Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM JABARIYAH DAN


QODARIYAH
Diajukan sebagai syarat memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampuh : Shaleh Afif, M.Hum

Disusun Oleh :

Rudi Aditya

Miftahul Rizky

Ayu Tri Febriani

HUKUM EKONOMI SYARI’AH


STAI AL BADAR CIPULUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maham Penyayang, puji
serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah
dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Kalam
dengan judul “Aliran aliran ilmu kalam Qadariyah dan Jabariyah” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan
dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun
tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam
rangka menyelesaikan makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini. Kami sangat
berharap semoga darimakalah yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan
kami bias menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalahan lainnya
yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnyabagi para pembaca.
.

Purwakarta ,20 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
BAB Ⅰ ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1. Latar belakang............................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1. Pengertian Jabariyah Dan Qadariyah ........................................................................ 6
2.2. Latar Belakang Munculnya Jabariyah Dan Qadariyah ............................................ 6
2.3. Tokoh-Tokoh Dan Doktrin-Doktrin Jabariyah Dan Qadariyah .............................. 7
2.4. Sekte-Sekte Jabariyah Dan Qadariyah ....................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan .................................................................................................................. 11
2. Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

3
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bersamaan dengan Khawarij dan Murji‟ah, di awal sejarah perkembangan pemikiran


kalam lahir dua aliran kalam yang memfokuskan tema bahasannya tentang qadha qadar,yang
dihubungkan dengan dengan status perbuatan manusia, inilah aliran Qadariyah dan
Jabariyah.Pembicaraan tentang status “perbuatan manusia” ini,menurutpara ahli,
dimunculkan pertama kali oleh Ma‟bad al-Juhani dan dilanjutkan oleh muridnya Ghailan al-
Dimasyki. Menurut Ma‟bad, perbuatan manusia adalah perbuatan manusia itu sendiri.
Dengan demikian, manusia mempunyai kekuasaan penuh di dalam perbuatannya. Karenanya,
paham ini disebut paham atau aliran Qadariyah.Kebalikan atau lawan dari Qadariyah, lahir
pula paham yang mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Manusia,
dalam paham ini, sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan kebebasan, melainkan
selamanya serba terpaksa (majbur) di dalam setiap perbuatan. Karenanya, paham ini disebut
paham atau aliran Jabariyah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut kami akan sedikit mencoba memahami dan menelaah
aliran teologi, yaitu mengenai aliran teologi Jabariyah dan Qadariyah. Dalam hal ini, kami
akan menyajikan beberapa hal yang berkenaan dengan aliran teologi Jabariyah dan Qadariyah
dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Jabariyah dan Qadariyah?

2. Bagaimana latar belakang munculnya Jabariyah dan Qadariyah

3. Siapa saja tokoh-tokoh dan doktrin-doktrin Jabariyah dan Qadariyah?

4. Apa saja sekte-sekte Jabariyah dan Qadariyah?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa pengertian Jabariyah dan Qadariyah.

4
2. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang munculnya Jabariyah dan

Qadariyah.

3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dan doktrin-doktrin Jabariyah

dan Qadariyah.

4.Untuk mengetahui apa saja sekte-sekte Jabariyah dan Qadariyah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jabariyah Dan Qadariyah

Jabariyah berasaldari kata jabara yang berarti “memaksa”. bahwa manusia itu tidak
mempunyai kebebasan untuk menentukan perbuatannya sendiri. Semua kehendak
danperbuatan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhanlah yang mempunyai
kekuasaan dan kehendak yang mutlak. Dalam teologi modern, paham Jabariyah ini dikenal
dengan nama fatalisme atau predestination, yaitu bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu
telah ditentukan dari sejak azali oleh qadha dan qadar Tuhan.

Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara, yang berarti kemampuan dan kekuatan
atau kekuasaan. Menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi dengan tangan Tuhan. Kaum Qadariyah
berpendapat, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan
perjalanan hidupnya. Menurut paham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan
kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dalam teologi modern, paham
Qadariyah ini dikenal dengan nama free will, freedom of willingness atau freedom of action,
yaitu kebebasan untuk berkehendak atau kebebasan untuk berbuat. Jadi, Qadariyah adalah
paham yang menisbatkan kekuasaan kepada manusia.

