Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH TENTANG JUAL BELI BUAH


BELIMBING DI DESA NGRINGINREJO KECAMATAN KALITDU KABUPATEN
BOJONEGORO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Uas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu:

Puput Cahya A., M.Si.

Disusun oleh:

1. Achmad Burhanudin (102210002)

Kelas : SM.A
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
IAIN PONOROGO
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia selalu bersinggungan dengan hal muamalah dalam kehidupannya, terutama


dalam hal yang bersinggungan dengan transaksi jual beli. Jual beli sendiri adalah tukar
menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah
pihak, dimana yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan
perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh syara’ dan disepakati.
Yang dimaksud dengan ketetapan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan,
rukun rukun dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli. Sedangkan untuk benda
sendiri ialah mencakup barang dan uang, sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dinilai
yaitu benda yang berharga dan juga dibenarkan penggunaanya oleh syara’.1
Dalam hal muamalah terutama dalam transaksi jual beli semua itu tidak terlepas dari
aturan-aturan yang ada di dalam hukum muamalah itu sendiri, akan tetapi tidak semua
manusia melakukan transaksi jual beli yang sesuai dengan aturan-aturan hukum muamalah,
masih banyak diantara kita yang masih mengabaikan aturan-aturan dalam bertransaksi yang
sesuai dengan aturan-aturan tersebut. Didorong dengan rasa manusia yang selalu
mengedepankan nafsu materilnya demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Dalam firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 275.

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.2

Dari ayat di atas dapat kita fahami bahwasannya Allah SWT menghalalkan jual beli,
jual beli yang dimaksud adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan yang sudah
disyariatkan dan menolak semua bentuk ribawi, karena semua transaksi ribawi itu
diharamkan berdasarkan ayat diatas.
Dalam transaksi jual beli, tentu ada syarat dan rukun yang mengiringi transaksi
tersebut. Transaksi bisa dikatakan sempurna jika syarat dan rukun dalam sebuah transaksi
jual beli bisa terpenuhi, akan tetapi sebaliknya jika syarat dan rukunnya belum terpenuhi,
maka transaksi jual beli tersebut bisa dikatakan sebagai jual beli yang tidak sempurna atau
rusak karena belum terpenuhinya syarat dan rukun dalam akad transaksi tersebut.

1
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 68-69.
2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: MQS Publishing,
2010), 47.

1
Seperti yang terjadi dengan transaksi jual beli buah belimbing yang ada di Desa
Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro, masyarakat di sana ada yang
berdasarkan borongan atau tebas yang telah di beli pengepul untuk di jual ke pasaran dan ada
yang di jual di lapak di depan kebun, karna banyaknya petani belimbing di desa Ngringinrejo
hingga mencapai luas 21 hektar, perkebunan belimbing tersebut dikelola oleh 102 petani
dengan masa panen mencapai 3-4 kali setiap tahunnya dan menjadikan Agrowisata kebun
belimbing Ngringinrejo
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Analisis Hukum Ekonomi Syariah Tentang Akad Borongan Dalam
Jual Beli Buah Belimbing Di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu Kabupaten
Bojonegoro?
2. Bagaimana Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Penetapan Harga Jual
Beli Buah Belimbing Agrowisata Di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu Kabupaten
Bojonegoro Terhadap Harga Buah Belimbing Di Pasar Pada Umumnya?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Akad
Borongan Dalam Jual Beli Buah Belimbing Di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu
Kabupaten Bojonegoro
1.4 Manfaat

A. Manfaat akademis
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini bisa menjadi sumbangan
pemikiran dan pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi syariah khususnya
dalam masalah jual beli.
B. Manfaat Praktis
a. Pengepul dan Pemilik Buah Alpokat Menambah pengetahuan bagi kedua
belah pihak dalam melakukan transaksi jual beli yang sesuai dengan hukum
ekonomi syariah dan kehati-hatian dalam melakukan transaksi jual beli alpokat
supaya bisa melakukan transaksi sesuai dengan hukum ekonomi syariah.
b. Masyarakat Luas Diharapkan dengan penelitian ini bisa menyumbangkan
pengetahuan bagi masyarakat luas untuk lebih hati-hati dalam melakukan transaksi
dalam jual beli, sehingga masyarakat bias lebih mengerti dan memahami
bagaimana transaksi jual beli yang sesuai dengan hukum ekonomi syariah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN JUAL BELI

