واالستصناعھوشرأمایضعوقفاللطلب
Artinya : Istishna‟ adalah membeli sesuatu yang dibuat sesuai dengan pesanan.”3
1
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), Hal 123.
2
Ibid. Hal. 124
3
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz. 4, (Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, 2009), Hal. 69.
4
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta: Tazkia Institut, 1999, Hal 173
Menurut jumhur fukaha, ba’i istishna’ merupakan jenis khusus dari akad ba’i salam.
Bedanya, istishna’ diterapkan untuk bidang manufaktur sedangkan Salam digunakan untuk
barang yang tidak memiliki spesifikasi khusus, dengan demikian ketentuan ba’i istishna’
mengikuti ketentuan dari ba’i salam.
Adapun Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah memperbolehkan atas dasar qiyas
terhadap salam dan urf dari masyarakat, dipersyaratkan sebagaimana akad salam.6
5
Ghufron, Moh. Idil (2021). Transaksi Akad Salam dan Akad Istishna’ Pada Jasa Pengiriman J&T
Situbondo. Jurnal Keadaban. Hal 6
6
Ibid.
5. Urgensi Disyariatkannya Istishna’
Barang-barang produksi yang telah ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia
di masa sekarang ini, terlebih lagi semakin majunya teknologi di masa sekarang, maka
kebutuhan-kebutuhan manusia itu juga meningkat sehingga harus menambah produk-produk
untuk memenuhi kebutuhan dan selera mereka. Dalam kondisi seperti ini, pihak produsen
mendapat keuntungan dari produk yang dikreasikan dan diinovasikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan selera mereka, serta pihak konsumen mendapatkan keuntungan dengan
terpenuhinya kebutuhan dengan selera yang diinginkan pembeli baik dari segi bentuk
maupun kualitasnya. Dengan demikian kedua pihak mendapatkan kemaslahatan.