Anda di halaman 1dari 10

1

Sejarah lahir dan Pemikiran kalam Jabariyah serta tokoh-tokohnya

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah ilmu kalam

Dosen Pengampu : Dr. H. Khalilurrahman, M.A

Oleh:

Muhammad Faqih : 223100009 ( AS )

Semester : 2
2

Daftar isi

Daftar isi................................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
Latar Belakang..................................................................................................................................3
Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
Pentingnya pembahasan kalam Jabariyah dan alasan memilihnya.....................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
Pengertian Jabariyah..........................................................................................................................6
Sejarah Aliran Jabariyah.....................................................................................................................6
Pemikiran para Tokohnya..................................................................................................................7
Prinsip-prinsip utama Kalam Jabariyah dan perbedaan pemikiran dengan Kalam
Maturidiyah dan Kalam Asy'ariyah................................................................................................7
Pengaruh Kalam Jabariyah pada pemikiran dan teologi Islam..................................................8
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................................9
KESIMPULAN.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................10
3

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

pemikiran Kalam Jabariyah berasal dari abad ke-8 di Basrah, Irak, di mana pada saat itu terjadi
perkembangan teologi Islam. Pemikiran ini secara eksplisit diperkenalkan oleh Abu'l-Jabbar al-
Mu'tazilah, seorang teolog Muslim kelompok Mu'tazilah. Mu'tazilah adalah sebuah kelompok yang
berpendapat bahwa Tuhan itu satu dan batin, bukan fisik atau material, serta manusia memiliki
kesadaran dan kebebasan untuk mengambil pilihan.

Pemikiran Kalam Jabariyah meyakini bahwa Tuhan menentukan segala sesuatu yang terjadi di dunia
dan manusia tidak memiliki kekuasaan atau kebebasan untuk mengubahnya. Manuasia dianggap
sebagai objek yang dipaksa melakukan tindakan, tanpa kebebasan untuk memilih. Pemikiran
Jabariyah ini bertentangan dengan konsep kebebasan manusia yang menjadi asas dari banyak aliran
teologi Islam lainnya.

Meskipun Abu'l-Jabbar al-Mu'tazilah dianggap sebagai pemimpin awal Kalam Jabariyah, namun
pemikiran ini lebih dikenal melalui karya-karya al-Qadi Abu Bakr al-Baqillani dan Abu al-Hasan al-
Ash'ari di abad ke-9. Al-Baqillani adalah seorang teolog Muslim kelompok Ash'ariyah yang
mengkritik doktrin Jabariyah dan mengusulkan bahwa manusia memang memiliki kebebasan dan
mempunyai kemampuan untuk memilih. Sementara Abu al-Hasan al-Ash'ari adalah pendiri aliran
teologi Ash'ariyah, yang memperkenalkan prinsip bahwa keyakinan manusia terhadap Tuhan
seharusnya bersumber dari al-Qur'an dan hadits.

Di masa pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-8 dan ke-9, debat-debat teologi Islam
semakin memuncak dan beragam. Kalam Jabariyah banyak dikritik oleh banyak tokoh dan
menginspirasi munculnya aliran-aliran teologi lain seperti Mu'tazilah, Maturidiyah, dan Ash'ariyah.
Meskipun kelompok Jabariyah masuk ke dalam golongan minoritas dalam dunia sosial dan akademis,
tetapi pada masa lampau maupun masa kini, Kalam Jabariyah tetap mendapat perhatian dari beberapa
kalangan akademis dan pengamat dalam pengembangan keilmuan Islam.
4

Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah lahirnya Kalam Jabariyah dan siapa tokoh-tokoh penting yang
memperkenalkan konsep tersebut?
2) Apa saja prinsip-prinsip utama dari pemikiran Kalam Jabariyah dan bagaimana
pemikiran ini berbeda dari Kalam Maturidiyah dan Kalam Asy'ariyah?
3) Bagaimana Kalam Jabariyah mempengaruhi dunia Islam pada masa lalu dan hari ini?
5

Pentingnya pembahasan kalam Jabariyah dan alasan memilihnya

memiliki pentingnya dalam memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan perkembangan dunia
teologi Islam. Alasan memilih pembahasan ini adalah untuk menggali lebih dalam mengenai tokoh-
tokoh penting dan pemikiran dalam aliran Kalam Jabariyah dan bagaimana pengaruhnya pada
masyarakat Muslim pada masa lalu maupun hari ini.

