Anda di halaman 1dari 49

MANUAL ACARA

MASA PENERIMAAN ANGGOTA BARU (MAPABA) XVIII


PENGURUS RAYON PMII RADEN SA’ID SUNAN AMPEL KEDIRI
PERIODE 2020-2021

HARI/
WAKTU ACARA KETERANGAN
TANGGAL
13.00-15.00 Pengkondisian Peserta All
15.00-16.00 Pemberangkatan Peserta All
16.00-18.00 Sholat dan Bersih All
18.00-18.30 Check In Peserta dan Panitia Div. Sekretariatan
Jum’at, 06 18.30-19.00 Pembukaan All
November 2020 19.00-19.30 Kontrak Forum SC
19.30-21.00 Materi I Moderator dan Pemateri
21.00-22.30 Materi II Moderator dan Pemateri
22.30-23.00 SGD SC
23.00-04.00 Tidur All
04.00-05.30 Sholat Subuh All
05.30-06.30 Senam Div. Acara
06.30-08.00 Sarapan dan Bersih Diri All
08.00-09.30 Materi III Moderator dan Pemateri
09.30-11.00 Materi IV Moderator dan Pemateri
11.00-12.00 SGD SC
12.00-13.00 ISHOMA All
Sabtu, 07
13.00-14.30 Materi V Moderator dan Pemateri
November 2020
14.30-16.00 Materi VI Moderator dan Pemateri
16.00-17.00 SGD SC
17.00-19.00 ISHOMA All
19.00-20.30 Materi VII Moderator dan Pemateri
20.30-21.00 SGD dan FGR SC
21.00-23.00 General Review SC
23.00-04.00 Tidur All
04.00-08.00 ISHOMA All
Minggu, 08
08.00-09.00 Penutupan All
November 2020
09.00-selesai Sayonara All

1|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
MATERI I

KEINDONESIAAN

A. Penjajahan Belanda

Penjajahan Belanda tak lepas dari sejarah kebangkrutan VOC yang sebelumnya membuka industri
dagang di Nusantara. Pada akhir abad ke-18, yaitu abad kebangkrutan VOC di Nusantara dan setelah
kekuasaan singkat Britania di bawah pimpinan Thomas Stanford Raffles, pemerintah Belanda
mengambil alih kepemilikan VOC. Tepatnya pada tahun 1816.Tahun 1830, cultuurstelsel atau sistem
Tanam Paksa mulai diterapkan. Sistem Tanam Paksa ini membawa kekayaan yang besar kepada para
pelaksananya, baik pihak Belanda maupun orang Indonesia yang menjadi pemilik tanah, namun tidak
bagi para pekerjanya. Para pekerja Tanam Paksa dirampas hak-hak kebebasannya untuk bekerja tanpa
henti.

Pada tahun 1848, Tanam Paksa mendapat kecaman melalui perdebatan parlemen Belanda, juga
tulisan-tulisan yang mengkritik terang-terangan praktik tidak manusiawi itu. Pada tahun 1870, empat
puluh tahun pelaksanaan Tanam Paksa, Belanda memperoleh keuntungan sebesar 823 juta gulden.
Keuntungan ini digunakan untuk membangun perdagangan dan pelayaran yang lumpuh, membangun
industri yang macet, dan memperkaya pemilik pabrik.

Van Deventer, seorang tokoh liberal Belanda, mengatakan bahwa Indonesia telah berjasa
membantu pemerintah Belanda memulihkan keuangannya. Dalam majalah De Gids terbitan Belanda,
van Devender menyebutkan bahwa jutaan gulden yang diperoleh Belanda dari bumi Nusantara itu
merupakan Een Ereschuld (utang kehormatan).

Kebijakan politik etis yang diajukan oleh van Deventer adalah suatu gagasan yang baik. Namun,
dalam penerapannya ternyata tidak sejalan dengan apa yang digagaskan. Banyak terjadi penyimpangan
dan penyelewengan terhadap sistem trias politika oleh para pegawai kolonial Belanda. Bentuk
penyimpangan dan penyelewengan tersebut antara lain:
1. Irigasi
Oleh pegawai kolonial belanda, sistem irigasi yang tidak diberlakukan secara adil dan merata.
Irigasi yang seharusnya ditujukan untuk penduduk malah dialirkan ke tanah-tanah yang subur
saja dan sebatas untuk perkebunan milik Belanda. Sementara itu tanah penduduk tidak
mendapat pengairan.
2. Edukasi
Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah, namun bukan untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Tujuan sebenarnya adalah untuk mendapatkan keuntungan sendiri.
Sekolah-sekolah yang telah didirikan hanya diutamakan bagi anak-anak pegawai pemerintahan
dan orang-orang yang berasal dari golongan berada. Di sini terjadi diskriminasi pendidikan.
3. Migrasi
Migrasi penduduk ke daerah luar Jawa yang masih jarang penduduknya hanya dilakukan ke
daerah-daerah perkebunan swasta yang dimiliki Belanda. Ini bertujuan agar penduduk yang
bermigrasi ini dapat menjadi pekerja perkebunan tersebut.

2|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
B. Pra kemerdekaan
Melalui penerapan politik etis, khususnya bidang pendidikan, rakyat pribumi yang memperoleh
pendidikan bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan barat. Kesadaran mereka sebagai bangsa juga
meningkat. Dari kalangan terpelajar ini kemudian muncul tokoh-tokoh pergerakan nasional. Tokoh-
tokoh inilah yang kemudian mempelopori berbagai organisasi pergerakan nasional untuk
memperjuangkan nasib bangsa.

Bangunnya rakyat terjajah dan penolakan terhadap hubungan kolonial disebut nasionalisme
yang memiliki unsur-unsur kebangunan politik, ekonomi, sosial, kultural dan religius. Unsur-unsur itu
semua dikembangkan untuk mencapai pembaharuan ke arah kemandirian dan kesatuan bangsa.
Sehubungan dengan lahirnya Budi Utomo yang dianggap sebagai manifestasi lahirnya jiwa
nasionalisme, maka jelas kiranya bahwa kekuatan dari dalam masyarakat itu sendiri yang memberi
kekuatan dan pergaulan hidup kolonial itulah yang memberi corak nasionalisme Indonesia.
Pengaruh politik etis sedikit demi sedikit membawa perubahan ke arah perbaikan nasib dan usaha untuk
melepaskan dari dari belenggu penjajahan, meskipun tidak dapat diingkari bahwa kaum etikus
sebenarnya adalah para kapitalis yang menginginkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
meningkatkan daya beli dan kesejateraan penduduk Indonesia. Lahirnya organisasi pergerakan nasional
merupakan tanda dan dorongan tamatnya sejarah politik etis.
Dengan adanya pendidikan untuk bumiputera, maka muncullah elite-elite baru pendidikan yang
semestinya menduduki jabatan dalam birokrasi kolonial, tetapi tempat mereka telah diambil oleh orang-
orang Belanda. Mereka kemudian membuka usaha baru yang brsifat swasta, karena mereka merasa
dengan bekerja kepada pemerintah kolonial berarti mereka mengabdi pada penjajah. Dengan usaha baru
tersebut masyarakat pribumi dapat menegakkan prinsp berdiri di atas kaki sendiri. Elite baru berusaha
mendapat tempat di hati masyarakat. Sebagai kekuatanm sosal politik baru pada mulanya pemerintah
belum banyak memberikan perhatian. Akan tetapi ternyata mereka ini adalah pendukung semangat
kebangsaan dan dari merekalah semangat nasionalisme berkembang.

C. Penjajahan jepang
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak 8 Maret 1942 ketika Panglima Tertinggi
Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Jepang berhasil menduduki
Hindia-Belanda dengan tujuan untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna
mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya.Jepang tanpa banyak menemui
perlawanan berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia menyambut kedatangan bala
tentara Jepang dengan perasaan senang dan gembira karena berpikir Jepang telah membebaskan bangsa
Indonesia dari belenggu penjajahan kolonial Belanda, mereka mulai menciptakan propaganda-
propaganda untuk menaruh kepercayaan pada hati bangsa Indonesia. Jepang pun terlihat seolah-olah
memihak pada kepentingan bangsa Indonesia.Untuk memengaruhi masyarakat Indonesia, agar mau
membantu Jepang maka Jepang melakukan berbagai cara antara lain sebagai berikut:
1. Mendera merah putih diizinkan berkibar.
2. Lagu Indonesia Raya diizinkan untuk dinyanyikan.
3. Bahasa Indonesia diizinkan digunakan sebagai bahasa pengantar.
4. Mendirikan berbagai organisasi.
Selain upaya-upaya berlaku manis, Jepang juga membentuk organisasi yang akan memperkuat
keyakinan Indonesia bahwa Jepang berada di pihaknya. Organisasi-organisasi tersebut antara lain:
1. Gerakan Tiga A,
2. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) atau Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)
3. Putera (Pusat Tenaga Rakyat),

3|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
4. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa

Jepang semakin jelas menjajah Indonesia setelah sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh
pasukan Jepang. Pengontrolan ini dilakukan untuk kepentingan perang dan kemajuan industri Jepang.
Cara-cara yang mereka lakukan adalah:
1. Mengadakan romusha. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha.
2. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada pemerintah
Balatentara Jepang.
3. Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi kebutuhan
konsumsi perang.

Selain itu, Jepang memberlakukan sistem kerja paksa atau romusha untuk membangun jalan, jembatan,
dan lapangan udara. Mereka tidak hanya dipekerjakan di dalam negeri tetapi juga dikirim ke Malaysia,
Vietnam, Myanmar, dan Thailand. Mereka bekerja tanpa upah dan tanpa makanan yang cukup.
Meskipun Jepang hanya berkuasa selama tiga setengah tahun di Indonesia, namun beban penderitaan
yang dirasakan penduduk Indonesia seperti dijajah ratusan tahun.

D. Kemerdekaan
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh
Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari
kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi
Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga
Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki
sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan
kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri,
golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
IndonesiaNamun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak
dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak
dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka
bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa
Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok,
yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa
Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang
makan laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman
Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo,

4|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno
dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu
Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan
Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

E. Pasca Kemerdekaan
1. Orde lama
Dalam sejarah politik Indonesia, istilah orde lama merujuk kepada masa pemerintahan Presiden
Soekarno yang berlangsung mulai tahun 1945 sampai tahun 1968. Selama kurun waktu dalam
pengertian orde lama terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi sistem
parlementer. Dalam sistem pemerintahan presidensial terdapat fungsi ganda Presiden yaitu sebagai
badan eksekutif sekaligus juga badan eksekutif. Penyimpangan pada masa orde lama juga telah terjadi
di kurun waktu ini seperti perubahan fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). KNIP tadinya
berfungsi sebagai pembantu presiden namun berubah menjadi badan yang diberi kekuasaan legislatif
dan turut diberi wewenang untuk menetapkan GBHN yang tadinya adalah wewenang MPR. Kabinet
presidensial juga berubah bentuk menjadi kabinet parlementer pada masa ini.

Periode dalam pengertian orde lama ini disebut masa demokrasi liberal karena menggunakan
prinsip – prinsip liberal dalam politik dan sistem ekonominya. Dalam sistem demokrasi liberal,
beberapa partai besar seperti Masyumi, PNI dan PKI memiliki partisipasi besar dalam pemerintahan.
Kabinet – kabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) kemudian dibentuk berdasarkan
UUDS 1950.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959 Presiden Soekarno menggunakan konstitusi
Undang – Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (UUDS) untuk memerintah. Dewan
Konstituante juga diberi tugas untuk membuat undang – undang dasar baru yang sesuai dengan amanat
UUDS 1950, tetapi sampai tahun 1955 belum ada konstitusi baru yang ditetapkan atau dibuat.
Akibatnya Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan pembubaran
konstituante. Isi dari dekrit tersebut adalah pembentukan MPRS dan DPAS, memberlakukan kembali
UUD 1945 dan menyatakan bahwa UUDS 1950 tidak lagi berlaku, serta pembubaran konstituante.

Demokrasi Terpimpin adalah hasil dari keluarnya dekrit Presiden 1959 dan sistem ekonomi
Indonesia juga menjurus pada sistem yang segalanya diatur oleh pemerintah (etatisme) yang diharapkan
bisa membawa kemakmuran bersama. Sistem demokrasi terpimpin dalam pengertian Orde Lama adalah
sistem yang seluruhnya berpusat pada pemimpin negara yaitu Presiden Soekarno

Pada masa demokrasi terpimpin ini juga terjadi konflik antara Angkatan Darat, Presiden dan PKI
yang mencapai puncaknya berupa peristiwa G30S PKI pada 30 September 1965. Dampak dari
peristiwa sejarah G30S PKI lengkap tersebut adalah memuncaknya demonstrasi untuk menentang PKI,
diangkatnya Mayjen Soeharto menjadi Panglima AD, memburuknya kondisi ekonomi, pembentukan
kabinet seratus menteri, dan Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) sebagai hasil dari kekacauan situasi negara
saat itu akibat berbagai penyimpangan pada masa orde lama.

Sebagai akibat dari kronologi G30S PKI tersebut proses peralihan pemerintahan ke era orde baru
juga ikut terpengaruh dan menjadi salah satu pemicu yang membuat Presiden Soekarno terpaksa
menyerahkan jabatannya. Kedekatan Soekarno dengan PKI membuat banyak kalangan tidak senang
dan pada akhirnya rakyat kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya memimpin negara Pada

5|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
tanggal 11 Maret 1966 lahir Surat Perintah Sebelas Maret (supersemar) yang ditandatangani Presden
Soekarno dan berisi instruksi kepada Letjen Soeharto.

2. Orde baru
Orde baru secara pengertian adalah suatu penataan kembali pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Masa pemerintahan orde baru
yang dipimpin oleh Presiden Soeharto berlangsung selama 32 tahun mulai dari tahun 1966 hingga tahun
1998, menggantikan era orde lama yang berada di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Walaupun
sudah mendapatkan kemerdekaannya, pada tahun 1950 – 1960an Indonesia berada pada kondisi yang
relatif tidak stabil secara politik dan ekonomi karena adanya berbagai penyimpangan pada masa orde
lama.

Pada masa akhir pemerintahan Soekarno terjadi kekacauan dalam situasi politik dan ekonomi akibat
adanya peristiwa G30S PKI. Pemberontakan yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini
bertujuan untuk menyebarkan paham komunisme dan mengganti ideologi negara Indonesia dari
Pancasila dan paham demokrasi menjadi paham komunis. Akibat dari peristiwa ini, rakyat kehilangan
kepercayaan terhadap Presiden Soekarno dan menuntut pergantian kepemimpinan. Orde Baru lahir
setelah mandat diserahkan oleh Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto melalui Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966 yang memiliki Kelebihan dan Kekurangan Orde Baru

Di masa Orde Baru yang berlangsung sejak tahun 1965 – 1998 atau sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Sebelas Maret 1966, perekonomian Indonesia berkembang dengan pesat. Ketika pertama kali Soeharto
menggantikan Soekarno, ia menyataka akan menerapkan nilai – nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai
kritikan kepada Orde Lama dengan menggunakan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Walaupun demikian, tetap saja ada beberapa penyimpangan
masa Orde Baru yang tidak dapat diabaikan, termasuk pada konstitusi negara yaitu Undang – Undang
Dasar 1945
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto yang panjang inilah terjadinya penyimpangan
pada masa Orde Baru. Terlepas dari beberapa kemajuan yang juga dialami pada masa Orde Baru ini,
penyimpangan ini sangat membuat rakyat merasa tidak aman dan tidak bebas. Ketidak puasan rakyat
yang menumpuk pada akhirnya memuncak dan membuat rakyat menuntut perubahan. Mereka menuntut
keadilan untuk semua kalangan yang sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila.

