Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

UAS 3B

Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu: Dra Halimah M.A

DISUSUN OLEH :

NAJWA KAMILAH 11210380000052

ABDULLAH FAQIH 11210380000068

FAKULTAS USHULLUDIN
PROGRAM STUDI ILMU TASAWUF
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami nikmat iman dan nikmat islam serta nikmat kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat wal afiyat. Kasih sayang nya membuat
kami mudah mengerjakan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu..

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang sangat kami rindukan sosok nya , semoga kita bisa mendapat
syafaat nya

Kami mengucapkan Terimakasih kepada dosen Ilmu Kalam yaitu Dra.Halimah


M.A , yang telah mengajarkan dan memberi banyak pelajaran berharga di semester 4 ini
Sehingga kami memperoleh banyak sekali ilmu yang bermanfaat yang membuat kami
mudah mengerjakan makalah ini dengan baik.

Kami berterimakasih juga terhadap diri kami sendiri karna sudah kuat dan sabar tanpa
menyerah menghadapi perkuliahan yang berat dan penuh tantangan ini. Dan juga bisa
mengerjakan semua tugas dengan baik dan tepat waktu. Serta selalu semangat menghadapi
segala rintangan yang ada diperkuliahan ini. Semoga bisa lulus tepat waktu dan bertahan sampai
akhir. Aamiin

2
DAFTAR ISI
COVER………………...………………………………………………………...………………..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...……………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….………..…………. iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………….……………………..……….……….
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………….……….
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….…….
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………...………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..
A. PENGERTIAN ALIRAN QADARIYAH
………………..................................................
B. PENGERTIAN ALIRAN JABARIYAH……………..…………....................................
C. SEJARAH MUNCUL NYA.................……………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………..…………………………


3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………
3.2 SARAN……………………………………………………………………………………..
3.3 PENUTUP ……..…………………………………………..……………………………....

BAB IV DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…………..

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Islam sebagaimana dijumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang dipahami
pada umumnya. Dalam sejarah pemikiran Islam, terdapat lebih dari satu aliran yang
berkembang. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama-ulama kalam
dalam memahami ayat-ayat al-Quran.
Ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya
sendiri dan ada pula ayat yang menunjukkan bahwa segala yang terjadi itu ditentukan oleh
Allah, bukan kewenangan manusia . Dari perbedaan pendapat inilah lahir aliran Qadariyah
dan Jabariyah. Aliran Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan
kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan kata lain manusia
mempunya qudrah (kekuatan atas perbuatannya). Sedangkan Jabariyah berpendapat bahwa
manusia tidak mempunyai kebebasan dan kehendak dalam menentukan perbuatannya.
Kalaupun ada kehendak dan kebebasan yang dimiliki manusia, kehendak dan kebebasan
tersebut tidak memiliki pengaruh apapun, karena yang menentukannya adalah kehendak
Allah semata .

Islam memiliki ciri yang menonjol yaitu sifat yang hadir dimana mana sehingga Bakhtiar
Effendi mengatakan bahwa “islam merupakan sebuah totalitas(sempurna) yang (integrated)
padu yang menawarkan pemecahan terhadap semua kehidupan” sehingga tidak berlebihan
jika Philip K. Hitti memaparkan bahwa kita harus pahami islam dalam tiga arti , agama,
negara dan juga kultur Pertama Islam sebagai agama adalah suatu sistem kepercayaan dan
amalan yang diajarkan oleh nabi Muhammad, diwahyukan dalam al-Quran dan dilengkapi
oleh hadits. Kedua Islam sebagai Negara adalah kesatuan politik berdasarkan hukum al-
Quran, dikembangkan oleh para pengganti Muhammad, para khalifah dan kemudian pecah
dalam beberapa Negara. Dan Ketiga Islam sebagai kultur memperlihatkan bahwa perpaduan
peradaban tingkat tinggi yang diperkaya dengan Negara Semit, Persia, Greko-Romawi, dan
lain sebagainya, dikembangkan pada masa khalifah yang lahir dengan perantara bahasa Arab1

Jika kita berbicara perkembangan faham Qadariyah, maka tentu akan bersinggungan dengan
faham Jabariyah. Oleh karena itu pada pembahasan ini, saya sedikit menyitir ajaran faham
Jabariyah sebagai perbandingan terhadap faham Qadariyah.
Faham ini mendapat tantangan keras dari umat Islam ketika itu. Ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya reaksi keras ini, pertama, seperti pendapat Harun Nasution, karena
masyarakat Arab sebelum Islam kelihatannya dipengaruhi oleh faham fatalis. sekelilingnya.
Sehingga ketika faham qadariyah dikembangkan, mereka tidak dapat menerimanya karena
dianggap bertentangan dengan Islam.
1
Philip K. Hitti dan M.J. Irawan, Islam And The West, (Bandung, Sinar Baru, 1984) h.3

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari materi di atas, maka saya akan memaparkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja aliran Qadariyah dan Jabariyah?


