Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH DAN PEMIKIRAN: SEKTE JABARIYAH DAN QADIRIYAH

Dosen Pengampu: M. Ali Musafak, M.Ag.

Penulis:

Adita Krisa Artadewi_233111094

Avrillian Yasmin (233111095)

Husna Raihanah (233111086)

Kholid Muflih (233111080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM RADEN MAS SAID SURAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sejarah dan Pemikiran Sekte Ilmu Kalam Jabariyah dan Qadariyah”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam.

Ilmu Kalam merupakan salah satu disiplin ilmu dalam khazanah pemikiran Islam
yang membahas tentang persoalan-persoalan teologis dengan menggunakan pendekatan
rasional dan logis. Dalam sejarahnya, Ilmu Kalam memunculkan beragam aliran pemikiran,
di antaranya Jabariyah dan Qadariyah. Kedua aliran ini memiliki pandangan yang berbeda
mengenai kehendak bebas manusia dan takdir Tuhan.

Mempelajari sejarah dan pemikiran Jabariyah dan Qadariyah memiliki pentingnya


tersendiri. Melalui kajian ini, kita dapat memperkaya wawasan tentang keragaman pemikiran
teologis dalam Islam. Selain itu, kita juga dapat memahami tantangan dan dinamika
intelektual yang dihadapi umat Islam sejak masa klasik hingga sekarang.

Makalah ini membahas secara ringkas mengenai sejarah kemunculan, tokoh-tokoh


utama, serta pemikiran fundamental dari Jabariyah dan Qadariyah. Penulis berusaha untuk
menyajikan informasi yang akurat dan mudah dipahami. Namun demikian, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini di masa depan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang sejarah dan pemikiran Jabariyah dan Qadariyah.

Boyolalali, 5 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................2
A. Sekte Jabariyah.................................................................................................................2
a. Sejarah Munculnya........................................................................................................2
b. Konsep Pemikiran..........................................................................................................3
c. Dasar Dalil.....................................................................................................................3
B. Sekte Qadiriyah.................................................................................................................4
a. Sejarah Munculnya........................................................................................................4
b. Konsep Pemikiran..........................................................................................................4
c. Dasar Dalil.....................................................................................................................5
BAB III.........................................................................................................................................6
A. Kesimpulan........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kalam merupakan salah satu disiplin ilmu dalam Islam yang membahas
tentang keesaan Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan keadilan-Nya. Ilmu Kalam muncul
sebagai respon terhadap berbagai pertanyaan teologis yang muncul di kalangan umat
Islam sejak masa awal Islam.
Salah satu topik yang banyak diperdebatkan dalam Ilmu Kalam adalah tentang
kehendak bebas manusia dan takdir Tuhan. Perdebatan ini melahirkan dua aliran
pemikiran utama, yaitu Jabariyah dan Qadariyah.
Jabariyah berpandangan bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas dan
semua yang terjadi di dunia ini telah ditentukan oleh Tuhan. Qadariyah, di sisi lain,
berpandangan bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan manusia bertanggung
jawab atas perbuatannya.
Perbedaan pemikiran antara Jabariyah dan Qadariyah ini telah melahirkan
banyak sekte dalam Ilmu Kalam. Sekte-sekte ini memiliki argumen dan pemikirannya
masing-masing tentang berbagai aspek teologis Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya sekte Jabariyah dan Qadiriyah?
2. Bagaimana konsep pemikiran sekte Jabariyah dan Qadiriyah?
3. Apa dasar dari pemikiran sekte Jabariyah dan Qadiriyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah munculnya sekte Jabariyah dan Qadiriyah
2. Mengetahui konsep pemikiran sekte Jabariyah dan Qadiriyah
3. Mengetahui dasar dari pemikiran sekte Jabariyah dan Qadiriyah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekte Jabariyah
a. Sejarah Munculnya
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti "memaksa". Di
dalam Al-Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariah berasal dari kata jabara
yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Kalau
dikatakan Allah mempunyai sifat Al-Jabbar (dalam bentuk mubalaghah),
artinya Allah Maha Memaksa. Ungkapan al-insan majbur (bentuk isim maful)
mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya, kata
jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi Jabariah (dengan menambah
ya nisbah), artinya adalah suatu kelompok atau aliran (isme). Lebih lanjut
Asy-Syahratsany menegaskan bahwa paham al-jabr berarti menghilangkan
perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkannya
kepada Allah SWT. Dengan kata lain, manusia mengerjakan perbuatannya
dalam keadaan terpaksa. Dalam bahasa Inggris, Jabariah disebut fatalism atau
predestination, yaitu paham bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh qadha dan qadar Tuhan.
Faham Jabariyah ini diperkenalkan pertama kali oleh al-Ja'id Ibn
Dirham di Damaskus yang kemudian disiarkan oleh muridnya Jahm Ibnu
Safwan dari Khurasan. Menurutnya dinyatakan bahwa manusia adalah benar-
benar tidak memiliki kehendak dan daya dalam mewujudkan perbuatannya
sendiri, melainkan perbuatan manusia karena terpaksa (majbur) dengan tidak
ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. Dengan kata lain perbuatan
manusia sudah ditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar Tuhan.
Sehingga posisi manusia dalam faham ini tidak memiliki kebebasan dan
inisiatif sendiri, tetapi terikat kehendak mutlak Tuhan. Dalam istilah Inggris
faham ini disebut fatalism atau predistination, yaitu faham bahwa perbuatan
manusia ditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar Tuhan. Maka doktrin
aliran Jabariyah ini menganut faham bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tetapi
perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

