Kelompok 5 :
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Akuntansi untuk
Salam”. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Sholawat serta salam kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang
tetap teguh dalam ajaran beliau.
Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan
kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Dasar Akuntansi Salam.................................................................................3
B. Ketentuan- Ketentuan dalam Akuntansi Salam...............................................................4
C. Standar Akuntansi Salam dalam PSAK No.59 tentang Akuntansi Bank Syariah...........7
D. Perlakuan Akuntansi Salam............................................................................................9
E. Contoh Akad Salam.......................................................................................................10
F. Manfaat dan Kelemahan Akad Salam...........................................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia secara lengkap dan menyeluruh,
tidak hanya terbatas pada urusan hamba dengan tuhannya melainkan antara manusia
dengan manusia. Dalam Islam suatu kegiatan atau urusan antara manusia dengan manusia
disebut Muamalah. Muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur
manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dan pergaulan soaial, muamalah yang
diperbolehkan adalah muamalah yang sesuai dengan syari’at. Dalam Muamallah terdapat
beberapa akad, menurut terminologi fiqh akad merupakan pertalian ijab (pernyataan
melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak
syari’at yang berpengaruh pada obyek perikatan1artinya akad merupakan suatu kegitan
yang di dalamnya terdapat pernyataan melakukan suatu perikatan tertentu dan suatu
pernyataan penerimaan hal tertentu yang pada akhirnya melahirkan suatu kesepakatan
antara kedua belah pihak untuk saling mengikat dan mematuhi apa yang menjadi
perikatannya. Salah satu bentuk akad muamallah yang diperbolehkan dalam syari’at
adalah akad jual beli selagi jual beli tersebut ridak bertentangan dengan syari’at islam
yaitu tidak mengandung unsur maisir, ghoror, dan riba yang merupakan perbuatan yang
dibenci oleh Allah SWT.
Salam merupakn salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya
baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam
dapat membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan
produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan
memperoleh barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya
diawal. Akad salam biasanya digunakanuntuk pemesanan barang pertanian.
Ba’i as salam, atau biasa disebut dengan salam, merupakn pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi dimuka, sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian
hari. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun salam
paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini
1
2
transaksi salam pertama dilakukan antara nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam
kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia
seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor
pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan
kemampuan akses pendanaan petani, penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan
lebih menguntungkan dibanding skema lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam akuntansi salam. ?
2. Bagaimana standar akuntansi salam dalam PSAK No.59 tentang akuntansi Bank
Syariah. ?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi salam. ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam akuntansi salam
2. Untuk mengetahui standar akuntansi salam dalam PSAK No.59 tentang akuntansi
bank syariah
3. Untuk mengetahui perlakuan dalam akuntansi salam serta contoh akad salam.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ghufron A.Mas’adi, 2002 : Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. hlm. 43.
3
4
Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang di tentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” (QS.Al-
Baqarah : 282)
b. Al- Hadis
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasullullah SAW. Datang ke Madinah di mana
penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan untuk jangka waktu
satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata:
َم ْن اَ ْسلَفَ فِى شَْئ فَفِ ْي َك ْي ٍل َم ْعلُوْ ٍم َو َو ْز ٍن َم ْعلُوْ ٍم اِلَى اَ َج ٍل َم ْعلُوْ ٍم
“Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui”.
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah),dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk djual.”(HR.Ibnu Majah).2
2
Muhammad Syafi’I Antonio. 2001 : Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press
bekerja sama dengan Tazkia Cendekia. hlm.108
5
a. Syarat Aqidain : Muslam (pembeli atau pemesan) dan syarat Muslam Ilaih
(penjual atau penerima pesanan).
1) Harus cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan)
2) Suka rela, tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/ dibawah tekanan.
b. Syarat Ra’s al mal (dana yang dibayarkan atau modal)
1) Jenis dan Jumlah Modal harus diketahui.
2) Berbentuk tunai. Para ulama berbeda pendapat soal pembayaran berbentuk aset
perdagangan. Beberapa ulama menganggapnya boleh.
3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
sebagai pelinasan utang. Hal ini untuk mencegah praktek riba melalui
mekanisme salam.
c. Syarat Muslam fih (barang yang dipesan)
1) Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu, jenis, kualitas dan jumlahnya.