2. Bagaimana sejarah aliran Qadariyah dan Jabariyah?
3. Apa Implementasi aliran Qadariyah dan Jabariyah ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui aliran Qadariyah dan Jabariyah.


2. Untuk mengetahui sejarah aliran Qadariyah dan Jabariyah.
3. Untuk mengetahui apa implementasi aliran Qadariyah dan Jabariyah..
.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH ALIRAN QADIRIYAH DAN JABARIYAH


a. Definisi jabariyah

Dari sisi bahasa, Jabariyah berasal dari bahasa Arab, "jabara" yang artinya
memaksa. Jadi, orang-orang Jabariyah menganggap bahwa semua perbuatan manusia
adalah "terpaksa". Mereka meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun atas
kehendak dan nasibnya. Segala tindak-tanduknya, mulai ia lahir, bekerja, siapa jodohnya,
hingga ajalnya sudah ditentukan Allah SWT. Tidak hanya itu, selepas ia mati pun, Allah
sudah menentukan apakah ia masuk surga atau neraka. Manusia tidak ikut campur sedikit
pun atas takdir yang ia miliki. Maka itu, Asy-Syahratasāni pernah menulis, paham
Jabariyah menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan secara
mutlak menyandarkanya kepada Allah SWT. Dalil paham ini berasal dari banyak ayat
Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW, di antaranya adalah ayat-ayat berikut ini:
“Dan kamu tidak menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali bila dikehendaki Allah”
(Q.S. Al-Insan [76]: 30). Pada surah Al-An'am ayat 111, Allah berfirman: “Mereka
sebenarnya tidak percaya sekiranya Allah tidak menghendaki,” (Q.S. Al-An’am [6]: 111).
Aliran Jabariyah lahir di Khurasan, Persia, dengan tokohnya bernama Jaham bin
Shafwan. Nama lain dari Jabariyah adalah Jahmiyah yang dinisbahkan kepada nama
Jaham bin Shafwan. Sebenarnya, aliran ini dicetuskan pertama kali oleh Ja'ad bin
Dirham, barulah kemudian diteruskan oleh Jaham bin Shafwan. Karena pahamnya yang
serba pasrah, khalifah pertama dari dinasti Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan
"mempolitisasinya" sehingga Jabariyah jadi aliran yang memperoleh dukungan
pemerintah Daulah Umayyah (Siswanto, dalam Akidah Akhlak, 2020). Terdapat
sejumlah tokoh aliran Jabariyah yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran ilmu kalam.
Dari pemikiran tokoh-tokoh itu, aliran Jabariyah terbagi menjadi dua paham lagi.
Pertama, Jabariyah ekstrem yang dipelopori Ja'ad bin Dirham dan Jaham bin Shofwan.
Sementara yang kedua adalah Jabariyah moderat yang dipengaruhi oleh An-Najjar dan

6
Ad-Dhirar. Pemikiran para tokoh itu adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari
buku Studi Ilmu Kalam (2015) yang ditulis oleh Didin Komarudin2.