Kamus al-Mawrid, menterjemahkan al-„aqd sebagai contract and agreement atau


kontrak dan perjanjian. 3Akad berasal dari Bahasa Arab yang berarti ikatan, simpulan, atau
pemufakatan, (al-ittifaq), baik ikatan yang nampak (hissy) maupun tidak nampak
(ma‟nawi).40 Dalam terminologi fiqh akad didefinisikan dengan pertalian ijab (pernyataan
melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat
yang berpengaruh pada objek ikatan. Sedangkan menurut istilah, adalah suatu kesepakatan
atau komitmen bersama baik lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua belah pihak atau lebih
yang memiliki implikasi hukum yang mengikat untuk melaksanakannya4
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-bay‟ yang menurut etimologi
berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikannya secara bahasa dengan
“menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain”. Perdagangan atau jual beli menurut bahasa
berarti al-bay‟, al-ti ̅rah dan al-mubadalah, sebagaimana Allah SWT berfirman:
َ ‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر‬
‫ب‬

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

Dalil dari Ijma’ Ibnu Qudamah rohimahullah menyatakan bahwa kaum muslimin telah
sepakat tentang diperbolehkannya bai’ karena mengandung hikmah yang mendasar, yakni
setiap orang pasti mempunyai ketergantungan terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain.
Padahal, orang lain tidak akan memberikan sesuatu yang ia butuhkan tanpa ada kompensasi.
Dengan disyariatkannya bai’, setiap orang dapat meraih tujuannya dan memenuhi
kebutuhannya.
Dalil dari Qiyas Bahwasannya syariat Allah SWT yang berlaku mengandung nilai
filosofi dan rahasia-rahasia tertentu yang tidak diragukan oleh siapapun. Jika mau
memperhatikan, kita akan menemukan banyak sekali nilai filosofis dibalik pembolehan bai’,
di antaranya adalah sebagai media atau sarana bagi umat manusia untuk memenuhi
kebutuhannya, seperti makan, sandang, dan lain sebagainya. Kita tidak dapat memenuhi
kebutuhan sendiri tanpa orang lain. Ini semua akan dapat terwujud dengan cara tukar

3
Munir al-Ba‟labakiyy, Qamus Al-Mawrid, (Beirut: Dar al-„Ilm al-Malayyin, 1990), 770.
4
1 Muhammad Salam Madkur, Al-Adkhal al-Fiqh al-Islamy, (Dar Al-Nahdah al-„Arabiyyah, 1963), 506

3
menukar harta dan kebutuhan hidup lainnya dengan orang lain dan saling memberi dan
menerima antara sesama manusia sehingga kebutuhan dapat terpenuhi

Dalam jual beli terdapat syarat menurut imam syafi’i, yaitu syarat terjadinya akad,
Madzhab Shafi’iyah Ulama Shafi’iyah mensyaratkan 2 syarat, yang berkaitan dengan Aqid
dan sighat yaitu:
a. Syarat ‘Aqid
1) Dewasa atau sadar
2) Tidak dipaksa
3) Beragama Islam
4) Pembeli bukan musuh
b. Syarat Sighat
1) Berhadap-hadapan
2) Ditujukan pada seluruh badan yang berakad
3) Qabul diucapkan orang yang dituju dalam ijab
4) Harus menyebutkan barang atau harga
5) Ketika mengucapkan sighat harus disertai niat
6) Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna
7) ijab dan qabul tidak terpisah
8) antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain
9) tidak berubah lafad
10) bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna
11) tidak dikaitkan dengan sesuatu
12) tidak dikaitkan dengan waktu
Agar jual beli menjadi sah dan berjalan sesuai dengan ketentuan syariat, maka terdapat
beberapa rukun yang harus dipenuhi;
1) penjual,
2) pembeli,
3) barang yang menjadi objek akad,
4) shigat (yaitu ijab dan qabul),
5) alat pembayaran.
5

5
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, terj. Nadirsyah Hawari
(Jakarta: Amzah, 2017), 24.

