Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

QODARIYAH DAN JABARIYAH


Digunakan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“TEOSOFI”

Dosen Pengampu:
Ermita Zakiyah, M.Th.I

Disusun Oleh:
Khansa Febriana (17190028)
Arini Qurota A’yun (18190003)
Muhamad Syahrul Ramadhan (18190025)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2020

I
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Qodariyah dan Jabariyah”. Atas dukungan
moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terimakasih untuk dosen pengampung mata pelajaran Teosofi.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan dan pemahan seputar
tologi islam baik secara klasik maupun modern. Dan diharapkan makalah ini
membantu pembaca mengambil pengetahuan di dalamnya, yang mana dari
pengetahuan tersebut kita dapat mengetahui bagaimana pentingnya mata kuliah
Teosofi dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk hubungan makhluk dan
khaliq-Nya.

Malang, 15 Februari 2020

Penyusun

I
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang
diasut oleh masyarakat kita. Semua itu terjadi bukan karena beragamnya islam
sendiri tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai penganutnya.
Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga
menyebabkan fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini.
Tak ayal sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan
pengikut paham lainnya.
Pengetahuan tentang paham-paham yang berada di Indonesia umumnya
ataupun sekeliling kita. Khususnya, haruslah kita mampu mengetahuinya bukan
untuk mengendorkan iman kita lagi untuk menambah iman kita.
Perlahan tapi pasti hanya keimanan dan ketaqwaan yang mampu
menyelamatkan kita dan mampu membawa kita bertemu dengan Dzat yang
selalu kita harapkan untuk bertemu dengannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud denagan Qodariyah ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Jabariyah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Qodariyah.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Jabariyah.
D.

I
BAB II
PEMBAHASAN
A. Qodariyah
a. Latar Belakang
Pada waktu itu banyak bermunculan orang-orang penggiat ilmu dalam
teologi Islam salah satunya yang bernama Wasil ibn ‘Ata’. Ia pindah ke
Basrah dan mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan oleh Al-Hasan Al-Basri
di Masjid Basrah. Wasil ibn ‘Ata’ merupakan pendiri dari paham
Mu’tazilah. Di masa itulah umat Islam telah banyak mempunyai kontak
dengan keyakinan-keyakinan dan pemikiran-pemikiran dari agam lain
dengan filsafat Yunani.
Sebagai akibat dari kontak-kontak inilah muncul suatu paham yang
masuk ke dalam paham Ilsam yaitu, qadariah (free will dan free act) dan
paham jabariyah atau fatalisme. Paham qadariyah dipelopri oleh Ma’bad Al-
Juhani (w. 80 H) dan Ghailan Al-Dimasyqi (abad VIII M) yang tak dapat
diketahui dengan pasti kapan paham qadariyah muncul. Tetapi menurut
keterangan ahli teologi Islam, paham qadariyah muncul dari seorang Kristen
yang masuk Islam di Irak. menurut mereka yang mendirikan qadariyah,
manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya dengan kemauan
dan tenaganya. Manusia dalam paham qadariyah mempunyai kebebasan
dalam kemauan dan kebebasan dalam berpendapat. Dengan demikian
paham qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk
pada qadar atau kadar Tuhan. Disini tak terdapat paham yang mengatakan
bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu, dan bahwa manusia
dalam perbuatan-perbuatannya hanya bertindak menurut nasib nya yang
telah ditentukan semenjak azal.
Disaat paham jabariyah telah masuk ke Bangsa Arab, banyak dari
Bangsa Arab yang pada waktu itu bersifat sederhan dan tidak belajar tentang
pengetahuan. Mereka pasrah menyesuaikan dengan suasana padang pasir
dengan panasnya terik matahari serta tanah dan gunungnya yang gundul.
Dengan keadaan ynag seperti itu, mereka tidak berusaha untuk mengubah
sekelilingnya sesuai dengan keinginan mereka sendiri karena mereka merasa

I
dirinya lemah tidak berdaya dan tidak punya kuasa dalam dirinya sendiri
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
Dan setelah itu, ketika paham qadariyah masuk ke dalam Bangsa Arab
yang dibawa oleh orang-orang Islam yang bukan dari golongan mereka, hal
ini menimbulkan kegoncangan dalam pemikiran mereka sehingga dianggap
paham qadariyah ini bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Pendiri dari paham qadariyah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-
Dimasyqi memasuki dunia politik dan memihak ‘Abd al-Rahman ib al-
Asy’as, Gubernur Sajistan, dalam menentang Bani Umayyah. Dalam
pertempuran dengan Hajjaj, Ma’bad terbunuh pada tahun 80 H. Dan
Ghailan sendiri terus berusaha melebarkan sayap paham ini di Damaskus,
tetapi mendapat tantangan dari Khalifah Bani Umayyah, yaitu Umar bin
Abdul Aziz. Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat, Ghailani meneruskan
penyiarannya, sehingga akhirnya ia mati dihukum mati oleh Hisyam bin
Abdul Malik. Sebelum Ghailani dihukum mati, diadakan perdebatan
terlebih dahulu antara Ghailan dengan al-Awza’I yang dihadiri oleh Hisyam
sendiri.
b. Dalil yang mendasari paham qadariuyah
Ayat-Ayat yang boleh membawa kepada paham qadariyah adalah :