Pemilihan pembahasan Kalam Jabariyah dan tokoh-tokohnya berkaitan erat dengan sejarah keilmuan
Islam, terutama pada periode awal perkembangan teologi Islam. Pemahaman atas pemikiran-
pemikiran kaum Jabariyah, seperti teologi deterministik serta negasi kebebasan manusia, merupakan
kritik-kritik terhadap aliran-aliran pemikir yang pada masa itu sedang berkembang.

Selain itu, pemahaman kita juga akan semakin terbuka mengenai perdebatan teologis di dalam dunia
Islam sepanjang sejarahnya, dan bagaimana pemikiran yang kontroversial mempengaruhi masyarakat
di masa lalu maupun masa kini. Sebuah pemahaman tentang teori-teori aliran Jabariyah, khususnya
debate yang timbul terhadap aliran tersebut di masa lampau, juga dapat memberikan pemahaman
tentang prinsip-prinsip dasar Kalam dalam pemikiran agama Islam.

Dalam hal ini, membahas tokoh-tokoh penting dari aliran Kalam Jabariyah seperti al-Qadi Abu Bakr
al-Baqillani dan Abu al-Hasan al-Ash'ari dapat membantu mengembangkan pemahaman kita tentang
sejarah dan filosofi Islam secara lebih luas. Dengan mendalami pemikiran dan pandangan mereka,
kita dapat melihat dari berbagai perspektif dan memperdalam pemahaman kita tentang pandangan dan
implikasi dari pandangan tersebut.

Oleh karena itu, penting untuk membahas Kalam Jabariyah dan tokoh-tokohnya, karena pemahaman
ini dapat membantu masyarakat dan akademisi Muslim untuk memperkaya pengetahuan dan
memahami pemikiran teologi Islam secara lebih luas.
6

BAB II

Pengertian Jabariyah

Dari sisi bahasa, Jabariyah berasal dari bahasa Arab, "jabara" yang artinya memaksa. Jadi, orang-
orang Jabariyah menganggap bahwa semua perbuatan manusia adalah "terpaksa". Mereka meyakini
manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kehendak dan nasibnya. Segala tindak-tanduknya,
mulai ia lahir, bekerja, siapa jodohnya, hingga ajalnya sudah ditentukan Allah SWT. Tidak hanya itu,
selepas ia mati pun, Allah sudah menentukan apakah ia masuk surga atau neraka. Manusia tidak ikut
campur sedikit pun atas takdir yang ia miliki. Maka itu, Asy-Syahratasāni pernah menulis, paham
Jabariyah menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan secara mutlak
menyandarkanya kepada Allah SWT.1 Dalil paham ini berasal dari banyak ayat Al-Quran dan hadis
Nabi Muhammad SAW, di antaranya adalah ayat-ayat berikut ini:

“Dan kamu tidak menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali bila dikehendaki Allah” (Q.S. Al-Insan
[76]: 30). Pada surah Al-An'am ayat 111, Allah berfirman: “Mereka sebenarnya tidak percaya
sekiranya Allah tidak menghendaki,”2

Sejarah Aliran Jabariyah

Aliran Jabariyah lahir di Khurasan, Persia, dengan tokohnya bernama Jaham bin Shafwan. Nama lain
dari Jabariyah adalah Jahmiyah yang dinisbahkan kepada nama Jaham bin Shafwan. Sebenarnya,
aliran ini dicetuskan pertama kali oleh Ja'ad bin Dirham, barulah kemudian diteruskan oleh Jaham bin
Shafwan. Karena pahamnya yang serba pasrah, khalifah pertama dari dinasti Umayyah, Muawiyah
bin Abu Sufyan "mempolitisasinya" sehingga Jabariyah jadi aliran yang memperoleh dukungan
pemerintah Daulah Umayyah (Siswanto, dalam Akidah Akhlak, 2020). Terdapat sejumlah tokoh aliran
Jabariyah yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran ilmu kalam. Dari pemikiran tokoh-tokoh itu,
aliran Jabariyah terbagi menjadi dua paham lagi. Pertama, Jabariyah ekstrem yang dipelopori Ja'ad
bin Dirham dan Jaham bin Shofwan. Sementara yang kedua adalah Jabariyah moderat yang
dipengaruhi oleh An-Najjar dan Ad-Dhirar.3