4
2.2 Penetapan Harga Dalam Jual Beli

Dalam jual beli ada penetapan harga dimana dalam teori hargadalam analisis mikro
ekonomi secara implisit dibahas dalam tulisan-tulisan Ibn Taimiyyah. Dalam diskusinya yang
lebih detail mengenai control harga, Ibn Taimiyyah menganalisa bagaimana harga-harga
ditentukan di pasar oleh perubahan kekuatan antara demand and supply (permintaan dan
pasokan). Ibn Taimiyah mengajukan konsep harga yang setara untuk menegaskan bahwa
harga ditentukan oleh kekuatan pasar dalam struktur pasar kompetitif tanpa paksaan,
penipuan dan tindakan monopolistic,praktik penimbunan barang dan korupsi serta
mendorong untuk menetapkan harga yang memuaskan dan dapat diterima oleh kedua belah
pihak yang melakukan transaksi. Harga lain yang ada karena ketidaksempurnaan atau
ketidakstabilan harga pasar akan memberikan pengaruh kesejahteraan manusia dan oleh
karena itu menuntut adanya intervensi pemerintah dan bila perlu kontrol dari
pemerintahDikarenakan kerelaan dalam transaksi gharar tidak akan tercapai maka transaksi.
jual beli tidak diperbolehkan, jika dipaksakan maka akandikategorikan sebagai harta yang
diperoleh dengan cara batil. 6
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 275:

Artinya: “orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Al-Quran sangat menekankan perlunya keadilan, sangatlah natural untuk


mepergunakan gagasan ini untuk berhubungan dengan pasar, khususnya dengan harga.
Karena itu Rasulullah SAW menyatakan sifatnya sebagai riba seorang yang menjual terlalu
mahal di atas kepercayaan pelanggan. Secara umum para hakim berpendapat bahwa harga

6
Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah Di Dunia Islam
Kontemporer (Depok: Gramata Publishing, 2011), 42-43.

5
sesuatu yang adil adalah harga yang dibayar untuk objek yang sama yang diberikan pada
waktu dan tempat diserahkan. Karena itu mereka lebih suka menyebutnya dengan istilah
harga ekuivalen (setara) Kepentingan yang berbeda antara pelaku usaha dan konsumen
menuntut adanya harga yang adil. Harga yang terjadi akibat kekuatan permintaan dan
penawaran di pasar. 7
Dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1999 dijelaskan, bahwa harga pasar adalah harga
yang dibayar dalam transaksi barang dan jasa sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Dengan harga yang adil, kedua belah pihak akan mendapatkan kepuasan masing-masing serta
tidak ada pihak yang dirugikan.8
Berlaku adil akan dekat dengan ketakwaan sehingga dalam perniagaan Islam melarang untuk
menipu walaupun hanya sekedar membawa pada kondisi yang menimbulkan keraguan
sedikitpun. Islam mengharuskan pengikutnya berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dalam
perniagaan, persyaratan yang adil adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan mutu
(kualitas) dan ukuran (kuantitas) pada setiap takaran maupun timbangan.
Di dalam Islam harga dibagi menjadi dua yaitu harga yang dholim dan harga yang adil.
Harga yang dholim adalah harga yang tak sesuai dengan keadaan barang atau jasa dimana
harga tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan jasa atau barang yang didapat sedangkan
harga yang adil adalah harga yang lazimnya berlaku di masyarakat umum dan harga tersebut
tidak terlalu membebani masyarakat dengan kata lain antara harga dan barang atau jasa yang
didapat sepadan. Islam menganut mekanisme pasar berdasarkan kebebasan pasar dengan
maksud segala bentuk penentuan harga diperoleh dari adanya permintaan dan penawaran
yang berlaku, sehingga perubahan harga yangtidak didasarkan pada penawarn dan
permintaan adalah perbuatan dhalim seperti adanya penimbunan, monopoli dan lain
sebagainya.
Islam tidak setuju dengan segala tindakan-tindakan yang dapat melambungkan harga,
karena di sisi lain ada pihak-pihak yang merasa kesulitan dalam mendapatkan suatu barang.
Di dalam islam factor penimbunan merupakan salah satu factor yang menyebabkan naiknya
harga. Setiap individu di dalam Islam mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang
sama dalam memperoleh barang dan harga yang sesuai dalam transaksi ekonomi.Dalam
ekonomi Islam, siapapun boleh berbisnis. Namun demikian, dia tidak boleh melakukan
ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih
7
Departemen Agama, Al-Quran., 47.