b. Sejarah Singkat Faham Jabariyah


Ada seorang bernama Jaham bin Safwan, berasal dari Khurasan. Mulanya ia
menjadi jurutulis dari seorang pemimpin bernama Harits bin Sureih yang memberontak
terhadap kerajaan Bani Umayyah di Khurasan Kemudian nama Jaham bin Safwan
menjadi terkenal karena ia adalah seorang yang sangat sungguh dan rajin bertabligh,
menyeru manusia kepada jalan Allah dan berbakti kepadaNya Tetapi ada satu fatwanya
yang keliru, yang bertentangan dengan ulama-ulama Islam yang lain, yaitu fatwa yang
mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya dan tidak mempunyai upaya, tidak
ada ikhtiar dan tiada ada kasab. Sekalian perbuatan manusia itu hanya majbur (terpaksa)
di luar kemauannya, sebagai keadaan bulu ayam yang diterbangkan angina di udara atau
sebagai sepotong kayu ditengah lautan yang dihempaskan ombak ke sana ke
mari.Madzhabnya ini dinamai madzhab Jabariyah, yakni madzhab orang orang yang
berpaham tidak ada ikhtiar bagi manusia. l'itiqadnya pada mulanya hampir sama dengan
i'itiqad kaum Ahlussunnah wal Jama'ah, yakni berpendapat bahwa sekalian yang terjadi
dalam alam ini pada hakikatnya semuanya dijadikan Tuhan, tetapi kaum Jabariyah yang
dikepalai oleh Jaham bin Safwan ini sangat radikal, sangat keterlaluan, sehingga sampai
kepada i'itiqad bahwa kalau kita meninggalkan sembahyang atau berbuat kejahatan maka
semuanya tidak apa-apa, karena
hal itu dijadikan oleh Tuhan3.

c. Tokoh-tokoh aliran Jabariyah

1. Ja’ad Bin Dirham


Ja’ad Bin Dirham adalah pencetus paham Jabariyah, Jaham bin Shafwan pernah
mendalami paham ini bersama Ja’ad bin Dirham Ibnu Taimiyah menukil dari Imam
Ahmad: Dikabarkan bahwa ia (Ja’ad) berasal dari penduduk Harran. Darinyalah, Jahm
bin Shafwan mereguk madzhab orang-orang yang menafikan sifat Allah. Disana, terdapat
2
3

7
para tokoh Shabiah (agama samawi kuno), filosof, dan sisa orang-orang yang menganut
paganisme, yang menafikan sifat Allah dan perbuatan-perbuatannya.

Ibnu Katsir berpendapat, asal usul Ja’ad bin Dirham ialah dari Khurasan, Persia.
Kelahirannya tidak diketahui. Kalau bukan karena bid’ah yang diusungnya, sudah tentu
ia tidak menjadi populer. Sejak kecil, tokoh kesesatan ini tumbuh dalam komunitas yang
buruk, yaitu Jazirah Furat. Dalam hal ini, Al Harawi mengatakan: “Adapun Ja’d, ia orang
Jazari tulen. Penisbatan ini mengacu kepada daerah nama Jazirah, yang terletak antara
sungai Dajlah (Trigis) dan Furat (Eufrat), tepatnya di distrik Harran.

Ia seorang maula (bukan Arab asli, mantan budak). As Sam’ani, Az Zabidi dan
Ibnu Atsir secara jelas menyatakan bahwa ia adalah maula Suwaid bin Ghafiah bin
Ausajah Al Ju’fi. adalah pencetus paham Jabariyah, Jahmu bin Shafwan pernah
mendalami paham ini bersama Ja’ad bin DirhamIbnu Taimiyah menukil dari Imam
Ahmad: Dikabarkan bahwa ia (Ja’d) berasal dari penduduk Harran. Darinyalah, Jahm bin
Shafwan mereguk madzhab orang-orang yang menafikan sifat Allah. Disana, terdapat
para tokoh Shabiah (agama samawi kuno), filosof, dan sisa orang-orang yang menganut
paganisme, yang menafikan sifat Allah dan perbuatan-perbuatannya.
Dokrin-dokrinnya adalah : Allah SWT tidak mempunyai sifat yang serupa dengan
makhluk, seperti berbicara, melihat, dan mendengar dan Manusia terpaksa oleh Allah
dalam segala-galanya.
2. Jaham bin shafwan
Jaham bin Shafwan berasal dari Kurasan, Persia dan meninggal tahun 131 H
dalam suatu peperangan dengan Bani Ummayah dan dia dibunuh. doktrin-doktrinnya:

1. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
2. Surga dan neraka tidak kekal.
3. Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama
dengan konsep iman yang diajukan kaum Murji’ah.

8
4. Allah Maha Suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara,
mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di
akhirat kelak.
Imam Sa’duddin At Taftazany menyebutkan golongan ini berpendapat bahwa
manusia sekai-kali tidak menguasai dirinya dalam setiap perbuatan, apakah baik atau
jahat. Ia tidak mempunyai kebebasan berkehendak (hurriyatul iradah) dan tidak memiliki
kekuasaan untuk berbuat sesuatu.