Kejatuhan Rupiah, peningkatan inflasi memperburuk kondisi ekonomi negara dan menjadi faktor
penyebab runtuhnya Orde Baru. Kemunduran Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 terjadi karena
paksaan para aktivis dan mahasiswa yang mengadakan demo besar – besaran untuk menuntut reformasi
di segala bidang. Mundurnya Soeharto menjadi penanda akhirnya Orde Baru dan digantikan oleh Era
Reformasi.

3. Revormasi
Reformasi adalah suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan tatanan kehidupan yang baru
yang bertujuan ke arah perbaikan kehidupan di masa depan. Orang yang mendukung reformasi disebut
dengan reformisi.
Masalah yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat itu ialah sulitnya kebutuhan sembilan bahan pokok
(sembako) karena harganya yang sangat tinggi, sampai-sampai masyarakat pun harus antre untuk
membelinya.

6|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
Peristiwa ini ini diperparah dengan kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang semakin tidak
terkendali. Oleh karena itu, kemunculan gerakan reformasi bertujuan untuk memperbaharui tatanan
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara agar kesejahteraan rakyat tercapai.
Beberapa agenda reformasi yang disuarakan para mahasiswa antara lain sebagai berikut:
1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya.
2. Amandemen UUD 1945.
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI.
4. Otonomi daerah yang seluas-luasnya.
5. Supremasi hukum.
6. Pemerintahan yang bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme.

F. Kaum Pemuda-pemudi dalam perjuangan bangsa


Lahirnya Organisasi Pemuda
Gerakan pemuda tidak lepas dari peran sekolah-sekolah, baik dari sekolah lanjutan tingkat
pertama, maupun lanjutan tingkat atas, bahkan sekolah-sekolah tinggi. Salah satu sekolah yang terkenal
yaitu STOVIA atau School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (sekolah pendidikan dokter-dokter
Bumi Putra Indonesia) yang dibuka pada tahun 1851 di Jakarta. Sebagai salah satu sekolah pendidikan
untuk seluruh Indonesia, maka STOVIA menjadi tempat pertama kali berkumpulnya murid-murid dari
berbagai wilayah di Indonasia. Dari sinilah mulai bersemi, lalu berkembang semangat dan jiwa
nasionalisme regional seperti nasionalisme Jawa, Nasionalisme Sumatera, Nasionalisme Sulawasi dan
sebagainya.

Bahasa yang mereka gunakan biasanya adalah bahasa Belanda dan bahasa Melayu. Bahasa ini
dirasa lebih demokratis sifatnya daripada bahasa daerah lainnya terutama bahasa Jawa. Didalam
pergaulan sehari-hari mereka salmg terbuka dan saling menceritakan pengalaman mereka, keadaan dan
kebudayaan mereka di daerah masing-masing Disekolah mereka menimba bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan juga paham-paham baru. Di dalam pergaulan mereka saling bertukar fikiran dan
mengadakan diskusi-diskusi dan pembicaraan mengenai apa yang mereka dapatkan serta
membandingkan dengan apa yang mereka peroleh. Kemudian mereka mulai menyadari bahwa mereka
senasip dan sepenanggungan dibawah penjajahan bangsa asing Maka mularlah timbul rasa solidaritas,
rasa kebersamaan diantara pemuda-pemuda pelajar itu. Mula-mula rasa itu mula: timbul dan mereka
miliki secara local, secara regional, secara daerah demi daerah Lalu timbul keinginan pada mereka
untuk bersama-sama berjuang memperbaiki nasib dan meningkatkan taraf hidup rakyat di daerah
mereka masing-masmg Didalam jiwa mereka mulai berkumandang semboyan persatuan : “BERSATU
KITA TEGUH BERCERAI KITA JATUH” semangat persatuan itu di tunjang pula oleh kehidupan
budaya dan adat istiadat yang memang sudah lama ada dalam pepatah-pepatah pribahasa seperti :
“BERAT SAMA DIPlKUL, RINGAN SAMA DIIINIING, TERAPUNG SAMA HANYUT,
TERENDAM SAMA BASAH”

Pemuda-pemuda Juga menyadari bahwa kedudukankedudukan dan jabatanjabatan penting


dipegang serta diduduki oleh orangorang belanda, seperti Gubernur Jenderal, Gubernur, Residen,
Asisten Residen dan Controleur atau zaghebber dalam pemerintahan dalam negeri atau Binnelands
Bestuur di pegang oleh orang-orang asing. Kedududukan-kedududukan dibawah itu seperti Bupati atau
Regent, Patih, Wedana,dan Camat serta jabatan yanglehih rendah dipegang oleh orang-orang Bumi
Putra. Selain itu pemuda juga menyadari bahwa lemahnya kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia
adalah karena perbedaan yang mencolok dan mudahnya di adu domba antara sesam'a oleh orang-orang
Belanda. Perbedaanperbedaan yang mencolok itu dirasakan" dalam segala bidang kehidupan
masyarakat dan lebih terasa di ibukota J akarta atau Batavia. Demikian lah Batavia atau Jakarta di

7|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
sepanjang sejarah awal abad 20 yang menjadi tempat bertemunya berbagai macam pelajar-pelajar
Indonesia dari berbea‘gai budaya dan suku bangsa di Nusantara.

Organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan


Lahir dan berkembangnya perkumpulan-perkumupulan atau organisasiorganisasi pemuda yang
berasas kedaerahan merupakan hal yang wajar serta tidak mengherankan lagi. Pemuda-pemuda dari
suatu daerah tentu saja merasa dirinya lebih dekat dan lebih akrab dengan pemuda-pemuda sesuku atau
sedaerah dari pada dengan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah atau suku lain.

Pengertian nasionalisme Indonesia pada saat itu masih samar-samar, belum sejelas dan
sekongkrit seperti sekarang. Kata Indonesia sendiri pada masa itu juga masih belum begitu dikenal
seperti sekarang. Belum ada yang tahu dengan pasti wilayah mana dan mana batas-batas negeri yang
disebut Indonesia. Semuanya itu masih samar-samar, masih belum sejelas dan sekonkrit sekarang. Oleh
karena itu, maka tidaklah terlalu mengherankan jikalau perkumpulanperkumpulan atau organisasi-
organisasi pemuda pada masa itu masih berasas kedaerahan. (Sagimun 1989:73)

Adapun organisasi-organisasi pemuda yang berasas kedaerahan adalah sebagai berikut


1. Trikorodarmo yang kemudian menjadi Jong Java.
2. Jong Sumatranen Bond
3. Jong Minahasa
4. Jong Celebes
5. Jong Bataks Bond
6. Sekar Rukun a
7. Jong Ambon
8. Pemuda Kaum Betawi.
9. Jong Timoreesch Verbond
10. Budi Utomo

8|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
MATERI II
ASWAJA

A. Definisi Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA)

Secara etimologi kata Ahlussunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata yaitu: Ahlu (keluarga,
golongan atau pengikut), As-sunnah (jalan atau karakter ) dan al-jamaah (perkumpulan). Sedangkan
arti as-sunnah secara istilah adalah segala sesuatu yang diajarkan Rosulullah SAW, baik berupa ucapan,
tindakan maupun ketetapan. Sedangkan Al-Jamaah bermakna sesuatu yang telah disepakati para
sahabat Nabi SAW pada masanya dan masa Khulafaur Rasyidin.

Demikian maka Ahlussunnah Wal Jamaah secara terminologi bisa diartikan sebagai golongan
orang-orang yang mengikuti syariah Nabi Muhammad SAW dan jalan para Sahabat, baik secara
ucapan, tindakan, dan ketetapannya. Menurut KH. Hasyim Asy’ari Ahlussunnah Wal Jamaah adalah
golongan yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para Sahabat, dan mengikuti warisan para wali
dan ulama.

Turmudzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis dalam masing-masing kitabnya
tentang penggolongan umat islam menjadi 73 golongan atau firqoh, dan hanya satu golongan diantara
golongan tersebut yang selamat dari api neraka, golongan yang selamat tersebut adalah golongan yang
senantiasa konsisten pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya atau yang kemudian
disebut dengan sebutan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Ahlussunah Wal Jamaah dalam setiap bidang ajaran nya mengikuti pada para ulama’
diantaranya yaitu :

1. Dalam bidang akidah mengikuti pada Imam abu Hasan al-Asy’ari dan Imam abu Mansyur al-Maturidi.
2. Dalam bidang fiqih mengikuti pada madzab empat yaitu Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Maliki
dan Imam Hanafi.
3. Dalam bidang tasawuf mengikuti pada Imam al-Ghazali, Abu Yazid al-Busthomi dan Imam Junaidi al-
Baghdadi.

Dari pengertian di atas bisa kita pahami bahwasanya ajaran Ahlussunah Wal Jamaah dalam
segala bentuk tindakan serta dalam hal pengambilan hukum tidak hanya bergantung pada al-Qur’an dan
Hadist saja akan tetapi juga mengadopsi warisan pemikiran dan peradaban dari para Sahabat dan orang-
orang salih yang sesuai dengan ajaran-ajaran Nabi SAW.

Terpaku hanya pada al-Qur’an dan Hadist saja dengan membiarkan sejarah para Sahabat dan
orang-orang salih adalah bentuk kesombongan, karena merekalah generasi yang paling otentik dan
original yang lebih mengetahui bagaimana cara memahami, mengamalkan dan menerjemahkan prilaku
Rosulullah SAW dalam prilaku setiap hari, baik secara individu, sosial, maupun kenegaraan.

Berpegang teguh hanya pada al-Qur’an dan Hadist saja bisa menghilangkan esensi dari agama,
karena akan terjebak pada aliran dhahiriyah (tekstualisme) atau aliran yang memahami sebuah dalil
hanya pada bagian tesktualnya saja. yang mana kemudian kelompok tersebut mudah menuduh bid’ah
kepada kelompok selain daripada kelompok nya, fenomena ini sering kita temui pada masa sekarang.

9|Dzikir,Fikir,Amal Sholeh
B. Sejarah Munculnya Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah

Munculnya aliran-aliran teologi islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah
wafatnya Rosulullah SAW. Setelah Rosulullah SAW wafat peran sebagai kepala negara digantikan oleh
para sahabat-sahabatnya yang disebut dengan Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun ketika pada masa Utsman bin Affan mulai timbul
adanya perpecahan antara umat Islam yang disebabkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa
itu. Sejarah mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu menyebabkan perpecahan
pada umat Islam dari masalah politik hingga masalah teologis.

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Sahabat pertama yang meneruskan estafet kepemimpinan umat
islam pasca Rosulullah wafat, beliau memimpin umat Islam selama dua tahun lebih sedikit. Pada tahun
632-634 M, beliau habiskan untuk menuntaskan masalah dalam negeri yang terjadi akibat wafatnya
Nabi SAW, seperti halnya memerangi kaum murtad, memerangi orang yang enggan membayar zakat
(sedangkan mereka mampu) dan memerangi Nabi-nabi palsu.

Selanjutnya adalah khalifah Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua umat islam, masa
kepemimpinanya yaitu sekitar sepuluh tahun. Pada masa kepemimpinannya yaitu tahun 634-644 M,
Umar memerintah dengan keras meskipun beliau adalah pribadi yang sederhana. Umar juga sangat
memperhatikan dan peduli pada rakyat-rakyatnya terlebih pada saat wilayah negara sedang dalam
kondisi paceklik. Umar wafat dibunuh oleh Abu lu’lu’ pada tahun 23 H karena balas dendam akibat
kalah dalam peperangan.

Awal mula perpecahan bisa kita lihat sejak kematian Utsman bin Affan pada tahun 656 M, ahli
sejarah menggambarkan Utsman tak mampu menentang ambisi keluarganya yang kaya dan
berpengaruh itu untuk menjadi gubernur. Tindakan-dindakan yang di jalani Utsman (mengganti
ubernur-gubernur yang dirasa kurang cakap) ini mengakibatkan reaksi yang tidak menguntungkan bagi
dirinya. Sebagian Para sahabat Nabi kala itu ketika melihat Tindakan Utsman yang seperti ini mulai
tidak terima dan meninggalkan Utsman yang menjadi Kholifah ketiga.

Perasaan tidak senang akan kondisi ini mengakibatkan terjadinya pemberontakan, seperti
adanya sekitar lima ratus pemberontak berkumpul dan kemudian bergerak ke Madinah. Perkembangan
suasana yang keruh di madinah kala itu membawa pada pembunuhan Utsman yang dilakukan oleh
pemuka-pemuka pemberontak di mesir.

Setelah Utsman wafat Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah ke empat pada tahun 656-661
M. Akan tetapi pada kala itu Ali langsung mendapat tentangan dari pemuka-pemuka yang juga ingin
menjadi Khalifah, terutama Talhah dan Zubair dari Mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah.
Tentangan ini dapat di selesaikan oleh Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak pada tahun 656 M,
yang dikenal kemudian dikenal dengan sebutan perang Jamal. Talhah dan Zubair mati terbunuh pada
peperangan itu dan Aisyah dipulangkan kembali ke Mekkah.

Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan masih kerabat Utsman.
Mu’awiyah menuntut ali untuk menghukum para pembunu Utsman, bahkan dia juga menuduh bahwa
Ali juga ikut campur dalam pembunuhan itu. Pada akirnya antara kelompok Ali dan juga kelompok
Mu’awiyah terjadi sebuah pertempuran yang berada di Syam pada tanggal 1 Shafar tahun 37 Hijriyah,
yang kemudian dikenal dengan sebutan perang Shifin.

Pada perang Shifin tentara Ali mendesak tentara Mu’awiyah sehingga tentara Muawiyah kalah
dan hampir lari, akan tetapi Amru bin Ash sebagai tangan kanan Mu’awiyah yang dikenal sebagai orang

10 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
yang licik meminta berdamai dengan mengangkat al-Qur’an keatas. Sebagian dari golongan Ali pada
saat itu juga mendesak Ali untuk menerima tawaran itu dan dicarilah jalur perdamaian menggunakan
jalur arbitrase dan pristiwa ini dikenal dengan pristiwa Tahkim.

Arbitrase dilakukan dengan mengirim delegasinya masing-masing sebagai juru perundingan.


Dari pihak Mu’awiyah menunjuk Amru bin Ash dan dari pihak Ali menunjuk Abu Musa al-Asy’ari.
Sejarah mengatakan bahwa antara keduanya terjadi sebuah kesepakatan untuk menurunkan kedua
pemuka yang bertentangan, Amru bin Ash dan Abu Musa al-Asy’ari dalam perundinganya sepakat
untuk melepaskan jabatan Khalifah dari Ali bin Abi Thalib maupun Mu’awiyah, dan setelah itu
mengembalikan nya kepada kaum. Akan tetapi pada saat pembacaan keputusan Amru bin Ash berkianat
dan hanya menyetujui penjatuhan Ali bin Abi Thalib tapi menolak penjatuhan Muawiyah.

Setelah proses tahkim berakir dan diperoleh kemenangan dari kaum Mu’awiyah kelompok Ali
terbagi menjadi dua, ada yang tetap setia mendukung Ali dan ada juga yang keluar dari barisan Ali dan
menyudutkan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali telah melakukan kesalahan dan dosa besar karena
menyerahkan ketetapan hukum pada manusia melalui arbitrase yang telah dilakukan. Golongan mereka
inilah yang kemudian dalam sejarah islam dikenal dengan nama Khawarij, yaitu golongan orang-orang
yang keluar dari barisan Ali karena merasa kecewa atas hasil tahkim.

Setelah memisahkan diri dari Ali, mereka berkumpul dan memilih Abdullah ibnu Wahab al-
Rasyidi menjadi imam mereka sebagai pengganti Ali. Dan dengan berbagai konflik dan pertempuran
yang terjadi antara keduanya yang berakir pada kematian Ali yang dibunuh oleh seorang Khawarij yang
bernama Abdu al-Rohman ibnu Muljiah. Sementara Mu’awiyah tetap berkuasa dan dapat dengan
mudah memperoleh pengakuan sebagai khalifah umat islam pada tahun 661 M.