2
b. Konsep Pemikiran
Ajaran penting Aliran Jabariyah adalah manusia sangat lemah, tidak
berdaya, terikat dengan kekuasaan. Seluruh tindakan tidak boleh lepas dari
aturan skenario dan kehendak Allah. Segala akibat baik dan buruk yang
diterima manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan
Allah. Namun ada kecenderungan bahwa Tuhan lebih memperlihatkan sikap-
Nya yang absolut dan berbuat se- kehendak-Nya.
Menurut Syahrastani aliran Jabariyah dalam menganalisa perbuatan
manusia terdapat dua pandangan yaitu:
1) Pandangan ekstrim yang disebut al-Jabariyah al- Khalish, yaitu Jabariyah
yang tidak menetapkan perbuatan atau kekuasaan sedikitpun pada manusia,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Jahm bin Sofwan di atas.
2) Pandangan moderat yang diberi istilah al-Jabariyah al-Mutawasithah, yaitu
Jabariyah yang menetapkan adanya qudrat pada manusia, tetapi kudrat
tersebut tidak mempunyai efek atas perbuatan. Pandangan ini pelopornya
adalah Husain Ibn Muhammad al Najjar dan Dirar Ibn 'Amr.
Dan menurut Najjar dan Dirar bahwa Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan manusia baik perbuatan itu positif maupun negatif. Namun dalam
melakukan perbuatan itu manusia mempunyai bahagian yaitu daya yang
diciptakan dalam diri manusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang
diperoleh untuk mewujudkan perbuatan- perbuatan inilah yang disebut kasb
atau acuisition, Maka faham Jabariyah yang dikembangkan oleh Najjar dan
Dirar sudah tidak lagi mengambarkan manusia sebagai wayang, tetapi nampak
bahwa di antara manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan
suatu perbuatan dan manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melaksanakan
perbuatannya.

c. Dasar Dalil
Terlepas dari ada tidaknya kondisi alam yang telah menjadi- kan orang
Arab berfaham Jabariyah, al-Qur'an sendiri banyak memuat ayat-ayat yang
dapat membawa timbulnya faham Jabariyah, seperti dalam ayat-ayat di bawah
ini:

3
‫َو ال َّلُه َخ َل َق ُك ْم َو َم ا َتْع َم ُلو َن‬
Artinya: "Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang
kamu perbuat itu." (Q.S. Ash-Shäffat [37]:96)

.. ‫ َم ا َك ا ُنوا ِل ُيْؤ ِم ُنوا ِإ اَّل َأ ْن َيَش اء الله‬....