2.2. Latar Belakang Munculnya Jabariyah Dan Qadariyah

Dalam sejarah teologi Islam, paham Jabariyah pertama kali ditonjolkan oleh Ja‟d Ibn
Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan dari Khurasan. Jahm yang
terdapat dalam aliran jabariah ini samadengan Jahm yangmendirikan golongan al-Jahmiah
dalam kalangan Murji‟ah sebagai Sekretaris dari Syuraih Ibn al-Harris, ia turut dalam
gerakkan melawan kekuasaan Bani Umayyah, dalam peperangan itu ia tertangkap dan
dihukum mati pada tahun 131 H.

Paham yang dibawa oleh Jahm adalah lawan ekstrim dari paham yang dianjurkan oleh
Ma‟bad dan Ghailan. Manusia, menurut Jahm, tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat
apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak
mempunyai pilihan; manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada
kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. ada teori yang mengatakan bahwa kemunculannya
diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermadzhab Qurra
dan agama Kristen bermadzhab Yacobit.

Paham Qadariyah pertama kali ditimbulkan oleh Ma‟bad al-Juhani dan Ghailan al-
Dimasyqi. Keduanya mengambil paham ini dari seorang kristen yang telah masuk Islam di
Irak. Pada waktu Ma‟bad mati terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hallaj, maka
Ghailan terus menyebarkan paham Qadariyah tersebut di Damaskus. Tetapi mendapat

6
tantangan dari khalifah Umar Ibn al-Aziz. Akhirnya di zaman Hisyam „Abd al-Malik, ia
harus mengalami hukuman mati.

2.3. Tokoh-Tokoh Dan Doktrin-Doktrin Jabariyah Dan Qadariyah

Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu doktrin Jabariyah ekstrim, dan
doktrin jabariyah moderat. Para pemuka Jabariyah ekstrim diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. Jahm bin Shofwan

Nama lengkap nya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari khurasan,
bertempat tinggal di Kuffah. Ia berjasa menyebarkan faham Jabariyah ke berbagai tempat,
seperti Tirmidz dan Balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan Teologi sebagai
berikut :

a. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai kehendak sendiri, dan
tidak mempunyai pilihan.

b. Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan.

c. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini,

pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murji‟ah.

d. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan
manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat
dengan indera mata diakhirat kelak.Dengan demikian, pendapat Jahm hampir sama dengan
Murji‟ah, Mu‟tazilah, dan Asy‟ariyah. Itulah sebabnya pengkritik dan sejarawan
menyebutnya dengan al-Mu‟tazili, al-Murji‟i dan Al-asy‟ari‟i.

2. Ja‟ad bin Dirham

Al-Ja‟d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan didalam
lingkungan orang Kristen yang membicarakan teologi. Doktrin pokok al-Ja‟d secara umum
sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby

menjelaskan sebagai berikut :

a. Al-Qur‟an itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak dapat
disifakan kepada Allah.

b. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk seperti berbicara, melihatdan
mendengar.

c. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.Kelompok yang kedua yaitu Jabariyah
moderat. Tokoh yang termasuk Jabariyah moderat adalah sebagai berikut :

7
3. An-Najjar

Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad an-Najjar (wafat 230 H). para pengikutnya
disebut an-Najjariyah atau al-Husainiyah. Diantara pendapat-pendapatnya adalah :

a. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau
peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab dalam teori Al-
Asy‟ary. Dengan demikian, manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang
yang gerakannya bergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

b. Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat. Akan tetapi an-Najjar menyatakan bahwa Tuhan dapat
saja memindahkan potensi hati (makrifat) pada mata hati sehingga manusia dapat melihat
Tuhan.

4. Adh-Dhirrrar

Nama lengkapmya Dhirrar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan
Husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan
dalang. Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya. Secara tegas, Dhirrar
mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan,
artinya perbuatan manusia tidak hanya ditimbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu
sendiri. Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.Mengenai ru’yat
Tuhan di akhirat, Dhirrar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat melalui indera
keenam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah

yang dapat diterima setelah Nabi adalah ijtihad. Hadits ahad tidak dapat dijadikan sumber
dalam menetapkan hukum.

