Anda di halaman 1dari 5

Aqidah Akhlak

Ringkasan Aliran Jabariyah dan Qodariyah

Disusun oleh kelompok tiga:


Athyah Frista
Fayza Nur Amalia
Rahma Nathasya Nasution
Steviona Eliza
Yumna Arianti
Ringkasan
Aliran Jabariyah dan Qodariyah

1. Jabariyah

 Latar Belakang Munculnya Aliran Jabariyah


Cikal bakal munculnya aliran jabariyah dimulai sejak zaman khulafaur rasyidin
sejak dimulainya pembicaraan tentang qada dan qadar bagi seseorang yang berbuat dosa.
Pada awalnya paham ini timbul di Tirmidzi, ketika Jahm Ibnu Sofwan menjabat sebagai
sekertaris harits ibnu syuraih yang menentang bani umayyah pada saat itu. Harits ibnu
syuraih dalam pemberontakannya terbunuh sehingga jahm bin sofwan ditawan dan
dijatuhi hukuman mati padva tahun 131 H.

Mengenai paham ini para ahli sejarah teologi islam ada juga yang berpendapat
bahwa kehidupan bangsa arab yang dikelilingi gurun sahara telah mempengaruhi cara
hidup mereka. Ketergantungan mereka terhadap gurun sahara telah memunculkan sikap
menyerah diri. Sehingga logika mereka berpasrah saja kepada takdir tuhan.

Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian, masyarakat Arab


tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan
keinginan mereka sendiri. Mereka merasa dirinya lemah dan tak berkuasa
dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya mereka bergantung ke
pada takdir tuhan. Hal ini membawa mereka kepada sikap fatalistis.

 Tokoh-tokoh Aliran Jabariyah


A. Jabariyah Ekstrem

1. Ja’ad bin Dirham

Al-Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia


dibesarkan di dalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi.
Semula ia dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayah, tetapi
setelah tampak pikiran-pikirannya yang kontroversial, Bani Umayah menolaknya.
Kemudian Al-Ja’d lari ke Kufah dan di sana ia bertemu dengan Jahm, serta
mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebarluaskan.

2. Jahm bin Shafwan

Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari
Khurasan, bertempat tinggal di Khuffah; ia seorang da’i yang fasih dan lincah
(orator). Ia menjabat sebagai sekretaris Harits bin Surais, seorang mawali yang
menentang pemerintah Bani Umayah di Khurasan. Ia ditawan kemudian dibunuh
secara politis tanpa ada kaitannya dengan agama. Sebagai seorang penganut dan
penyebar faham Jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke
berbagai tempat, seperti ke Tirmidz dan Balk.

B. Jabariyah Moderat
1. An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar (wafat 230 H).
Para pengikutnya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah.

2. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan
manusia sama dengan Hussein An-Najjar, yakni manusia tidak hanya merupakan
wayang yang digerakkan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan
perbuatannya dan tidak semata-nata dipaksa dalam melakukan perbuatannya.
Secara tegas Dhihar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh
dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya ditimbulkan
oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.

 Pokok Ajaran Jabariyah


 Jabariyah Ekstrem
Akal bagi aliran Jabariyah ektstrim adalah tidak berfungsi, sebab mereka
berpendapat segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sudah ditentukan oleh
Tuhan. Sehingga mereka meng- anggap dirinya bagaikan pohon yang ditiup angin
tergantung ke mana arah angin bertiup

 Jabariyah Moderat
Akal bagi aliran Jabariyah moderat yaitu untuk mengimbangi perbuatan yang
diciptakan oleh Tuhan, sebab manusia mempunyai andil dalam melakukan
sesuatu yang diinginkannya, baik itu bersifat positif maupun negatif. Manusia
dalam posisi ini tidak terpaksa, tetapi ada bagian dari akalnya yang dapat
memahami dan mengerti tentang perbuatan yang diciptakannya .

2. Qodariyah
 Latar belakang munculnya aliran Qodariyah
Golongan qadariyah pertama kali muncul kira-kira pada tahun 689 M di Irak pada
masa khalifah abdul malik bin marwan. Pada awalnya kelompok ini muncul diduga
sebagai bentuk protes atas kezaliman pemerintahan bani umayyah. Aliran qadariyah
termasuk yang cukup cepat perkembangannya dan banyak diterima masyarakat, ma’bad
al-juhaini menyebarkan pahamnya di irak sedangkan ghailan menyebarkannya di
damaskus. Menurut zahabi, ma’bad adalah seorang tabiin yang baik,tetapi kemudian ia
masuk kedalam dunia politik dan menentang pemerintahan bani umayyah. Ia kemudian
terbunuh pada pertempuran al-hajaj.

Setelah ma’bad terbunuh ghailan terus menyebarkan paham qadariyah di


damaskus alan tetapi ia mendapattantangan dari khalifah umar bin abdul aziz. Setelah
umar wafat ghailan terus menyebarkan pahamnya, sampai akhirnya ia divonis hukuman
mati oleh hisyam abdul malik (724-743M). sejak terbunuhya tokoh-tokoh qadariyah
pahamnya tidak serta merta langsung menghilang,meskipun dari golongan minoritas
paham ini dihidupkan terus oleh kelompok muktazilah dan dibangkitkan kembali oleh
kalangan pembaru islam di zaman modern.
 Tokoh-tokoh aliran Qodariyah
1. Ma'bad al-Juhani
Ma’bad Al-Juhani adalah tabi'in yang dapat dipercaya tetapi ia memberi
contoh yang tidak baik serta berbicara tentang qadar atau kebebasan berkehendak.
Dia pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri. Dia meninggal pada tahun 80 H,
dibunuh oleh Al-Hajjaj karena memberontak bersama Ibnu Al-Asy’ats. Sebagian
pendapat mengatakan bahwa terbunuhnya karena soal zindik.

2. Ghailani al - dimasyki

Sepeninggalan Ma’bad kemudian Ghailani Ibnu Muslim Al-Dimasyqi


yang dikenal dengan Abu Marwan menjadi tokoh Qadariyah. Menurut Al-Zirikli,
Ghailani adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi
pengikut Al-Harits Ibnu Sa'id yang dikenal sebagai pendusta. Ia pernah
mengatakan tobat terkait paham Qadariyahnya di hadapan Umar bin Abdulah
Aziz tetapi setelah Umar wafat ia kembali dengan mazhabnya.

 Pokok Ajaran Qodariyah


Al-Nazzham menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan
daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya. Adapun ciri-ciri corak pemikiran
paham Qadariyah di antaranya adalah kedudukan akal lebih tinggi, dan dinamika
dalam sikap dan berpikir.
Dengan demikian, Qadariyah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia
dilakukan atas kehendaknya berdasarkan daya nalar yang ada dalam pikirannya,
karena manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas
kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat.

Anda mungkin juga menyukai