Persoalan-persoalan politik yang terjadi ini akirnya menimbulkan persoalan teologi, Timbulah
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Khawarij menganggap bahwa Ali, Mu’awiyah,
Abu Musa al-Asy’ari dan Amru bin Ash beserta lainya yang telah menerima arbitrase adalah kafir,
bukan hanya itu kaum Khawarij juga menganggap mereka harus dibunuh. Lambat laun kaum Khawarij
pecah menjadi beberapa sekte, konsep kafirpun turut pula mengalami perubahan. Yang di pandang kafir
bukan lagi hanya orang yang tidak menentukan hukum dengan al-Qur’an, tetapi orang yang melakukan
dosa besar juga dianggap kafir.

Persoalan pandangan terkait orang yang berbuat dosa itu kemudian mempunyai pengaruh besar
terhadap pertumbuhan teologi selanjutnya dalam islam. Persoalan ini menimbulkan tiga aliran teologi
yaitu Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah dan kemudian muncul lagi aliran Qodariyah dan Jabariyah.

Diantara kelompok-kelompok itu, ada sebuah komunitas yang dipelopori oleh Imam Hasan al-
Bashri, yang cenderung mengembangkan aktifitas keagamaan yang bersifat kultural, ilmiah dan
mencari jalan kebenaran secara jernih. Komunitas ini menghindari pertikaian politik yang sedang
berkembang saat itu. Sebaliknya, mereka mengembangkan sistem keberagaman dan pemikiran yang
sejuk, moderat dan tidak ekstrim. Dengan sistem keberagaman semacam itu mereka tidak mudah untuk
mengkafirkan golongan lain yang terlibat dalam pertikaian politik kala itu.

Seiring berjalanya waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan dari generasi ke generasi
ulama’ setelah beliau dan hingga tiba pada generasi Abu Hasan al-Asy’ari (w.324 H) dan Abu Mansyur
al-Maturidi (w.333 H). Kepada dua ulama’ terakir inilah permulaan faham Aswaja sering dinisbatkan,
meskipun bila ditelusuri secara teliti benih-benihnya telah tumbuh sejak dua abad sebelumnya.

11 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
C. Aswaja sebagai Manhaj al-Fikr

Sampai pada perkembangan terakhir, aswaja masih didefinisikan sebagai berikut : "Paham
keagamaan yang dalam bidang Fiqh mengikuti salah satu dari empat madzhab yaitu (Hanafi, Maliki,
Syafi'i, dan Hambali). Dalam bidang Aqidah mengikuti Abu Hasan Al-Asyari dan Abu Mansur Al-
Maturidi. Sedangkan dalam bidang Tasawuf mengikuti Imam Al-Ghazali, Abu Yazid Al-Busthoni, dan
Imam Junayd Al-Baghdady". Definisi tersebut merupakan penyederhanaan dari konsep keberagaman
bermadzhab dengan tujuan melestarikan, mempertahankan, mengamalkan, dan mengembangkan
paham Ahlussunah Wal Jamaah.

Diluar pengertian di atas, K.H. Said Agil Siradj memberikan oengertian lain. Menurutnya,
Ahlussunah Wal Jamaah adalah orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang
mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar moderasi, menjaga
keseimbangan, dan toleransi. Baginya, Ahlussunah Wal Jamaah harus diletakkan secara proporsional,
yakni Ahlusunah Wal Jamaah bukan sebagai madzhab, melainkan sebuah Manhaj Al-Fikr (Pendekatan
berpikir tertentu) yang digariskan oleh sahabat dan para muridnya, yaitu generasi tabi'in yang memiliki
intelektualitas tinggi dan relatif netral dalam menyikapi situasi politik ketika itu.

Dari pengertian di atas terdapat dua konsep utama, Aswaja sebagai madzhab fiqh san Aswaja
sebagai Manhaj Al-Fikr. Perbedaan mendasar antara keduanya, konsep pertama meletakkan fiqh
sebagai sebuah kebenaran ortodoksi, sedangkan konsep kedua menempatkan fiqh sebagai strategi untuk
melakukan interpretasi sosial.

Kurang lebih sejak 1995/1997, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia meletakkan Aswaja
sebagai Manhaj Al-Fikr. PMII memandang bahwa Ahlussunah Wal Jamaah adalah orang-orang yang
memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan dengan berlandaskan
atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan, dan toleran. Aswaja bukan sebuah madzhab melainkan
sebuah metode dan prinsip berpikir dalam menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan
sosial kemasyarakatan. Inilah sebenarnya makna dari Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr.

Jika kita mencermati doktrin-doktrin paham Aswaja, baik dalam akidah(iman), syariat (Islam),
ataupun akhlak(Ihsan), maka bisa kita dapati sebuah metodologi pemikiran (Manhaj Al-Fikr) yang
tengah dan Tawasuth (moderat), Tawazun (netral), Ta’adul (keseimbangan) dan Tasamuh (toleran).
Metodologi pemikiran Aswaja senantiasa menghindari sikap-sikap tatharum (ekstrim), baik ekstrim
kanan atau ekstrim kiri. Inilah yang menjadi esensi indentitas untuk mencirikan paham ASWAJA
dengan sekte-sekte Islam lainnya. Dan dari prinsip metodologi pemikiran seperti inilah ASWAJA
membangun keimanan, pemikiran, sikap, perilaku, dan gerakan.

1. Tawasuth (moderat), ialah sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak cenderung ke kanan atau
ke kiri tetapi memiliki sikap dan pendirian. Dalam konteks berbangsa dan bernegara, pemikiran
moderat ini sangat urgen menjadi semangat dalam mengakomodir beragam kepentingan dan
perselisihan, lalu berikhtiar mencari solusi yang paling ashlah (terbaik). Tawasuth merupakan
nilai yang mengatur pola pikir, yaitu sebagaimana seharusnya kita mengarahkan pemikiran kita.
Dalam rentang sejarah, kita menemukan bahwa nilai ini mewujud dalam pemikiran para imam
yang telah disebut diatas.

2. Tawazun (Berimbang), ialah sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan dan
mensinergikan dalil-dalil (pijakan hukum atau pertimbangan-pertimbangan untuk mencetuskan
sebuah keputusan dan kebijakan. Dalam konteks pemikiran dan amaliah keagamaan, prinsip

12 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
tawazun menghindari sikap ekstrim (tatharruf) yang serba kanan sehingga melahirkan
fundamentalisme, dan menghindari sikap ekstrim yang serba kiri yang melahirkan liberalisme
dalam pengalaman ajaran agama.
Dalam ranah sosial yang ditekankan adalah egalitarisme (persamaan derajat) seluruh umat
manusia. Dalam wilayah politik, tawazun meniscayakan keseimbangan antara posisi Negata
(penguasa) dan rakyat. Penguasa tidak boleh bertindak sewenang-wenang, menutup kran
demokrasi, dan menindas rakyatnya. Sedangkan rakyat harus selalu mematuhi segala peraturan
yang ditujukan untuk kepentingan bersama, tetapi juga senantiasa mengontrol dan mengawasi
jalannya pemerintahan. Dalam wilayah ekonomi, tawazun meniscayakan pembangunan sistem
ekonomi yang seimbang antara posisi Negara, pasar, dan masyarakat. Kita melihat bagaimana
Umar bin Abdul Azis mampu membangun ekonomi Islam yang kokoh dengan menyeimbangkan
fungsi Negara (Baitul Mal) sebagai pengatur sirkulasi keuangan dan pendistribusian zakat,
melarang setiap bentuk monopoli, serta menyalurkan zakat kepada rakyat yang tidak mampu
sebagai modal usaha dan investasi.

3. Tasamuh (Toleran), ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan
perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan, sosial kemasyarakatan, suku,
bangsa, agama, tradisi-budaya dan lain sebagainya. Toleransi dalam konteks agama dan
keyakinan bukan berarti kompromi kaidah. Bukan berarti mengaakui kebenaran keyakinan dan
kepercayaan orang lain. Toleransi agama juga bukan berarti mengakui kesesatan dan kebatilan
sebagai sesuatu yang haq dan benar. Yang salah salaah dan sesat tetap harus diyakini sebagai
kesalahan dan kesesatan. Dan yang haq dan benar harus tetap diyakini sebagai kebenaran yang
haq.
Toleransi dalam konteks tradisi-budaya bangsa, ialah sikap permisif yang bersedia menghargai
tradisi dan budaya yang telah menjadi nilai normatif masyarakat. Dalam pandangan ASWAJA,
tradisi budaya yang secara substansial tidak bertentangan dengan syariat, maka Islam akan
menerimanya bahkan mengakulturasikannya dengan nilai-nilai keislaman.

4. Ta'Adul (Netral/Adil), ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang, menyikapi dan
menyelesaikan segala permasalahannya. Adil tidak selamanya berarti sama atau setara
(tamatsul).
Keadilan inilah yang merupakan ajaran universal Aswaja. Setiap pemikiran, sikap dan relasi,
harus selalu diselaraskan dengan nilai ini. Pemaknaan keadilan yang dimaksud di sini adalah
keadilan sosial. Yaitu nilai kebenaran yang mengatur totalitas kehidupan politik, ekonomi,
budaya, pendidikan, dan sebagainya.

13 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
MATERI III
KEORGANISASIAN PMII

A. Sejarah PMII
Sejarah merupakan rekaman dari masalalu yang mencerminkan masakini dan masa datang.
Menggambarkan tentang perjalanan hingga dapat terbangunnya suatu badan atau organisasi, tidak
terkecuali PMII. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi pergerakan
kemahasiswaan dengan menekankan pribadi muslim yang memiliki komitmen memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Dalam uraian materi di sini mungkin tidaklah lengkap hanya sebagai gambaran
sebuah sejarah dari PMII.
1. Latar Belakang
Ide besar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dan
adannya keinginan para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi)
mahasiswa. Ide ini tak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama- Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama), secara historis PMII merupakan
mata rantai dari departemen perguruan Tinggi IPNU yang dibentuk dalam Muktamar III IPNU
di Cirebon, Jawa Barat, Tanggal 27-31 Desember 1858. Di dalam wadah IPNU-IPPNU ini
terdapat banyak mahasiswa yang menjidi anggotannya, bahkan mayoritas fungsionaris
pengurus pusat IPNU-IPPNU berpredikat sebagai mahasiswa. Itulah sebabnnya, keinginan
dikalangan mereka untuk membentuk suatu orgnisasi khusus yang mewadahi para mahasiswa
Nahdliyin. Pemikiran ini sempat terlontar pada Muktamar II IPNU Tanggal I -5 Januari di
Pekalongan, Jawa Tengah, tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi secara
serius. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan.
Tetapi aspirasi kalangan mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat Hal ini
terbukti pada Muktamar III IPNU di Cirebon, Jawa Barat, dimana pucuk pimpinan IPNU
didesak oleh peserta Muktamar untuk membentuk wadah khusus yang akan menampung para
mahasiswa Nahdlatul Ulama', namun secara fungsional dan struktur organisasi masih tetap
dalam naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen perguruan Tinggi IPNU. Namun,
langkah yang diambil oleh IPNU menampung aspirasi para mahasiswa Nahdliyin dengan
membentuk departemen perguruan Tinggi IPNU pada kenyataannya tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Ini terbukti dalam konferensi besar (pertama) IPNU di
Kaliurang, Yogyakarta, yang diselenggarakan pada tanggal 14-16 Maret 1960. Konferensi ini
memutuskan terbetuknnya suatu wadah atau organisasi mahasiswa Nahdliyin yang terpisah
secara struktural dan fungsional dari IPNU-IPPNU.
Usaha untuk menjadikan satu wadah bahwa mahasiswa Nahdliyin sebenarnnya sudah
lama ada, hal ini dapat dilihat dengan adannya kegiatan sekelompok mahasiswa NU
disejumlah daerah. Patut dicatat disini .
1. Berdirinnya IMANU (Ikatan Mahasiswa NU) Tahun 1955 di Jakarta. Namun
kehadirannya belum bisa diterima oleh banyak pihak terutama kalangan sesepuh NU
sendiri. Sebab disamping kelahiran IPNU itu sendiri masih baru (didirikan pada tanggal
24 Februari 1954 ) yang dinotabene mayoritas pengurusnnya mahasiswa, sehingga di
khawatirkan justru akan melumpuhkan IPNU
2. Sekelompok mahasiswa Nahdliyin yang berdomisili di kota Surakarta Jawa Tengah yang
di prakarsai oleh H.Mustahal Ahmad, Juga sempat mendirikan suatu organisasi yang di
beri nama "Keluarga Mahasiswa NU” (KMNU) Surakarta, juga pada tahun 1955.
Bahkan KMNU ini merupakan Organisasi Mahasiswa NU yang mampu bertahan sampai
Iahirnya PMII pada tahun 1960.

14 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
3. Di bandung ada usaha serupa dengan nama PMNU (Pesatuan Mahasiswa NU) dan masih
banyak lagi di kota-kota lain dimana ada perguruan tinggi yang mempunyai gejala yang
sama. Upaya yang di lakukan oleh IPNU dengan membentuk departemen perguruan
tinggi untuk menampung aspirasi mahasiswa Nahdliyin, tidak banyak berarti bagi
kemajuan dan perkembangan mahasiswa Nahdliyin, hal tersebut disebabkan beberapa
hal:
a. Kondisi objektif menunjukan bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda dengan
keinginan, dinamika dan perilaku mahasiswa.
b. Kenyataan gerak dari departemen perguruan tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali.
Terbukti untuk duduk sebagai anggota PPMI (Persatuan Perhimpunan Mahasiswa
Indonesia), suatu kofederasi organisasi mahasiswa exstra universitas tidak mungkin
bisa, sebab PPMI hanya menampung ormas-ormas mahasiswa. Apalagi dalam
majlis mahasiswa Indonesia (MMI), suatu federasi dari dewan/senat mahasiswa,
juga tidak mungkin dilakukan.
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang diperdebatkan pada rapat pimpinan pusat
IPNU:
a. Wadah departemen perguruan Tinggi IPNU dianggap tidak lagi memadai, serta tidak
cukup kuat untuk mewadahi gerakan kemahasiswaan.
b. Perkembangan politik dan keamanan di dalam Negeri menuntut pengamatan yang exstra
hati-hati, khususnya bagi mahasiswa Islam.
c. Satu-satunya wadah kemahasiswaan Islam yang ada pada waktu itu ialah HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam), yang tokohnya dinilai terlalu dekat dengan partai masyumi, sedangkan
tokoh masyumi telah melibatkan diri dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) dan Semesta (PERMESTA).
Hal lain yang bisa dikatakan sebagai latar belakang dibentuknnya PMII
a. Carut marutnnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
b. Tidak menentunnya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada
c. Pisahnnya NU dari Masyumi.
d. Tidak terakomodir dan terpinggirkannya mahasiswa NU yang tergabung di PMII.
2. Proses Kelahiran PMII
Seperti telah disebutkan dimuka, bahwa puncak Konferensi Besar IPNU pada tanggal
14-16 Maret 1960, di Kaliurang, Yokyakarta, dicetuskan suatu keputusan yaitu perlunya
didirikan suatu organisasi mahasiswa yang terlepas dan IPNU baik secara struktural organisasi
maupun administratif. Kemudian di bentuk panitia perumus organisasi mahasiswa yang terdiri
dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahaslswa nahdliyin se-lndonesia di
Surabaya dengan batas waktu 1 (satu) bulan pasca keputusan tersebut. Adapun ke 13 (tiga
belas) penttla perumus organisasi mahasiswa itu adalah sebagai berikut
1. Chalid Mawardi (Jakarta)
2. Said Budairy (Jakarta)
3. M Sobich Ubaid (Jakarta)
4. M.Makmun Syukri BA (Bandung)
5. Hilman (Bandung)
6. H.lsmail Makky (Yogyakarta )
7. Munsif Nahrawi (Yogyakarta)
8. Nuril Huda Suaidy (Surakarta)
9. Laily Mansur (Surakarta)
10. Abd. Wahab Jailani (Semarang)
11. Hisbullah Huda (Surabaya)