Doktrin paham qadariyah berdasarkan pada pendapat Ghailan bahwa manusia berkuasa
atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik
atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau
menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan mereka dan dayanya sendiri. Dalam hal ini
manusia merdeka dalam tingkah lakunya. Ia berbuat baik adalah atas kemauan dan
kehendaknya sendiri. Begitu pula, ia berbuat jahat atas kemauan dan kehendaknya sendiri.
Oleh karenaitu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga
berhak memperoleh hukuman atas kejahatannya. Salah seorang pemuka qadariyah lainnya,
yakni, An-Nazam, mengemukakan bahwa manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala
perbuatannya.

pada hakikatnya, faham qadariyah merupakan sebagian dari faham Mu‟tazilah karena
imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu‟tazilah. Pengertian qadariyah menurut faham
Mu‟tazilah bahwa semua perbuatan manusia diciptakan oleh manusia sendiri, bukan oleh
Allah SWT. Allah SWT tidak mempunayi hubungan dengan perbuatan dan pekerjaan
manusia dana pa yang dilakukan manusia tidak diketahui oleh Allah SWT sebelumnya, tetapi
setelah dilakukan atau diperbuat manusia baru Allah SWT mengetahuinya. Jadi Allah pada
saat sekarang tidak bekerja lagi karena kodratnya telah diberikan-Nya kepada manusia dan Ia
8
hanya melihat serta memperhatikan saja apa yang diperbuat oleh manusia. Jika manusia
mengerjakan amal baik maka ia akan diberi pahala sebagai imbalan yang diberikan oleh
Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi jika kodrat yang diberikan kepadanya tidak
dijalankan sebaik-baiknya maka ia akan dihukum menurut semestinya. Namun, tidak semua
golongan Qadariyah mempunyai faham demikian. Ada sebagian dari mereka yang memiliki
faham bahwa semua perbuatan yang baik adalah ciptaan Allah Swt sedangkan perbuatan
manusia yang buruk dan maksiat adalah ciptaan manusia sendiri dan tidak ada hubungannya
dengan Allah Swt.

Dalam memperkuat keyakinan dan fahamnya, kaum Qadariyah menggunakan dalil-dalil


Aqli (akal) dan dalil-dalil Naqli (Al-Qur‟an dan Hadits). Mereka mengajukan dalil, jika
perbuatan manusia diciptakan atau dijadkan oleh Allah Swt, mengapa manusia diber pahala
jika berbuat baik dan disiksa jika berbuat maksiat atau dosa, bukan kah yang membuat atau
menciptakan perbuatan itu adalah Allah Swt sendiri? Jika demikian halnya, berarti Allah
tidak bersikap adil terhadap manusia, sedangkan manusia iyu sendiri adalah ciptaan-Nya.
Dalil akal ini diperkuat oleh kaum Qadariyah dengna dalil Naqli, yang salah satu diantaranya
adalah surat al-Ra‟d (13) ayat 11 :

Dalil-dalil yang diungkapkan oleh kaum Qadariyah, baik yang bersifat aqlimaupun naqli
menunjukkan kebebasan manusia dalam menentukan sikap dan perbuatannya sesuai dengan
kodrat yang ia miliki. Faham ini sama dengan faham Mu‟tazilah. Yang membedakan anatara
keduanya adalah kaum Mu‟tazilah m menyatakan bahwa perbuatan manusia yang baik
diciptakan oleh Allah Swt, sedangkan yang buruk diciptakan oleh manusia sendiri. Sementara
itu, kaum Qadariyah menyatakan bahwa perbatan itu baik atau buruk tidak dijadikan Allah
Swt, tetapi semua itu adalah perbuatan manusia itu sendiri.

2.4. Sekte-Sekte Jabariyah Dan Qadariyah

Jabariyah terbagi menjadi beberapa sekte yakni :

1. Jahmiyah

Jahmiyah adalah pengikut Jahm bin Shafwan dan mereka adalah penganut determinisme
murni. Jahm sekata dengan Mu‟tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah yang dikatakan
eksternal, tetapi dia juga menambah doktrin-doktrin lainnya. Diantaranya adalah :

a. Haram hukumnya menerapkan suatu sifat kepada Allah yang diterapkan kepada makhluk-
makhluknya. Dengan demikian Jahm menolak bahwa Allah bersifat hidup dan mengetahui,
tetapi ia berpendirian bahwa Allah berkuasa, pelaku perbuatan, pencipta, sebab kekuasaan,
perbuatan, dan pencipta tidak akan dipertalikan dengan makhluk manapun.

b. Allah mempunyai ilmu dan ilmu-Nya ini tidak kekal dan tidak bertempat.

c. Jika seorang (mengatakan bahwa dia) telah mengetahui tentang Allah. Tetapi pada
lahiriyahnya dia menolak-Nya, maka penolakannya initidaklah membuatnya kafir sebab
penolakannya itu meghilangkan pengetahuannya itu.

