Anda di halaman 1dari 25

PSAK 103 (AKAD SALAM)

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas
Akuntansi Keuangan Syariah

Disusun oleh:
Nama : Febrina Alisa Dewi ( 19416262201090
Nurwahyuni ( 19416262201068 )
Siti Mariam ( 19416262201091 )
Susi Oktaviani ( 19416262201090 )
Anjani Anggraeni ( 19416262201099 )

Universitas Buana Perjuangan Karawang


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi
2021/2022
KATA PENGANTAR

‫َّحي ِْم الرَّحْ َم ِن للّ ِها بِس ِْم‬


ِ ‫الر‬

‫َوبَ َر َكاتُهُ لل ِها َو َرحْ َمةُ َعلَ ْي ُك ْم ال َّسالَ ُم‬


Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat-Nya penulis bisa menyelesaikan
makalah ini, tidak lupa salawat serta salam kita hantarkan kepada baginda Rasulullah
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke masa sekarang. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada orang tua dan teman-teman yang telah
memberi semangat kepada penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Makalah ini adalah bentuk pemaparan tentang isi dari
PSAK 103 yaitu akad salam. Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekeliruan
dan kekurangan, penulis memohon maaf sebesar-besarnya.

Karawang, 26 Maret 2022

Penulis

i
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Definisi salam..............................................................................................................3

2.2 Dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan akad salam.................................3

Rukun-rukun akad salam....................................................................................................4

2.3 Jenis-jenis akad salam.................................................................................................6

2.4 Pengawasan syariah terhadap akad salam...................................................................7

2.5 Alur transaksi akad salam............................................................................................8

2.6 Cakupan standar akuntansi salam..............................................................................10

BAB III........................................................................................................................16

PENUTUP...................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16

3.2 Saran...........................................................................................................................16

LAMPIRAN................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

ii
3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli,dimana pembeli membayar
terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas
sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari.
Dengan demikian,akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan
modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan
sebelumnya.Sebaliknya,pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada
saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam
biasanya digunakan untuk pemesanan barang tertentu.
Ba’i as salam,atau biasa disebut dengan salam,merupakan pembelian barang
yang pembayarannya dilunasi dimuka,sedangkan penyerahan barang dilakukan
dikemudian hari.Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembeliaan suatu
barang (biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk
memproduksinya. Adapun salam paralel merupakan jual beli barang yang
melibatkan dua transaksi salam,dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan
antara nasabah dan bank ,sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank
dengan petani atau pemasok.Penerapan transaksi salam dalam dunia perbankan
masih sangat minim,bahkan sebagian besar bank Syariah tidak menawarkan
skema transaksi ini.Hal ini dapat dipahami karena persepsi masyarakat yang
sangat kuat bahwa bank,termasuk bank syariah,merupakan institusi untuk
membantu masyarakat jika mengalami kendala liquiditas.Dengan
demikian,ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran dimuka,merupakan
suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.
Kendati demikian,skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di
Indonesia seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk

1
mengembangkan sektor pertanian.Secara khusus,jika pemerintah terlibat dalam
upaya mengembangkan kemampuan akses pendanaan petani,penggunaan skema
salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan dibanding skema lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan akad Salam?


2. Apa saja sumber hukum atau dasar syariah dari akad salam?
3. Apakah jenis dari akad salam?
4. Bagaimanakah pengawasan syariah terhadap transaksi akad salam?
5. Bagaimanakah alur transaksi salam?
6. Apa saja cakupan standar akuntansi salam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi salam


2. Untuk mengetahui dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan akad
salam
3. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam
4. Untuk mengetahui pengawasan syariah terhadap akad salam.
5. Untuk mengetahui alur transaksi akad salam
6. Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi salam.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi salam
Menurut Bahasa :  dari kata “As salaf” : pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkan uangnya di muka.
Menurut Terminologi : Para fuqaha menamainya al mahawi’ij (barang
barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun
barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat dari sisi pembeli ia
sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara si penjual
sangat membutuhkan uang tersebut.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat-syarat tertentu Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual
dalam suatu transaksi salam. Jika entitas bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara
salam, maka hal ini disebut salam paralel.

PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad  jual beli barang


pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam
alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam tidak mirip dengan
transaksi ijon ,karena itu dibolehkan oleh syariah karena tidak ada gharar.
Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari, harga, spesifiksi,
kharakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan
disepakati ketika akad terjadi.