15 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
12. M Cholid Narbuko ( Malang)
13. Ahmad Husain (Makasar)
Seperti diuraikan oleh sahabat Chotibul Umam (mantan Rektor PTIQ Jakarta) pra
melaksanakan musyawarah mahasiswa Nahdliyin, terlebih dahulu 3 dari 13 orang perumus itu
terdiri dari
1. Hisbullah Huda (Surabaya)
2. Said Budairy (Jakarta)
3. Makmun Syukri (Bandung)
Pada tanggal Pada tanggal 19 Maret 1960 berangkat ke Jakarta menghadap Ketua Umum
Partai Nahdlatul ulama (NU) yaitu KH. Idham Khalid untuk meminta nasehat sebagai pegangan
pokok dalam musyawarah yang akan dilaksanakan. Salah satu pesan KH. Idham Khalid yang
"menjadi pegangan bagi mahasiswa nahdliyin pada waktu itu yaitu hendaknya organisasi yang
akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan, dan menjadi mahasiswa yang berprinsip
'ilmu untuk di amalkan ' bagi kepentingan rakyat, bukan 'ilmu untuk ilmu '. Yang lebih penting
lagi yaitu menjadi manusia yang cakap serta bertaqwa kepada Alllah SWT”. Setelah beliau
menyatakan "merestui musyawarah mahasiswa Nahdliyin yang akan diadakan di Surabaya
itu".
Akhirnya, pada tanggal 14-16 April 1960 dilaksanakan Musyawarah Nasional Mahasiswa
NU bertempat di Taman Pendidikan Puteri Khadijah Surabaya dengan dihadiri mahasiswa NU
dari berbagai penjuru kota di Indonesia, dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makassar, perwakilan senat Perguruan Tinggi yang
bernaung dibawah NU. Pada saat itu diperdebatkan nama organisasi yang akan didirikan.
Delegasi Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau Perhimpunan Mahasiswa Sunny.
Delegasi Bandung dan Surakarta mengusulkan nama PMII. Selanjutnya nama PMII yang
menjadi l«sepakatan Kongres. Namun kemudian kembali dipersoalkan kepanjangan dari"P"
apakah Perhimpunan atau Persatuan. Akhirnya disepakati huruf "P" merupakan singkatan dari
Pergerakan, sehingga PMII adalah "Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia". Musyawarah
juga menghasilkan susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PMII, serta
memilih dan menetapkan Kepengurusan. Terpilih Sahabat Mahbub Djunaidi sebagai Ketua
Umum, M. Chalid Mawardi sebagai Ketua I, dan M. Said Budairy sebagai Sekretaris Umum.
Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan
kepengurusan PP PMII .
PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 Masehi atau bertepatan
dengan tanggal 17 Syawal 1379 Hijriyah. Maka secara resmi pada tanggal 17 April 1960
dinyatakan scbagai hari lahir PMII, Dua bulan setelah berdiri, pada tanggnl 14 Juni 1960 pucuk
pirnpinan PMII disahkan oleh PBNU. Sejak saat itu PMII memiliki otoritas dan keabsahan
untuk melakukan program-programnya secara formal organisatoris. Awal mula berdirinya
PMII nampaknya lebih di maksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU. Hal ini
terlihat jelas dalam aktifitas PMII antara tahun 1960-1972 (pra PMII menyatakan Independen)
sebagian besar program-programnya berorientasi politis. Ada beberapa hal yang melatar
belakangi, diantaranya:
Pertama : adannya anggapan bahwa PMII dilahirkan untuk pertama kali sebagai kader muda
partai NU, sehingga bangunan gerakan dan aktifitas selalu diorientasikan untuk menunjang
gerak dan langkah partai NU.
Kedua : Suasana kehidupan berbangsa dan bernegara pada waktu itu sangat kondusif untuk
gerakan-gerakan politis, sehingga politik sebagai panglima betul-betul menjadi policy
pemerintahan Orde Lama (Orla). Dan PMII sebagai bagian dari komponen bangsa mau tidak

16 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
mau harus berperan aktif dalam konstalasi politik seperti itu lebih jauh sahabat Mahbub Junaidi
(ketua umum PMII pertama) mengatakan :
"Mereka bilang mahasiswa yang baik adalah mahasiswa nonpartai, bahkan non-politis,
yang berdiri diatas semua golongan, tidak kesana, tidak kesini, seperti seorang mandor yang
tidak berpihak. Sebaliknya kita beranggapan, justru mahasiswa itulah yang harus
berpartisipasi secara konkrit dengan kegiatan-kegiatan partai politik ".
Seperti di ketahui, bahwa kelahiran PMII disponsori oleh 13 orang tokoh mahasiswa
Nahdliyin. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya,
Malang dan Makasar (Ujung Pandang), maka kedelapan kota itulah cikal bakal berdirinya
cabang-cabang PMII yang pertama kali.
3. Indenpendensi dan interdepeaensi PMII
Dalam perkembangannya PMII selalu bergerak progresif, berkembang secara dinamis
dalam merespon perubahan social, Perkembangan tersebut merupakan salah satu bentuk
evolusi PMII dalam menuju keidealan sebagai organisasi kemahasiswaan,
Pada masa Mahbub Djunaidi Dalam perkembangnnya PMII sepenuhnya berada di bawah
naungan NU, PMII terikat dengan segala garis kebijaksanaan organisasi induknya, NU. PMII
Merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selama kurang
lebih 12 tahun gerakan PMII selalu diawasi oleh partai NU.
1) Independent PMII
Seiring dengan perjalanan waktu, perubahan dalam kehidupan tidak dapat terelakkan.
Setelah keluarnya SUPERSEMAR 1969, kegiatan demonstrasi massa menurun, hingga
akhirnya dilarang sama sekali, Mahasiswa diperintahkan untuk back to campus. Kondisi yang
demikian menggeser posisi strategis KAMI menjadi tertmarjinalkan, sehingga diusahakan
untuk mengadakan beberapa rapat mulai 1967 di Ciawi, disusul 11-13 Februari 1969 dengan
membahas National Union of Student. Namun usaha-usaha yang dilakukan menernui jalan
buntu, hingga akhimya KAMI bubar dan beberapa anggotanya kembali pada organisasi yang
semula. PMII tetap melakukan gerakan-gerakan moral terhadap kasus dan penyelewengan
yang dilakukan oleh penguasa. Sejak Orde Baru berdiri, kemenangan berada di tangan Partai
Golkar dengan dukungan dari ABRI. Perubahan konstalasi politik pun terjadi perlahan dan
pasti.
Partai-partai politik Islam termasuk NU dimarjinalkan dan dimandulkan Dan disisi lain
kondisi intern NU dilanda konflik internal. Harus diakui bahwa sejarah paling dalam PMII
adalah ketika dipergunakannya independensi dalam Deklarasi Murnajati, 14 Juli 1972.
Dalam MUBES III pada masa kepemimpinan sahabat M Zamroni tersebut, dilakukan
rekonstruksi perjalanan PMII selama 12 tahun. Analisa untung-rugi ketika PMII tetap
bergabung (dependen) pada Induknya (NU). Namun sejauh itu pertimbangan yang ada tidak
jauh dari proses pendewasan. PMII sebagai organisasi kepemudaan ingin lebih eksis di mata
bangsanya. Hal ini terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang melatarbelakangi
Interpendensi PMII tersebut : Butir Pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan,
mutlak memerlukan insan Indonesia yang berbudi luhur, takwa kepada Allah, berilmu dan
bertanggung jawab, serta cakap dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya. Butir Kedua,
PMII sebagai organisasi pemuda Indonesia, sadar akan peranananya untuk ikut
bertanggungjawab bagi keberhasilan bangsa untuk dinikmati seluruh rakyat Butir Ketiga,
bahwa PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai dengan
idealisme Tawang Mangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, sikap keterbukaan dan
pembinaan rasa tanggungjawab. Berdasarkan pertimbangan tersebut, PMII menyatakan diri
sebagai organisasi independen, tidak terikat baik sikap maupun tindakan dengan siapapun, dan

17 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
hanya komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional, yang
berlandaskan Pancasila.
Deklarasi Murnajati tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam Kongres V PMII
di Ciloto, 28 Desember 1973. Dalam bentuk Manifesto Independesi PMII yang terdiri dari
tujuh butir. salah satu butirnya berbunyi : “.....bahwa pengembangan sikap keterbukaan, dan
panbinaan rasa tanggungjawab sebagai dinamika gerakan dilakukan dengan bermodal dan
bersifat kemahasiswaan serta didorong oleh moralitas untuk manperjuangkan pergerakan dan
cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila.".
Setelah PMII independen, selain melakukan aktifitas strategis dalam konstalasi nasional,
PMII juga melakukan pola pengkaderan secara sistematis yang mengacu pada terbentuknya
pemimpin yang berorientasi kerakyatan, kemahasiswaan dan pembangunan bangsa.
Perkembangan selanjutnya adalah lahirnya Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (IKAPMI) pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Ciumbeuleuit,
Jawa Barat, 1975. lahirnya Forum alumni ini merupakan upaya untuk memperkuat barisan
PMII dalam gerak perjuangannya. Dan akhirnya forum inipun disempurnakan lagi pada
Musyawarah Nasional Alumni 1988 di hotel Orchid Jakarta, menjadi Forum Silaturahmi
Keluarga ALUMNI (FOKSIKA) PMII dan Sahabat Abdul Padere ditunjuk sebagai ketuanya.
2) Interdependent PMII
Pada perkembangan lebih lanjut saat Kongres X dalam kepemimpinan sahabat M
lqbal Assegaf, pola hubungan PMII dengan NU menjadi interdependen, dimana PMII tetap
mempunyai perhatian khusus terhadap NU karena kesamaan kultur dan wawasan keagamaan
yang memperjuangkan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Beberapa kemungkinan hubungan
PMII-NU menjadi interdependen :
a. Kesamaan kultur dan pemahaman keagamaan sebagai ciri perjuangan.
b. Adanya rekayasa politik untuk mengembangkan kekuatan baru.
c. Menghilangkan rasa saling curiga antar tokoh sehingga kader-kader PMII akan lebih
mudah memasuki NU setelah tidak aktif di PMII.
Kendatipun demikian PMII memberikan catatan khusus independesinya yaitu bahwa
hubungan tersebut tetap memegang prinsip kedaulatan organisasi secara penuh dan tidak saling
intervensi baik secara struktural maupun kelembagaan PMII memanfaatkan hubungan
interdependen ini untuk kerjasama dalam pelaksanaan program-program nyata secara kualitatif
fungsional dan mernpersiapkan sumber daya manusia.

B. Keorganisasian PMII
1. Makna Filosofi Nama PMII
Dari namannya PMII disusun dari empat kata yaitu ”Pergerakan”, "Mahasiswa", "lslam”, dan
" Indonesia”. “Pergerakan” yang di kandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang
senantiasa bergerak menuju tujuan 2019 memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya
"Pergerakan" dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina
dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya
selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya. “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang
menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun
oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas
mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan
tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
”lslam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan
haluan/paradigma ahlussunah wal jama'ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam

18 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola
perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan
transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala
bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahrnat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat
saling berdialog antara satu dengan yang lainnya derni mewujudkan tatanan yang demokratis dan
beradab (civilized). Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.
2. Makna Filosofi Larnbang PMII
Lambang PMII diciptakan oleh H. Said Budairi. Lazimnya lambang, lambang PMII memiliki
arti yang terkandung di setiap goresannya. Arti dari lambang PMII bisa dijabarkan dari segi bentuknya
(form) maupun dari warnanya.
Dari Bentuk :
a. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan
pengaruh luar.
b. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
c. Lima bintang sebelah atas menggambarkan Rasululloh dengan empat sahabat terkemuka
(Khulafau al Rasyidien)
d. Empat bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama'ah.
e. Sanbilan bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat diartikan ganda yakni :
Rasululloh dan empat orang sahabatnnya serta empat orang imam madzhab itu laksana
bintang yang selalu bersinar cemerlan, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat
manusia. Sembilan orang pemuka penyebar agama Islam di Indonesia yang disebut
Walisongo.
Dari Warna
Biru, sebagaimana warna lukisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus
dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang
mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
Biru muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berarti ketinggian ilmu
pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
Kuning, sebagaimana warna dasar perisai-perisai sebelah bawah, berarti identitas
kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan semangat yang
selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.
3. Visi-Misi dan Tujuan PMII
a. Visi dasar PMII
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-lslaman dan visi kebangsaan.
Visi ke-lslaman yang dibangun PMII adalah visi ke-lslaman yang inklusif, toleran dan
moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan
yang demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan
keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali
b. Misi dasar PMII
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-lslaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai
perwujudan kesadaran beragarna, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII
sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual
bcrkewajiban dan bertanggung jawab mengernban komitmen ke-lslarnan dan ke-
Indonestaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan

19 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
bangsa Indonesia dari kerniskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual
maupun material dalam segala bentuk.
c. Tujuan didirikan PMII
Secara totalitas PMII sebagai suatu organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan
merubah kondisi sosial di Indonesia yang dinilai tidak adil, terutama dalam tatanan
kehidupan sosial. Selain itu juga melestarikan perbedaan sebagai ajang dialog dan
aktualisasi diri, menjunjung tinggi pluralitas, dan menghormati kedaulatan masing-
masing kelompok dan individu. Dalam lingkup yang lebih kecil PMII mencoba
menciptakan kader yang memiliki pandangan yang luas dalam menghadapi realitas sosial
ekonomi, politik, dan budaya. Memiliki pemahaman yang komprehensif tentang
berbagai macam paham pemikiran yang digunakan dalam menganalisa realins yang ada,
sehingga diharapkan seorang kader akan mampu memposisikan diri secara kritis dan
tidak terhegemoni oleh suatu paham yang dogmatis
4. Tripologi PMII
1. Tri Motto mencakup tiga aspek,yakni Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh.
2. Tri Komitmen yakni berupa Kejujuran, Kebenaran dan Keadilan.
3. Tri Khidmat tersusun dari tiga kata, Taqwa, Intelektual dan Profesional.
5. Jenjang Kaderisasi PMII
Jenjang kaderisasi dalam PMII terbagi menjadi 3 :
a. Kaderisasi Formal
- MAPABA
- PKD ( Pelatihan Kader Dasar).
- PKL ( Pelatihan Kader Lanjut).
- PKN (Pelatihan Kader Nasional)
b. Kaderisasi Informal
- Diskusi-diskusi ringan.
- Pelatihan event organizer.
- Kelas Rutin Bahasa Asing
c. Kaderisasi Non Formal
- Sekolah Aswaja.
- Sekolah Filsafat.
- Sekolah Epistemologi.
- Sekolah Public Speaking
6. Struktur Keorganisasian Dalam PMII
- Pengurus Besar PMII
- Pengurus Koordinator Cabang PMII
- Pengurus Cabang PMII
- Pengurus Komisariat PMII
- Pengurus Rayon PMII

20 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
MATERI IV
NDP
NILAI DASAR PERGERAKAN

A. Arti Nilai Dasar Pergerakan

Secara esensial nilai dasar pergerakan ini adalah suatu sublimasi nilai Ke-Islam-an dan Ke-
Indonesia-an dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah Wal Jamaah yang menjiwai
berbagai aturan memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan kegiatan PMII. sebagai pemberi
keyakinan dan pembenar mutlak. Islam mendasari dan menginspirasi Nilai Dasar Pergerakan ini
meliputi cakupan Aqidah, Syariah dan Akhlak dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat. dalam upaya memahami menghayati dan mengamalkan Islam tersebut PMII menjadikan
Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai pemahaman keagamaan yang paling benar

B. Fungsi Nilai Dasar Pergerakan

1. Kerangka refleksi (landasan berfikir)


NDP merupakan ruang untuk melihat dan merenungkan kembali secara jernih setiap gerakan
dan tindakan organisasi. Bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, dan nilai-nilai yang
akan memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran ideal.