Artinya: "... mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah
menghendaki...." (Q.S. Al-An'am [6]: 111)

B. Sekte Qadiriyah
a. Sejarah Munculnya
Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara, yang artinya kemampuan
dan kekuatan. Menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi tangan Tuhan.
Dalam tinjauan filosofis, manusia bebas dan merdeka menentukan nasib
perjalanan hidupnya, bahagia atau sengsara, menjadi orang sesat atau
mendapat hidayah, memilih surga atau neraka. Menurut aliran ini, tiap-tiap
hamba Allah adalah pencipta bagi segala perbuatannya; dia dapat berbuat
segala sesuatu atau meninggalkan atas kehendaknya sendiri. Dalam "Tarikhu
al-Fikri al-Falsafi fi al-Islam", dikemukakan pendapat senada dengan
ungkapan di atas bahwa aliran Qadariyah adalah golongan yang berpegang
pada kebebasan manusia memilih dalam tindakannya dan merdeka dalam
berkehendak.
b. Konsep Pemikiran
Paham Qadariyah menyebutkan bahwa manusia berkuasa atas
perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan seluruh
perbuatan baik dan perbuatan jelak atas kehendak, kekuasaan dan dayanya
sendiri. Dari paham ini dapat disimpulkan bahwa doktrin Qadariyah pada
dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku ma nusia dilakukan atas
kehendakya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan
segala perbuatan atas kehendaknya sendiri baik berbuat baik maupun berbuat
jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang ia

4
lakukan dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang
diperbuat.
c. Dasar Dalil
Sebagai dasar alasan aliran Qadariyah dapat dijumpai pada ayat-ayat Al-
Qur’an seperti disebut pada:

‫ۗ ِإ َّن ال َّلَه اَل ُيَغ ِّيُر َم ا ِب َقْو ٍم َح َّتٰى ُيَغ ِّيُر وا َم ا ِب َأْنُفِس ِه ْم‬
Artinya: "...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Q.S
Ar-Ra’d [13]:11)

‫ۚ َف َم ْن َش ا َء َف ْل ُيْؤ ِم ْن َو َم ْن َش ا َء َف ْل َيْك ُفْر‬


Artinya: " Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah
ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Q.S Al Kahfi
[18]:29)

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekte Jabariyah memberikan pemahaman bahwa manusia mengejakan


perbuataanya dalam keadaan Terpaksa. Menurutnya dinyatakan bahwa manusia adalah benar-
benar tidak memiliki kehendak dan daya dalam mewujudkan perbuatannya sendiri,
melainkan perbuatan manusia karena terpaksa (majbur) dengan tidak ada kekuasaan,
kemauan dan pilihan baginya. Dengan kata lain perbuatan manusia sudah ditentukan sejak
semula oleh qadha dan qadhar Tuhan. Sehingga posisi manusia dalam faham ini tidak
memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi terikat kehendak mutlak Tuhan. Dalam istilah
Inggris faham ini disebut fatalism atau predistination, yaitu faham bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar Tuhan.

Sekte Qodariyah menyebutkan pemahaman bahwa manusia berkuasa atas


perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan seluruh perbuatan baik dan
perbuatan jelak atas kehendak, kekuasaan dan dayanya sendiri. Oleh karena itu, ia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan yang ia lakukan dan juga berhak pula memperoleh
hukuman atas kejahatan yang diperbuat.
Terdapat perbedaan antara kedua pemahaman tersebut. Paham Jabariyah
mengatakan bahwa manusia melakukan semua perbuatan dengan terpaksa tanpa ada kuasa
apapun pada dirinya. Semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah kuasa Tuhan.
Paham Qodariyah mengatakan bahwa manusia melakukan semua perbuatan atas
kemauannya. Manusia memiliki kuasa atau kewenangan untuk melakukan semua perbuatan.
Sehingga manusia itu mendapat balasan atas perbuatannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul & R. Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2016.

Ardy Wiyana, Novan, Ilmu Kalam, Bumiayu, 2013.

Burhanuddin, Nunu, Ilmu Kalam Dari Tauhid Menuju Keadilan: Ilmu Kalam Tematik, Klasik dan
Kontemporer, Depok: Prenadamedia Group, 2018.

Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, Malang: UIN Maliki Press, 2010.

Anda mungkin juga menyukai