9
2. Najjariyah

Najjariyah adalah pengikut Husain bin Muhammad al-Najjar, yang pandangan-pandangannya


kebanyakan diadopsi oleh para penganut Mu‟tazilah di daerah Rayy. Mereka ini terpecah
kedalam berbagai sub kelompok, seperti Barghutsiyah, Za‟faraniyah dan Mustadrikah, tetapi
mereka sependapat dengan kelompok asalnya dalam perkara-perkara yang fundamental.
Mereka sepakat dengan Mu‟tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah, yakni mengetahui,
berkuasa, berkehendak, hidup, mendengar dan melihat. Akan tetapi, mereka sekata dengan
dengan Shifatiyah tentang Allah menciptakan perbuatan-perbuatan (manusia).

3. Dhirariyah

Dhirariyah adalah pengikut Dhirar bin Amr dan Hafsh al-Fard. Keduanya sepakat dalam
menolak sifat-sifat Allah yang positif, dan menyatakan bahwa Allah mengetahui dan
berkuasa dalam pengertian bahwa dia tidak bodoh dan tidak pula impontent. Keduanya
berpendirian bahwa Allah memiliki sesuatu “quiditas” yang hanya diketahui oleh Dia sendiri.
Qadariyah terbagi menjadi tiga golongan (sekte), yaitu Qadariyah Musyrikah, Qadariyah
Majusiyah, dan Qadariyah Iblisiyah.

1. Qadariyah Musyrikah

Qadariyah Musyrikah adalah mereka yang mengetahui qadha dan qadar serta mengakui
bahwa hal itu selaras dengan perintah dan larangan.

2. Qadariyah Majusiyah

Qadariyah Majusiyah adalah mereka yang menjadikan Allah berserikat dalam penciptaan-
penciptaan-Nya sebagaimana Qadariyah Musyrikah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah
dalam beribadah kepada-Nya

3. Qadariyah Iblisiyah

Qadariyah Iblisiyah adalah mereka yang membenarkan bahwa Allah merupakan sumber
terjadinya dua perkara, akan tetapi menurut mereka hal ini saling berlawanan.

10
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Bersamaan dengan Khawarij dan Murji‟ah, di awal sejarah perkembangan pemikiran


kalam lahir dua aliran kalam yang memfokuskan tema bahasannya tentang qadha-qadar, yang
dihubungkan dengan dengan status perbuatan manusia, inilah aliran Qadariyah dan
Jabariyah.Qadariyah dan Jabariyah ini, lebih merupakan sebagai suatu paham mengenai satu
masalah, bukan sebagai aliran dengan berbagai tema bahasan dan metode pembahasan
tertentu. Kedua aliran ini lahir dengan satu tema bahasan tentang

status “perbuatan manusia” atau “manusia dan perbuatannya”, apakah perbuatan


Tuhan atau perbuatan manusia. Masalah “perbuatan manusia” ini sebenarnya juga masalah
bagi semua aliran kalam lainnya. Pendapat aliran kalam yang lahir kemudian, seperti
Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah, tidak akan pernah jauh dari posisi antara Qadariyah dan
Jabariyah.

2. Saran

Demi Kesempurnaan makalah ini, Kami dari Kelompk 3 mengharapkan masukan yang
membangun. Semoga mermanfaat dan Senantiasa menjadi manusia yang selalu menjaga atau
memelihara Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Ilmu kalam . Sebagai bahan kajian yang
baikmaka perlu untuk mengkaji setiap apa yang disajikan di dalamnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jamrah, Suryan A. STUDI ILMU KALAM Edisi Pertama, (Jakarta: KENCANA, 2015).

Adul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (Bandung : CV. PUSTAKA
SETIA, 2012).

Nasution, Harun. Teologi Islam. (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2018).

Basri, Hasan. dkk, Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-aliran,

(Bandung : Azkia Pustaka Umum).

Ratu Sunti‟ah dan Maslani, Ilmu Kalam, (Bandung: Interes Media Foundation, 2014)

12

Anda mungkin juga menyukai