2) Harus bisa diidentifikasi secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat
kurangnya pengetahuan tentang macam barang tersebut, tentang klasifikasi
kualitas serta mengenai jumlahnya.
3) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
4) Tempat penyerahan barang harus disepakati oleh pihak-pihak yang berakad.
5) Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan (Muslam fih) dengan
barang lainnya. Penggantian ini tidak diperkenankan, karena meskipun beum
diserahkan, barang tersebut tidak lagi milik Muslam alaih (penjual), tetapi
sudah milik pemesan. Bila barang tersebut digant dengan barang yang
memiliki sfesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda,
para ulama membolehkannya.
6) Satu jenis (tidak bercampur dengan jenis yang lain)
7) Barang yang sah diperjual belikan.
d. Syarat Ijab Qabul
1) Harus jelas disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
2) Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun
harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi
pada kejadian yang akan datang.
6
3
M.Yazid Afandi, M.Ag., 2009 : Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Yogyakarta. Logung Pustaka. hlm. 163-164
7
akad. Dalam hal bank bertindak sebagai pembeli, bankb syariah dapat meminta
jaminan kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan bank.
d) Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai
dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang
pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab
atas kelalaiannya.
Akuntansi Salam dan Salam Paralel
1. Piutang salam diakui pada saat modal salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.
2. Transaksi salam paralel diakui sebagai kewajiban pada saat bank menerima modal
salam berupa kas atau aktiva non-kas.
3. Modal salam dapat berupa :
a. kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan,
b. aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar.
4. Pengakuan dan pengukuran penerimaan barang pesanan:
a. barang pesanan cocok, dinilai sesuai nilai akad;
b. jika barang pesanan berbeda kualitas :
1) jika nilai pasar > = nilai (akad) barang pesanan, dinilai sesuai akad;
2) jika jika nilai pasar < nilai (akad) barang pesanan, dinilai sebesar nilai pasar
dan diakui kerugian.
c. Jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan :
1) piutang salam tetap sesuai akad, jika tanggal pengiriman diperpanjang
d. jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan:
2) Piutang salam berubah menjadi piutang jatuh tempo oleh nasabah sebesar
bagian yang tidak dapat dipenuhi, jika akad salam dibatalkan.
3) Jika ada jaminan atas barang pesanan :
a) hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam, selisihnya diakui sebagai
piutang jatuh tempo kepada nasabah, atau
b) hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam, selisihnya menjadi hak
nasabah.
5
file:///C:/Users/user/Downloads/AKUNTANSI SALAM/Panduan Lengkap Akuntansi Salam
Berdasarkan PSAK 103- Akuntansi Keuangan.html
10
Pada situasi dimana pihak penjual tidak dapat menyediakan sendiri barang
pesanan dari pembeli maka dilakukan Salam Paralel, yaitu entitas yang bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan transaksi Salam juga.
Ada kemungkinan kontrak salam dibatalkan oleh pembeli jika barang yang
dipesan tidak tersedia pada waktu yang ditentukan, barang yang dikirim cacat atau
tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, dan barang yang dikirim kualitasnya
lebih rendah.
2. Penyajian
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai Piutang salam.
Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi Salam disajikan secara terpisah dari Piutang salam.
Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai Hutang Salam.
3. Pengungkapan
Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi salam
mengungkapkan hal-hal berikut :
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai
secara bersama-sama dengan pihak lain ;Jenis dan kuantitas barang pesanan ; dan
Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah.
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Akuntansi Salam
Contoh kasus 1 : transaksi salam pertama
PT. Thariq Agro Mandiri, Membutuhkan 100 ton biji jagung Hibryda untuk keperluan
ekspor 6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri
Melakukan pembelian jagung dengan skema salam kepada bank syariah sejahtera.
