Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“AKUNTANSI UNTUK SALAM”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ALK Bank Syariah”

Dosen Pengampu : Dr. Moh Syarifudin, M.E.I

Kelompok 5 :

Sasmi Saflan Saludin (019151031)

Hasan Basri Buano (019151037)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

FATTAHUL MULUK PAPUA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Akuntansi untuk
Salam”. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Sholawat serta salam kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang
tetap teguh dalam ajaran beliau.

Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan
kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jayapura, 25 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Dasar Akuntansi Salam.................................................................................3
B. Ketentuan- Ketentuan dalam Akuntansi Salam...............................................................4
C. Standar Akuntansi Salam dalam PSAK No.59 tentang Akuntansi Bank Syariah...........7
D. Perlakuan Akuntansi Salam............................................................................................9
E. Contoh Akad Salam.......................................................................................................10
F. Manfaat dan Kelemahan Akad Salam...........................................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia secara lengkap dan menyeluruh,
tidak hanya terbatas pada urusan hamba dengan tuhannya melainkan antara manusia
dengan manusia. Dalam Islam suatu kegiatan atau urusan antara manusia dengan manusia
disebut Muamalah. Muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur
manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dan pergaulan soaial, muamalah yang
diperbolehkan adalah muamalah yang sesuai dengan syari’at. Dalam Muamallah terdapat
beberapa akad, menurut terminologi fiqh akad merupakan pertalian ijab (pernyataan
melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak
syari’at yang berpengaruh pada obyek perikatan1artinya akad merupakan suatu kegitan
yang di dalamnya terdapat pernyataan melakukan suatu perikatan tertentu dan suatu
pernyataan penerimaan hal tertentu yang pada akhirnya melahirkan suatu kesepakatan
antara kedua belah pihak untuk saling mengikat dan mematuhi apa yang menjadi
perikatannya. Salah satu bentuk akad muamallah yang diperbolehkan dalam syari’at
adalah akad jual beli selagi jual beli tersebut ridak bertentangan dengan syari’at islam
yaitu tidak mengandung unsur maisir, ghoror, dan riba yang merupakan perbuatan yang
dibenci oleh Allah SWT.
Salam merupakn salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya
baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam
dapat membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan
produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan
memperoleh barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya
diawal. Akad salam biasanya digunakanuntuk pemesanan barang pertanian.
Ba’i as salam, atau biasa disebut dengan salam, merupakn pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi dimuka, sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian
hari. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun salam
paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini

1
2

transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam
kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia
seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor
pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan
kemampuan akses pendanaan petani, penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan
lebih menguntungkan dibanding skema lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam akuntansi salam. ?
2. Bagaimana standar akuntansi salam dalam PSAK No.59 tentang akuntansi Bank
Syariah. ?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi salam. ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam akuntansi salam
2. Untuk mengetahui standar akuntansi salam dalam PSAK No.59 tentang akuntansi
bank syariah
3. Untuk mengetahui perlakuan dalam akuntansi salam serta contoh akad salam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Akuntansi Salam


Salam berasal dari kata “As salaf” yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Terminologi: Para fuqaha menamainya al mahawi’ij
(barang barang mendesak). Akad Salam adalah sejenis jual beli yang mendesak walaupun
barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat dari sisi pembeli ia sangat
membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara si penjual sangat
membutuhkan uang tersebut. Al-Salam atau salaf adalah jual beli barang secara tangguh
dengan harga yang dibayarkan di muka, atau dengan bahasa lain jual beli dimana harga
dibayarkan di muka sedangkan barang dengan kriteria tertentu akan diserahkan pada
waktu tertentu.
1. Definisi fuqaha Syafi’iyah dan Hanbalih : Al-Salam adalah akad atau suatu barang
dengan kriteria tertentu sebagai tanggungan tertunda dengan harga yang di bayarkan
dalam majelis akad.
2. Definisi fuqaha Malikiyah : Al-Salam adalah jual beli dengan modal pokok yang
dibayarkan dimuka sedang barangnya diakhirkan atau ditunda penyerahannya sampai
batas waktu tertentu.1
3. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah : Salam adalah jasa pembiayaan yang
berkaitan dengan jual beli yang pembiayaanya di lakukan bersamaan dengan
pemesanan barang.
Dari beberapa definsi yang dikemukakan oleh ulama mazhab tersebut dapat diambil
intisari bahwa salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana uang harga barang
dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya sifat-sifat, jenis,
dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian dibuat.
1. Landasan Syari’ah
Landasan Syari’ah transaksi Ba’I as-Salam terdapat dalam Al-qur-an dan Al-Hadis
a. Al-Qur’an