1
Hadi, A. and Idhom, A.M. (2021) Sejarah Aliran Jabariyah, Pemikiran, Dan Perbedaan Dengan Qadariyah,
Sejarah Aliran Jabariyah, Pemikiran, dan Perbedaan dengan Qadariyah . Available at: https://tirto.id/sejarah-
aliran-jabariyah-pemikiran-dan-perbedaan-dengan-qadariyah-ghVf (Accessed: 27 May 2023).
2
(Q.S. Al-An’am [6]: 111)
3
Ibid
7

Pemikiran para Tokohnya

1. Ja'ad bin Dirham dan Jaham bin Shafwan Ja'ad bin Dirham
adalah pencetus awal aliran Jabariyah. Setelah diusir dari Damaskus, Ja'ad pindah ke Kufah dan
meneruskan ajarannya. Salah satu muridnya adalah Jaham bin Shafwan yang menjadikan aliran
Jabariyah kian populer di kalangan umat Islam kala itu. Menurut Ja'ad bin Dirham dan Jaham bin
Shafwan, manusia adalah makhluk yang tak memiliki kehendak apa pun. Allah yang mengendalikan
segala perbuatan manusia. Aliran Jabariyah ekstrem dari kedua tokoh ini meyakini fatalisme dan
manusia adalah sosok pasif dalam kehidupan dunia. Selain itu, aliran Jabariyah ekstrem juga
berpandangan bahwa surga dan neraka tidaklah kekal. Menurut pendapat mereka, yang kekal di alam
semesta ini adalah Allah SWT. Jika surga dan neraka juga kekal, maka keduanya akan menyaingi sifat
Allah yang Maha Kekal.
2. An-Najjar dan Ad-Dhirar Husain bin Muhammad An-Najjar dan Dhirar bin Amr
sebenarnya juga meyakini bahwa Allah SWT memang mengendalikan semua perbuatan manusia.
Namun, ia berpendapat manusia pun memiliki peran dalam mewujudkan perbuatan tersebut. Pendapat
kedua tokoh tersebut berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Quran berikut ini: “Allah-lah yang
menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-Shaffat [37]: 96). Dalam surah Al-Balad ayat
10, Dia SWT juga berfirman: "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan [jalan kebaikan dan
keburukan. Manusia bebas memilih jalan yang mana]," (QS. Al-Balad [90]: 10). Menurut pendapat
mereka, jika manusia tidak memiliki kehendak bebas sama sekali, maka akan sangat tidak adil jika
manusia diganjar dosa atas perbuatan buruknya atau memperoleh pahala atas amalan baiknya.
Pemikiran An-Najjar dan Ad-Dhirar melandasi perkembangan kelompok Jabariyah moderat yang
tidak serta-merta menganggap manusia mutlak tunduk pada takdir, melainkan juga berpartisipasi
dalam memutuskan segala perbuatannya.4

Prinsip-prinsip utama Kalam Jabariyah dan perbedaan pemikiran dengan Kalam

Maturidiyah dan Kalam Asy'ariyah.

aliran Kalam Jabariyah percaya bahwa manusia tidak memiliki kebebasan dalam mengerjakan
perbuatannya karena semuanya telah ditentukan oleh Tuhan. Ini berbeda dengan aliran Mu'tazilah
yang percaya bahwa manusia memiliki kebebasan dalam memilih perbuatannya dan harus
mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang dilakukan. Sementara aliran Asy'ariyah mempercayai
bahwa tindakan manusia diadakan oleh Allah dan semua perbuatan manusia mencakup perbuatan
gerakan refleks dan perbuatan manusia, sedangkan aliran Maturidiyah percaya bahwa ada dua jenis
perbuatan, yaitu perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. 5

Pengaruh Kalam Jabariyah pada pemikiran dan teologi Islam.

4
Ibid
5
Nurul (2022) Perbandingan Pemikiran Aliran Kalam, Universitas Islam An Nur Lampung. Available at:
https://an-nur.ac.id/perbandingan-pemikiran-aliran-kalam/2/#1_Menurut_Aliran_Jabariyah (Accessed: 27 May
2023).
8

aliran Kalam Jabariyah dianggap memiliki dampak negatif pada masyarakat Muslim pada masa
lampau maupun hari ini, seperti membuat manusia menjadi apatis, pesimis, dan tidak produktif karena
merasa semua telah ditakdirkan oleh Tuhan. Pemikiran ini ditentang oleh sejumlah tokoh, salah
satunya adalah Muhammad Abduh yang menentang pendapat aliran Jabariyah tersebut. Pendekatan
Abduh terhadap qada dan qadar berbeda dengan pemahaman yang berlaku di masyarakat,
menurutnya, qada dan qadar tidak membatasi kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatannya.

