Abstrak- Tujuan dari penelitian ini merugikan negara hingga 2,3 Triliun Rupiah
adalah untuk mengetahui apakah Ethical dan (Nugroho, 2017).
Empowering Leadership berpengaruh terhadap
Affective Commitment dengan Leader-Member Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
Exchange sebagai variabel intervening pada ethical dan empowering leadership masing-masing
Hotel Sulawesi Gorontalo. Teknik analisa yang dikaitkan dengan berbagai hasil penting, termasuk
digunakan dalam penelitian ini adalah analisa motivasi bawahan, kepuasan, kinerja, perilaku pro-
kuantitatif kausal dan analisa Structural sosial, dan perilaku menyimpang atau kontra-
Equation Modeling (SEM) dengan alat produktif (Hassan, Mahsud, Yukl, dan Prussia,
penelitian Partial Least Square (PLS). Hasil 2013).
penelitian menunjukkan bahwa Ethical
Salah satu contoh pemimpin perusahaan di
Leadership tidak berpengaruh terhadap
Indonesia yang beretika dan memberdayakan yang
Affective Commitment, namun berpengaruh
membuat karyawannya berkomitmen bekerja
terhadap Leader-Member Exchang, Empowering
adalah William Tanuwijaya, founder Tokopedia.
leadership berpengaruh terhadap Affective
William Tanuwijaya memimpin dengan rendah
Commitment tanpa Leader-Member Exchange
hati, memperhatikan kesejahteraan karyawan,
(LMX) sebagai variabel Intervening pada Hotel
membangun hubungan yang saling berbagi antara
Sulawesi Gorontalo.
karyawan dan pemimpin, serta memberikan
Kata Kunci: Affective Commitment, Empowering kepercayaan dan kesempatan kepada karyawan.
Leadership, Ethical Leadership, Leader-Member Hal tersebut membuat karyawan menjadi nyaman
Exchange (LMX) untuk bekerja di tokopedia. Menurut data dari
Jawapos, jumlah karyawan meningkat dari 80
I. PENDAHULUAN orang pada tahun 2014, menjadi 400 orang di akhir
tahun 2015, dan saat ini 20.000 orang melamar
Saat ini di Negara Indonesia sedang terjadi kerja di tokopedia tiap bulannya (Birra, 2016). Lalu
krisis kepemimpinan, banyak pemimpin yang tidak menurut data dari kompas, tingkat kepuasan kerja
jujur, pemimpin membohongi rakyatnya, di tokopedia adalah 4.0, yang artinya karyawan
melupakan janji-janji manis yang telah diberikan, merasa puas bekerja di perusahaan tersebut
dan perlahan-lahan menggerogoti kekayaan negeri (Nistanto, 2016)
ini untuk keuntungan dan kepuasan pemimpin itu
sendiri (Nurindrasari, 2017). Ada banyak kasus Selain pemimpin yang beretika dan
yang menunjukkan krisis kepemimpinan memberdayakan, diperlukan juga karyawan yang
berkomitmen untuk dapat memberikan pelayanan
di Indonesia, contohnya kasus suap proyek yang memuaskan, karena karyawanlah yang
penyesuaian infrastruktur daerah, kasus suap langsung berhadapan dengan konsumen untuk
anggaran Pekan Olahraga Nasional di Riau memberikan pelayanan yang nyaman dan ramah.
(Haryadi, 2017), dan yang sedang diselidiki
sekarang adalah kasus korupsi e-ktp yang Dalam menjalankan sebuah operasional,
diperlukan juga kerjasama tim yang baik antara
seorang atasan dan bawahan . Menurut karyawan Karyawan Hotel Sulawesi Gorontalo
dan pemimpin merupakan dua hal yang tidak dapat memiliki affective commitment, karena dari
dipisahkan. Oleh karena itu karyawan dan pengakuan karyawan, karyawan merasa nyaman
pemimpin memerlukan hubungan yang baik untuk bekerja di Hotel Sulawesi Gorontalo, beberapa
dapat mencapai suatu tujuan. Menurut Leonard karyawan pernah ditawari pekerjaan oleh
(2002), hubungan atasan bawahan tidak hanya organisasi lain, tetapi karyawan-karyawan tersebut
berhubungan dengan ikatan fisik dimana bawahan menolak, karyawan juga jarang sekali yang
harus selalu mengikuti instruksi atasan, namun mengajukan resign, di 4 tahun terakhir hanya 2
lebih dalam lagi yaitu ikatan interaksi antara karyawan saja yang mengajukan resign. Ada
karyawan dan pimpinan. Ikatan interaksi ini beberapa karyawan juga yang telah bekerja di
menyangkut pada ikatan emosional antara atasan Hotel Sulawesi Gorontalo selama 16 hingga 20
dengan bawahan. Teori yang membahas mengenai tahun. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
hubungan antara pemimpin dan karyawan tersebut mengetahui pengaruh ethical dan empowering
adalah Leader-Member Exchange (LMX). leadership terhadap affective commitment dengan
Leader-Member Exchange (LMX) sebagai variabel
Hotel Sulawesi Gorontalo menerapkan intervening.