1
Ghufron A.Mas’adi, 2002 : Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. hlm. 43.

3
4

Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang di tentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” (QS.Al-
Baqarah : 282)
b. Al- Hadis
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasullullah SAW. Datang ke Madinah di mana
penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan untuk jangka waktu
satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata:
‫َم ْن اَ ْسلَفَ فِى شَْئ فَفِ ْي َك ْي ٍل َم ْعلُوْ ٍم َو َو ْز ٍن َم ْعلُوْ ٍم اِلَى اَ َج ٍل َم ْعلُوْ ٍم‬
“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui”.

Dari Shuhaib r.a. bahwa Rasullulah saw, bersabda,:

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah),dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk djual.”(HR.Ibnu Majah).2

B. Ketentuan- Ketentuan dalam Akuntansi Salam


Ketentuan syar’I transaksi salam diatur dalam Fatwa DSN Nomor
05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang
ketentuan pembayaran, barang, salam parallel, waktu penyerahan, dan syarat pembatalan
kontrak. Ketentuan-ketentuan tersebut akan dibahas dalam aspek rukun dan syarat salam
berikut.
1. Rukun Salam
a. Muslam (Pembeli atau pemesan)
b. Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
c. Muslam fih ( Barang yang di pesan)
d. Ra’s al-mal ( Harga pesanan/ modal yang dibayarkan)
e. Shighat ijab qabul (ucapan serah terima)
2. Syarat Salam

2
Muhammad Syafi’I Antonio. 2001 : Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press
bekerja sama dengan Tazkia Cendekia. hlm.108
5

a. Syarat Aqidain : Muslam (pembeli atau pemesan) dan syarat Muslam Ilaih
(penjual atau penerima pesanan).
1) Harus cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan)
2) Suka rela, tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/ dibawah tekanan.
b. Syarat Ra’s al mal (dana yang dibayarkan atau modal)
1) Jenis dan Jumlah Modal harus diketahui.
2) Berbentuk tunai. Para ulama berbeda pendapat soal pembayaran berbentuk aset
perdagangan. Beberapa ulama menganggapnya boleh.
3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
sebagai pelinasan utang. Hal ini untuk mencegah praktek riba melalui
mekanisme salam.
c. Syarat Muslam fih (barang yang dipesan)
1) Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu, jenis, kualitas dan jumlahnya.
2) Harus bisa diidentifikasi secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat
kurangnya pengetahuan tentang macam barang tersebut, tentang klasifikasi
kualitas serta mengenai jumlahnya.
3) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
4) Tempat penyerahan barang harus disepakati oleh pihak-pihak yang berakad.
5) Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan (Muslam fih) dengan
barang lainnya. Penggantian ini tidak diperkenankan, karena meskipun beum
diserahkan, barang tersebut tidak lagi milik Muslam alaih (penjual), tetapi
sudah milik pemesan. Bila barang tersebut digant dengan barang yang
memiliki sfesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda,
para ulama membolehkannya.
6) Satu jenis (tidak bercampur dengan jenis yang lain)
7) Barang yang sah diperjual belikan.
d. Syarat Ijab Qabul
1) Harus jelas disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
2) Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun
harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi
pada kejadian yang akan datang.
6

4) Akad harus pasti, tidak boleh ada khiyar syarat.3


3. Ketentuan umum pembiayaan salam adalah sebagai berikut:
a. Pembelian hasil produksi harus di ketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya, jual beli 100 Kg mangga harum
manis kualitas A dengan harga Rp 5000,-/Kg, akan diserahkan pada panen dua
bulan mendatang.
b. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain
mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai
pesanan.
c. Mengigat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad
salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti BULOG, pedagang pasar
induk atau rekanan. Mekanisme ini disebut parallel salam.
4. Ringkasan Tahapan Akad Salam dan Salam Parallel Menurut SOP Bank Syariah.
a. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah
pembeli kepada bank syariah sebagai penjual.
b. Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh
pengiriman barang yang disepakati.
c. Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai
batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah)
d. Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk membeli
barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah
ditentukan
e. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya
sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur)
f. Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk membeli
barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah
ditentukan.
g. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah
produsen pada saat pengikatan dilakukan.

