Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMAHAMAN JABARIYYAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Madzahib Muasiroh I


Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Choirin, MA.

Disusun oleh Kelompok 5 :

Azis Nur Rokhman (20011093)

M Aulia Imanuddin (20011253)

Muhammad Zain (20011130)

Faisal Fikri (20011100)

Guntur Pramono (20011192)

M Naufal Ghifari (20011265)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUL HIKMAH KOTA BEKASI
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya menjadi
pemberi kabar gembira, peringatan, penyeru kepada Allah dan suri tauladan yang
baik bagi ummat. Yang membawa kita dari zaman gelap menuju zaman terang
benderang, yakni addinul islam. Dan dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Madzahib Muasiroh I yang berjudul “Pemahaman Jabariyyah”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa
istiqomah dalam menjalankan apa-apa yang telah disunnahkannya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan
dan membutuhkan perbaikan, namun setidaknya ada usaha maksimal dari kami
untuk menyajikan yang terbaik. Kami berharap bagi segenap pembaca dan penuntut
ilmu bisa mendapatkan manfaat darinya. Dan Allah adalah pemberi taufik.

Bekasi, Shafar 1443 H / September 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

a. Pendahuluan....................................................................................................1
b. Sejarah Kemunculan / Berdirinya
1. Tempat dan Tahun ...............................................................................1
2. Peristiwa yang Melatarbelakangi...........................................................2
c. Tokoh-Tokoh yang Terlibat..............................................................................3
d. Ide/Gagasan atau Pemikiran Utama................................................................3
e. Studi Analisa
1. Kekurangan..........................................................................................5
2. Kelebihan..............................................................................................6
f. Penutup ...........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 7

ii
A. Pendahuluan

Jabariyyah adalah aliran sesat dan ahlul bid’ah. Jabariyah termasuk paham
Jahmiyah yang meyakini dan mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai
usaha, kemampuan, kemauan, dan kehendak. Tetapi semuanya serba
dipaksa oleh Allah Ta’ala. Sehingga keadaan manusia menurut mereka
seperti pohon yang diterpa angin yang selalu ikut ke mana arah angin itu
berhembus. Manusia tidak punya kehendak dan keinginan.

Manusia hanyalah wayang dalam pentas semesta. Dalang pertujukannya


adalah Tuhan. Segala hal yang terjadi pada wayang adalah kehendak sang
Dalang. Wayang tidak memiliki kemampuan apa pun untuk memutuskan
nasibnya sendiri. Ilustrasi di atas adalah saripati pemikiran aliran Jabariah
yang kerap pula disebut fatalisme. Dalam sejarah perkembangan ilmu kalam
Islam, paham Jabariyah muncul sebagai respons pada lahirnya aliran
Qadariyah.

Apa perbedaan antara aliran Jabariyah dan Qadariyah yang paling


mendasar? Perbedaannya terletak pada paham tentang bagaimana posisi di
hadapan kuasa Allah SWT. Aliran Qadariyah meyakini bahwa manusia
memiliki kekuasaan penuh atas perbuatannya sendiri. Adapun paham aliran
Jabariyah berada di kutub sebaliknya. Dalam paham Jabariyah, pendapat
Qadariyah yang menyatakan manusia memiliki kehendak yang bebas dan
daya buat menentukan nasibnya sendiri, sudah melenceng dari ajaran Islam.
Menjawab kemunculan Qadariyah, paham ini hadir menjadi aliran tersendiri.

B. Sejarah Kemunculan / Berdirinya


1. Tempat dan Tahun
Sejarah mencatat faham Jabariyyah telah ada bibitnya sejak awal periode
Islam di tanah Arab. Akan tetapi pemahaman ini mulai mencuat ke
permukaan pada saat pemerintah Daulah Bani Umayyah tepatnya di
Khurasan pada tahun 661 Masehi.