2.2 Dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan akad salam


1. Al-Quran

3
“Hai orang- orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak secara
tunai untuk wktu yang ditentukan,hendaknya kamu menuliskannya dengan
benar....”(QS 2:282)

“Hai arang –orang yang beriman penuhilah akad-akad itu.....”(QS 5:1)

2. Al-Hadits
“Barang siapa yang melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang  jelas dan timbangan yang jelas pula,untuk jangka waktu yang
diketahui.”(HR.Bukhari Muslim)

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan jual beli secara tangguh
muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR.Ibnu Majah)

Rukun-rukun akad salam


Rukun salam ada tiga,yaitu:
a. Pelaku,terdiri penjual (muslam alaih) dan pembeli (muslam)
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih)
c. Modal salam (ra’su maalis salam)

Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam yaitu:


a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b. Modal salam  uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah bolehnya
pembayaran  dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa ulama
menganggapnya boleh.
c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau
merupakan pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba
melalui mekanisme salam.

4
Ketentuan syariah barang salam, yaitu:
a. Barang tersebut harus dapat dibedakan/didefenisikan  mempunyai spesifikasi
dan kharakteristik yang jelas kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya
sehingga tidak ada gharar.
b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga
dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan atau musim panen
disesuaikan dengan kemungkinan yang tersedianya barang yang dipesan. Hal
tersebut diperlukan untuk mencegah gharar atau ketidakpastian, harus ada
pada waktu yang ditentukan.
d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada  pada waktu yang ditentukan, akad
menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai
dengan barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual
harus mengembalikan dana yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk
menerima atau menolak. Kalau pilihannya menolak maka penjual memiliki
utang yang dapat diselesaikan dengan pengembalian dana atau menyerahkan
produk yang sesuai dengan akad.
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual
tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai
pelayanan kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh memilih
menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak
boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak
dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan,dan
tidak boleh menuntut penambahan harga.

5
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan
secara syariah.
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Para ulama
melarang penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi
dan kualitas yang sama, tetapi sumbernya berbeda, para ulama
membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah. Namun
sebaiknya dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan maka harus dikirim
ketempat yang menjadi kebiasaan, misalnya gudang pembeli.

Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-piahk pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2.3 Jenis-jenis akad salam


1. Langsung : Pembeli ~ Penjual
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran di muka
sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

Gambar 1 Alur transaksi salam langsung

2. Paralel : Pembeli ~ Penjual ~ Pemasok

6
Terdapat dua transaksi salam yaitu antara pemesan dan penjual serta antara
penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.. Syarat :
tidak terjadi ta’alluq (saling keterkaitan antara akad salam 1 dan 2). Hal ini
terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada
pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel
dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang
pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad
antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak
diperbolehkan.
Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-
menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

Gambar 2 Alur transaksi salam paralel

7
2.4 Pengawasan syariah terhadap akad salam
Dalam memastikan kesesuaian praktik jual beli salam yang dilakukan
dengan ketentuan syariah yang ditetapkan oleh DSN ,DPS melakukan
pengawasan syariah secara periodik.
Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dilakukan untuk:
a. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam.
b. Memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada pemasok telah
dilakukan di awal kontrak secara tunai sebesar akad salam.
c. Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN MUI tentang
salam dan peraturan Bank Indonesia yang berlaku.
d. Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel
atau akad salam biasa.
e. Meneliti bahwa keuntungan Bank Syariah atas praktik salam paralel diperoleh
dari selisih antara harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada
nasabah/pembeli akhir.

8
2.5 Alur transaksi akad salam

Gambar 3 Contoh alur transaksi akad salam

1) Negosiasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual (Bank Syariah)


dengan pembeli (Nasabah) terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.
2) Setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap barang
yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat
(Contoh:dibayar tunai 100%)
3) Negosiasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual (Petani atau KUD)
dengan pembeli (Bank Syariah) terkait transaksi salam yang akan
dilaksanakan.
4) Setelah akad disepakati, pembeli (Bank Syariah) melakukan pembayaran
kepada penjual (Petani atau KUD) terhadap barang yang diinginkan sesuai
dengan kesepakatan yang sudah dibuat (Contoh:dibayar tunai 100%)

5) Pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau menyelesaikan


tahapan penanaman produk yang diinginkan pembeli.

