Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
1. Lina Indriani Aryanto (20402009)
2. Heni Meilian P (2040)
3. Moch.Riski Al Aziz (20202051)
1
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir Al-
Qur’an, 1982 M.), hlm. 75.
2
Ibid, hlm. 197.
sekaligus juga berarti beli.3 Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan
menjual, sedangkan beli adalah asanya perbuatan membeli. 4
Secara etimologi, jual beli diartikan sebagai pertukaran sesuatu dengan
yang lain atau memberikan sesuatu untuk menukarkan sesuatu yang lain.
Sedangkan secara istilah definisi jual beli menurut Taqi’ al-Din ibn Abi Bakr
ibn Muhammad al-Husayni, adalah pertukaran harta dengan harta yang
diterima dengan menggunakan ijab dan qabul dengan cara yang diizinkan oleh
syara’.5 Menurut Sayyid Sabiq jual beli adalah pertukaran harta dengan harta
atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang yang dapat
dibenarkan.6
Dikalangan ulama, terdapat perbedaan tentang definisi jual beli
sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama. Ulama
hanafiyah mendefinisikan jual beli dengan dua definisi :
3
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000 M.), hlm. 111.
4
Rachmad Syafe’I, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001 M.), hlm 73.aaaAWA
5
Taqi al-Din ibn Abi Bakr ibn Muhammad al-Husayni, Kifayah al-Akhyar fi Hill Ghayah al-Iktishar, (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 2001 M.), hlm. 326.
6
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnag, Jilid III (Beirut: Dar al-Fikr, 2003 M.), hlm. 149.
7
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 1994 M.),
hlm. 33.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Hadits riwayat HR.Bazzardan Al-Hakim8
رdٍ ْال َع َم ُل ال َّرج ُِل بِيَ ِد ِه َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبرُو ْ َب أ
َ َطيَبُ ؟ ق ِ صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَيُّ ْال َك ْس
َ ُسئِ َل النَّبِ ُّي
– رواه االبزار والحاكم
Hadits tentang jual beli di atas menerangkan bahwa pekerjaan yang paling
baik untuk dilakukan manusia adalah usaha yang dirintis sendiri dengan
menerapkan sikap jual beli Islam.Salah satu prinsip jual beli yang baik dan
dihalalkan agama Islam adalah menawar barang yang tidak sedang ditawar
orang lain.Prinsip jual beli ini tertuang dalam hadis HR. Muslim yang
maknanya menghindari munculnya kekecewaan, perkelahian, dan
pertentangan antar sesama.Hal ini dikarenakan orang yang menawar suatu
barang memiliki keinginan untuk mempunyai dan membutuhkan barang
tersebut. Itulah saat-saat di mana kamu sebagai pembeli kedua menghargai
pembeli sebelumnya untuk menyelesaikan tawar menawar mereka terlebih
dahulu terhadap barang tersebut.
Bahwa Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar
saling ridha (suka sama suka).” HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban)
hadits tentang jual beli dari HR. Al-Baihaqi yang maknanya melakukan
kegiatan jual beli harus didasarkan suka sama suka.Maksud suka sama suka di
sini adalah bukan saling mencintai tetapi, mengikhlaskan barang tersebut
(penjual) kepada calon pembelinya dengan membayar menggunakan alat
8
Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Cet. 5, Jakarta: Rajawali Press, 2010
9
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhori, Shohih Bukhori, Dar Ibnu Katsir, Libanon,Cet I. 2002.
transaksi yang di ridhai kedua belah pihak.Kesepakatan ini bisa diungkapkan
melalui kata-kata yang diketahui sebagai ijab Kabul
10
Shalih ibn Ghanim al-Sadlan, Risalah fo al-Fiqh, hlm. 86.
11
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaski dalam Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003 M.), hlm. 118.
12
Rohmaniyah Wasilatur. Fiqih Muamalah Kontemporer. Duta Media Publishing: 2019
Akad jual beli adalah suatu kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam
agama Islam, aktivitas perdagangan yang dilakukan tanpa adanya akad, maka
kegiatan jual beli dianggap tidak sah.( article.akad jual beli)
1) Murabahah13
Murabahah berasal dari kata ribhun yang berarti untung atau
keuntungan. Jadi murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dasar hukumnya adalah
(QS. Al-Baqarah: 275).
2) Salam14
Jual beli salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya
ditentukan dengan sifat, barang itu ada di dalam tanggungan si penjual.
Dasar hukumnya adalah (QS. Al-Baqarah : 282).
3) Istishna15
Istishna adalah perjanjian terhadap barang jualan yang berada dalam
kepemilikan penjual dengan syarat dibuatkan oleh penjual, atau meminta
dibuatkan secara khusus dengan spesifikasi tertentu, sementara bahan
bakunya dari penjual, dimana pembayarannya boleh di awal atau diangsur.
Dasar hukum istishna (QS. Al-Baqarah: 275).
