Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAUHID DAN ILMU KALAM

ALIRAN AL-JABARIAH

OLEH :

NAMA : KORENA VERA KUSAINI

NIM : 190104140
SEMESTER /KELAS : II/F

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“ALIRAN AL-JABARIYAH”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber
dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…

Mataram,27 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya Jabariah
B. Ajaran Penting Aliran Jabariah
C. Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam
yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran
Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada
periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding
persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama
periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.

Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan
sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari
agama. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak
mudah digoyahkan.

Munculnya perbedaan antara umat Islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam
Islam bukanlah masalah teologi melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan
politik ini, seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi.
Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka dalam
bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui
perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi patut
dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar
persoalan keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan
berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya.

Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan
akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran,
yaitu Mu'tazilah, Syiah,Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah. Dalam makalah ini penulis
hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah. Mencakup di
dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara
umum.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian jabariah?

2. Siapa tokoh jabariah?

3. Apa saja ajaran penting aliran jabariah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian jabariah

2. Untuk mengetahui tokoh jabariah

3. Untuk mengetahui ajaran penting apa saja yang ada pada aliran jabariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Jabariah

Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung pengertian
memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata
jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah
satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan
secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan
menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia
mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).

Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa


segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah.
Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan
kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini
manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan.
Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan
Tuhan sebagai dalangnya.

Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya


penjelasan yang sahih. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman
sahabat dan masa Bani Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah
Qadar dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.
Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah
Jahm bin Safwan, yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak
sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi
oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di
tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang
panas ternyata dapat tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan
suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat
untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara.

Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak
melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan
yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.
Artinya mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka
kepada paham fatalisme.

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam Alquran
sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang lahirnya
paham Jabariyah, diantaranya:

a. QS ash-Shaffat: 96

َ‫َوهللا خَ لَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُوْ ن‬

Artinya: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu".

b. QS al-Anfal: 17

‫فَلَ ْم تَ ْقتُلُو هُ ْم َولَ ِك َّن هللاَ قَتَلَهُ ْم َو َما َر َميْتَ إِ ْذ َر َميْتَ َولَ ِك َّن هللاَ َر َمى َولِيُ ْبلِ َي ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ ِم ْنهُ بَآل ًء َح َسنًا إِ َّن‬
‫هللاَ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artinya: “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka,


akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar
ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian
untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-
orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.”

c. QS al-Insan: 30

‫َو َما تَ َشآ ءُونَ إِالَّ أَ ْن يَ َشآ َء هللاَ إِ َّن هللاَ َكا نَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬

Artinya : “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”

Selain ayat-ayat Alquran di atas benih-benih faham al-Jabar juga dapat dilihat
dalam beberapa peristiwa sejarah:

a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam


masalah Takdir Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan
persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-
ayat Tuhan mengenai takdir.

b. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menangkap seorang pencuri.


Ketika diintrogasi, pencuri itu berkata "Tuhan telah menentukan aku
mencuri". Mendengar itu Umar kemudian marah sekali dan menganggap
orang itu telah berdusta. Oleh karena itu Umar memberikan dua jenis
hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman potongan tangan karena
mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.

c. Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar Tuhan dalam
kaitannya dengan siksa dan pahala. Orang tua itu bertanya,"apabila
perjalanan (menuju perang siffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar
Tuhan, tidak ada pahala sebagai balasannya. Kemudian Ali
menjelaskannya bahwa Qadha dan Qadha Tuhan bukanlah sebuah
paksaan. Pahala dan siksa akan didapat berdasarkan atas amal perbuatan
manusia. Kalau itu sebuah paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa,
gugur pula janji dan ancaman Allah, dan tidak ada pujian bagi orang yang
baik dan tidak ada celaan bagi orang berbuat dosa.

d. Adanya paham Jabar telah mengemuka kepermukaan pada masa Bani


Umayyah yang tumbuh berkembang di Syiria.

Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari
pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah pandangan mengatakan bahwa
aliran Jabar muncul karena adanya pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh
agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermahzab Yacobit.