3
M.Yazid Afandi, M.Ag., 2009 : Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Yogyakarta. Logung Pustaka. hlm. 163-164
7

h. Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah


pembeli pada waktu yang di tentukan.4
C. Standar Akuntansi Salam dalam PSAK No.59 tentang Akuntansi Bank Syariah
1. Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang yang dipesan tsb diterima sesuai dengan syarat-syarat
tertentu . Barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi. Tetapi penjual
akan menyerahkannya dikemudian hari setelah pembeli melakukan pembayaran di
muka.
Keterangan:
a) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
b) Pembeli membayar kepada penjual.
c) Penjual menyerahkan barang.
2. Salam parallel berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara bank dengan
nasabah, dan antara bank dan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.
3. Bank dapat bertindak sebagai pembeli (muslam) atau penjual dalam suatu transaksi
salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam
pararel, yaitu dilakukan dengan syarat:
a) Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara bank dan
pembeli akhir
b) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Syarat:
1) Salam Parallel terjadi karena penjual tidak memiliki barang sehingga harus
membeli dari suplier.
2) Akad salam pertama ( 1a) terpisah atau tidak tergantung dengan akad salam
pertama (1).
Keterangan:
1) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
2) Pembeli membayar kepada penjual.
3) Penjual menyerahkan barang.
c) Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu
4
Mardani, 2012 : Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. hlm.123-124
8

akad. Dalam hal bank bertindak sebagai pembeli, bankb syariah dapat meminta
jaminan kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan bank.
d) Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai
dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang
pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab
atas kelalaiannya.
Akuntansi Salam dan Salam Paralel
1. Piutang salam diakui pada saat modal salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.
2. Transaksi salam paralel diakui sebagai kewajiban pada saat bank menerima modal
salam berupa kas atau aktiva non-kas.
3. Modal salam dapat berupa :
a. kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan,
b. aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar.
4. Pengakuan dan pengukuran penerimaan barang pesanan:
a. barang pesanan cocok, dinilai sesuai nilai akad;
b. jika barang pesanan berbeda kualitas :
1) jika nilai pasar > = nilai (akad) barang pesanan, dinilai sesuai akad;
2) jika jika nilai pasar < nilai (akad) barang pesanan, dinilai sebesar nilai pasar
dan diakui kerugian.
c. Jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan :
1) piutang salam tetap sesuai akad, jika tanggal pengiriman diperpanjang
d. jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan:
2) Piutang salam berubah menjadi piutang jatuh tempo oleh nasabah sebesar
bagian yang tidak dapat dipenuhi, jika akad salam dibatalkan.
3) Jika ada jaminan atas barang pesanan :
a) hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam, selisihnya diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada nasabah, atau
b) hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam, selisihnya menjadi hak
nasabah.

4) bank dapat mengenakan denda kepada nasabah.


e. Barang pesanan yang telah diterima:
9

1) diakui sebagai persediaan;


2) pada akhir periode, persediaan diukur sebesar nilai terendah antara biaya
perolehan dan nilai tunai yang dapat direalisasi, dan;
3) jika nilai tunai yang dapat direalisasi lebih rendah maka selisihnya diakui
sebagai kerugian pada laporan laba rugi.
f. Apabila bank melakukan transaksi salam paralel:
1) selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya perolehan barang
pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat pengiriman barang
pesanan oleh bank ke nasabah.
D. Perlakuan Akuntansi Salam
1. Pengakuan & Pengukuran
Seperti yang disebutkan dalam PSAK No. 103, bahwa Salam adalah akad jual beli
muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi
(penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan
tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Transaksi salam terjadi karena
pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan
penjual (produsen) menyediakan barangnya. Transaksi salam diselesaikan pada saat
penjual menyerahkan barang kepada pembeli.5
Dengan demikian transaksi Salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan
modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi
barang yang diinginkannya melalui pesanan lebih dahulu. Barang yang dipesan
memiliki spesifikasi khusus dan pembeli membutuhkan kepastian dari pihak penjual.
Transaksi Salam berakhir pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
Karakteristik dan harga barang harus sudah disepakati di awal akad. Jika ada
ketidaksesuaian karakteristik barang yang dikirimkan ke pembeli maka menjadi
tanggung jawab penjual. Ketentuan harga barang tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad. Alat pembayaran dapat berupa kas, barang atau manfaat. Pelunasan harus
dilakukan pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang
penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Jaminan dapat diminta untuk
menghindari risiko yang merugikan.