2. Kerangka aksi (landasan berpijak)


NDP merupakan landasan etos gerak organisasi dan setiap anggota. Bergerak dalam
pertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, dan pembelajaran sosial.

3. Kerangka ideologis (sumber motivasi)


NDP menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan berjuang
mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Begitu juga menjadi landasan berfikir dan etos
gerak anggota untuk mencapai tujuan organisasi melalui cara dan jalan yang sesuai dengan
minat dan keahlian masing-masing.

C. KEDUDUKAN

1. NDP menjadi rujukan utama setiap produk hukum dan kegiatan organisasi
2. NDP menjadi sumber kekuatan ideal setiap kegiatan organisasi
3. NDP menjadi pijakan argumentasi dan pengikat kebebasan berfikir, berbicara, dan bertindak

D. RUMUSAN

1. Tauhid

Allah adalah esa dalam segala totalitas zat sifat-sifat dan perbuatan-perbuatannya Allah adalah
Dzat yang fungsional Allah menciptakan memberi petunjuk memerintah dan memelihara alam
semesta ini Allah juga menanamkan pengetahuan membimbing dan menolong manusia. Allah
Maha Mengetahui Maha penolong Maha bijaksana Hakim maha adil dan maha Tunggal Allah
Maha mendahului dan maha menerima segala bentuk Pujaan dan penghambaan.

2. Hablum Minallah

Allah adalah pencipta segala sesuatu dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-
baik kejadian dan menganugrahkan kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan

21 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
ciptaannya yang lain. pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas artinya
pola ini dijalani dengan mengharapkan keridhaan Allah sehingga pusat perhatian dalam
menjalani dua pola ini adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh. sedangkan hasil optimal
sepenuhnya kehendak Allah dengan demikian berarti diberikan penekanan menjadi ikhlas yang
mengembangkan 2 pola hubungan dengan Allah dengan menyadari arti niat dan ikhtiar
sehingga muncul manusia manusia yang ber kesadaran tinggi kreatif dan dinamik dalam
berhubungan dengan Allah namun tetap Taqwa dan tidak pongah kepada Allah

3. Hablum Minannas

Hubungan manusia dengan manusia kenyataan bahwa Allah meniupkan ruh Nya
kepada materi dasar manusia menunjukkan. bahwa manusia berkedudukan Mulia diantara
ciptaan-ciptaan Allah memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang dimiliki manusia anak
manusia mempunyai kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya sebagai
warga dunia manusia adalah satu dan sebagai warga negara manusia adalah berbangsa. sebagai
Mukmin manusia adalah bersaudara sedangkan berhubungan antara muslim dengan nonmuslim
dilakukan guna membina hidup kehidupan manusia dengan tanpa mengorbankan keyakinan
terhadap universalitas dan kebenaran Islam sebagai ajaran kehidupan Paripurna dengan tetap
berpegangan pada keyakinan ini dibina hubungan dan kerjasama secara damai dalam mencapai
cita-cita kehidupan bersama umat manusia nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan
antar manusia tercakup dalam persaudaraan antar pergerakan persaudaraan sesama Islam
persaudaraan sesama warga bangsa dan persaudaraan sesama umat manusia berperilaku
persaudaraan ini harus menempatkan Insan pergerakan pada posisi yang dapat memberikan
kemanfaatan maksimal untuk diri dan lingkungan persaudaraan

4. Hablum Minal Alam

Sebagai ciptaan Allah alam berkedudukan sederajat dengan manusia namun Allah
menunjukkan alam sebagai manusia dan Bukan sebaliknya jika sebaliknya yang terjadi maka
manusia akan terjebak dalam penghambaan terhadap alam bukan penghambaan terhadap Allah
karena itu sesungguhnya berkedudukan sebagai khalifah di bumi untuk menjadikan bumi
maupun alam sebagai objek dan Wahana dalam bertauhid dan menegaskan dirinya perilaku
manusia terhadap alam tersebut dimaksud untuk memakmurkan kehidupan di dunia dan
diarahkan kepada kebaikan di akhirat di sini berperilaku upaya berkelanjutan untuk
mentransendensikan segala aspek kehidupan dan manusia sebab akhirat adalah masa masa
depan eskatologis yang tak terelakan kehidupan akhirat akan dicapai dengan sukses kalau
kehidupan manusia benar-benar fungsional dan beramal saleh.

22 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
MATERI V
KEISLAMAN

A. Islam di Indonesia

Dari segi etimologi Islam dapat diambil dari kata “aslama” yang berarti menyerah kepada
kehendak Allah SWT, kemudian dari kata “silmun” yang berarti damai dengan Allah SWT dan sesama
makhluk, serta dari kata “salima” yang berarti selamat dunia dan akhirat. Kata “aslama” merupakan
turunan dari kata assalmu, assalam, assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir
dan batin. Dari asal kata ini dapat diartikan bahwa dalam Islam terkandung makna suci, bersih tanpa
cacat, atau sempurna. Kata Islam juga dapat diambil dari kata assilmu dan assalmu yang berarti
perdamaian dan keamanan. Dari asal kata ini Islam mengandung makna perdamaian dan keselamatan,
oleh karena itu kalimat “assalamu’alaikum” merupakan tanda kecintaan seorang muslim kepada yang
lain, karena kalimat tersebut selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada sesama. Kemudian dari kata
assalamu, assalmu dan assilmu yang berarti menyerahkan diri, tunduk dan taat. Semua asal kata
tersebut berasal dari tiga huruf; sin, lam dan mim yang artinya sejahtera, tidak tercela dan selamat.

Dari pengertian-pengertian kata sebagaimana diungkapkan diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada kehendak Allah.
Kepatuhan dan ketundukan kepada Allah tersebut melahirkan keselamatan dan kesejahteraan diri serta
kedamaian kepada sesama manusia dan lingkungannya dan mewujudkan keselamatan hidup di dunia
dan akhirat

Pengertian Islam dari segi terminologi terbagi menjadi tiga, yaitu secara khusus, umum dan
menurut para ulama.

1. Secara Khusus

Pengertian Islam dari segi terminologi secara khusus yaitu; Islam adalah agama Allah yang dibawa dan
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril agar dijadikan pedoman
hidup di dunia dan akhirat.

2. Secara Umum

Adapun secara umum, Islam adalah agama yang dibawa dan diajarkan oleh semua Nabi dan Rasul Allah
sejak Nabi yang pertama, yaitu Nabi Adam as sampai dengan nabi yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad
SAW.

3. Menurut Para Ulama

Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan ke muka bumi dan terbina dalam bentuknya yang terakhir
dan sempurna dalam Al Quran yang suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi yang terakhir,
yaitu Nabi Muhammad SAW. Satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap
mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material

B. Proses Masuknya Islam di Indonesia

Islam menjadi agama terbesar yang dianut oleh bangsa Indonesia. Pertumbuhannya begitu
cepat dan masif. Bahkan, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara Islam terbesar
di dunia. Lalu bagaimana Islam pertama kali masuk ke Indonesia dan menyebar dengan

23 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
begitu pesat? Ada beberapa teori perkembangan Islam di Indonesia yang dikemukakan oleh
ahli. Teori yang paling populer adalah teori Gujarat, Persia, dan Arab.

1. Teori Gujarat

Teori masuknya Islam dari Gujarat India ini dikemukakan oleh peneliti di Belanda, seperti
Pijnappel, Snouck Hurgronje dan Moquette.Berdasarkan teori ini diceritakan bahwa orang-
orang Islam di Arab melakukan perjalanan ke Gujarat India. Di sana, Islam mazhab Syafi'i
berkembang diajakan oleh orang-orang ini. Lalu, orang-orang dari Gujarat membawanya ke
Indonesia.Orang Gujarat sebelumnya telah memiliki hubungan dagang dengan Nusantara,
sehingga Islam pun sedikit demi sedikit menyebar diantara kaum pedagang. Inilah mengapa
mazhab di Indonesia dan Gujarat memiliki kesamaan yaitu mazhab Syafi'i. Sementara itu,
Moquetta menuliskan bahwa masuknya Islam dari Gujarat ini diperkuat dengan adanya batu
nisan milik Sultan Malik Al-Saleh di Pasai. Batu nisan model serupa juga ditemukan di
Semenanjung Malaya, dan Gresik. Batu nisan ini memiliki kesamaan dengan batu nisan yang
terdapat di Kambay Gujarat.

2. Teori Mekkah

Teori ini menyebutkan bahwa Islam masjuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad
ke-7 Masehi. Ulama Buya Hamka mengemukakan bahwa Islam berasal dari tanah Arab atau
Mesir yang dibawa para kaum musafir oleh kaum Sufi. Kaum Sufi ini pernah diungkapkan oeh
A. H Johns bahwa mereka sering mengembara ke temat-tempat di dunia untuk mendirikan
kumpulan atau tarekat. Buya menuliskan dalam bukunya Membongkar Kejumudan: Menjawab
Tuduhan-Tuduhan Salafi Wahhabi, bahwa Gujarat hanyalah tempat singgah sementaa para
pedagang Arab sebelum masuk ke Indonesia.

3. Teori Persia

P.A. Hosein Djajadiningrat mengemukakan teori datangnya Islam dari Persia ini karena
banyaknya persamaan budaya Islam antara Indonesia dengan Persia. Peringatan Assyura arau
10 Muharram untuk memperinhati syahidnya Huesein ini terdaat di kedua negara. Penggunaan
ejaan membaca huruf Arab antara orang Persia dan Indonesia pun memiliki kemiripan. Selain
itu, ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran Al-Hallaj juga memiliki kesamaan yang
berkembang dalam bentuk puisi. Teori ini juga menunjukkan bahwa Islam Persia
mempengaruhi perkembangan mazhab Syafi'i yang dianut umat muslim Nusantara.

4. Teori Muslim China

Selain ketiga teori di atas, ada pula teori sejarah masuknya Islam di Indonesia yang berasal dari
umat muslim China. Menyadur dari NU Online, teori ini dikemukakan oleh Slamet Mulyana
dan Sumanto Al-Qurtuby, "Ini bukan teori saya tapi ditulis oleh salah satu profesor Indonesia
yang sekarang mengajar di Saudi yaitu Profesor Al Qurtuby," kata Budy Sugandi yang saat itu
tengah menjadi kandidat Doktor di Southwest University, China. Budy menjelaskan, pedagang
Muslim China datang dan menetap di Indonesia melalui Palembang pada abad ke-9. Para
pedagang China ini kemudian menjalin perkawinan dengan warga setempat. Hingga terjadi
perkawinan seorang perempuan China dengan Raja Brawijaya V yang kemudian melahirkan
anak bernama Jin Bun atau yang lebih dikenal sebagai Raden Patah. Raja pertama Kesultanan
Demak.

24 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
C. Proses penyebaran islam di Indonesia

Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui perdagangan,
perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemuanya mendukung meluasnya ajaran
agama Islam.

1. Perdagangan

Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan
India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi
logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para
pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewaajiban
berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan
kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia
memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru
dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam
tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaran Islam
melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.

2. Perkawinan

Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin membaik. Para
pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang
itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara
itu pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya
dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya
menjadi Raja Demak.

3. Politik

Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan penting
dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya
akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karea, masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk
agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan wilayah
kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

4. Pendidikan

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok pesantren. Dan
di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan
agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama
Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya
kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam.
Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan
Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri
yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dan lain sebagainya .

5. Seni Budaya

Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni tari,
seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls.
Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran
Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin
memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :

25 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
a. Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk
Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.

b. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang
diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta
tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.

c. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat. Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian.

d. Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Diantaranya yang disebut Tahlil.

6. Tasawuf

Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya. Para Sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para
Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.

Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima masyarakat
dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang menyebabkan Islam cepat
bekembang di Indonesia antara lain :

a. Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat;

b. Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;

c. Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;

d. Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.

D. Kerajaan-Kerajaan Islam

1. Samudera Pasai

a. Letak

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di bumi nusantara ini pantai timur
Sumatera bagian utara yang dekat jalur pelayaran perdagangan internasional, Selat Malaka.

b. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebenarnya tidak banyak. Sumber sejarahnya antara
lain adalah makan Sultan Malik as-Saleh dan catatan Ibnu Batutah dan Cheng Ho.

c. Sultan

1267-1297 : Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)

1297-1326 : Sultan Malik Al Thahir (Sultan Malikul Thahir)

d. Peristiwa Penting

26 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
Pada masa kekuasaan Sultan Malik Al-Thahir (1921-1236), terjadi peristiwa penting yaitu
saat Abdullah (putra Sultan Malik as-Saleh) memisahkan diri ke Aru dan bergelar (Sultan
Malikul Mansur).

e. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Samudera Pasai adalah:

1. Kerajaan Majapahit berambisi menyatukan bumi nusantara.


2. Berdirinya Kerajaan Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis karena berada di daerah
pusat Selat Malaka.
3. Setelah Sultan Malik Al-Thahir wafat, tidak ada yang meggantikan tahta sehingga
penyebaran agama Islam diambil dan diteruskan oleh Kerajaan Aceh.

2. Kerajaan Aceh

a. Letak

Secara geografis, Kerajaan Aceh terletak strategis di Sumatera bagian utara dekat jalur
pelayaran perdagangan internasional, sekitar Selat Malaka.

b. Sumber Sejarah

Sumber sejarah Kerajaan Aceh adalah Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Baiturrahman, catatan
Lombard, dan asal-usul Aceh yang berupa cerita turun-temurun.

c. Sultan

1511-1530 : Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah

1530-1539 : Sultan Salahuddin


1539-1571 : Sultan Alaidin Riayat Syah (Sultan Al Qahhar)
1571-1579 : Sultan Husain Alaidin Riayat Syah
1579-1580 : Sultan Zainal Abidin
1581-1587 : Sultan Alaidin Mansyur Syah
1587-1589 : Sultan Mugyat Bujang
1589-1604 : Sultan Alaidin Riayat Syah
1604-1607 : Sultan Muda Ali Riayat Syah
1607-1636 : Sultan Iskandar Muda (Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah)
1636-1641 : Sultan Iskandar Sani

d. Peristiwa Penting

Salah satu peristiwa penting yang dialami Kerajaan Aceh adalah Perang Aceh, yaitu dimulai
sejak Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh.

e. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh adalah:


1. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan
daerah Aceh yang begitu luas.
2. Di masa Sultan Iskandar Sani, disinilah masa-masa kemunduran dan setelah beliau wafat,
kemunduran itu lebih terasa sangat mundur.
3. Timbulnya pertikaian terus menerus di Kerajaan Aceh antara golongan bangsawan (teuku)
dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.

27 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
4. Daerah-daerah bawahan banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak,
Minangkabau, dan Siak.

3. Kerajaan Demak

a. Letak

Kerajaan Demak pada masa itu berada di tepi laut, berada di Kampung Bintara, menjadi Kota
Demak, Jawa Tengah.

b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Demak yaitu masjid yang sangat terkenal yaitu Masjid Agung
Demak. Ada juga sumber sejarah yang lain, yaitu Pintu Bledeg, Piring Campa, Saka Tatal,
Dampar Kencana, serta makam sultan-sultan Kerajaan Demak.

c. Sultan
1518-1521 : Pati Unus
1521-1548 : Sultan Trenggana

d. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Demak yaitu di Masjid Agung Demak,
pada tahun 1668 Sunan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram Islam mengucap sumpah setia
terhadap perjanjian dengan Belanda yang ditandatangani setelah Kapten Tack di Kartasura.

e. Penyebab Kemunduran

Berikut ini adalah penyebab kemunduran Kerajaan Demak:


a. Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Seda di Lepen dan
Sunan
Prawoto (putra Sultan Trenggana)
b. Raden Patah kurang menarik simpati orang-orang pedalaman dan bekas rakyat Kerajaan
Majapahit.