3. Dhirar Bin Amru


Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan An-Najjar, yakni bahwa
manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang. Manusia mempunyai
bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan
perbuatannya.
Secara tegas, Dirrar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh
dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya berperan dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatannya.

Mengenai ru’yat Allah SWT di akhirat, Dirrar mengatakan bahwa Allah dapat
dilihat di akhirat melalui indera keenam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat
diterima setelah Nabi adalah ijtihad. Hadis ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam
menetapkan hukum.4
Makhluk tidak boleh mempunyai sifat sama dengan sifat Tuhan, dan kalau itu
terjadi, berarti menyamakan Tuhan dengan makhluknya. Mereka menolak keadaan Allah
Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun ia mengakui keadaan Allah Yang Maha
Kuasa. Allahlah yang berbuat dan menciptakan, oleh karena itu, makhluk tidak
mempunyai kekuasaan.
Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikit juapun, manusia tidak dapat dikatakan
mempunyai kemampuan (Istitha`ah). Perbuatan yang tampaknya lahir dari manusia
bukan dari perbuatan manusia karena manusia tidak mempunyai kekuasaan, tidak
mempunyai keinginan dan tidak mempunyai pilihan antara memperbuat atau tidak
memperbuat.

a. Pengertian Aliran Qadariyah

Pengertian Qadariyah secara etimologis, berasal dari bahasa Arab, yaitu Qadara
yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara terminologi istilah adalah

4
Rhobiatul Adawiyah, Qadha Dan Qadr Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Jabariyah, Qadariyah, 2019

9
suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah
Swt. Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala
perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam
mewujudkan perbutan-perbutannya. Dalam istilah Inggrisnya faham ini dikenal dengan
nama free will dafree act. Mereka, kaum Qadariyah mengemukakan dalil-dalil akal
dan dalil-dalil naqal (Al-Qur'an dan Hadits) untuk memperkuat pendirian mereka.
Mereka memajukan dalil, kalau perbuatan manusia sekarang dijadikan oleh Tuhan,
kenapa mereka diberi pahala kalau berbuat baik dan disiksa kalau berbuat maksiat,
padahal yang membuat atau menciptakan hal itu adalah Allah Swt. Jadi istilah
Qadariyah dinisbatkan kepada faham ini, bukan berarti faham ini mengajarkan percaya
pada taqdir, justru sebaliknya faham Qadariyah adalah faham pengingkaran taqdir.
Penyebab lebih dikenalkanya penisbatan dan sebutan Qadariyah para pengingkar takdir.
Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara past dan masih
merupakan sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar
teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma'bad al-
Jauhani dan Ghilan ad-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M.
Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa
manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal
dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Menurut Ahmad
Amin, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa
manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan
perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni
baik dan buruk.
b. Sejarah Singkat Aliran Qadariyah

Qadariyah merupakan salah satu aliran teologi tertua dalam Islam. Kemunculan
aliran qadariyah sendiri tidak semata-mata hanya karena dinamika pemikiran dalam
Islam saja, akan tetapi juga disebabkan oleh gejolak politik yang ada pada masa Dinasti
Umayyah I yaitu pada tahun 661 hingga 750 M.

10
Beberapa pemikiran dari aliran qadariyah seperti manusia memiliki kehendak
bebas atau free will membuat aliran tersebut bertentangan dengan aliran jabariyah. Di
mana pokok pemikiran tersebut pula yang menyebabkan aliran qadariyah sebagai
ideologi serta sekte bidah. Lebih lanjut mengenai aliran qadariyah, simak artikel ini
hingga akhir.

c. Tokoh Aliran Qadariyah


1) Ma'bad al-Juhani.
2) Ghailan al-Dimasyqi.

e. Doktrin Ajaran Aliran Qadariyah.