4) Ijarah16
Ijarah adalah pemindahan hak guna suatu barang dengan pembayaran
biaya sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang
tersebut. Dasar hukum ijarah adalah (QS. At-Thalaq: 6)
13
(NO: 04/DSN-MUI/IV/2000)
14
(NO: 05/DSN-MUI/IV/2000)
15
(NO: 06/DSN-MUI/IV/2000)
16
(NO: 09/DSN-MUI/IV/2000)
keinginannya sehingga Allah menghalalkan akad jual beli itu.17 Al-Qur’an
semdiri telah mengisyaratkan agar umat manusia hidup dengan berlandaskan
tolong-menolong, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-maidah ayat 2 :
ى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِنdۖ َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰوdَوتَ َعا َونُوْ ا
“dan tolong-menolonglah kamu (mengerjakan) dalam kebajikan dan taqwa,
dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat doa dan pelanggran”
Untuk melestarikan tujuan tersebut, maka toleransi atau lapan dada
dalam aktivitas perdagangan dan jual beli ini sangat diperlukan dan itu
merupakan perbuatan yang mendatangkan keberhasilan serta keberkahan
usaha. Rasulullah bersabda :
“ Dari Jabir Ibn Abd Allah r.a bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,” Allah
mengasihi kepada orang-orang yang memberikan kemudahan ketika ia
menjual dan membeli serta ketika menagih haknya.” (HR. Al-Bukhari)
Disamping itu, jual beli juga menghindarkan seorang dari penguasaan
harta secara tunggal atau agar harta itu tidak berputar atau beredar di
lingkungan orang-orang kaya saja (QS. Al-Hasyr: 7) dan juga agar umat
manusia terutama kaum beriman terhindar dari perbuatan saling memakan
harta dengan cara-cara yang batal sehingga diadakanlah perniagaan atau jual
beli (QS. An-Nisa’: 29)
1. dilihat dari segi keabsahannya menurut syara’ ada dua bentuk jual beli
yaitu:
a. Jual beli shahih Jual beli yang telah memenuhi semua rukun
dan syarat
b. Jual beli yang tidak shahih, jual beli yang salah satu atau semua
rukunnya tidak terpenuhi18
2. Dilihat dari objek jual beli ada 3 bentuk :
a. Jual beli umum, yaitu menukar barang dengan uang
b. Jual beli Al-Sharf atau Money Changer, yaitu oenukaran uanga
dengan uang.
c. Jual beli barter, yaitu menukar barang dengan barang.
17
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi, hlm. 124-125
18
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, hlm. 160.
3. Dilihat dari standardisasi harga ada 3 bentuk jual beli yaitu :
a. Jual beli tawar-menawar, yaitu jual beli dimana pihak penjual
tidak memberitahukan modal barang yang dijualnya.
b. Jual beli amanah, yaitu jual beli dimana penjualanya
memberitahukan harga modal jualannya.
c. Jual beli lelang, yaitu jual beli dengan cara penjual
menawarkan barang dagangannya, kemudia para pembeli
sebelumnya, kemudia si penjual akan menjual dengan harga
tertinggi daripada pembeli tersebut.
4. Dilihat dari cara pembayaran terdapat 4 bentuk jual beli :
a. Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran secara
langsung.
b. Jual beli dengan pembayaran tertunda.
c. Jual beli dengan penyerahan barang tertunda.
d. Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-
sama tertunda.19
6. Hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli
Untuk menghindari dari kerugian salah satu pihak maka jual beli
haruslah dilakukan dengan kejujuran, tidak ada penipuan, paksaan, kekeliruan
dan hal lain yang dapat mengakibatkan persengketaan dan kekecewaan alasan
penyesalan bagi kedua belah pihak maka kedua belah pihak haruslah
melaksanakan apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing,
diantaranya : pihak penjual menyerahkan barangnya sedangkan pihak pembeli
menyerahkan uangnya sebagai pembayaran. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah hendaklah dilakukan penulisan dar transaksi tersebut. Sebagimana
firman Allah SWT :
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar” (QS. Al-
Baqarah:282)
19
Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subululus Salam, Juz III, hlm. 11-12.
Selain penulisan untuk menghindari dari kemungkinan perselisihan,
pengingkaran dan pemalsuan, maka diperlukan adanya saksi. Firman Allah :
َ ْ ْم فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُكوْ نَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َّوا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن تَرdَۚوا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َش ِه ْي َدي ِْن ِم ْن رِّ َجالِ ُك
َضوْ نَ ِمن
فَتُ َذ ِّك َر اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗىdض َّل اِحْ ٰدىهُ َما ِ َال ُّشهَ ۤ َدا ِء اَ ْن ت
“ Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika
tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua
orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang
ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya.”
(QS. Al-Baqarah : 282)
C. Penutup
D. Kesimpulan
E. Saran
F. Daftar pustaka