ُّ E‫ َح‬E‫ ْل‬E‫ ا‬E‫ن‬Eْ E‫ ِم‬E‫ ْم‬E‫ ُك‬Eِّ‫ ب‬E‫ َر‬E‫ن‬Eْ E‫ َم‬Eَ‫ ف‬E‫ َء‬E‫ ا‬E‫ َش‬E‫ن‬Eْ E‫ ِم‬E‫ؤ‬Eْ Eُ‫ ي‬E‫ ْل‬Eَ‫ ف‬E‫ن‬Eْ E‫ َم‬E‫و‬Eَ E‫ َء‬E‫ ا‬E‫ َش‬E‫ ْر‬Eُ‫ ف‬E‫ ْك‬Eَ‫ ي‬E‫ ْل‬Eَ‫ف‬
ۖ E‫ ِل‬Eُ‫ ق‬E‫و‬Eَ E‫ق‬
Dan katakanlah : “ kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. (Q.S. Al-Kahfi (18) :

E‫ا‬E‫و‬Eُ‫ ل‬E‫ َم‬E‫ ْع‬E‫ ا‬E‫ ا‬E‫ َم‬E‫ ْم‬Eُ‫ ت‬E‫ ْئ‬E‫ ِش‬Eۖ Eُ‫ه‬Eَّ‫ن‬Eِ‫ إ‬E‫ ا‬E‫ َم‬Eِ‫ ب‬E‫ن‬Eَ E‫و‬Eُ‫ ل‬E‫ َم‬E‫ ْع‬Eَ‫ ت‬E‫ ٌر‬E‫ ي‬E‫ص‬
Eِ Eَ‫ب‬
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Fussilat (41) : 40)

I
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan
Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu
berkata : “Darimana datangnya (kekalahan) ini?”. Katakanlah :
“Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al-Imran (3) : 165)
Melihat ayat-ayat diatas tidak mengherankan jika paham
qadariyah muncul. Dalam sejarah teologi islam, selanjutnya
paham qadariyah dianut oleh kaum Mu’tazilah.
B. Jabariyah
a. Pengertian Jabariyah
Secara bahasa, jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti
“memaksa”. Dalam kamus munjid, dijelaskan bahwa nama jabariyah
memiliki arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Sedangkan
secara istilah, jabariyah adalah perbuatan dari manusia dan menyandarkan
semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain, manusia mengerjakan
perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).
Menurut harun nasution, jabariyah adalah paham dimana manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan
perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak
Tuhan. Dalam istilah inggris paham ini disebut fatalism atau
predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari semula
oleh  qada dan qadar Tuhan.1
b. Latar Belakang
Menurut Abu Zahrah, paham ini muncul sejak zaman sahabat dan
masa Bani Umayyah. ketika itu para ulama membicarakan tentang

1
A. Hadlari Moechtar, Panduan Ilmu Kalam Jilid 1 (Bondowoso: Madrasah Aliyah Negeri
Bondowoso, 2015), 99-100

I
masalah qadar dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan
kekuasaan mutlak tuhan.2
Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul
sejak sebelum sebelum agama datang ke masyarakat arab. Bangsa arab
pada waktu itu bersifat serba sederhana dan jauh dari pengetahuan,
terpaksa menyesuaikan hidup mereka dengan suasana padang pasir,
dengan panasnya yang terik serta tanah dan gunungnya yang gundul
membuat mereka tidak banyak melihat jalan untuk mengubah keadaan
sekeliling mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Mereka merasa
dirinya lemah dan tidak berkuasa dalam menghadapi kesukaran kesukaran
hidup yang ditimbulkan dari suasana padang pasir. Dalam kehidupan
sehari-hari mereka banyak bergantung pada alam.  Hal inilah yang
mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa sehingga membuat
mereka hidup dalam sikap fatalistis3
Ada pula teori yang mengatakan bahwa kemunculan aliran jabariyah
diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing yaitu pengaruh agama yahudi
bermazhab Qurra dan agama kristen bermazhab Yacobit. Akan tetapi
sesungguhnya paham jabariyah akan muncul dikalangan umat islam  sebab
di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menimbulkan paham ini
misalnya nya pada surat As-Saffat ayat 96 dan surat Al-An’am ayat 1114:
E‫ َن‬E‫ و‬Eُ‫ ل‬E‫ َم‬E‫ ْع‬Eَ‫ ت‬E‫ ا‬E‫ َم‬E‫و‬Eَ E‫ ْم‬E‫ ُك‬Eَ‫ ق‬Eَ‫ ل‬E‫ َخ‬Eُ ‫ هَّللا‬E‫و‬Eَ
Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang
kamu perbuat itu". (As-Saffat ayat 96)
Eُ ‫ هَّللا‬E‫ َء‬E‫ ا‬E‫ َش‬Eَ‫ ي‬E‫ن‬Eْ Eَ‫ اَّل أ‬Eِ‫ إ‬E‫ا‬E‫ و‬Eُ‫ ن‬E‫ ِم‬E‫ؤ‬Eْ Eُ‫ ي‬Eِ‫ ل‬E‫ا‬E‫ و‬Eُ‫ن‬E‫ ا‬E‫ َك‬E‫ ا‬E‫ َم‬...
Artinya: Mereka sebenarnya tidak akan percaya, sekiranya
Allah tidak menghendaki. (Al-An’an ayat 111)
Ayat-ayat di atas terkesan membawa seseorang pada alam pikiran
jabariah titik mungkin inilah sebabnya pola pikir jabariyah masih tetap ada
ada di kalangan umat islam hingga kini walaupun anjurannya telah tiada.