ethical leadership. Ramli Muhammad sebagai
owner sangat menekankan kejujuran dalam 1. Rumusan Masalah
menjalankan usaha, beberapa kali terjadi
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan hotel, Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
namun jika ketahuan sekali saja, langsung atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dikeluarkan dari hotel. Ramli juga pemimpin yang adalah :
sangat ringan tangan, seringkali Ramli membantu
1. Apakah Ethical Leadership berpengaruh
keuangan para karyawannya, pernah ada karyawan
terhadap Affective Commitment
sedang ada memiliki masalah keuangan, Ramli
membantu membayarkan Down Payment (DP) 2. Apakah Empowering Leadership berpengaruh
motor karyawannya dan uangnya boleh terhadap Affective Commitment
dikembalikan saat karyawan tersebut mampu
mengembalikan uang itu. 3. Apakah Ethical Leadership berpengaruh
terhadap Leader-Member Exchange (LMX)?
Hotel Sulawesi Gorontalo juga
menerapkan empowering leadership. Karyawan 4. Apakah Empowering Leadership berpengaruh
diberikan kebebasan dan bahkan didorong untuk terhadap Leader-Member Exchange (LMX)?
terbuka jika karyawan memiliki pendapat dan saran
untuk meningkatkan kualitas pelayanan hotel. 5. Apakah Leader-Member Exchange (LMX)
Karyawan juga diberikan kesempatan untuk berperan memediasi variabel Ethical
ditempatkan di jabatan yang lebih tinggi jika Leadership dan variabel Affective Commitment?
karyawan tersebut dinilai baik kinerjanya.
6. Apakah Leader-Member Exchange (LMX)
Selain itu Hotel Sulawesi Gorontalo juga berperan memediasi variabel Empowering
menerapkan Leader-Member Exchange (LMX). Leadership dan variabel Affective Commitment?
Karena owner sangat ramah dan peduli pada
2. Kerangka Berpikir
karyawannya, senang menyapa dan menanyakan
kabar karyawannya. Namun Ramli tetap Gambar 1 Kerangka Berpikir
menetapkan batas relasi dalam pekerjaan, relasi
yang dibangun adalah relasi yang profesional,
artinya hubungan yang ingin dibangun adalah
hubungan yang dekat namun tetap saling
menghargai dan menghormati. Karyawan juga
sangat didorong untuk terbuka jika ada masalah,
karena Ramli merasa tidak bisa membantu
karyawannya jika karyawan tersebut tidak terbuka
kepadanya.
II. METODE PENELITIAN
2. Variabel endogen
Penelitian ini menggunakan metode a. Leader-Member Exchange (LMX) (Z) adalah
penelitian kuantitatif kausal, yaitu penelitian yang proses diad melalui peran dan harapan yang
bertujan untuk mengetahui hubungan antara satu dikembangkan antara bawahan dengan
variabel dengan variabel lainnya, dan bagaimana pemimpin. Indikator Leader-Member Exchange
suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (LMX) adalah:
(Umar, 2003). Menurut Sugiyono (2010) sampel 1. Affect adalah para anggota saling mengasihi
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dalam hubungan satu sama lain terutama
dimiliki oleh populasi tersebut. Metode yang didasarkan pada daya tarik interpersonal.
digunakan oleh peneliti adalah sampling jenuh, 2. Loyalty melibatkan kesetiaan kepada
yaitu seluruh anggota populasi digunakan sebagai individu yang umumnya konsisten dari
sampel (Sugiyono, 2010) yang berjumlah 44 orang. situasi ke situasi. Loyalty
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat 3. Contribution adalah sejauh mana anggota
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang bawahan dari diad menangani tanggung
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh jawab dan menyelesaikan tugas-tugas yang
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik melampaui deskripsi pekerjaan dan/atau
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). kontrak kerja
4. Professional respect adalah persepsi sejauh
Variabel dalam penelitian ini meliputi 3 macam
mana setiap anggota dari diad telah
variabel, yaitu:
membangun reputasi, di dalam dan/atau di
1. Variabel eksogen luar organisasi, unggul di bidang
a. Ethical leadership (X1) adalah kepemimpinan pekerjaannya
dengan memposisikan pemimpin sebagai
pengambil keputusan yang altruistik, jujur, b. Affective commitment (Y) adalah komitment
dapat dipercaya, dan berprinsip peduli tentang kerja yang terjadi karena keterikatan emosional
kesejahteraan pengikutnya dan masyarakat yang yang karyawan rasakan terhadap organisasi dan
lebih luas. Indikator ethical leadership adalah: unit kerja karyawan.
1. Membuat dan berbagi visi etis 1. Memiliki makna yang mendalam secara
2. Mempersiapkan unit untuk melaksanakan pribadi
visi dan strategi etis 2. Rasa saling memiliki yang kuat dengan
3. Melaksanakan visi etis organisasi
3. Bangga memberitahukan hal tentang
b. Empowering leadership (X2) adalah organisasi dengan orang lain
kepemimpinan yang berbagi kewenangan 4. Terikat secara emosional dengan organisasi
membuat keputusan dengan bawahan, 5. Senang apabila dapat bekerja di organisasi
berkonsultasi dengan bawahan tentang sampai pensiun
keputusan penting yang mungkin berhubungan
Jenis data yang digunakan dalam
dengan pekerjaan bawahannya, memungkinkan
penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Sumber
bawahan lebih berotonomi, dan menghapus
data yang digunakan oleh peneliti data primer dan
kendala birokrasi yang tidak perlu. Indikator
sekunder. Data primer diperoleh dengan
empowering leadership adalah:
menyebarkan kuesioner pada seluruh karyawan
1. Consulting adalah membahas dengan
Hotel Sulawesi Gorontalo dan data sekunder
karyawan sebelum membuat perubahan
berupa teori-teori pendukung yang diperoleh dari
yang mempengaruhi orang-orang tersebut,
jurnal dan buku. Teknik pengumpulan data dengan
mendorong saran untuk perbaikan,
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan
mengundang partisipasi dalam pengambilan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
keputusan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau
2. Delegating adalah membiarkan karyawan
pernyataan tertulis kepada responden untuk
untuk memiliki tanggung jawab yang besar
dijawabnya (Sugiyono, 2007).
dan kebijaksanaan dalam melaksakan
aktivitas kerja dan membuat keputusan
Pengukuran variabel dalam penelitian ini EmL 18 0.891
dilakukan dengan menggunakan skala likert EmL 19 0.622
EmL 21 0.636
LMX 22 0.917
Tabel 1. Kategori Jawaban LMX 23 0.633
LMX 27 0.837
STS TS N S SS LMX 28 0.857
AC 29 0.643
1 2 3 4 5 AC 31 0.688
AC 32 0.860
AC 33 0.671
AC 34 0.815
Keterangan: AC 35 0.836
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat
N = Netral bahwa semua indikator dikatakan valid karena nilai
S = Setuju semua loading factornya > 0.5.