Sejarah lahirnya aliran Kalam Jabariyah berasal dari Abul-Jabbar al-Mu‘tazili yang hidup di abad ke-8
di Basrah, Irak. Namun aliran ini lebih banyak mempengaruhi pemikiran teologis Islam di abad ke-9
oleh al-Qadi Abu Bakr al-Baqillani dan Abu al-Hasan al-Ash'ari yang mengkritik doktrin Jabariyah
yang membatasi kebebasan manusia dalam mengerjakan perbuatan dan mengusulkan bahwa manusia
memang memiliki kebebasan dan mempunyai kemampuan untuk memilih. 6

6
Ushuluddin (2016) ‘PENGARUH POLA PIKIR JABARIYAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ’, JIA, 1, pp. 193–204.
9

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Seperti yang disebutkan bahwasannya Sejarah lahirnya Kalam Jabariyah berasal dari Abul-Jabbar al-
Mu‘tazili yang hidup di abad ke-8 di Basrah, Irak. Namun aliran ini lebih banyak mempengaruhi
pemikiran teologis Islam di abad ke-9 oleh al-Qadi Abu Bakr al-Baqillani dan Abu al-Hasan al-Ash'ari
yang mengkritik doktrin Jabariyah yang membatasi kebebasan manusia dalam mengerjakan perbuatan
dan mengusulkan bahwa manusia memang memiliki kebebasan dan mempunyai kemampuan untuk
memilih.

Prinsip-prinsip utama dari pemikiran Kalam Jabariyah adalah meyakini bahwa manusia tidak
memiliki kebebasan dalam mengerjakan perbuatannya karena semuanya telah ditentukan oleh Tuhan.
Prinsip ini berbeda dengan Kalam Maturidiyah yang meyakini bahwa ada dua jenis perbuatan, yaitu
perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia, dan Kalam Asy'ariyah yang meyakini bahwa tindakan
manusia diadakan oleh Allah dan semua perbuatan manusia mencakup perbuatan gerakan refleks dan
perbuatan manusia.

Kalam Jabariyah dianggap memiliki dampak negatif pada masyarakat Muslim pada masa lampau
maupun hari ini, seperti membuat manusia menjadi apatis, pesimis, dan tidak produktif karena merasa
semua telah ditakdirkan oleh Tuhan. Pemikiran ini ditentang oleh sejumlah tokoh, salah satunya
adalah Muhammad Abduh yang menentang pendapat aliran Jabariyah tersebut. Perdebatan antara
aliran Kalam Jabariyah dan tokoh-tokoh yang menentang pemikiran tersebut, seperti Muhammad
Abduh, menunjukkan sejarah perkembangan pemikiran Jabariyah dan bagaimana dampaknya pada
masyarakat Muslim pada masa lampau dan hari ini.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemikiran Kalam Jabariyah memiliki
pengaruh dan sejarah yang panjang dalam dunia Islam dan memicu debat-debat teologis yang terus
berlangsung hingga saat ini. Meskipun Kalam Jabariyah memiliki pengaruh negatif pada masyarakat
Islam, namun perdebatan yang timbul juga menghasilkan pandangan-pandangan baru terhadap
pandangan tersebut dan dapat memperkaya pemahaman kita terhadap pemikiran Islam.
10

DAFTAR PUSTAKA

(Q.S. Al-An’am [6]: 111)

Ushuluddin (2016) ‘PENGARUH POLA PIKIR JABARIYAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-


HARI ’, JIA, 1, pp. 193–204.

Hadi, A. and Idhom, A.M. (2021) Sejarah Aliran Jabariyah, Pemikiran, Dan Perbedaan Dengan
Qadariyah, Sejarah Aliran Jabariyah, Pemikiran, dan Perbedaan dengan Qadariyah . Available at:
https://tirto.id/sejarah-aliran-jabariyah-pemikiran-dan-perbedaan-dengan-qadariyah-ghVf (Accessed:
27 May 2023).

Nurul (2022) Perbandingan Pemikiran Aliran Kalam, Universitas Islam An Nur Lampung. Available
at: https://an-nur.ac.id/perbandingan-pemikiran-aliran-kalam/2/#1_Menurut_Aliran_Jabariyah
(Accessed: 27 May 2023).

Anda mungkin juga menyukai