Menurut Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam, menyebutkan pokok-pokok ajaran
Qadariyah sebagai berikut :
1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukan mukmin,
tapi fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah Swt. tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia yang
menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik atas
segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk atas segala amal perbuatannya yang salah
dan dosa karena itu pula, maka Allah Swt berhak disebut adil.
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah Swt itu Maha Esa atau satu dalam arti bahwa
Allah Swt tidak memiliki sifat-sifat azali, seperti al-ilm, al-hayat, mendengar dan melihat
yang bukan dengan dzat-Nya.
d. Ayat Al-Qur’an dan Hadist Yang mendukung Aliran Jabariyah dan Qadariyah

11
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin abi sufyan yang merupakan gubernur Syam di masa
pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Dinasti Bani Umayyah ini berdiri
pada tahun 41H/661 M. Merupakan kelanjutan dari Khulafaur Rasyidin.
Secara garis besar , era ke khalifahan Dinasti Umayyah terbagi dua periode yakni tahun
661M-750M berpusat di Damaskus  , kemudian periode ke dua 756M-1031M di Cordoba
seiring berkuasa nya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.
Berdirinya Dinasti Umayyah berawal dari peristiwa perang Siffin . Perang siffin adalah
perang saudara yang terjadi antara kubu muawiyah satu kontra Ali bin Abi Thalib. 

Kemajuan islam dimasa daulah Umayyah meliputi berbagai bidang yaitu


politik, ekonomi, sosial,ilmu pengetahuan dan pendidikan islam.Pemerintahan Dinasti
Umayyah mempunyai peran penting dalam sejarah umat islam karna di masa
pemerintahan itu banyak sekali kemajuan-kemajuan. Dinasti Umayyah berperan besar
dalam perkembangan islam di dunia karena pemerintahan islam berhasil menaklukan
wilayah wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan romawi .
Wilayah penyebaran islam semakin luas sampai ke Andalusia, Afrika Utara, Persia, Asia
Tengah dan Wilayah India. Selain itu, banyak ilmu yang berkembang pada masa dinasti
bani umayyah yaitu Ilmu Tafsir, Ilmu Qiraat, Ilmu Kalam, Ilmu Hadist, Ilmu
Bahasa, Ilmu Arsitektur, dan Ilmu Tasawuf. Kemajuan dibidang politik dan militer sangat
terlihat dari keberhasilan Dinasti Umayyah dalam melakukan futuhat atau perluasan
wilayah.Kekuatan militer dan kebijakan- kebijakan politik yang dijalankan oleh para
pemimpin Dinasti Umayyah sangat berperan penting. Maka dari itu bidang politik dan
militer sangat diperhatikan.

Selama bejalan nya Dinasti Umayyah peranan sosial politik, sosial ekonomi yang belum
stabil yang menghasilkan sering terjadinya peperangan di dunia Islam, mengakibatkan
lambatnya perkembangan intelektual pada awal ekspansi Islam. Nanum benih nya telah
disebarkan dan pohon pengetahuan yang tumbuh rindang pada masa awal Dinasti
Abbasiyah di Baghdad jelas telah berakar sebelum nya, yaitu dalam tradisi
Yunani, Suriah dan Persia dengan demikian tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
Dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Adapun salah satu intisati atau buwahnya
dapat ditorehkan oleh Dinasti Umayyah di Andalusia "the middle eges" yang mampu
keluar dari masa-masa keterbelakangan. sellama periode perkembangan Dinasti
Umayyah dua kota Hijaj Mekah dan Madinah menjadi tempat berkembang nya musik
dan puisi.Sementara itu kota kembar Irak , Bahsrah dan Kuffah menjadi pusat aktifitas
intelektual di dunia islam.

14
Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya
sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa
dinasti ini. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada
masa itu berubah menjadi kacau Dengan latar belakang dan kepentingan etnis
politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-
Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan
rakyat.Mengenai para khalifah yang memimpin.hanya ada beberapa khalifah yang kuat
dan pandai dalam mengendalikan keadaan negara. 

3.2 SARAN

Selesai lah sudah makalah yang telah saya buat, masih banyak terdapat kekurangan
didalam makalah ini. Semoga bisa diambil dari sisi yang baik nya dan akan segera saya
perbaiki kekurangan-kekurangan yang ada didalam makalah ini.

3.3 PENUTUP

Saya mengucapkan Alhamdulillahirabbil’Alamin akhirnya selesai sudah kesimpulan


saran san penutup. Semoga makalah ini bisa menjadi bacaan yang bermanfaat dan
mendapatkan pahala ketika membaca nya. Sekian terimakasih

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardawi, Yusuf .(2005). Distorsi Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.


Watiniyah, Ibnu . ibu sekuat seribu laki-laki , Karya Media.
Suud, Abu .(2003). Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta

Supriyadi, Dedi .(2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Ma’arif, Syamsul. (2008), Revitalisasi Pendidikan Islam. Jakarta: Graham Ilmu

Yatim, Badri.(2008), Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai