Anda di halaman 1dari 6

AKAD SALAM DALAM JUAL BELI DITINJAU DARI

PERSPEKTIF HADITS EKONOMI


Al-Qur’an dan Hadits Tematik
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, S.Ag., M.Si
Dr. Nor Salam, M.HI

Oleh:

Lutfiah Novita Sari


NIM: 220504220015

MAGISTER EKONOMI SYARIAH


UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
AKAD SALAM DALAM JUAL BELI DITINJAU DARI
PERSPEKTIF HADITS EKONOMI
Lutfiah Novita Sari
Pascasarjana Program Studi Magister Ekonomi Syariah
E-mail: lutfiahnovitaa@gmail.com

A. Pendahuluan
Kegiatan jual beli merupakan suatu aktivitas ekonomi yang pasti
dilakukan oleh semua lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Seiring
berkembangnya teknologi, kegiatan jual beli semakin turut berkembang dan
meluas. Dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia dan jaringan internet yang
memadai, kegiatan jual beli juga dapat dilakukan secara online. Sehingga
memperluas pemasaran dan mempermudah pembelian.
Dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang artinya menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu yang lain. Dalam bahasa arab, lafal al-bai’
terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syira (beli).
Dengan demikian, kata al-bai’ dapat diartikan menjual sekaligus membeli.1
Dalam islam terdapat beberapa akad jual beli, salah satunya adalah akad
as salam. Akad as salam adalah akad jual beli terhadap barang yang sudah jelas
ciri-ciri, kriteria, jenis, dan bentuknya yang dilakukan dengan sistem pemesanan
(online maupun offline). Adapun pembayarannya dilakukan diawal dan
penerimaan barang diterima dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan antara
pembeli dan penjual.
Salam secara etimologi artinya pendahluan, dan secara muamalah adalah
penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual
beli dan barang yang dibeli masih dalam tanggungan penjual, dimana syaratnya

1
Shobirin Shobirin, ‘Jual Beli Dalam Pandangan Islam’, BISNIS : Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam,
3.2 (2016), 239 <https://doi.org/10.21043/bisnis.v3i2.1494>.
ialah mendahulukan pembayaran pada waktu akad.2 Dengan demikian, hal
tersebut dapat membantu pihak penjual mendapat modal untuk menyediakan
barang pesanan. Sedangkan dalam fiqih Islam, Jual beli pesanan disebut dengan
ba‟i as-salam yang menyerahkan suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu barang yang cirri-cirinya jelas dengan membayar modal lebih awal
sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.3
Dalam makalah ini, akan dipaparkan terkait jual beli menggunakan akad
salam beserta hadits yang mendukung.

B. Kritik Hadits
Pada bagian ini dipaparkan hadits terkait akad salam dalam kegiatan jual
beli. Jika biasanya yang terjadi dalam jual beli pada umumnya adalah menukar
barang dengan uang, maka dalam jual-beli salam yang terjadi adalah sebaliknya,
yaitu menukar hutang (uang) dengan barang.4
ِ ْ ‫ُمبَ َادلَةُ الدَّيْ ِن ِِبلْ َع‬
‫ي‬
Menukar antara hutang dengan barang
Maksudnya adalah, pada akad salam pembayaran dilakukan diawal dan
penyerahan barang dikemudian hari, maka uang pembayaran dianggap hutang dan
dilunasi dengan menyerahkan barang pada waktu yang telah disepakati saat akad.
Berikut merupakan hadits penguat dari pernyataan diatas:
1. Hadits Bukhari No. 2240 dan Muslim No. 1604

‫ السنة‬:‫ وهم يسلفون يف الثمر‬,‫ قدم رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص املدينة‬:‫عن عبدهللا بن عباس رضي هللا عنهما قال‬

‫ إىل أجل معلوم‬,‫ ووزن معلوم‬,‫ من أسلف يف شيء فليسلف يف كيل معلوم‬:‫ فقال‬,‫والسنتي والثالث‬

2
Aly Akbar, ‘Analisis Transaksi Akad Salam Dalam Jual Beli Online’, EKSISBANK: Ekonomi Syariah Dan
Bisnis Perbankan, 2.2 (2018), 11–17 <https://doi.org/10.37726/ee.v2i2.47>.
3
Umul Muhimah, ‘Akad As-Salam Dalam Jual Beli Online Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam’,
2017, 1–2.
4
Ahmad Sarwat and Lc Ma, ‘Fiqih Jual-Beli Fatih Fayyad & Fawwaz Faqih’, 1–46.
Artinya:
Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, mereka (penduduk Madinah)
mempraktikkan jual beli buah-buahan sengan sistem salaf (salam), yaitu
membayar dimuka dan diterima barangnya setelah kurun waktu dua atau tiga
tahun kemudian. Lantas Nabi Saw. bersabda: ”siapa yang mempraktikkan
salam dalam jual beli buah-buahan, hendaklah dilakukannya dengan takaran
yang diketahui dan timbangan yang diketahui, serta sampai waktu yang
diketahui.”
2. Hadits Bukhori No. 2096

