Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM

(JABARIYAH DAN QADARIYAH)

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Theologi Islam
Dosen Pengampu : Ikhsan Asdiki, S.Ag, M.Sos.

Disusun Oleh : Kelompok 5


Ummi Khairiyah
Puspita Lubis

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
berjudul “Aliran-aliran dalam ilmu kalam (Jabariyah dan Qadariyah)” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Ikhsan Asdiki, S.Ag, M.Sos. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasaan para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ikhsan Asdiki, S.Ag,
M.Sos, selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari ,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh Karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Batu Bara , 02 November 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulis......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian dan Sejarah Aliran Jabariyah dan Qadariyah......................3
B. Pemikiran Aliran Jabariyah dan Qadariyah..........................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................9
B. Kritik dan Saran....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata ‘kalam’ diartikan dengan ‘perkataan
atau kata (terutama bagi Allah)’. Sementara menurut bahasa dalam perspektif
tauhid yaitu ilmu yang membicarakan/membahas tentang masalah
ketuhanan/ketauhidan (mengesakan Allah).
Ilmu Kalam memiliki beberapa nama, antara lain Ilmu Usuluddin (ilmu
yang mempelajari tentang pokok-pokok agama), Ilmu Tauhid (ilmu yang
mempelajari keesaan Allah), Fiqh Al-akbar (pemahaman tentang agama) Ilmu
Kalam, dan Teologi Islam. Adapun yang disepakati bahwa Ilmu Kalam dasarnya
adalah Alquran dan hadits.
Kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang
menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan. Dari sanalah cikal bakal
lahirnya tiga aliran teologi dalam islam yaitu khawarij (aliran yang keluar dari
barisan Ali dan memisahkan diri), aliran Syi’ah (aliran yang tetap mendukung
Ali), dan aliran Mu’tazilah. Setelah itu bermunculan pula paham teologi yang lain
yang terkenal , yaitu Jabariyah dan Qadariyah dan ikuti aliran-aliran yang lain.
Pada makalah ini akan membahas secara spesifik aliran jabariyah dan
qadariyah.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan sejarah aliran jabariyah dan qadariyah?
2. Jelaskan pemikiran aliran jabariyah dan qadariyah?

C. Tujuan Penulis
1. Mahasiswa dan mahasiswi mengetahui pengertian dan sejarah aliran
jabariyah dan qadariyah.
2. Mahasiswa dan mahasiswi mengetahui pemikiran aliran jabariyah dan
qadariyah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Aliran Jabariyah dan Qadariyah


1. Pengertian dan Sejarah Aliran Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata ‫ َجبَ َر‬ yang mengandung arti “memaksa”
atau  ‫جبَ ٌر‬ yang
َ mengandung arti “terpaksa”. Dikatakan demikian, karena segala
sesuatu yang terjadi bukanlah atas kehendak manusia itu sendiri, akan tetapi
perbuatan itu terjadi atau terlaksana adalah atas kekuasaan Allah semata.
Seumpama terbit dan terbenamnya matahari, pahala dan siksa. Dalam hal ini
manusia bagaikan kapas, kemana angin bertiup kesanalah kapas pergi. Dengan
demikian dapat dikemukakan, bahwa Allah akan memperbuat sesuatu adalah atas
kehendak, karena kekuasaan dan kemutlakan-NYA dalam berbuat.
Menurut catatan sejarah, aliran jabariyah ini diduga telah ada sejak
sebelum agama islam dating kemasyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang
diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup
mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu
itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan
menyebabkan mereka semata-mata tunduk dan patuh kepada kehendak Allah.
Dalam dunia yang demikian, mereka tidak banyak melihat jalan untuk merubah
keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka
merasa dirinya lemah dan tak berkuasa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran
hidup yang ditimbulkan suasana padang pasir. Dalam kehidupan sehari-hari
mereka banyaktergantung pada kehendak alam. Hal ini membawa mereka pada
sikap fatalistis.1
Pada masa Nabi, benih-benih paham Jabariyah itu sudah ada perdebatan di
antara para sahabat di seputar masalah qadar Tuhan merupakan salah satu
indikatornya. Rasulullah SAW, menyuruh umat Islam beriman kepada taqdir,
tetapi beliau mencegah mereka membicarakannya secara mendalam. Pada masa
sahabat (Khulafa’ al-Rasyidin) kelihatannya sudah ada orang yang berpikir
Jabariyah. Diceritakan dalam suatu riwayat yang masyhur bahwa Khalifah Umar