4. Kerajaan Pajang

a. Letak
Kerajaan Pajang yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja berada di perbatasan
Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Pajang adalah salah satu peninggalan karya sastra Islam yaitu Babad
tanah Jawi.

c. Sultan
1549-1582 : Jaka Tingkir (Hadiwijaya)
1583-1586 : Arya Pangiri (Ngawantipuro)
1586-1587 : Pangeran Benawa (Prabuwijoyo)

d. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Pajang yaitu:

1. Ki Ageng Pamanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Hadiwijaya atas jasanya
mengalahkan Arya
Panangsang.
2. Ki Ageng Pamanahan membangun istana di Pasargede atau yang sekarang disebut

28 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
Kotagede.
3. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya sebagai penguasa baru di Mataram.
4. Pasukan Kesultanan Pajang yang menyerbu Mataram porak-poranda diterjang letusan
Gunung Merapi.

e. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Pajang yaitu:


1. Sultan Hadiwijaya sakit dan wafat.
2. Pemerintahan Arya Pangiri disibukkan dengan balas dendam terhadap Kerajaan Mataram
Islam.
3. Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Kerajaan Pajang.
4. Perang Kerajaan Pajang melawan Kerajaan Mataram Islam dan Jipang berakhir kekalahan
Arya Pangiri.
5. Tidak ada pengganti tahta kerajaan setelah Pangeran Benawa.
6. Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram Islam

5. Kerajaan Mataram Islam

a. Letak
Kerajaan Mataram Islam asal-usulnya adalah suatu Kadipatan di bawah Kesultanan Pajang
dan berpusat di Bumi Mentaok yang diberikan pada Ki Ageng Pamanahan sebagai hadiah
jasanya. Kerajaan Mataram Islam juga beribukota di Kota Gede, Karta, dan Pleret.

b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam sebenarnya terbatas, yaitu berasal dari naskah
Babad, Serat, dan tradisi lisan.

c. Sultan
1587-1601 : Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya)
1601-1613 : Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang)
1613-1645 : Sultan Agung (Raden Mas Rangsang)
1645-1677 : Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum)

d. Peristiwa Penting
Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Mataram Islam, yaitu:
1. Mataram menjadi Kerajaan dengan Sutawijaya sebagai sultan.
2. Panembahan Hanyakrawati dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat
saat berburu.
3. Pertentangan dan perpecahan keluarga kerajaan dimanfaatkan oleh VOC.

e. Penyebab Kemunduran
Kemunduran Kerajaan Mataram Islam berawal kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai Jawa dari Belanda.

6. Kerajaan Cirebon

a. Letak
Letak Kerajaan Cirebon adalah di pantai utara Pulau Jawa.

b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Cirebon menurut Sulendraningrat adalah berasal dan mendasar dari

29 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
atau pada Babad Tanah Sunda dan Atja.

c. Sultan
1455-1479 : Pangeran Cakrabuana
1479-1568 : Sunan Gunung Jati
1568-1570 : Fatahillah
1570-1649 : Panembahan Ratu I
1649-1677 : Panembahan Ratu II

d. Peristiwa Peenting
Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.

e. Penyebab kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Cirebon yaitu:


1. Terjadinya kevakuman kekuasaan.
2. Terjadi perpecahan diantara putra-putra Raja Cirebon.
3. Ikut campur VOC dalam mengatur Kerajaan Cirebon

7. Kerajaan Banten

a. Letak
Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten.

b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah tentang Kerajaan Banten sangat sedikit dapat ditemukan karena di abad XVI
Kerajaan Banten telah menjadi pelabuhan Kerajaan Sunda. Dan salah satu sumber sejarah
Kerajaan Banten adalah catatan dari Ten Dam.

c. Sultan
1552-1570 : Maulana Hasanuddin
1570-1585 : Maulana Yusuf
1585-1596 : Maulana Muhammad
1596-1647 : Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir
1647-1651 : Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad
1651-1682 : Sultan Ageng Tirtayasa
1683-1687 : Sultan Haji

d. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Banten yaitu:

1. Sultan Ageng Tirtayasa menolak VOC menerapkan mono poli.


2. Rakyat Kerajaan Banten membuat VOC kewalahan dengan merusak kebun tebu milik
VOC.
3. Kemenangan Sultan Haji menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Banten.

e. Penyebab Kemunduran
Terjadi perang saudara di Kerajaan Banten antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar
Kerajaan Banten.

8. Kerajaan Gowa dan Tallo

a. Letak
Kerajaan Gowa dan Tallo bergabung menjadi satu dengan nama Kerajaan Makassar yang
terletak di Sulawesi Sekatan.

30 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Makassar adalah berasal dari catatan Tome Pires.

c. Sultan
1591-1639 : Sultan Alaudin
1639-1653 : Sultan Muhammad Said
1653-1669 : Sultan Hasanudin

d. Peristiwa Penting
Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru
Palaka.

e. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Makassar yaitu:

1. Terjadi pertentangan keluarga bangsawan.


2. Tidak ada regenerasi yang cakap.
3. Kerajaan Makassar terdesak setelah VOC menjalin kerja sama dengan Raja Bone di Aru
Palaka.

9. Kerajaan Ternate dan Tidore

a. Letak

Kerajaan Ternate dan Tidore adalah kerajaan Islam di Maluku dan merupakan kerajaan
terlama yang pernah berdiri di Nusantara.

b. Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore masih belum jelas karena tidak memiliki kutipan
pada kalimat. Jadi, sumber sejarah Kerajaan Ternate adalah berupa catatan kaki yang sulit
diterjemahkan karena tidak memiliki kutipan yang disebut pada zaman itu yaitu Royal Ark
Ternate.

c. Sultan
1486-1500 : Sultan Zainal Abidin
1500-1534 : Sultan Tabariji
1534-1570 : Sultan Hairun
1570-1583 : Sultan Baabullah

d. Peristiwa Penting

Peristiwa penting yang pernah terjadi di Kerajaan Ternate dan Tidore yaitu:
1. Portugis diizinkan mendirikan benteng di Ternate dengan alasan untuk melindungi Ternate.
2. Di masa pemerintahan Sultan Hairun berhasil mengusir Spanyol dari tanah Maluku.
3. Di masa pemerintahan Sultan Baabullah berhasil merebut benteng Portugis di Ternate
bahkan mengusirnya dari tanah Maluku.

e. Penyebab Kemunduran

Penyebab kemunduran Kerajaan Ternate dan Tidore yaitu:


1. Adu domba Tidore dilakukan bangsa asing
2. VOC menguasai rempah-rempah di Maluku.

31 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
E. Relasi Demak dan walisongo

Para Walisongo dalam melakukan aktivitas dakwahnya antara lain sangat me mperhitungkan
wilayah strategis. Beranjak dari sinilah, para Walisongo yang dikenal jumlahnya ada sembilan orang
tersebut melakukan pemilihan wilayah dakwahnya tidak sembarangan. Penentuan tempat dakwahnya
dipertimbangkan pula dengan faktor geostrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya. Kalau kita
perhatikan dari kesembilan wali dalam pembagian wilayah kerjanya ternyata mempunyai dasar
pertimbangan geostrategis yang mapan sekali. Kesembilan wali tersebut membagi kerja dengan rasio
5:3:1. Jawa Timur mendapat perhatian besar dari para Walisongo. Di sini terdapat 5 Wali, dengan
pembagian teritorial dakwah yang berbeda. Maulana Malik Ibrahim, sebagai wali perintis, mengambil
wilayah dakwahnya di Gresik. Setelah Malik Ibrahim wafat, wilayah ini dikuasai oleh Sunan Giri.
Sunan Ampel mengambil posisi dakwah wilayahnya di Surabaya, Sunan Bonang sedikit ke Utara di
Tuban. Sedangkan, Sunan Drajat di Sedayu. Berkumpulnya kelima wali ini di Jawa Timur adalah
karena kekuasaan politik saat itu berpusat di wilayah ini. Kerajaan Kediri, di Kediri dan Majapahit di
Mojokerto. Di Jawa Tengah para wali mengambil posisi di Demak, Kudus, dan Muria. Sasaran dakwah
para wali yang ada di Jawa Tengah tentu berbeda dengan yang ada di Jawa Timur. Di Jawa Tengah
dapat dikatakan bahwa pusat kekuasaan politik Hindu dan Budha sudah tidak berperan lagi. Hanya para
wali melihat realitas masyarakat yang masih dipengaruhi oleh budaya yang bersumber dari ajaran Hindu
dan Budha. Saat itu para Wali mengakui seni sebagai media komunikasi yang mempunyai pengaruh
besar terhadap pola pikir masyarakat. Oleh kerana itu, seni dan budaya yang sudah berakar di tengah-
tengah masyarakat menurut mereka perlu dimodifikasi, dan akhirnya bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan dakwah. Terakhir yaitu di Jawa Barat, menempatkan seorang wali yaitu Sunan Gunung
Jati. Bagi seorang juru dakwah, mengubah sebuah tatanan masyarakat yang sangat kompleks dan telah
mengakar dalam sebuah tatanan laku hidup sehari-hari memang tidaklah semudah berdebat secara
ilmiah dan logika. Oleh karena itu, dalam dakwahnya kepada masyarakat Jawa, tidak jarang para wali
menerapkan beberapa model dakwah dengan memasuki unsur-unsur kebudayaan yang ada di
masyarakat. Para Wali berani memasuki wilayah ini tentu dengan sebuah prinsip yang tidak dapat
ditawar, yaitu senantiasa membelokkan adat dan norma yang sesuai dengan ajaran Islam dan membuang
serta mengganti adat yang berbau kesyirikan dengan memasukkan unsur Islam ke dalam adat tersebut.

Para juru dakwah kontemporer menamakan model dakwah ini dengan sebutan Metode al-
hikmah, dimana cara-cara berdakwah para wali merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan
secara popular, atraktif, dan sensasional. Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi
masyarakat awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyarakat awam itu mereka hadapi secara
massal. Kadang-kadang terlihat sensasional bahkan ganjil dan unik sehingga menarik perhatian umum.
Dalam rangkaian metode ini kita dapati misalnya, Sunan Kalijaga dengan gamelan Sekatennya. Atas
usul Sunan kalijaga, maka dibuatlah keramaian dengan gamelan Sekaten yang secara istilah diambil
dari ata syahadattain (dua kalimah pesaksian kunci keIslaman), yang diadakan di Masjid Agung dengan
memukul gamelan yang sangat unik dalam hal langgaman lagu maupun komposisi instrumental yang
telah lazim pada waktu itu. Keramaian diadakan menjelang peringatan hari Maulud Nabi Muhammad
SAW. Selain itu, Sunan Kalijaga juga menggelar lakon wayang baru dan telah dimodifikasi dengan
mengganti seluruh konten-konten syirik karya Mpu Walmi dengan konsep tauhid dan ajaran Islam.

F. Peta Pemikiran dan Gerakan Islam di Indonesia

Marshall G.S. Hodgson membagi sejarah peradaban Islam ke dalam tiga periode, yaitu Periode
Klasik antara abad VII sampai X Masehi, Periode Pertengahan antara abad X sampai XV Masehi dan
Periode Modern yang berlangsung antara abad XVI sampai XX Masehi. Pada Periode Pertengahan,
lanjut Hodgson, merupakan periode yang harus dilalui masyarakat muslim dengan penuh kegelapan.
Setelah berjaya dengan meraih supremasi dan dominasi di dunia internasional pada Periode Klasik,
masyarakat muslim harus berhadapan dengan berbagai permasalahan yang menyebabkan

32 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
kemundurannya. Kondisi masyarakat muslim pada periode ini tidak lebih berkembang dari kondisi
masyarakat Barat pada Periode Klasik.

Setelah era Wali Songo, lahirlah ulama-ulama Nusantara yang sangat terkenal yang mewarisi
tokoh Islam sebelumnya, seperti Nuruddin ar Raniri, Abdur Rouf al Sinkili, Muhammad Yusuf al
Makassari, Kiai Ageng Hasan Besari, Syaikh Mutamakkin, Sayyid Sulaiman, Kiai Jamsari, Syaikh
Muqayyim. Yang kemudian diteruskan oleh Ulama Haramain (al Jawwi) yang bermukim di Makkah
diantaranya, Syaikh Muhammad Nawawi al Bantani (Banten) dan Syaikh Ahmad Khatib al
Minangkabawi (Minangkabau) yang memberikan pesan-pesan dan dorongan kemerdekaan bangsa
Indonesia untuk lepas dari belenggu penjajah, sebab umat Islam tidak akan bebas beribadah dengan
cara merebut kemerdekaan, yang kemudian generasi Ulama al Jawwi itu mempunyai murid KH
Muhammad Kholil Bangkalan (Madura), KH. Ahmad Dahlan, dan KH Muhammad Hasyim Asy’ari
(Jombang) sebagai generasi abad 19 M. yang kemudian dilanjutkan generasi ulama pesantren sampai
sekarang.

Corak keislaman Indonesia sejak awal dipengaruhi oleh Kerajaan Turki Otoman yang dipimpin
oleh Sultan Ahmad Tsani yang bekerja sama dengan Ibnu Sa’ud, Muhammad bin Abdul Wahab dan
Muhammad Abduh. Kemudian Sultan mengutus Syaikh Maulana Malik Ibrahim, Syaikh Samarkand,
Syaikh Jumadil Qubro, dan Syaikh Jafar Shadiq. Namun ketika ulama utusan dari kerajaan Otoman ke
tanah Jawa, kerajaan Turki hancur diserang Inggris dan Perancis yang bekerjasama dengan Ibn Sa’ud.
Ibnu Sa’ud mempunyai guru yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab yang kemudian alirannya
disebut Wahabiyah dan negaranya bernama Saudi Arabia yang dinisbatkan pada Ibnu Sa’ud. Proses
polarisasi setelah dunia Arab dilanda gerakan pemurnian dan pembaharuan, yang dipelopori oleh
Muhammad Ibnu Abdul Wahab dengan paham Wahabiyahnya berkolaborasi dengan penguasa baru
Arab yakni Ibnu Sa’ud. Gerakan ini tidak hanya menyangkut aspek ibadah dan akidah, namun juga
muamalah. Sejak paham Wahabi merambah tanah air, maka sejak itulah umat Islam Indonesia yang
awalnya “homogen” menjadi terpolarisasi dengan paham Wahabi sampai sekarang dengan varian-
varian yang lebih beragam.

Setelah Haramain jatuh ke Ibnu Sa’ud, penguasa baru di tanah Arab itu kemudian
menggandeng Ibnu Abdul Wahab dalam gerakan pemurnian dan pembaharuan Islam. Ada dua misi
besar yang diinginkan, pertama menjadi Khilifah Islamiyah yang bersifat tunggal di kalangan dunia
Islam, untuk menggantikan Khilifah Usmaniyah di Turki yang baru digulingkan oleh Gerakan Turki
Muda pimpinan Kemal Attaturk, kedua menjadikan paham Wahabi sebagai satu-satunya madzhab
tunggal di kalangan umat Islam dunia. Paham Wahabiyah juga tidak dapat dibendung untuk masuk ke
dalam Indonesia. Masalah pokok yang menjadi sumber ketegangan sesungguhnya bukanlah substansi
dari nilai ajaran Islam, tetapi lebih menunjuk kepada aspek khilafiyah, seperti soal taqlid, upacara
kematian, tahlil dan talqin, ushalli dan sebagainya atau isu yang terkenal kala itu adalah TBC (tahayyul,
bid’ah dan churafat). Fenomena inilah yang kemudian menjadi salah satu sebab atau motivasi kenapa
Nahdlatul Ulama (NU) harus berdiri pada tahun 1926.