3
2. Peristiwa yang Melatarbelakangi
Mengenai kemunculan faham al-jabar ini, para ahli sejarah pemikiran
mengkajinya melalui pendekatan geokultural bangsa Arab.Diantara ahli yang
dimaksud adalah Ahmad Amin. Ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa
Arab yang dikelilingi oleh gurun pasir memberikan pengaruh besar ke dalam
cara hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam gurun pasir yang
ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.

Lebih lanjut, Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian,


masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling
mereka sesuai dengan keinginannya sendiri.Mereka merasa lemah dalam
menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Akhirnya, mereka banyak
bergantung pada kehendak alam .Hal ini membawa mereka kepada

sikap fatalism.

C. Tokoh-Tokoh yang Terlibat

Imam Asy-Syahrastani di dalam kitab nya yang berjudul Al Milal Wa An


Nihal, Bahwa Tokoh-tokoh Jabariah dapat dikelompokan menjadi dua bagian
yaitu jabariah murni atau jabariah ekstrim yang menolak adanya perbuatan
berasal dari manusia dan memandang manusia tidak mempunyai
kemampuan untuk berbuat dan Jabariah moderat yang mengakui adanya
perbuatan dari manusia namun perbuatan manusia tidak membatasi.
Di antara para pemuka Jabariah ekstrim adalah sebagai berikut :

a. Ja’ad bin Dirham

Ja’ad bin Dirham adalah seorang Maula (Mantan budak) bani Hakim,
Ibnul Atsir secara jelas menyatakan bahwa ia adalah maula Suwaid bin
Ghafiah bin Ausajah Al Ju’fi yang tinggal di Damaskus. Ibnu katsir
berpendapat bahwa ia lahir di khurasam,persia. Dia dibesarkan di
daerah distrik harran (suriah) di lingkungan orang orang shabiah yang
senang membicarakan teologi sebelum akhir-nya masuk kedalam
daerah tersebut agama nasrani dan setelah nya islam. Pada awalnya
ia diberikan kepercayaan Daulah Umayyah untuk mengajar, tetapi
karena pikirannya yang kontroversial membuat Daulah Umayyah
menolaknya dan membuatnya harus lari ke Kufah dan disana dia

4
bertemu dengan Jaham bin Sofwan. Yang akhirnya berhasil
mentransfer pemikirannya kepada Jaham untuk dikembangkan dan di
sebarluaskan sebelum akhirnya meninggal di bunuh oleh gubernur
Iraq.

b. Al-Jahmiyyah
Pendiri aliran ini adalah Jaham bin Shafwan, nama lengkapnya adalah
Abu Mahrus Jaham bin Shofwan. Ia lahir di kuffah, bertempat tinggal di
khurasan. Dia adalah seorang da’i yang fasih dan lincah juga salah
satu murid dari ja’ad bin dirham (pendiri jabariyah). Jaham mati
dibunuh Muslim bin Ahwas Al-Mazini, salah satu gubernur daerah
khurasan saat itu pada akhir masa pemerintahan khalifah Malik bin
Marwan, di karenakan pemberontakan nya terhadap daulah umayyah.
c. Al-Najjar

Pendiri aliran ini adalah Husain bin muhammad An-Najjar Ia hidup


dimasa khalifah al Ma‟mun bin Harun al Rasyid sejak 198 H hingga
218 H. Ia adalah murid dari seorang guru ulama Mu‟tazilah bernama
Basyar al Marisi. Ia berusaha mempersatukan faham (I‟itiqad) antara
Mu‟tazilah, AhlusSunnah, Jabariyah dan Syi‟ah (Bahaiyah) dengan
mencampur aduk keyakinan dari firqah-firqah itu dengan mengambil
hukum-hukum agama dari masing-masing firqah. ia termasuk dalam
tokoh Mu’tazilah yang paling banyak mempergunakan ratio, kendati
pun kelompok Mu’tazilah berbeda pendapat, tetapi dalam masalah
ushuliyah (akidah) mereka sependapat sebagaimana yang di tulis oleh
Asy-Syahrastani di dalam kitab nya Al milal Wa An Nihal.
para pengiktnya disebut An-Najjariyyah atau Al-Husainiyah.