2
Moechtar, 100
3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-Press,
1919),33-34
4
Abdur Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Edisi Revisi) (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012),
84

I
c. Doktrin Ajaran Jabariyah
Adapun ajaran Jabariyah secara umum adalah: 
1. Perbuatan manusia telah ditetapkan oleh Allah. Manusia hanya
melaksanakan saja dan tidak bisa memilih dan menentukan menurut 
kemampuannya sendiri. 
2. Semua perbuatan manusia berlaku atas irodat Allah, kemauan dan
usaha manusia bukan atas kemauannya sendiri
3. Allah adalah ahwajibul wujud, tetapi tidak bersifat. Sifat yang ada
hanyalah sifat wujud  dengan segala keutamaannya yang tidak terpisah
dengan dzat-Nya
4. Kalamullah  adalah makhluk, sebagaimana makhluk lainnya5
Secara umum doktrin Jabariyah dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
ekstrim dan moderat6
a. Aliran ekstrim
Diantara tokohnya adalah Jahm bin Shofwan yang mendirikan
golongan al Jahmi'ah dan Ja’ad bin Dirham. Dalam aliran ektrim ini
berpendapat bahwa manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia
tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak
mempunyai pilihan. manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah
dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya.
Umpamanya jika seorang pencuri, maka perbuatan mencuri itu
bukanlah terjadi atas kehendaknya sendiri tetapi timbul karena qada dan
qadar Tuhan menghendaki yang demikian.
Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan
dalam. Tanpa gerak dari Tuhan manusia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dengan demikian ajaran jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwa
manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak
tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan  bebas sebagaimana
dimiliki oleh paham qodariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan
manusia tidak boleh lepas dari skenario dan kehendak Allah segala

5
Moechtar, 101
6
Moechtar, 101-102

I
akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan
hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
b. Aliran moderat
Adapun tokoh yang berpaham aliran ini adalah Husain bin Muhammad
An-najjar dalam aliran Al-Syahrastani dan Adh-dinar ibn Amr. Mereka
mengatakan bahwa Tuhan yang menciptakan perbuatan-perbuatan
manusia tetapi manusia mempunyai bagian dalam perwujudan
perbuatan-perbuatan itu. Paham ini mengatakan manusia tidak lagi
hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan-perbuatannya.
Menurut paham ini tuhan dan manusia bekerjasama dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatan manusia. manusia tidak semata-mata dipaksa
dalam melakukan perbuatan-perbuatan nya. Paham ini merupakan
paham tengah antara paham Qodariyah dengan paham Jabariyah.

I
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Qodariyah dan jabariyah adalah dua aliran ilmu kalam dimana membahas
tentang perbedaan pendapat mengenai qodar manusia. Qodariyah adalah
paham yang menerangkan bahwasanya manusia dapat hidup sesuai dengan
kehendaknya sendiri. Mereka berpaham bahwa semua yang mereka lakukan
tidak ada sangkut pautkannya dengan kehendak Tuhan. Sedangkan jabariyah
adalah paham dimana manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan sesuatu sesuai kemauannya sendiri. Mereka menganggap diri
mereka wayang dan Tuhanlah yang berperan sebagai dalang. Seolah-olah
mereka menganggap mampu bergerak apabila Tuhan mereka membuatnya
bergerak.

I
DAFTAR PUSTAKA
Moechtar, Hadlari. Pendahuluan Ilmu Kalam Jilid 1. Bondowoso: Madrasah
Aliyah Negeri Bondowoso, 2015
Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.
Jakarta:UI-Press, 1919
Rozak, Abdul, and Anwar Rosihon. Ilmu Kalam (Edisi Revisi). Bandung:CV.
Pustaka Setia. 2012
Hady, Samsul. Teosofi:Antologi Bahan Ajar . Malang : UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2017.
Nasution, Harun. Teologi Islam : Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan. Jakarta : UI-Press, 1919.

Anda mungkin juga menyukai