Dengan demikian, latar belakang lahirnya aliran Jabariyah dapat dibedakan


kedalam dua factor, yaitu factor yang berasal dari pemahaman ajaran-ajaran Islam yang
bersumber dari Alquran dan Sunnah, yang mempunyai paham yang mengarah kepada
Jabariyah. Lebih dari itu adalah adanya pengaruh dari luar Islam yang ikut andil dalam
melahirkan aliran ini. Adapun yang menjadi dasar munculnya paham ini adalah sebagai
reaksi dari tiga perkara: pertama, adanya paham Qadariyah, keduanya, terlalu tekstualnya
pamahaman agama tanpa adanya keberanian menakwilkan dan ketiga adalah adanya
aliran salaf yang ditokohi Muqatil bin Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan sifat-
sifat Tuhan sehingga membawa kepada Tasybih.

Jika paham jabariyah yang dibawa oleh jahm bin Safwan diatas dibandingkan
dengan paham jabariah yang dikembangkan oleh Najjar dan Dirar, maka paham jabariah
sebagaimana yang dibawa oleh kedua orang yang disebut terakhir itu tidak lagi
menggambarkan manusia sebagai wayang. Dalam paham jabariah yang berakhir ini
nampak bahwa diantara manusia dan tuhan terdapat kerjasama dalam mewujudkan suatu
perbuatan dan manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melaksanakan perbuatannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa manusia dalam paham jabariah


adalah sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham
qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh tidak boleh lepas dari
aturan, skenario dan kehendak Allah SWT. Segala akibat baik dan buruk yang diterima
manusia dalam perjalanan hidupkan merupakan ketentuan Allah SWT.

B. Ajaran Penting Aliran Jabariah

Ajaran penting aliran jabariah adalah manusia sangat lemah, tidak berdaya, terikat
dengan kekuasaan mutlak tuhan. Seluruh tindakan dan perbuatan tidak boleh lepas dari
aturan skenario dan kehendak ALLAH SWT. Segala akibat baik dan buruk yang diterima
manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan allah. Namun ada
kecenderungan bahwa tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang absolut dan berbuat
sekehendak-Nya.

Menurut Syahrastani aliran jabariah dalam menganalisa perbuatan manusia terdapat


dua pandangan yaitu:

1) Pandangan ekstrim yang disebut al-jabariah al-khalish, yaitu jabariah yang


tidak menetapkan perbuatan atau kekuasaan sedikitpun pada manusia.
Sebagaiman yang telah dikemukakan oleh Jahm bin Sofwan diatas.

2) Pandangan moderat yang diberi istilah al-jabariah al-mutawasithah, yaitu


jabariah yang menetapkan adanya qudrat pada manusia, tetapi qudrat tersebut
tidak mempunyai efek atas perbuatan. Pandangannya ini pelopornya adalah
Husain Ibn Muhammad al-Najjar dan Dirar Ibn ‘Amr.

Menurut Najjar dan Dirar bahwa tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia
baik itu perbuatan positif maupun negatif. Namun dalam melakukan perbuatan itu
manusia manusia mempunyai bahagiaan yaitu daya diciptakan dalam diri manusia
mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatan inilah yang disebut kasb atau acuisition.

C. Para Pemuka Jabariah Dan Doktrin-Doktrinnya

Menurut asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi 2 bagian,Ekstrim


dan Moderat.Doktrin Jabariyah Ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia
bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,tetapi perbuatan yang
dipaksakan atas dirinya.

1. Diantara pemuka Jabariyah Ekstrim adalah berikut ini:

a. Jahm bin Shofwan

Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. Ia


berasal dari khurasan ,bertempat tinggal di Khuffa. Ia seorang Da’I
yang fasih dan lincah ( orator). Ia menjabat sebagai sekertaris haris bin
Surais, seorang Mawali yang menentang pemerintah Bani Umaiyah di
Khurasan. Ia ditawan dan dibunuh secara politis tanpa ada kaitannya
dengan Agama.

Sebagi seorang penganut dan penyebar Paham jabariyah banyak


usaha yang dilakukan jahm yang tersebar keberbagai tempat,seperti
ketirmidz dan balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan
teologi adalah sebagai berikut :

1) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.Ia tidak


mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan
tidak mempunyai pilihan.

2) Surga dan neraka tidak dikekal. Tidak kekal selai Tuhan

3) Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.Dalam


hal ini pendapatnya sama dengan konsep iman yang
diajukan kaum Murjiyah.

4) Kalam Tuhan adalah makhluk.Allah maha suci dari segala


sifat dan keserupaan dengan manusia seperti
berbicara,mendengar,dan melihat.