SS = Sangat Setuju
Tabel 3 Average Variance Extracted (AVE)
Studi pustaka adalah kajian teoritis,
Average Variance
referensi serta literatur ilmiah lainnya yang
Variabel Laten Extracted (AVE)
berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang Affective Commitment
berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Y) 0.573
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini studi Empowering
pustaka didapat dari perpustakaan dan internet yang Leadership (X2) 0.515
meliputi jurnal dan buku. Ethical Leadership (X1) 0.527
Leader-Member
Penelitian ini menggunakan pendekatan Exchange (Z) 0.669
Structuran Equation Modeling (SEM) dan dalam
perhitungan analisis data menggunakan alat bantu Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat
Partial Least Square (PLS). bahwa semua variabel laten valid karena Semua
Pengujian / analisis yang dilakukan dalam nilai AVE > 0.5. Artinya probabilitas indikator di
penelitian ini adalah model pengukuran (Outer suatu konstruk masuk ke variabel lain lebih rendah
Model), yaiitu uji validitas konstruk, konvergen, (kurang 0,5) sehingga probabilitas indikator
diskriminan, uji reliabilitas dan model struktural tersebut konvergen dan masuk di konstruk yang
(Inner Mode), yaitu uji R-square dan T-statistic dimaksud lebih besar, yaitu di atas 50 persen.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4 Cross Loadings
Sebelum masuk ke analisa deskriptif, uji Leader-
Ethical Empowering Member Affective
validitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah Leadership Leadership Exchange Commitment
indikator yang dipakai sudah valid. Indikator (X1) (X2) (Z) (Y)
EL 1 0.789 0.143 0.573 0.274
1. Uji Validitas EL 3 0.848 0.108 0.632 0.309
EL 7 0.856 0.023 0.711 0.119
EL 10 0.718 0.373 0.452 0.334
Tabel 2 Outer Loadings
EL 12 0.619 0.424 0.272 0.359
Affecti EL 13 0.633 0.082 0.549 0.025
ve EL 14 0.651 0.176 0.539 0.105
Ethical Empowering Commi
EL 15 0.646 0.553 0.518 0.512
Leaders Leadership LMX tment
EmL 16 0.129 0.580 0.232 0.285
Indikator hip (X1) (X2) (Z) (Y)
EmL 17 0.036 0.809 -0.054 0.536
EL 1 0.789
EmL 18 0.324 0.891 0.206 0.839
EL 3 0.848
EmL 19 -0.015 0.622 0.098 0.418
EL 7 0.856
EmL 21 0.503 0.636 0.430 0.451
EL 10 0.718
LMX 22 0.771 0.192 0.917 0.277
EL 12 0.619
LMX 23 0.375 0.293 0.633 0.343
EL 13 0.633
LMX 27 0.641 0.082 0.837 0.030
EL 14 0.651
LMX 28 0.595 0.313 0.857 0.244
EL 15 0.646
AC 29 0.452 0.472 0.256 0.643
EmL 16 0.580
AC 31 0.006 0.512 -0.045 0.688
EmL 17 0.809
AC 32 0.466 0.692 0.235 0.860 sebanyak 6 orang (14%) berpendidikan
AC 33 0.045 0.568 0.238 0.671 terakhir di bawah SMA, 36 orang (82%)
AC 34 0.396 0.617 0.382 0.815
AC 35 0.142 0.571 0.093 0.836 berpendidikan terakhir SMA, dan 2 orang
(4%) berpendidikan terakhir S1
5. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa
Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa
dalam penelitian ini sebanyak 11 orang
masing-masing indikator di suatu konstruk berbeda
(25%) telah bekerja di Hotel Sulawesi
dengan indikator di konstruk lain dan mengumpul
Gorontalo kurang dari 1 tahun, 10 orang
pada konstruk yang dimaksud atau dengan kata lain
(23%) telah bekerja di Hotel Sulawesi
nilai indikator pada konstruk yang dimaksud akan
Gorontalo antara 1 sampai dengan 2 tahun,
lebih besar dibandingkan dengan nilai pada
dan 23 orang (52%) telah bekerja di Hotel
indikator jika tidak di dalam indikator yang
Sulawesi Gorontalo lebih dari 2 tahun.
dimaksud.
6. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa
dalam penelitian ini sebanyak 1 orang
2. Uji Realibilitas (2%) bekerja di departemen duty manager,
6 orang (14%) bekerja di departemen food
Tabel 5 Uji Realibilitas & beverage, 4 orang (9%) bekerja di
Composite departemen front office, 19 orang (43%)
Variabel Laten Reliability bekerja di departemen house keeping, 3
Affective Commitment (Y) 0.888 orang (7%) bekerja di departemen kitchen,
Empowering Leadership 6 orang (14%) bekerja di departemen
(X2) 0.838 laundry, dan 5 orang (11%) bekerja di
Ethical Leadership (X1) 0.898 departemen security.