5
file:///C:/Users/user/Downloads/AKUNTANSI SALAM/Panduan Lengkap Akuntansi Salam
Berdasarkan PSAK 103- Akuntansi Keuangan.html
10

Pada situasi dimana pihak penjual tidak dapat menyediakan sendiri barang
pesanan dari pembeli maka dilakukan Salam Paralel, yaitu entitas yang bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan transaksi Salam juga.
Ada kemungkinan kontrak salam dibatalkan oleh pembeli jika barang yang
dipesan tidak tersedia pada waktu yang ditentukan, barang yang dikirim cacat atau
tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, dan barang yang dikirim kualitasnya
lebih rendah.
2. Penyajian
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai Piutang salam.
Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi Salam disajikan secara terpisah dari Piutang salam.
Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai Hutang Salam.
3. Pengungkapan
Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi salam
mengungkapkan hal-hal berikut :
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai
secara bersama-sama dengan pihak lain ;Jenis dan kuantitas barang pesanan ; dan
Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah.
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Akuntansi Salam
Contoh kasus 1 : transaksi salam pertama
PT. Thariq Agro Mandiri, Membutuhkan 100 ton biji jagung Hibryda untuk keperluan
ekspor 6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri
Melakukan pembelian jagung dengan skema salam kepada bank syariah sejahtera.
Adapun informasi tentang pembelian tersebut adalah sebagai berikut :
 Spesifikasi barang : Biji jangung manis hibryda kualitas no 2
 Kuantitas : 100 Ton
 Harga/Price : Rp. 700.000.000 (Rp. 7.000.000.000 per Ton)
11

 Waktu Penyerahan barang : Dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (2
september dan 2 desember 20XA)
 Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad ditandatangi (salam)
Transaksi salam kedua
Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq Agro Mandiri,
Bank Syariah sejahtera selanjutnya pada tanggal 2 juni 20XA mengadakan transaksi
salam dengan petani yang bergabung dalam KUD Tunas Mulia dengan kesepakatan
sebagai berikut :
 Spesifikasi barang : Biji jangung manis hibryda kualitas no 2
 Kuantitas : 100 Ton
 Harga/Price : Rp. 650.000.000 (Rp. 6.500.000.000 per Ton)
 Waktu Penyerahan barang : Dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (1
september dan 1 desember 20XA)
 Agunan : Tanah dan kendaraan senilai Rp. 700.000.000
 Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad ditandatangi (salam)
 Denda kegagalan penyerahan kerena kelalaian atau kesengajaan : 2 % dari nilai
produk yang belum diserahkan.

PENJURNALAN TRANSAKSI SALAM


1) Penerimaan dana dari nasabah pembeli
Pada saat akad disepakati, pembeli diisyaratkan untuk sudah membayar produk salam
secara lunas. Berdasarkan PSAK no 103 pragraf 17 disebutkan bahwa kewajiban
salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha sbesar modal usaha salam yang
diterima.
Jurnal : Pada saat Bank Syariah melakukan akad salam dengan PT. Thariq Agro
Mandiri (PT. TAM) dan menerima dana salam sebesar Rp. 700.000.000, maka
penjurnalan transaksi tersebut sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/06/XA Db. Kas/ rekening nasabah pembeli – 700.000.000
PT. TAM
Kr. Utang Salam 700.000.000
12

2) Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau petani
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui pada
saat modal usaha salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang dibayarkan
(PSAK no 103 paragraf 12).
Jurnal : Pada tanggal 1 Juni, Bank Syariah menyerahkan modal Berupa uang tunai
sebesar 650.000.000,- ke rekening KUD di Bank maka jurnal saat penyerahan modal
salam oleh bank syariah kepada KUD adalah sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/06/XA Db. Piutang Salam 650.000.000
Kr. Kas/Rekening Nasabah Penjual – 650.000.000
KUD TM

3) Penerimaan barang pesanan dari pemasok atau petani


Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 16 disebutkan bahwa barang pesanan yang
diterima diakui sebagai persediaan. Adapun waktu penerimaan produk salam dari
pemasok atau petani, dilakukan sesuai dengan tanggal kesepakatan.
Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas
dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak, perbedaan tersebut antara
lain berupa ;
1) Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak ;
2) Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontak;
3) Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak ;