d. Adh-Dhirar
Pendiri aliran ini adalah Dhirar Bin Amr dan Hafsul AL-Fard. Para
ulama tidak banyak menjelaskan tentang kedua tokoh ini. Adapun
doktrin-doktrin ajaran mereka adalah sebagai berikut:”
1. Allah memiliki sifat, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha
Kuasa. Dan keduanya mengakui bahwa Allah adalah zat yang
tidak diketahui hakikatnya, melainkan Allah sendiri saja yang
mengetahuinya.
2. Allah dapat dilihat oleh makhluk melalui indra keenam pada
hari pembalasan.
3. Perbuatan manusai adalah ciptaan Allah pada hakikatnya,
namun manusia yang mempergunakannya

5
4. hadits ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan
hukum, karena baginya hujjah yang dapat diterima setelah Nabi
hanyalah Ijtihad.

D. Ide / Gagasan atau Pemikiran Utama

Dilihat dari perspektif sejarah, sebenarnya bangsa Arab telah menganut aliran
Jabariyah walaupun tidak secara formalistis dalam bentuk golongan (sekte).
Secara realistis dalam kehidupan seluruhnya sangat bergantung pada
keadaan yang timbul pada saat itu, Misalnya keadaan alam yang penuh
dengan padang pasir tandus, hidup sederhana, jauh dari pengetahuan,tanah
dan gunung yang gundul serta keadaan lain yang mereka terima secara
fatalistis, pasrah terhadap apa yang telah diberikan oleh Tuhan. Tidak
terdapat upaya apapun untuk mengadakan perbaikan hidup secara mandiri
yang mengandalkan kemampuan dirinya. Fenomena seperti ini dapat
dipastikan Genealogi Pemikiran Jabariyah sudah ada sejak bangsa Arab
Jahiliyah atau bahkan semenjak manusia berpijak di bumi Allah ini.
Karena kehidupan manusia pada zaman purba tergantung pada kondisi alam
sekitar (food gatring) sehingga menuntut mereka untuk hidup secara
berpindah-pindah (nomaden) menyesuaikan dengan ketersediaan sumber
makanan pada lingkungan yang ditempati.Hal ini menunjukkan sifat pasrah
dan ketundukan pada keadaaan yang terjadi.Sifat inilah yang menunjukkan
pada sifat aliran Jabariyah.
Golongan Jabariyah pada mulanya merupakan kelompok aliran teologis,
bersifat ketuhanan dan berhubungan dengan aqidah tauhid, kemudian
berkembang dan merambah ke berbagai dimensi keilmuan keislaman yang
lain diataranya: tasawwuf, akhlak, filsafat, fiqih dan tafsir.
Perkembangan selanjutnya membentuk ideologi Jabariyah yang dijadikan
pijakan utama dalam memahami agama dan realitas Istilah jabar dapat
diartikan menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua
perbuatan kepada Allah. Berdasarkan pengertian ini Jabariyah ada dua
bentuk yaitu:
(1) Jabariyah Murni, yang menolak adanya perbuatan berasal dari manusia
dan memandang manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat; dan
(2) Jabariyah Pertengahan yang moderat, mengakui adanya perbuatan dari
manusia namun perbuatan manusia tidak membatasi. Orang yang mengaku
adanya perbuatan dari makhluk ini yang mereka namakan ‚kasab‛ bukan
termasuk Jabariyah.
Terdapat perbedaan yang mencolok antara Jabariyah Ekstrem (murni)
dengan Jabariyah Moderat yaitu terletak pada ada tidaknya peranan manusia