8
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), 106.

6
sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. Islam menghargai hak penjual dan pembeli untu
menentukan harga sekaligus melindungi hak keduanya. Tujuan dari perdagangan atau jual
beli adalah mencari untung, sedangkan Islam tidak pernah memberikan batasan tertentu bagi
seorang pedagang dalam memperoleh untung. Namun bagaimanapun juga, adalah tidak adil
apabila seseorang membeli tidak sesuai dengan harga, atau sesuai dengan harga yang sedang
berlaku.9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

9
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), 106.

7
3.1 TEMPAT DAN LOKASI PENELITIAN

Agrowisata Belimbing terletak di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten


Bojonegoro, yang dikenal sebagai Desa SentraBelimbing jaraknya kurang lebih 15 km kearah
barat untuk mencapai tempat ini. Desa Ngringinrejo adalah salah satu desa yang terletak
diantara 24 desa di kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro dengan luas ±166,065Ha.
Desa Ngringinrejo luas agrowisata 65% lahan, lahan pertanian 85%, lahan pemukiman95%
dar iluas tanah. Dengan kondisi alam yang indah, maka desa Ngringinrejo dikelilingi oleh
sungai bengawan solo,persawahan dan perumahan. Akan tetapi persawahan yang dekat
dengan sungai akan mengalami kegagalan panen dikarenakan kiriman sungai bengawan solo.

3.2 SUMBER DATA (KUALITATIF)

Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data seekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau dapat disebut sebagai data
utama. Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti dari
sumber yang telah tersedia sehingga peneliti dapat disebut sebagai tangan kedua (Mulyadi,
2016: 144). Di dalam peneletian ini data primer di peroleh dari wawancara. Sedangkan data
sekunder akan diambil dari dokumen, observasi, foto, data serta penelitian terdahulu yang
relevan.

Sumber Data Menurut Lofland (dalam Moleong, 2013: 157) “Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti
dokumen dan lain-lain”. Sumber data akan diambil dari dokumen, hasil wawancara, catatan
lapangan dan hasil dari observasi.

Narasumber Narasumber dari penelitian ini adalah Kepala Desa Ngringinrejo,


Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, petani buah, pembeli tebas

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

8
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam peneletian, karena
tujuan utama adalah mendapatkan data. Teknik pegumpunlan data dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi, dan metode dokumentasi.

3.4 LANGKAH PENELITIAN (KUALITATIF)

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menggunakan beberapa langkah yang di dasarkan


menurut beberapa ahli dalam bidang penelitian dan dalam penelitian harus ada tahapan-
tahapannya. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :

a) Peneliti awali dengan mengadakan pengamatan, memahami secara rinci.

b) Tahap selanjutnya yaitu mencari rujukan teori yang mendukung penelitian ini dengan
cara melakukan penyataan menyeluruh terhadap literatur - literatur mengenai topik
yang dibahas.

c) Setelah memilih pokok masalah langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah


dengan jelas, guna untuk mengetahui masalah yang akan dilanjutkan.

d) Menentukan metode penelitian yang sesuai dengan tema penelitian, dalam hal ini y
ang digunakan pendekatan penelitian adalah deskriptif kualitatif.

e) Pelaksanaan riset, sebelum melaksanakannya terlebih dahulu menentukan sumber


penelitian yaitu petani penggarap dan petani pemilik sawah, sehingga peneliti
berusaha untuk hadir untuk mewawancarai.

f) Tahap yang paling akhir yaitu menarik kesimpulan, kesimpulan dibuat berdasarkan
hasil wawancara

Aziz, Abdul. Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro.Yogyakarta: Graha Ilmu,2008.

9
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, terj. Nadirsyah Hawari
Jakarta: Amzah, 2017
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: MQS Publishing,2010
Departemen Agama, Al-Quran., 47.
Hasbi Hasan, Pemikiran dan Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah Di Dunia Islam
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002
Kontemporer Depok: Gramata Publishing, 2011.
Madkur,Muhammad Salam. Al-Adkhal al-Fiqh al-Islamy, Dar Al-Nahdah al-„Arabiyyah, 1963
Munir al-Ba‟labakiyy, Qamus Al-Mawrid, Beirut: Dar al-„Ilm al-Malayyin, 1990, 770.

10

Anda mungkin juga menyukai