5) Begitu pula Tuhan tidak dilihat dengan indra mata diakhirat


kelak.

Dengan demikian dalam beberapa hal,pendapat Jahm hampir sama


dengan Murji’ah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah.

b. Ja’d bin dirham

Al-ja’d adalah seorang Maulana bani Hakim, tiggal Di Damaskus.


Dia dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang senang
membicarakan teologi. Semula dipercaya untuk mengajar di lingkungan
pemerintah Bani umaiyah, tetapi setelah tampak pikiran – pikirannya
yang controversial, bani Umaiyah menolaknya.

Kemudian Al-ja’d lari ke kufah dan disana ia bertemu dengan


Jahm serta mentransper pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan
disebar luaskan. Dokterin pokok Ja’d secara umum sama dengan pikiran
Jahm. Al-Ghuraby menjelaska sbb:
1) Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh karena itu, dia
baru.Sesuatu yang baru itu tidak dapat di sefatkan kepada
Allah.

2) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahkluk,


seperti berbicara, melihat dan mendengar.

3) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Berbeda dengan jabariyah Ekstrim, Jabariyah Moderat mengatakan


bahwa tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan
jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai bagian
didalamnya. Tenaga yang diciptakan didalam diri manusia mempunyai
efek untuk mewujudkan perbuatanya. Inilah yang dimaksud dengan Kasab
(Acquisitin). Menurut Paham kasab, manusia tidaklah Majbur ( Dipaksa
Oleh Tuhan), tidak seperti Wayang yang dikendalikan Oleh dalang dan
tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh
perbuatan yang diciptakan Tuhan. Yang termasuk Tokoh Jabariyah
Moderat adalah sebagai berikut:

c. An- Najjar

Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An- Najjar


( Wafat 230 H ). Para pengikutnya disebut An-Najariyah Al-
hasainiyah.Diantara pendapat-pendapatnya adalah:

1) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi


manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatan itu.Itulah yang disebut khasab dalam
teori Al-asy’ary. Dengan demikian,Manusia dalam
pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang
gerakannya tergantung pada dalang,sebab tenaga yang
diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek
untuk mewujudkan perbuata-perbuatannya.

2) Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat . akan tetapi, An-Najjar


menyatakan bahwa tuhan dapat saja memindahkan potensi
hati ( Ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat
Tuhan.

d. Adh-Dhirar

Nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr. Pendapatnya tentang


perbuatan manusia sama dengan husein An-Najjar, yakni bahwa manusia
tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang.Secara
tegas,Dhirar mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat ditimbulkan oleh
dua pelaku secara bersamaan, artunya perbuatan manusia,tidak hanya
dilakukan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.

Mengenai Ru’yat Tuhan diakhirat, Dirar mengatakan bahwa Tuhan


dapat dilihat diakhirat melalui indra ke enam.Ia juga berpendapat bahwa
Hujjah yang dapat diterima oleh Nabi adalah Ijtihad . Hadis ahad tidak
dapat dijadikan sumber dalam menetapkan Hukum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama jabariyah berasal dari Jabara yang mengandung arti memaksa .Aliran
jabariyah adalah suatu gerakan yang menentang kadariyah. Pembangunya adalah Jahm bin
Shafwan kadang-kadang jabariyah ini juga dinamakan jahmiah. Paham utamanya adalah
bahwa manusia dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak mempunyai kekuasaan
sedikitpun untuk bertindak dalam keadaan terpaksa,tidak bebas dalam mengerjakan sesuatu.

Allah lah yang menentukan sesuatu itu kepada seseorang, apa yang akan
dikerjakannya, yang dikehendaki oleh manusia ataupun tidak.Jadi Allah yang memperbuat
segala pekerjaan manusia.dalam istilah ini paham ini disebut fatalism
ataupredestination.Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan oleh semua Qada dan
Qadar Tuhan.

B. Saran

Pelajarilah aliran jabariah supaya bisa memahami sejarah, tokoh serta doktrin-doktrin
jabariah.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1993)

Mulyono, Studi Ilmu TAUHID/KALAM,(Malang: UIN-MALIKI PRESS)

Hamim, Ahmad, fajr al-islam, maktabah al-nahddhahbal misriyah, (qahiroh, 1975)

Anda mungkin juga menyukai