6
dalam setiap perbuatannya.Jabariyah Ektrem sangat menafikan
peran manusia, artinya manusia tidak mempunyai daya atau kekuatan,
kehendak apapun kecuali atas kehendak Allah swt..Sedangkan Jabariyah
Moderat masih mengakui adanya peran manusia didalam perbuatannya,
walaupun peran yang diberikan manusia adalah atas kehendak Allah.Hal
inilah kemudian memunculkan istilah kasab (aquisition).Menurut paham kasab
bahwa manusia itu tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti
wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan, tetapi manusia itu memperoleh perbuatan yang diciptakan oleh
Tuhan.
E. Studi Analisa

Nama jabariyah berasal dari Jabara yang mengandung arti memaksa. Aliran
jabariyah adalah suatu gerakan yang menentang qadariyah. Pembangunya adalah
Jahm bin Shafwan kadang-kadang jabariyah ini juga dinamakan jahmiah. Paham
utamanya adalah bahwa manusia dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak
mempunyai kekuasaan sedikitpun untuk bertindak dalam keadaan terpaksa,tidak
bebas dalam mengerjakan sesuatu.
Allah lah yang menentukan sesuatu itu kepada seseorang, apa yang akan
dikerjakannya, yang dikehendaki oleh manusia ataupun tidak. Jadi Allah yang
memperbuat segala pekerjaan manusia.dalam istilah ini paham ini disebut
fatalism atau predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan oleh
semua Qada dan Qadar Tuhan.
Konsepsi paham jabariah menempatkan manusia pada posisi menerima
segala kehendaknya sebagai kehendak kemutlakan Tuhan. Hal ini dapat dipahami
berdasarkan cara paham teologi ini memproduksi klaim teologinya.

Adapun kelebihan dan kekurangan Aliran Jabariyah antara lain sebagai berikut.
Kelebihannya yaitu:
1. Kita menjadikan diri kita selalu menyandarkan segala tingkah laku dan
perbuatan kepada Allah SWT
2. Menjadikan kita selalu rendah kepada Makhluk (Sifat Wara’) Apa lagi kepada
Allah SWT.
3. Menjadikan kita sadar akan kehebatan dan kebesaran Allah SWT.

Kekurangannya yaitu:
1. Menjadi Fatalisme (rendah) kepada Manusia
2. Menjadi kita malas dalam menjalankan hidup dan kehidupan ini
3. Tidak mau berusaha mengubah takdir yang dijanjikan Allah SWT.

F. Penutup

7
 Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu, pencipta alam semesta
termasuk didalamnya, perbuatan manusia itu sendiri
 Allah SWT juga bersifat Maha Kuasa dan memiliki kehendak yang bersifat
mutlak dan absolut. Dari sinilah banyak timbul pertanyaan sampai
dimanakah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT bergantung
dalam menentukan perjalanan hidupnya? Ataukah manusia terikat
sepenuhnya pada kehendak dan kekuatan Allah SWT yang absolut?
 Menanggapi pertanyaan itu, maka muncul lah dua paham yang saling
bertolak belakang berkaitan dengan perbuatan manusia, kedua paham
tersebut dikenal dengan Jabariyah dan Qadariyah
 Fakta sejarah yang menceritakan kepada kita tentang pemahaman
Jabariyah ini, sudah tertanam pada manusia sebelum Rasulullah SAW
lahir, faktor alam menjadi pengaruh yang besar terhadap sifat ini. Yang
menjadi landasan kita yang benar adalah jangan terlalu condong kepada
kedua nya, karena sesungguhnya neraka diciptakan untuk manusia yang
berbuat dosa, sedangkan surga untuk orang yang beramal shalih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Imam Abdul Qahir Al-Baghdadi. 2015. Dirasatul Firaq, Kupas Tuntas Sekte-Sekte
Klasik dalam Islam. Takhrij Hadits :Syaikh Nashiruddin Al-Albani : Zam-Zam.

Drs. KH. M. Sufyan Raji Abdullah, Lc., 2015. Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam
dan Ciri-Ciri Ajarannya. Pustaka Al Riyadl..

Anda mungkin juga menyukai