9
6) Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan,
penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang
telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam paralel, yang
biasanya digunakan oleh penjual (bank Syariah) yang tidak memproduksi
sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak salam dan menerima dana
dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah membuat akad salam dengan
petani sebagai produsen produk salam.
7) Pengiriman barang dan dokumen transaksi oleh Penjual (Petani atau KUD)
kepada Pembeli (Bank Syariah)
8) Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan Bank, petani
mengirim produk salam kepada petani sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan.
9) Bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada nasabah dari
petani lalu mengirimkan barang dan dokumen transaksi kepada Nasabah

Contoh diatas merupakan alur tansaksi salam berupa salam paralel yaitu ada
3 pihak yang terlibat didalamnya, salam parallel seperti yang telah dijelaskan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah akad salam pihak 1
dan 2 harus selesai sebelum pihak 2 dan pihak 3 melakukan akad salam yang
baru.

2.6 Cakupan standar akuntansi salam


Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam. Standar
tersebut berisikan tentang pengakuan dan pengukuran,baik sebagai pembeli
maupun sebagai penjual.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan
pengukuran salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam,
kewajiban salam, penerimaan barang pesanan salam, denda yang diterima oleh
pembeli dari penjual yang mampu, tetapi sengaja menunda-nunda penyelelesaian
kewajibannya serta tentang penilaian persediaan barang pesanan pada periode
pelaporan.

10
 AKUNTANSI UNTUK PEMBELI
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi :
1) Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
2) Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang dibayarkan
Jurnal :
(D).Piutang salam                                            xxx
(K).kas                                                         xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar,
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang diserahkan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha
tersebut.
1) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal :
(D) Piutang Salam                                                    xxx
(D) Kerugian                                                             xxx
(K) Aset non kas                                                     xxx

2) Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat


Jurnal :
(D).Piutang Salam                                                xxx
(K).Aset non kas                                                     xxx
(K).keuntungan                                                       xxx

3) Penerimaan barang pesanan

11
 Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka  dinilai sesuai dengan nilai
yang disepakati.
Jurnal :
(D).Aset salam                                                       xxx
(K).Piutang salam                               xxx
 Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih
tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka
barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
(D).Aset Salam                                             xxx
( K) Piutang salam                                  xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nlai
barang pesanan yang tercantum dalam akad,maka barang pesanan yang
diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan
selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
(D).Persediaan-Aset Salam                       xxx
(diukur pada  nilai wajar)   
(D).Kerugian Salam                                  xxx                                
(K).Piutang Salam xxx

c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada
tanggal jatuh tempo pengiriman,maka:
 Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang
salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam akad, dan jurnal atas bagian barang pesanann yang
diterima ;
Jurnal :
(D).Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima)      xxx

12
                                    (K).Piutang Salam                                              xxx

 Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang


salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual
sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.

Jurnal :
(D).Aset lain-lain-Piutang                              xxx

(K).Piutang Salam                                            xxx

d) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli


mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan
tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai
tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui
sebagai piutang kepada penjual.
Jurnal :
(D).Kas                                                                        xxx
(D).Aset lainnya-Piutang pada penjual             xxx
(K).Piutang Salam                                           xxx
e) Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat
piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Jurnal :
(D).Kas                                                 xxx
                    (K).Utang Penjual                                          xxx
(K).Piutang Salam                                          xxx

4) Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai


bagian dana kebajikan.
Jurnal :
(D).Dana Kebajikan-Kas                                 xxx

13
                      ( K).Kebajikan-Pendptan Denda                      xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu
menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini
tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya
karena Force majeur.
5) Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang
salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi .Apabila
nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian.

6) Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain.
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah
 AKUNTANSI UNTUK PENJUAL
1) Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan
sebagai kewajiban salam.
2) Pengukuran kewajiban salam.
 Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
diterima.
Jurnal:

14
(D).Kas                                                      xxx
                        (K).Utang Salam                                           xxx
 Jika modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai
wajar.
Jurnal :
(D).Aset non Kas (nilai wajar)                    xxx
                               (K).Utang Salam                                          xxx
3) Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal :
(D).Utang Salam                                          xxx
                               (K).Penjualan                          xxx
4) Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan
oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
(D).Aset Salam                                          xxx
                     (K).Kas                                          xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar
oleh pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesana:
(D).Utang Salam                                                 xxx
(D).Kerugian Salam                                            xxx
                     (K).Aset Salam                                                xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar
olehpembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan:
(D).Utang Salam                                                 xxx
                  (K).Aset Salam                                                   xxx
                         (K).Keuntungan Salam                                      xxx