Setelah NU berdiri, ketegangan di kalangan umat Islam Indonesia bukan tidak ada, tetapi
berpindah dari ranah kultural ke ranah politik. Dijelaskan oleh Djohan Effendi (2010), sejak
pembentukannya pada tahun 1926, NU menempati posisi sentral dan memainkan peranan penting di
kalangan masyarakat santri, terutama di pedesaan. Ia menunjukkan kemampuan membangkitkan
kesadaran kolektif umat Islam Indonesia, terutama di bidang agama, sosial, kebangsaan, pendidikan
dan lain sebagainya. Dari segi gerakan dan organisasi massa (ormas), kita mengenal beberapa segmen,
antara lain: Sarekat Dagang Islam-SDI (1905); Jamiatul Khoiriyah (1905); SDI berubah menjadi SI
(1911); Muhammadiyah (1912); al Irsyad (tt); Persis (1923); NU (1926); Perti (1928); al Washliyah
(1930); dan lain-lain. Adapun yang berbentuk partai politik, antara lain: PSI (1923); Perti (tt); Partai
Arab (tt); Masyumi (1943); NU (1953), PSII (tt), Parmusi (tt), dan lain-lain. Kini, partai politik Islam
terfragmentasi pada berbagai partai, antara lain: PKB, PPP, PAN, PKS, dan PBB. Di kalangan pemuda
dan mahasiswanya, terdapat sejumlah organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, antara lain: PMII,
HMI, IPNU/IPPNU, Pemuda Muhammadiyah, IMM, PII, dan lain-lain. Pada kelompok kepentingan

33 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
(interest group), terdapat beberapa organisasi, antara lain: FPI, HTI, KISDI, Lasykar Jihad, JAT, MMI,
LDII, JIL, JIM dan lain-lain.

Oleh karena itu, jika dilihat dari perspektif politik, tidak selalu orang NU didentikkan dengan
salah satu partai politik tertentu. Namun, dalam bidang aqidah, muamalah, dan harakah orang NU
mempunyai manhaj sendiri yakni manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah yang bersifat dinamis dan moderat
dalam menghadapi persoalan. Kemoderatan ini berangkat dari konsep wasathiyah yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW, bahwa sebaik-baiknya sesuatu adalah yang berada di tengah atau ayat ke-143
surat al Baqarah tentang pembentukan umat yang wasathan.

34 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
MATERI VI

ANALISA SOSIAL dan ANALISIS DIRI

A. Pengertian Analisis Diri


Analisis diri merupakan suatu pencapaian yang cermat terhadap unsur-unsur yang
diinginkan oleh seorang jati diri manusia, hingga akhirnya akan dapat menemukan mana di antara
unsur-unsur tersebut yang paling kuat, dan akan dapat memahami dengan jelas seperti apa
sebenarnya karakter dari unsur-unsur tersebut yang paling relevan untuk diimplementasikan kepada
jati diri seseorang tersebut.
Analisis diri dapat dipahami sebagai metode yang paling primer dalam pembelajaran
sebelum mengupas tuntas bagaimana kondisi sosial yang sedang terjadi di lingkungan sekitar.
Bagaimana kita menemukan suatu cara atau metodologi dalam melakukan analisis diri? Tentu hal
tersebut menjadi pertanyaan yang paling mendasar di setiap benak orang apabila masih ragu untuk
memahami apa yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Dalam melakukan analisis diri, setiap orang dianjurkan untuk “Berpikir dengan pensil dan
kertas.” Cara ini sangat membantu anda dalam mendapatkan bentuk yang jelas dari pemikiran-
pemikiran anda dan selain itu juga memberi pola yang pasti dan logis pada hasil pekerjaan anda.
Mulailah dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada diri anda masing-masing. Semisal,
“Apa keinginanku yang paling kuat? Apa yang aku inginkan di atas segalanya? Apa saja Nilai-
Keinginanku yang tertinggi?” setelah itu mulailah untuk “Berpikir dengan pensil dan kertas,” dan
jawablah pertanyaan penting yang baru saja diajukan. Ambil pensil anda lalu tuliskan ke inginan
anda yang paling kuat saat mereka muncul ke dalam kesadaran anda sebagai tanggapan atas
permintaan anda. Tulis dengan hati-hati benda, tujuan dan cita-cita, aspirasi dan ambisi, harapan
dan pengharapan yang penuh dengan keyakinan, yang memunculkan diri untuk ditulis di dalam
proses inventarisasi mental. catat semuanya, tanpa memikirkan apakah akan tercapai di masa
mendatang.
B. Manfaat Analisis Diri
a. Menemukan jati diri yang sebenarnya.
b. Menjadi peranan penting dalam proses pengembangan siklus kehidupan.
c. Menumbuhkan keyakinan untuk mencapai tujuan.
d. Modal penting untuk terjun ke masyarakat.
C. Teori dan Prinsip Analisis Diri
Menurut Alfred Adler, seorang psikolog, dokter, terapis, sekaligus awal aliran psikologi
invididual. Teori dan prinsip mengenai analisi diri adalah sebagai berikut :
a. Berjuang meraih keberhasilan atau superioritas.
Bedasarkan teori adler bahwa kepribadian seseorang mempunyai prinsip yaitu
kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau
superioritas. Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal- berjuang untuk
meraih keberhasilan atau sperioritas.
b. Persepsi Subjektif
Prinsip Adler yang kedua adalah persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku
keperibadian mereka. Manusia berjuang meraih keunggulan atau keberhasilan untuk mengganti
perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka ditentukan oleh kenyataan, namun oleh
persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan masa depan.
c. Kesatuan dan Sel-Consistency dari kepribadian
Prinsip ketiga adlerian adalah kepribadian itu menyatu dan self-consistent. Konsistensi
dalan melakukan suatu hal untuk meraih tujuan adalah hal yang sangat penting. Adler

35 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
berkeyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan, pikiran yang tidak konsisten itu
tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan semuanya mengarah pada satu sasaran dan berfungsi
untuk mencapai satu tujuan.
d. Minat Sosial
Prinsip adler yang keempat adalah nilai dari semua aktivitas harus dilihat dari sudut
pandang minat sosial. Adler berpendapat bahwa minat sosial bisa didefinisikan sebagai sikap
ketertarikan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota
masyarakat. Minat social ini termanifestasi dalam bentuk kerja sama dengan orang lain untuk
kemajuan sosial daripada keuntungan pribadi.
e. Gaya hidup
Gaya hidup adalah istilah yang digunakan Adler untuk menunjukkan selera hidup
seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain,
dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil interaksi antara keturunan atau bawaan lahir,
lingkungan, dan daya kereatif yang dimiliki seseorang.
f. Daya Kreatif
Prinsip terakhir adlerian yakni gaya hidup dibentuk dari daya kreatif yang ada pada diri
manusia. Kreatifan seseorang merupakan suatu nilai emas dalam kehidupan. Daya kreatif
menurut adler adalah suatu kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnnya sendiri yang pada
akhirnya setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan bagaimana mereka
berprilaku
D. Perangkat Agama tentang Analisis Diri
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan duatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar Ra’d: 11)

Ayat ini digunakan sebagai motivasi bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang
menjadi lebih baik kecuali dengan usaha dan jerih parahnya sendiri. Tafsiran ini seperti bertentangan
dengan realitas lapangan. Berapa banyak orang yang berusaha mengubah nasib mereka dengan
membanting tulang, kaki di kepala kepala di kaki, demi ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik,
tapi berapa persen dari mereka yang berhasil?

Ayat Al-Qur’an merupakan sebuah kepastian. Jika diartikan bahwa perubahan nasib menjadi
lebih baik di tangan seseorang, tentu tidak akan ada orang yang gagal dari usahanya. Bukatinya tidak
demikian. Selain itu, keyakinan bahwa semua kesuksesan dikembalikan kepada pribadi seseorang-baru
Allah mengikutinya-merupaan bagian dari doktrin Mu’tazilah. Dalam paham ini, perilaku hamba
menentukan segalanya.

ANALISA SOSIAL I

A. Pengertian Analisa Sosial

Kata analisis menurut KBBI V adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya). Sedangkan arti kata sosial menurut KBBI V adalah suatu hal yang
berkenaan dengan masyarakat. Jadi, Analisis sosial merupakan suatu penyelidikan dalam proses
peristiwa yang menyangkup realitas sosial tentang masyarakat.

David Goulet dalam bukunya The Cruel Choice (1973) melihat keterbelakangan
(underdevelopment) tidak semata-mata sebagai kemelaratan dan pendapatan yang rendah.

36 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
Underdevelopment merupakan bentuk dehumanisasi, karenanya untuk dapat menghayatinya,
orang harus memahami alam pikiran keterbelakangan tadi. Bagi Goutlet, pembangunan tidak
hanya masalah ekonomi, tetapi masalah kemanusiaan. Karenanya tolak ukur keberhasilan
pembangunan menurutnya adalah life sustenance, self esteem, dan liberation. Ia menyatakan
bahwa realita sosial yang bersifat multi-sentrik, sedangkan individu hanyalah secara kebetulan
bersifat sebagai pemaksimum manfaat.

David Mc Clelland dalam bukunya The Achieving Society (1963) menunjuk faktor mikro
individual dalam mencari penyebab keberhasilan atau kejanggalan dalam analisa sosial. Ia
berpendapat bahwa kegagalan dan keberhasilan sebagai suatu akibat proses dari lingkungan
eksistensi dan pengalaman hidup.

Daniel Lerner dalam hasil laporan yang ditulis dalam buku The Passing of Traditional
Society (1968) melihat bahwa proses modernisasi sebagai problem kemanusiaan yang memerlukan
transformasi yang sistematis terhadap gaya hidup seseorang. Modernisasi sebagai pergerakan atau
pergeseran dari masyarakat non-participant yang ditandai dengan sempitnya cakrawala masyarakat
dan ideologi nasional, menuju masyarakat partisipan diana public affairs yang melintasi batas lokal
dibuat oleh anggota masyarakat.

Berangkat dari beberapa penjelasan analisis sosial menurut para ahli diatas, Analisa Sosial
adalah usaha untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi/realitas sosial atau masalah
sosial secara objektif-kritis dengan menelaah kaitan-kaitan historis, struktural, kultural dan
konsekuensi masalah yang ada dalam masyarakat tersebut.

Analisa sosial dapat difahami sebagai usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau
masalah sosial secara objektif, upaya ini kita lakukan untuk menempatkan suatu masalah tertentu
dalam konteks realitas sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu (sejarah), konteks
struktur (ekonomi, sosial, politik, budaya, konteks nilai, dan konteks tingkat atau arah lokasi, yang
dalam prosesnya analisis sosial merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
mengenai hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis dari situasi sosial yang diamati.
Dari situ akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang
menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial.

Dengan pemahaman seperti ini, maka pelaksanaan analisa sosial otomatis harus
difokuskan pada uraian fakta yang terjadi di masyarakat, yang meliputi suatu peristiwa, subjek
(pelaku-pelaku), objek (keadaan lapangan), interaksi-konflik sosial (analisis kawan-lawan),
analisis konflik horizontal, analisis resiko, dan melakukan studi dokumen.

B. Ruang Lingkup Analisa Sosial

Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks transformasi
sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan sosial yang
direncanakan yang sesuai dengan perubahan. Secara umum objek sosial yang dapat dianalisis
antara lain;

a. Masalah-masalah sosial, seperti : kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas.


b. Sistem sosial, seperti : tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sistem
pertanian.
c. Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan. Kebijakan
publik seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.

37 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
1. Batas Analisa Sosial
a. Analisa sosial bukanlah kegiatan monopoli intelektual, akademisi, atau peneliti. Siapapun dapat
melalukan analisa sosial.
b. Analisa sosial tidaklah bebas nilai.
c. Analisa sosial memungkinkan kita bergulat dengan asumsi-asumsi kita, mengkritik, dan
menghasilkan pandangan-pandangan baru.
2. Pelaku Analisa Sosial
Semua pihak atau pelaku sosial yang menghendaki untuk mendekati dan terlibat langsung
dengan realitas sosial. Bicara tentang analisis sosial, pada umumnya selalu dikaitkan dengan
dunia akademik, kaum cendikiawan, ilmuwan atau kalangan terpelajar lainnya. Ada kesan yang
sangat kuat bahwa analisis sosial hanya milik “mereka”. Masyarakat awam tidak punya hak untuk
melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa,
sehingga hasil analisis awam itu dimentahkan.
Pemahaman yang demikian, bukan saja keliru, melaikan mengandung maksud-maksud tertentu
yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial di sini, justru
ingin membuka sekat atau dinding pemisah itu, dan memberikannya kesempatan kepada
siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu
akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data dan informasi. Justru analisis yang
dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat tersebut akan lebih berpeluang mendekati
kebenaran. Dengan demikian, tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat
luas untuk melakukan analisis terhadap apa yang terjadi di lingkungan mereka, atau apa yang
mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat bergantung” dan
pada gilirannya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.
C. Langkah-langkah Analisa Sosial
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain :
1. Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas
yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi
atau misi organisasi.

2. Pengumpulan data atau informasi penunjang :


Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi
penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi
maupun investigasi langsung di lapangan. Recek data atau informasi mutlak dilakukan untuk
menguji validitas data.

3. Identifikasi dan analisis masalah


Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan
beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama dilakukan
pada tahap ini. Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi
masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek.

4. Mengembangkan presepsi
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah,
selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. Pada tahap
ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta
pengembangan beberapa alternatif sebagai kerangka tindak lanjut.

38 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
5. Menarik kesimpulan
Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang ; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat,
pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan
ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.
D. Manfaat Analisa Sosial
a. Mengetahui posisi kelompok masyarakat tertentu dalam hubungan-hubungan yang
meliputi bidang ekonomi, politik, ideology, budaya, pendidikan dan ilmu pengetahuan.
b. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok-kelompok masyarakat.
c. Membangun kesadaran baru untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap situasi dan
kondisi mereka.
d. Dasar untuk merumuskan rencana tindakan yang perlu dilakukan untuk melakukan analisa
sosial.