Leader-Member Exchange
(Z) 0.888
4. Analisa Deskriptif
6. Leader-Member Exchange (LMX) memediasi 1. agar penerapan ethical leadership berjalan lebih
variabel Empowering Leadership dan variabel baik, disarankan pemimpin lebih banyak
Affective Commitment menghabiskan waktu bersama karyawan-
Dari hasil output PLS di atas menunjukkan bahwa karyawan lingkaran dalam yang banyak
hipotesis keenam tidak dapat diterima, yang artinya berinteraksi dengan pemimpin untuk
Leader-Member Exchange tidak dapat menjadi mengetahui kebutuhan mereka dan mendorong
variabel intervening antara Empowering supaya karyawan-karyawan lingkaran dalam
Leadership dan Affective Commitment, Karena nilai tersebut untuk juga menghabiskan waktu
T Statistics perhitungan Empowering Leadership bersama dengan karyawan-karyawan lainnya
terhadap Leader-Member Exchange (LMX) dan yang jarang berinteraksi dengan pemimpin,
Leader-Member Exchange (LMX) terhadap mencari tau kebutuhan karyawan dan
Affective Commitment di bawah 1.96. Artinya menyampaikan masalah tersebut ke pemimpin.
semakin baik Empowering Leadership yang Lebih baik pemimpin memperhatikan
diterapkan oleh pemimpin Hotel Sulawesi kebutuhan karyawan terlebih dahulu sebelum
Gorontalo tidak berpengaruh terhadap Affective bertindak/memutuskan sesuatu.
Commitment karyawan melalui hubungan Leader- 2. agar penerapan empowering leadership berjalan
Member Exchange (LMX), justru Empowering lebih baik, disarankan pemimpin lebih
Leadership memberikan pengaruh positif secara melibatkan karyawan, menanyai pendapat
langsung terhadap Affective Commitment karyawan, terutama untuk pembuatan keputusan
yang akan mempengaruhi karyawan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
3. agar penerapan Leader-Member Exchange Nugroho, (2017), Kasus e-KTP: Rp 2,3 T Kerugian
(LMX) berjalan lebih baik, disarankan Negara, 2 Tersangka dan 280 Saksi.
pemimpin lebih banyak menghabiskan waktu Retrieved May 26, 2017, from
bersama karyawan-karyawan lingkaran dalam https://news.detik.com/berita/d-
yang banyak berinteraksi dengan pemimpin 3442042/kasus-e-ktp-rp-23-t-kerugian-
untuk mengetahui masalah yang sedang mereka negara-2-tersangka-dan-280-saksi
hadapi dan mendorong supaya karyawan-
karyawan lingkaran dalam tersebut untuk Nurindrasari, (2017). Krisis Kepemimpinan di
menghabiskan waktu bersama dengan Indonesia. Retrieved May 26, 2017, from
karyawan-karyawan lainnya yang jarang http://www.kompasiana.com/melinanurins8/
berinteraksi dengan pemimpin, mencari tau krisis-kepemimpinan-di-
masalah apa yang sedang mereka hadapi dan indonesia_580cea24927e611c2a8c4b3f
menyampaikan masalah tersebut ke pemimpin.
Umar, Husein. 2003. Metologi Penelitian: Aplikasi
4. agar penerapan affective commitment dapat
dalam Pemasaran. Jakarta: Gramedia
berjalan lebih baik, disarankan agar pemimpin
Pustaka Utama
mengadakan acara-acara kebersamaan yang
dapat membuat karyawan semakin akrab dan Sugiyono. (2007). Metode penelitian administrasi.
merasa terikat secara emosional dengan hotel. Bandung: Alfabeta.
5. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan
hubungan positif antara Employee Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian.
Psychological Empowerment dan Bandung: Alfabeta
Organizational Commitment dengan Employee
Satisfaction sebagai variabel Intervening Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif
(Namasivayam, K., Guchait, P., & Lei, P., Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2014). Oleh karena itu agar penelitian
selanjutnya menghasilkan karya ilmiah yang
lebih baik, maka peneliti memberikan saran,
menggunakan variabel Employee Satisfaction
sebagai variabel intervening pada pengaruh
Employee Psychological Empowerment
terhadap Affective Commitment.
DAFTAR PUSTAKA