1 Abu Bakar, Ilmu Kalam, (Jakarta:PT.Direktorat KSKK Madrasah, 2020), hal.41


bin Khattab pernah bertanya kepada seorang pencuri yang dihadapkan kepadanya:
“Mengapa kamu mencuri?” Lalu ia menjawab:”Allah telah menetapkan perbuatan
tersebut atas saya sejak azali”. Riwayat ini menunjukkan bahwa masalah qadha
dan qadar merupakan masalah yang pertama dipersoalkan Khalifah Umar bin
Khattab menghukum pencuri itu karena menafsirkan perbuatannya itu dengan
pemahaman yang salah, sehingga dia berani menisbahkan kepada Allah perbuatan
mencuri yang dilakukan.2
Pada masa pemerintahan bani Umayah, pandangan tentang Jabar semakin
mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas dengan suratnya, memberi reaksi
keras  kepada penduduk Syiria yang diduga berpaham Jabariyah. Hal yang sama
dilakukan oleh Hasan Basri kepada penduduk Basrah. Ini menunjukkan bahwa
sebagai suatu pola pikir (Mazhab) yang dianut, dipelajari, dan dikembangkan
terjadi pada akhir pemerintahan Bani Umayah.
Paham Jabariyah pertama kali dikembangkan oleh al-Ja’ad bin Dirham
dan Jahm bin Safwam yang menyebarkannya sehingga memperoleh pengikut
yang banyak. Adapun ajaran Jabariyah ini juga dikenal dengan mazhab
Jahamiyah, paham ini jelas didasarkan pada kuasa Allah yang mutlak meliputi
segala sesuatu. Di samping dua tokoh utama ini, ada lagi tokoh lain yang cukup
dikenal dari kalangan Jabariyah yaitu al-Husein bin Mahmun al-Najjar dan Dhirar
bin Amr yang menganut paham Jabariyah moderat, sedangkan al-Ja’ad bin
Dirham dan Jahm bin Safwam menganut paham Jabariyah ekstrem.

2. Pengertian dan Sejarah Aliran Qadariyah


Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata qadara (‫ )قدر‬yang artinya
kemampuan (‫ )استطاع‬dan kekuatan (‫)قوي‬. Nama Qadariyah berasal dari pengertian
bahwa manusia mempunyai qudrah atau kemampuan untuk melakukan
kehendaknya, Dalam istilah Inggrisnya, paham ini dikenal dengan nama free
will dan free act (manusia bebas berkeinginan dan berkehendak).3

2 Zilfaroni, “Jabariyah dan Qadariyah”, https://zilfaroni.dosen.iain-


padangsidimpuan.ac.id/2016/02/jabariyah-dan-qadariyah_85.html?m=1, diakses pada 02
November 2022.
3 Hasan Basri,Murif Yahya,Tedi Priatna. Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok pikiran aliran-
aliran, (Bandung:PT.Azkia Pustaka Utama, 2007), hal.31
Golongan Qadariyah pertama kali muncul kira-kira pada tahun 70 H-689
M di Irak pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang hidup antara tahun
685–705 M. Kelompok Qadariyah ini dimotori oleh Ma’bad bin Juhani al-Bisry
(w. 699 M) dan Al-Ja’du bin Dirham. Pada awal munculnya kelompok Qadariyah
ini diduga sebagai protes atas kezaliman politik Bani Umayah. Qadariyah sangat
bertolak belakang dengan paham kelompok Jabariyah. Jabariyah mempunyai
kepercayaan bahwa segala sesuatu tentang manusia sudah terkait dengan
ketentuan Allah, sementara Qadariyah mengatakan bahwa manusia tidak
selamanya terkait pada ketentuan Allah semata, tetapi harus disertai dengan upaya
dan usaha untuk menentukan nasibnya.  Aliran Qadariyah termasuk yang cukup
cepat berkembang dan mendapat dukungan cukup luas di kalangan masyarakat. 
Ma’bad al-Juhaini menyebarkan pahamnya di Irak, sedang Ghailan
menyebarkannya di Damaskus. Menurut Ibn Nabatah, Ma’bad maupun temannya
Ghailan mengambil paham itu dari seorang Kristen yang masuk Islam dan murtad
kembali. Ma’bad sendiri adalah seorang tabi’I yang jujur. Akan tetapi, ia
memasuki lapangan politik dan memihak kepada Abd al-Rahman Ibn al-Asy’as
dalam menentang kekuasaan bani Umayah. Dalam pertempuran dengan Hujjad,
Ma’bad mati terbunuh pada tahun 80 H/699 M.
Sepeninggal Ma’bad, Ghailan terus menyebarkan pahamnya di Damaskus.
Akan tetapi ia mendapat tantangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Setelah
Umar wafat, Ghailan terus menyebarkan pahamnya, sehingga akhirnya ia mati
dihukum bunuh oleh Hisyam bin Abdul Malik. Sejak terbunuhnya tokoh-tokoh
Qadariyah, bukan berarti aliran Qadariyah ikut terkubur bersama tokohnya.