Adapun informasi tentang pembelian tersebut adalah sebagai berikut :
Spesifikasi barang : Biji jangung manis hibryda kualitas no 2
Kuantitas : 100 Ton
Harga/Price : Rp. 700.000.000 (Rp. 7.000.000.000 per Ton)
11
Waktu Penyerahan barang : Dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (2
september dan 2 desember 20XA)
Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad ditandatangi (salam)
Transaksi salam kedua
Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq Agro Mandiri,
Bank Syariah sejahtera selanjutnya pada tanggal 2 juni 20XA mengadakan transaksi
salam dengan petani yang bergabung dalam KUD Tunas Mulia dengan kesepakatan
sebagai berikut :
Spesifikasi barang : Biji jangung manis hibryda kualitas no 2
Kuantitas : 100 Ton
Harga/Price : Rp. 650.000.000 (Rp. 6.500.000.000 per Ton)
Waktu Penyerahan barang : Dua tahap setiap tiga bulan sebanyak 50 ton (1
september dan 1 desember 20XA)
Agunan : Tanah dan kendaraan senilai Rp. 700.000.000
Syarat pembayaran : Dilunasi pada saat akad ditandatangi (salam)
Denda kegagalan penyerahan kerena kelalaian atau kesengajaan : 2 % dari nilai
produk yang belum diserahkan.
2) Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau petani
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui pada
saat modal usaha salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang dibayarkan
(PSAK no 103 paragraf 12).
Jurnal : Pada tanggal 1 Juni, Bank Syariah menyerahkan modal Berupa uang tunai
sebesar 650.000.000,- ke rekening KUD di Bank maka jurnal saat penyerahan modal
salam oleh bank syariah kepada KUD adalah sebagai berikut :
1. Kualitas barang dan nilai wajar barang sama dengan nilai kontrak ;
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan sesuai
dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.
Misalnya pada tanggal 1 september 20XA dan 1 desember 20XA, KUD TM
menyerahkan masing-masing 50 ton biji jagung manis Hybrida kualitas nomor 2
sebagaimana yang disepakati dalam perjanjian salam. Adapun nilai wajar produk
tersebut adalah tersebut pada saat penyerahan sama dengan nilai kontrak yaitu Rp.
325.000.000 (50 ton x Rp. 650.000.000 per ton).
Jurnal saat penyaluran produk salam dari KUD Ke bank Syariah adalah :
13
Tanggaldan Kelemahan
F. Manfaat Rekening Akad Salam Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/09/XA Db. Persedian Produk Salam 325.000.000
Kr. Piutang salam 325.000.000
Ket : Penyerahan tahap pertama sebanyak
50 ton biji jagung kualitas no 2 dengan
kualitas barang dan nilai wajar brang sama
dengan nilai kontrak.
01/12/XA Db. Persedian Produk salam 325.000.000
Kr. Piutang salam 325.000.000
Ket : penyerahan tahap pertama sebanyak
50 ton biji jagung kualitas no 2 dengan
kualitas barang dan nilai wajar barang
sama dengan nilai kontrak.
6
Lukman Hakim, 2012: Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta : Erlangga. hlm.118
7
Abdul Sami’ Al-Mishri, 2006 : Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta. Pustaka Belajar. hlm.107
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salam berasal dari kata as syalaf yang artinya adalah pendahuluan . jadi pengertian
akad salam di sini adalah harta jual beli barang pesangon dengan pengiriman barang
dilakukan di kemudian hari dan pelunasanya di lakukan oleh pembeli pada saat
akad/perjanjian di sepakati sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati
Pelaksanaan LKS di Indonesia dalam semua aspek perjalanan dan operasinya adalah
dengan berlandaskan kepada hukum dan peraturan Syariah. Hukum dan peraturan ini
kebanyakan adalah dari Kelompok hukum dan peraturan Ilmu Fiqih yang berhubungan
dengan muamalat ekonomi dan urusan Bank dan Keuangan.
Untuk bereaksi terhadap masalah-masalah tersebut yang dialami oleh lembaga
keungan islam Indonesia khususnya lembaga keuangan perbankan, maka perbankan
syariah menyiasati dengan memberlakukan pola bagi hasil yang merujuk kepada pedoman
akuntanasi perbankan syariah Indonesia (PAPSI), pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) dan fatwa dewan syariah nasioanal (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Reaksi ini
telah membawa perbankan syariah di Indonesia lebih semangat dan lebih maju dengan
ketepatan akuntabilitas.
B. Saran
Demikian yang dapat penulid paparka mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, maka dari itu
penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk penulis demi kesempurnaannya makalah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Yogyakarta : Logung Pustaka
Al-Mishiri, Abdul Sami’. 2006. Pilar-Pilar Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Antonio,Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press bekerja sama dengan Tazkia Cendekia.
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
15