39 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
MATERI VII
KELEMBAGAAN KOPRI DAN STUDY GENDER

A. SEJARAH KOPRI PMII


Awal PMII didirikan KOPRI belum ada, yang ada hanya divisi keputrian. Hal ini bukan
karena peran perempuan sangat kecil, melainkan lebih dikarenakan kepraktisan semata.
Maksudnya dalam divisi keputrian dikalangan perempuan PMII bisa lebih fokus memusatkan
perhatiannya menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan dunianya. Namun walau
demikian tidak menutup kemungkinan perempuan menempati posisi di struktur PMII. Lagi-
lagi karena kesiapan SDM dan profesionalitas perempuan yang kurang menyebabkan jumlah
mereka secara kuantitias masih sedikit. Maklum, karena waktu itu memang sangat sedikit kaum
perempuan yang dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi yang
terjadi saat itu antara laki-laki dan perempuan saling bahu - membahu (guyub) dalam menutupi
kekurangan di organisasi, termasuk pula guyub dalam pengambilan keputusan serta beberapa
hal yang mengharuskan mereka bekerja sama mempertaruhkan nama organisasi.
Lahirnya KOPRI berawal dari keinginan kaum perempuan untuk memiliki ruang dalam
beraktifitas, sehingga mereka dapat bebas mengeluarkan pendapat. Keinginan tersebut
didukung sepenuhnya oleh kaum laki-laki saat itu. Corps Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Poetri (COPRI) lahir pada tanggal 25 November 1967 di Semarang, dengan status
semi otonom yang sebelumnya merupakan follow up atas dilaksanakannya training kursus
keputrian di Jakarta pada tanggal 16 Februari 1966 yang melahirkan Panca Norma KOPRI.
Disisi lain, kondisi gerakan perempuan pada saat berdirinya KOPRI baru sebatas emansipasi
perempuan dalam bidang sosial dan kemasyarakatan. Dalam tahap awal berdirinya KOPRI
banyak sekali mengadopsi dan melakukan kerjasama dengan Muslimat (NU), serta beberapa
organisasi perempuan lain yang sudah lebih dahulu ada saat itu, seperti Kongres Wanita
Indonesia (KOWANI).
Pada saat pertama kali berdiri, KOPRI hanya semata-mata sebagai wadah mobilisasi
perempuan karena dirasa perlu untuk mengorganisir kekuatan perempuan PMII untuk bisa
menopang organisasi yang menaunginya (PMII). Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya
menunjukkan hubungan yang dianggap problematis. Dengan gagasan otonomisasi di tingkat
pusat (Pengurus Besar) sekilas nampak dualisme organisasi, karena KOPRI memiliki program
terpisah dan kebijakan yang berbeda dari PMII. Beberapa kalangan menganggap
perkembangan ini sebagai suatu yang positif, karena KOPRI telah bergerak dari organisasi
dengan pola ketergantungan terhadap PMII menuju organisasi yang mandiri. Sedangkan
kalangan lain menanggapi dengan nada minor, karena KOPRI dianggap melakukan
pelanggaran konstitusi dan telah menjadi kendaraan politik menuju posisi strategis di PMII.
Walaupun demikian, itu bukanlah masalah yang berarti bagi KOPRI, karena PMII memiliki
pola dan karakter gerakan yang massif-agressif, keterpurukan KOPRI itu bisa tertutupi dengan
baik.
Kemudian pada tahun 1973-1988 KOPRI dibubarkan karena pada periode tersebut
KOPRI tidak pernah mengadakan kegiatan dan dinilai gagal, yang klimaksnya mereka tidak
mampu membuat Laporan Pertanggungjawaban pada Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat
tahun 1973 dan pada kongres ini tidak ada satu orangpun pengurus KOPRI yang hadir, sehingga
kongres mengeluarkan pernyataan Ciloto yang isinya meminta pengurus KOPRI mengadakan
Mubes khusus KOPRI dengan limit waktu enam bulan. Setelah itu KOPRI dibentuk kembali
tahun 1988 dengan ketua Khofifah, dan sekretaris Ulha Soraya. Pada saat kepemimpinan
Sahabati Khofifah yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1991 mengenai Nilai
Kader KOPRI dan pada saat itu pula kaderisasi KOPRI telah dibentuk pola pengkaderan yang

40 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
sistematis yaitu dibentuk sistem kaderisasi yang terdiri dari Kurikulum dan Pedoman
Pelaksanaan LKK (Latihan Kader KOPRI) serta petunjuk pelaksana Latihan Pengkaderan
KOPRI, dalam hal jenjang pengkaderan KOPRI dibagi menjadi 2 tahap yaitu LKK (Latihan
Kader KOPRI) dan LPKK (Latihan Pelatih Kader KOPRI). Ini adalah satu bentuk kemajuan
kepengurusan KOPRI dari waktu ke waktu.
Secara struktural KOPRI didalam institusinya berstatus semi otonom atau bagian
integral dan tidak terpisahkan dari wadah utamanya yaitu PMII. Lewat semua itu, KOPRI
banyak belajar dan menyadari betul tentang perlu adanya seorang pemimpin yang memiliki
kemampuan. Klaim tentang kesadaran gender pada PMII membangun argumentasi bahwa
pembubaran KOPRI merupakan suatu keharusan, karena KOPRI hanya mengakibatkan
eksklusifitas perempuan di PMII. Organisasi perempuan sebagai subordinat dari organisasi lain
dianggap memberi legitimasi terhadap streotyp perempuan sebagai makhluk subordinat dan
kontra produktif terhadap gerakan perempuan untuk penyadaran, kesetaraan, pemberdayaan
akses dan advokasi perempuan. Cabang-cabang KOPRI yang membuat keputusan untuk
meleburkan diri dengan PMII bereksperimen untuk berkompetisi dengan warga PMII lainnya
dengan mengandalkan seleksi alam. Tidak dipungkiri bahwa pembubaran KOPRI pada
Kongres XIII di Medan tahun 2000 merupakan salah satu pengaruh dari euforia gerakan
kesadaran gender.
Berdasarkan forum musyawarah yang diamanatkan oleh Kongres XIV di Kutai
Kertanegara Kalimantan Timur untuk membuat pertemuan POKJA Perempuan PMII pada
tanggal 26-29 September 2003 yang menghasilkan ketetapan bahwa dibentuk kembali
keorganisasian wadah perempuan yang bernama KOPRI (Korps PMII Putri) yang merupakan
bagian integral dengan PMII di Jakarta pada tanggal 29 September 2003 dimana PB KOPRI
berpusat di Jakarta. Dengan visi terciptanya masyarakat yang berkeadilan berlandaskan
kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sedangkan misinya adalah
mengidiologisasikan gender dan mengkonsolidasikan gerakan perempuan di PMII untuk
membangun masyarakat berkeadilan gender.
Untuk mempermudah mempelajari sejarah gerakan KOPRI, dapat dilihat pada kolom
dibawah ini :
No. Periode Bentuk Gerakan Gagasan
1. 1960-1966 Divisi Keputrian Gerakan perempuan PMII lebih fokus
memusatkan perhatian menangani
masalah-masalah perempuan dan sebatas
menjahit, memasak dan mengenai
masalah dapur.
2. 16 Februari Training Kursus Panca Norma KOPRI dan menelurkan
1966 Keputrian gagasan pembentukan badan Semi
Otonom PMII (KOPRI).
3. 25 Nov 1967 Dibentuk KOPRI Mengorganisir kekuatan kader
perempuan PMII serta menjadi ruang
gerak dalam mengeluarkan pendapat dan
beraktifitas sebatas emansipasi
perempuan dalam bidang sosial dan
masyarakat.
4. 1988 Dibentuk sistem kaderisasi yang
sistematis terdiri dari Kurikulum dan
Pelaksanaan LKK (Latihan Kader

41 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
KOPRI) dan LPKK (Latihan Pelatih
Kader KOPRI).
5. 28 Okt 1991 Lahir NKK (Nilai Kader KOPRI).
6. 2000 KOPRI dibubarkan Pembubaran KOPRI pada Kongres XIII
tahun 2000 di Medan.
7. 2003 Amanat Pertemuan Kongres XIV di Kutai Kertanegara
POKJA Perempuan Kalimantan Timur mengamanatkan
membuat pertemuan POKJA Perempuan
PMII.
8. 26-29 Sept Pertemuan POKJA Gagasan dilahirkan keorganisasian
2003 Perempuan wadah perempuan.
9. 29 Sept 2003 KOPRI Dibentuk kembali keorganisasian wadah
perempuan yang bernama KOPRI
(Korps PMII Putri) dengan Visi
terciptanya masyarakat yang berkeadilan
berlandaskan kesetaraan dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
Misinya adalah mengidiologisasikan
gender dan mengkonsolidasikan gerakan
perempuan di PMII untuk membangun
masyarakat yang berkeadilan gender.
10. 2003-2014 KOPRI KOPRI daerah masing-masing membuat
sistem kaderisasi KOPRI (Tidak
terkonsentrasi pada modul tunggal
kaderisasi KOPRI).
11. 2014 Kongres XVII di Jambi Lahirnya IPO (Ideologi Politik
Organisasi) KOPRI.
12. 2014 - 2016 KOPRI KOPRI PB PMII mensistematiskan
modul tunggal kaderisasi nasional
KOPRI
B. ASAS DAN TUJUAN KOPRI
Asas
KOPRI Berasaskan Pancasila.
Status
KOPRI merupakan salah satu badan khusus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Sifat
KOPRI bersifat semi-otonom pada setiap level kepengurusan Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII).
Yang dimaksud dengan badan semi otonom adalah badan tersendiri yang dibentuk pada
setiap tingkatan kepengurusan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang menangani
persoalan perempuan di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan issu perempuan
secara umum serta bertanggung jawab kepada pleno Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) pada setiap level kepengurusan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Tujuan
Terbentuknya pribadi muslimah Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

42 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
C. KEANGGOTAAN KOPRI
Keanggotaan KOPRI adalah Mahasiswi Islam yang tercatat sebagai mahasiswa pada
suatu perguruan tinggi dan atau yang sederajat dan telah mengikuti Masa Penerimaan Anggota
Baru (Mapaba). Kaderisasi KOPRI terdiri dari Sekolah Islam Gender (SIG), Sekolah Kader
KOPRI (SKK), Sekolah Kader KOPRI Nasional (SKKN).
D. PENGERTIAN GENDER
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil konstruk sisosial dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Konsep gender merupakan sifat dan perilaku yang melekat pada kaum
laki- laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, atau sebagai bagian
peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat
maupun budaya yang disosialisasikan melalui proses sejarah yang panjang. Karena dibentuk
oleh budaya, maka gender bukan KODRAT atau ketentuan Tuhan, maka gender tidak bersifat
tetap.
Contoh : Ketika mengetahui jenis kelamin anak yang akan dilahirkannya, orang tua cenderung
menyiapkan segala perlengkapan bayi sesuai jenis kelamin anak, misalnya pink untuk anak
perempuan, biru untuk anak aki-laki. Sejak lahir atau usia dini budaya sudah dilekatkan, bahwa
biru adalah warna anak laki-laki, dan merah muda atau pink adalah warna anak perempuan.

E. PERBEDAAN SEKS DAN GENDER


Seks adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat
secara fisik sebagai alat reproduksi. Oleh Karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan
Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
GENDER SEKS ATAU JENIS KELAMIN
Bisa berubah Tidak bisa berubah
Dapat dipertukarkan Tidak dapat dipertukarkan
Tergantung musim Berlaku sepanjang masa
Tergantung budaya masing-masing Berlaku di mana saja
Bukan kodrat (buatan masyarakat) Kodrat (ciptaan Tuhan) : perempuan menstruasi,
hamil, melahirkan, menyusui
F. BENTUK DISKRIMINASI GENDER
Ketidakadilan atau diskriminasi gender sering terjadi dalam keluarga dan masyarakat
serta di tempat kerja dalam berbagai bentuk, yaitu:
1. Stereotip atau Citra Baku, yaitu pelabelan terhadap salah satu jenis kelamin yang sering
kali bersifat negatif dan pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidakadilan.
2. Subordinasi atau Penomorduaan, yaitu adanya anggapan bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih rendah atau dinomor duakan posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin
lainnya.
3. Marginalisasi atau Peminggiran, adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah
satu jenis kelamin dari arus atau pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan.
4. Beban Ganda atau Double Burden, adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis
kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis
kelamin lainnya. Berbagai observasi menunjukkan bahwa perempuan mengerjakan hampir
90 persen dari pekerjaan dalam rumah tangga. Karena itu, bagi perempuan yang bekerja
di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan
pekerjaan domestik.

43 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
5. Kekerasan atau Violence, yaitu suatu serangan terhadap fisik maupun psikologis
seseorang, sehingga kekerasan tersebut tidak hanya menyangkut fisik (perkosaan,
pemukulan), tetapi juga non fisik (pelecehan seksual, ancaman, paksaan, yang bisa terjadi
di rumah tangga, tempat kerja, tempat-tempat umum.
G. KESETARAAN GENDER
Kesetaraan gender berarti memperhatikan dan menghargai perbedaan sifat, sikap,
aspirasi, dan kebutuhan laki-laki dan perempuan. Hak, kesempatan, dan tanggung jawab tidak
tergantung pada apakah mereka lahir sebagai laki-laki atau perempuan. Bebas mengembangkan
keterampilan dan menentukan pilihan tanpa dibatasi oleh stereotipe, serta aturan-aturan yang
kaku maupun bias gender. Laki-laki dan perempuan bisa hidup dalam kesetaraan guna
memenuhi tuntutan hidup. Kesetaraan gender bukan berarti jumlah laki-laki dan perempuan
harus sama dalam setiap kegiatan. Bukan berarti memperlakukan laki-laki dan perempuan
samapersis.

H. APLIKASI GENDER
Kita harus benar-benar memahami konsep gender, dan merubah perilaku pribadi,
kelompok dan bahkan masyarakat sesuai dengan kesetaraan gender, tanpa ada diskriminasi.
Dalam upaya mengubah perilaku seseorang terhadap pemahaman gender, ada beberapa istilah
yang perlu diketahui :
1. Buta Gender (gender blind), yaitu kondisi atau keadaan seseorang yang tidak memahami
tentang pengertian atau konsep gender karena ada perbedaan kepentingan laki-laki dan
perempuan.
2. Sadar Gender (gender awareness), yaitu kondisi atau keadaan seseorang yang sudah
menyadari kesamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki.
3. Peka atau Sensitif Gender (gender sensitive), yaitu kemampuan dan kepekaan seseorang
dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari perspektif
gender (disesuaikan kepentingan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan).
4. Mawas Gender (gender perspective), yaitu kemampuan seseorang memandang suatu
keadaan berdasarkan perspektif gender.
5. Peduli atau Responsif Gender (gender concern atau responcive), yaitu kebijakan atau
program atau kegiatan atau kondisi yang sudah dilakukan dengan memperhitungkan
kepentingan kedua jenis kelamin.

44 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
MARS PMII

Inilah kami wahai Indonesia


Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa, penegak agama
Tangan terkepal dan maju kemuka

Habislah sudah masa yang suram


Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya Islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur

Reff:
Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti ku berikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku

Inilah kami wahai Indonesia


Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas meerdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka

Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti, ku berikan
Adil dan makmur kuperjuangkan
Untukmu satu tanah airku
Untukmu satu keyakinanku

45 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
HYMNE PMII

Bersemilah, Bersemilah
Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Kader PMII

Masa depan kita rebut


Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa

Bersemilah, bersemilah
Tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh Subur
Kader PMII

Masa depan Kita rebut


Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa

46 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
BERJUANGLAH PMII

Berjuanglah PMII Berjuang


Marilah kita bina Persatuan
Berjuanglah PMII Berjuang
Marilah kita bina Persatuan
Hancur leburkanlah angkara murka
Perkokohlah barisan kita
Siap

Reff:
Sinar api Islam kini menyala
Tekat bulat jihad kita membara
Sinar api Islam kini menyala
Tekat bulat jihad kita membara

Berjuanglah PMII Berjuang


Menegakkan lalimat Tuhan
Berjuanglah PMII Berjuang
Marilah kita bina Persatuan

Berjuanglah PMII Berjuang


Marilah kita bina Persatuan
Hancur leburkanlah angkara murka
Perkokohlah barisan kita
Siap

Sinar api Islam kini menyala


Tekat bulat kita membara
Sinar api Islam kini menyala
Tekat bulat kita membara
Berjuanglah PMII Berjuang
Menegakkan kalimat Tuhan
Menegakkan kalimat Tuhan

47 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
SYUBANNUL WATHON

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon

Hubbul Wathon minal Iman

Wala Takun minal Hirman

Inhadlu Alal Wathon

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon

Hubbul Wathon minal Iman

Wala Takun minal Hirman

Inhadlu Alal Wathon

Indonesia Biladi

Anta ‘Unwanul Fakhoma

Kullu May Ya’tika Yauma

Thomihay Yalqo Himama

Kullu May Ya’tika Yauma

Thomihay Yalqo Himama

48 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h
BURUH TANI

Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota

Bersatu padu rebut demokrasi

Gegap gempita dalam satu suara

Demi tugas suci yang mulia

Hari hari esok adalah milik kita

Terciptanya masyarakat sejahtera

Terbentuknya tatanan masyarakat

Indonesia baru tanpa orba

Marilah kawan mari kita kabarkan

Di tangan kita tergenggam arah bangsa

Marilah kawan mari kita nyanyikan

Sebuah lagu tentang pembebasan

Di bawah kuasa tirani

Kususuri garis jalan ini

Berjuta kali turun aksi

Bagiku satu langkah pasti

49 | D z i k i r , F i k i r , A m a l S h o l e h

Anda mungkin juga menyukai