B. Pemikiran Aliran Jabariyah dan Qadariyah


1. Pemikiran Aliran Jabariyah
Aliran Jabariyah memiliki pemikiran yang terbalik dari pemikiran
Qadariyah. Mereka cenderung menempatkan posisi akal pada kedudukan inferior.
Manusia dianggap tidak memiliki kuasa sedikitpun dalam menentukan
kehendaknya. Seluruh kehendak manusia ditentukan secara mutlak oleh kehendak
Allah SWT.4

4 Suhaimi, “Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman”, Jurnal El-Furqania, Vol.04 No.02,


http://ejournal.kopertais4.or.id , Agustus 2018
Adapun corak pemikiran paham Jabariyah menganggap bahwa perbuatan
manusia dilakukan oleh Allah dan manusia hanya menerima. Manusia hanya
menerima perbuatan bagaikan gerak tak sadar yang dialaminya.
Ada dua kelompok yang terdapat dalam paham Jabariyah, yaitu Jabariyah
murni dan Jabariyah moderat. Jabariyah murni menolak adanya perbuatan yang
berasal dari manusia dan memandang manusia tidak mempunyai kemampuan
untuk berbuat. Sedangkan Jabariyah moderat mengakui adanya perbuatan dari
manusia namun perbuatannya tidak membatasi.
Ciri-ciri paham Jabariyah antara lain :
a. Kedudukan akal rendah.
b. Ketidakbiasaan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
c. Ketidakpercayaan kepada sunnatullah dan kausalitas.
d. Terikat pada arti tekstual Alquran dan hadits.
e. Statis dalam sikap dan perbuatan.
f. Kebebasan berpikir diikat oleh dogma.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat dipahami bahwa paham ini lebih
menekankan perbuatan manusia atas kehendak Allah, sehingga manusia bagaikan
benda yang hanya mengikuti gerakkan orang yang menggerakkannya. Kebebasan
manusia sangat dibatasi dengan kehendak mutlak Allah.5

2. Pemikiran Aliran Qadariyah


Pemikiran kaum Qadariyah lebih menempatkan akal pada porsi yang
superior, sehingga mengesampingkan yang lainnya, termasuk takdir Allah.
Kehendak akal menjadi rujukan manusia dalam melakukan kehendaknya, tidak
sedikitpun terkait dengan ketentuan Allah SWT.
Adapun corak pemikiran paham Qadariyah lebih mengedepankan sikap
rasionalitas, otoritas akal yang sangat berperandalam segala perbuatan atau
aktivitas manusia tanpa adanya campur tangan Tuhan.
Ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah adalah :
a. Kedudukan akal lebih tinggi.
b. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.

5 Jamaluddin, Shabari shaleh anwar, Ilmu Kalam Khazanah Intelektual Pemikiran Dalam
Islam, (Indragiri Hilir:PT.Indragiri Dot Com, 2020), hal.87
c. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas.
d. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran dasar dalam Alquran dan hadits.
e. Dinamika dalam sikap dan berpikir.
Qadariyah sangat menghargai akal dengan member porsi sangat besar
dalam berpikir sehingga manusia diberi kebebasan dalam berkeinginan dan
berbuat. Kebebasan berpikir sangat dijunjung tinggi, tetapi tetap berdasarkan pada
Alquran dan Sunnah Rasulullah.
Dan perbuatan manusia menurut paham Qadariyah adalah manusia
mempunyai kebebasan untuk memilih, dalam hal perbuatan yang baik dan buruk,
sebab Allah telah menciptakan keduanya. Jika manusia berbuat baik maka ia akan
mendapatkan pahala karena telah mempergunakan kodrat yang diberikan oleh
Allah dengan sebaik-baiknya dan sebaliknya.6

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jabariyah adalah paham yang menganut bahwa hidup manusia ditentukan
oleh Allah dan manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai

6 M.Yunus Samad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam”, Jurnal Lentera
Pendidikan, Vol.16 No.1, http://media.neliti.com, Juni 2013.
daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Manusia
dalam perbuatan adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan
baginya perbuatan-perbuatan diciptakan tuhan dalam dirinya.
Sedangkan Qadariyah adalah paham yang menganut bahwa manusia
mempunyai qudrah atau kemampuan untuk melakukan kehendaknya. Dalam
istilah Inggrisnya, paham ini dikenal dengan nama free will dan free
act. Kelompok Qadariyah juga percaya kepada taqdir. Akan tetapi taqdir bagi
mereka bukanlah bermakna “nasib” melainkan bermakna kemampuan, kekuatan,
atau kekuasaan.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah yang kami susun dan kami sampaikan, kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna memperbaiki
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Ilmu Kalam, Jakarta:PT.Direktorat KSKK Madrasah, 2020.

Basri Hasan,Murif Yahya,Tedi Priatna. Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok pikiran
aliran-aliran, Bandung:PT.Azkia Pustaka Utama, 2007.
Jamaluddin, Shabari shaleh anwar, Ilmu Kalam Khazanah Intelektual Pemikiran
Dalam Islam, Indragiri Hilir:PT.Indragiri Dot Com, 2020.

Suhaimi, “Integrasi Aliran Pemikiran Keislaman”, Jurnal El-Furqania, Vol.04


No.02, http://ejournal.kopertais4.or.id , Agustus 2018.

Zilfaroni, “Jabariyah dan Qadariyah”, https://zilfaroni.dosen.iain-


padangsidimpuan.ac.id/2016/02/jabariyah-dan-qadariyah_85.html?
m=1, diakses pada 02 November 2022.

M.Yunus Samad, “Pendidikan Islam Dalam Perspektif Aliran Kalam”, Jurnal


Lentera Pendidikan, Vol.16 No.1, http://media.neliti.com, Juni 2013.

Anda mungkin juga menyukai