس بما كسبت رهينة‬

Setiap orang bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukannya. (Rusli,


2015)

6. An-Nisaa' (4): 111

‫ومن يكسب إثما فا نما يكسبها على نفسه وكان هللا عليما حكيما‬

Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakan


untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah mahamengetahui, mahabijaksana.
(Rusli, 2015)

7. An-Najm (53): 39-41

‫وان ليس لإلنسان نسان اال ساسى وان سعيه سو فيرى ثم يجز ىه الجزاءاالوفى‬

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,


dan sesungguhnya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, (Rusli, 2015)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Paham Qadariyah pada intinya menyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan


dalam berkehendak serta memiliki kemampuan dalam melakukan sesuatu. Manusia
dianggap mampu melakukan segalanya atas kehendak sendiri, baik perbuatan yang baik
maupun yang buruk tanpa terdapat campur tangan dari Allah SWT. Sejarah timbulnya
paham qadariyah sendiri measih menjadi perdebatan akan tetapi ada sebagian pakar
teologi yang mengatakan bahwa paham qadariyah pertama kali dimunculkan oleh
Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan ad-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689 M. Paham qadariyah
memperlihatkan paham yang bertentangan sekalipun berpegang teguh pada Al-Qur’an.

10
DAFTAR PUSTAKA

A.Nasir, K. S. (2016). Pemikiran kalam (TEOLOGI ISLAM). Jakarta: Rajawali.


Kuraedah, S. (2010). Pendidikan Islam dengan Pandangan Qadariyah, Jabariyah dan
Asy'ariyah. Shautut Tarbiyah, 116-130.
Nasution, H. (2007). Teologi Islam Aliran Aliran sejarah Anallisa Perbandingan. Jakarta: UI
Press.
Rusli, R. (2015). Teologi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Samad, M. y. (2013). Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam. Lentera Pendidikan,
73-82.
Wiyani, N. A. (2013). Ilmu Kalam. Bumiayu: Teras.

11

Anda mungkin juga menyukai