1. Kualitas barang dan nilai wajar barang sama dengan nilai kontrak ;
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan sesuai
dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.
Misalnya pada tanggal 1 september 20XA dan 1 desember 20XA, KUD TM
menyerahkan masing-masing 50 ton biji jagung manis Hybrida kualitas nomor 2
sebagaimana yang disepakati dalam perjanjian salam. Adapun nilai wajar produk
tersebut adalah tersebut pada saat penyerahan sama dengan nilai kontrak yaitu Rp.
325.000.000 (50 ton x Rp. 650.000.000 per ton).

Jurnal saat penyaluran produk salam dari KUD Ke bank Syariah adalah :
13

Tanggaldan Kelemahan
F. Manfaat Rekening Akad Salam Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/09/XA Db. Persedian Produk Salam 325.000.000
Kr. Piutang salam 325.000.000
Ket : Penyerahan tahap pertama sebanyak
50 ton biji jagung kualitas no 2 dengan
kualitas barang dan nilai wajar brang sama
dengan nilai kontrak.
01/12/XA Db. Persedian Produk salam 325.000.000
Kr. Piutang salam 325.000.000
Ket : penyerahan tahap pertama sebanyak
50 ton biji jagung kualitas no 2 dengan
kualitas barang dan nilai wajar barang
sama dengan nilai kontrak.

1. Manfaat Akad Salam


Orang yang mempunyai perusahaan sering membutuhkan uang unuk keperluan
perusahaan mereka, bahkan sewaktu-waktu kegiatan perusahaan sampai terhambat
Karena kekurangan bahan pokok. Sedangkan pembeli selain akan mendapat barang
yang sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia pun sudah menolong kemajuan
perusahaan saudaranya. Untuk kepentingan itu, Allah swt. Membolehkan akad salam.6
2. Kelemahan Akad Salam
Akan dimanfaatkan oleh orang yang sangat membutuhkan untuk menekan harga
kepada penjual. Sebagaimana islam sangat mengiginkan hambanya untuk
mempermudah dan membantu pihak lain, melakukan eksploitasi pihak lain atas nama
syariat dan agama, untuk itu Nabi mencegah jual beli yang dilakukan oleh orang yang
sangat membutuhkan.7

6
Lukman Hakim, 2012: Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta : Erlangga. hlm.118
7
Abdul Sami’ Al-Mishri, 2006 : Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta. Pustaka Belajar. hlm.107
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salam berasal dari kata as syalaf yang artinya adalah pendahuluan . jadi pengertian
akad salam di sini adalah harta jual beli barang pesangon dengan pengiriman barang
dilakukan di kemudian hari dan pelunasanya di lakukan oleh pembeli pada saat
akad/perjanjian di sepakati sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati
Pelaksanaan LKS di Indonesia dalam semua aspek perjalanan dan operasinya adalah
dengan berlandaskan kepada hukum dan peraturan Syariah. Hukum dan peraturan ini
kebanyakan adalah dari Kelompok hukum dan peraturan Ilmu Fiqih yang berhubungan
dengan muamalat ekonomi dan urusan Bank dan Keuangan.
Untuk bereaksi terhadap masalah-masalah tersebut yang dialami oleh lembaga
keungan islam Indonesia khususnya lembaga keuangan perbankan, maka perbankan
syariah menyiasati dengan memberlakukan pola bagi hasil yang merujuk kepada pedoman
akuntanasi perbankan syariah Indonesia (PAPSI), pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) dan fatwa dewan syariah nasioanal (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Reaksi ini
telah membawa perbankan syariah di Indonesia lebih semangat dan lebih maju dengan
ketepatan akuntabilitas.
B. Saran
Demikian yang dapat penulid paparka mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, maka dari itu
penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk penulis demi kesempurnaannya makalah.

14
DAFTAR PUSTAKA

A.Mas’adi,Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT.RajaGrafindo


Persada.

Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Yogyakarta : Logung Pustaka

Al-Mishiri, Abdul Sami’. 2006. Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Antonio,Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Cendekia.

file:///C:/Users/user/Downloads/AKUNTANSI SALAM/Panduan Lengkap Akuntansi


Salam Berdasarkan PSAK 103- Akuntansi Keuangan.html

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta : Erlangga.

Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

15

Anda mungkin juga menyukai