‫حدثن موسى بن إ مسعيل أخربان جويريه عن انفع عن عبدهللا هنع هللا يضر قال كانوا يتبايعون اجلزور إىل حبل احلبلة‬

‫فنهى النيب ملسو هيلع هللا ىلص عنه فسر انفع أن تنتج الناقه ما يف بطنها‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma‟il telah mengabarkan kepada
kami Juwairiyah dari Nafi‟ dari „Abdullah radliallau „anhu berkata: "Dahulu
orang-orang Jahiliyah mempraktekkan jual beli apa yang ada didalam perut
unta hingga unta itu melahirkan kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
melarangnya”. Nafi' menafsirkan yang dimaksud dengan Al Jazur adalah:
“Unta melahirkan apa yang ada didalam perutnya".

C. Fiqhul Hadits
Pada bagian sebelumnya telah disebutkan beberapa hadits terkait akad
salam. Dapat diketahui bahwa akad salam telah dilakukan sejak zaman Nabi
Muhammad Saw. dengan syarat barang yang diperjual belikan jelas adanya,
dijelaskan spesifikasinya, melakukan pembayaran di awal, serta serah terima
barang sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Kesepakatan tersebut adalah
untuk mencapai jual beli yang amanah dan tidak ada kerugian diantara kedua
belah pihak.
Adapun syarat-syarat dalam jual beli dengan akad salam adalah sebagai
berikut:5
1. Uang hendaklah dibayar ditempat akad, berarti pembayaran dilakukan lebih
dulu
2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual
3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan, berarti pada waktu
yang dijanjikan barang sudah harus ada
4. Barang tersebut hendaknya jelas ukurannya, dan karakteristik barangnya
sesuai dengan kebiasaan barang sejenis.
5. Disebutkan sifat-sifat terkait benda yang akan diperjual belikan sehingga tidak
ada keraguan
6. Disebutkan tempat menerimanya.
Syarat yang telah disebutkan diatas sesuai dengan makna yang terkandung
dalam Hadits Bukhari No. 2240 dan Muslim No. 1604 tentang akad salam.
Pelaksanaan akad salam juga harus memenuhi sejumlah rukun diantaranya adalah
Muslam atau pembeli, Muslam ilaih atau penjual, Modal atau uang, Muslam fiihi
atau barang, Sighat atau ucapan.6
D. Kesimpulan
Dari penjelasan dan hadits yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa
akad salam merupakan akad yang mana pembayaran dilakukan pada saat awal
dan penerimaan barang dilakukan dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan
saat dilakukan akad. Akad salam diperbolehkan adanya, terdapat pula hadits
shahih sebagai pendukung. Namun diperbolehkannya menggunakan akad salam
dalam kegiatan jual beli tentunya harus memenuhi syarat dan rukun yang telah
ditetapkan.

5
B A B Ii, ‘46–12 ,’‫عیب ملسال‬.
6
Muhammad Ardi, ‘Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah Dalam Penerapan Salam Dan
Istisna’, Jurnal Hukum Diktum, 14.2 (2016), 265–79.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Aly, „Analisis Transaksi Akad Salam Dalam Jual Beli Online‟, EKSISBANK:
Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan, 2.2 (2018), 11–17
<https://doi.org/10.37726/ee.v2i2.47>

Ardi, Muhammad, „Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah Dalam


Penerapan Salam Dan Istisna‟, Jurnal Hukum Diktum, 14.2 (2016), 265–79

Ii, B A B, „46–12 ,’‫عیب ملسال‬

Muhimah, Umul, „Akad As-Salam Dalam Jual Beli Online Ditinjau Dari Perspektif
Ekonomi Islam‟, 2017, 1–2

Sarwat, Ahmad, and Lc Ma, „Fiqih Jual-Beli Fatih Fayyad & Fawwaz Faqih‟, 1–46

Shobirin, Shobirin, „Jual Beli Dalam Pandangan Islam‟, BISNIS : Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Islam, 3.2 (2016), 239
<https://doi.org/10.21043/bisnis.v3i2.1494>

Anda mungkin juga menyukai