15
5) Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang diperoleh melalui
transaksi  salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai
bersih yang dapat direalisasi.Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan,maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
6) Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai
kewajiban salam.
7) Pengungkapan
 Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan :
1. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun
yang dibiayai secara besama – sama dengan pihak lain.
2. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.
 Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan :
1. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa.
2. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan
barang menyerahkanuangnya di muka.Para fuqaha menamainya al
mahawi’ij(barang-barang mendesak) karenaia sejenis jual beli yang dilakukan
mendesak walaupunbarang yang diperjualbelikan tidak ada
tempat.”Mendesak”,dilihat dari sisi penjua,ia sangat membutuhkan barang
tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual,ia sangat membutuhkan
uang tersebut.

3.2 Saran
Makalah ini memberikan penjelasan mengenai akad salam dan penerapan
akuntansinya sesuai dengan PSAK no 103.Ada beberapa penjelasan mengenai
akad salam,namun penyajian materi masih sangatlah jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu penyusun menyarankan untuk mencari referensi-
referensi lainnya agar kita mampu mengetahui teori-teori akad salam dan
mengaplikasikannya sesuai dengan teori yang ada.

17
LAMPIRAN
Contoh Kasus :

Transaksi Salam untuk Pesanan Produk Pertanian


Pada tanggal 1 Agustus 2008, BMT IQTISADUNA mendapatkan amanah dari Jogja
International Hospital (JIH) untuk menyediakan “Beras Mentik Wangi” dengan
kualitas “Super” untuk kebutuhan logistik rumah sakit selama 1 tahun ke depan. JIH
mengharapkan agar BMT IQTISADUNA mampu menyediakan beras yang dimaksud
paling lambat tanggal 1 Februari 2009. Adapun data-data pesanan beras tersebut
adalah sebagai berikut
Nama barang pesanan : Beras
Jenis barang pesanan : Mentik Wangi
Kualitas/ Tipe : Super (AAA)
Jumlah : 100 ton
Harga per Kg : Rp 6.000,-
Harga : Rp 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah)
Jangka waktu penyerahan : 6 bulan
Ketentuan pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani
Pengikatan akad : Notariil (Biaya ditanggung bersama)
Pada saat penerimaan Modal Salam (BMT sebagai Penjual)
Pada kasus tersebut, pada tanggal 1 Agustus 2008 telah diterima dana dari JIH untuk
pembayaran pesanan beras sebesar Rp 600.000.000. Sesuai dengan ketentuan PSAK
Syariah 103, LKS sebagai penjual mengakui kewajiban salam pada saat penjual
menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang diterima. Oleh karena itu
jurnal yang di buat BMT adalah :
(Dr). Kas/ Rekening JIH Rp600.000.000
(Kr). Hutang salam (100 ton beras) Rp600.000.000

Pada saat penyerahan barang dari BMT kepada JIH

18
Dalam rangka memenuhi pesanan JIH, maka BMT IQTISADUNA dapat
memproduksi sendiri pesanan tersebut ataumemesan kepada pihak lain. Pada saat
penyerahan barang pesanan kepada JIH,pada tanggal 1 Januari 2009 dilakukan
penyerahan barang pesanan dan BMT membuat jurnal sebagai berikut :
(Dr). Hutang salam Rp600.000.000
(Kr). Persediaan (100 ton beras) Rp600.000.000

BMT sebagai Pembeli


Kasus 1 diatas menggambarkan bahwa BMT IQTISADUNA sebagai penjual
melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi pesanan JIH tanpa diketahui informasi
apakah BMT memproduksi sendiri yang dipesan atau membeli dari pihak lain. Pada
umumnya LKS tidak memiliki barang yang diminta oleh pembeli sehingga LKS
harus memesan ke pihak lain. Alternatif lain yang biasanya terjadi adalah pembeli
akhir sudah memiliki supplier namun tidak memiliki cukup dana untuk melakukan
pemesanan sehingga meminta LKS untuk menjadi perantara untuk melakukan
pemesanan barang dan terdapat 3 puhak yang terlibat yaitu Penjual,Pembeli, dan
Pembeli akhir yang akadnya biasa disebut Salam Pararel.

19
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku

Nurhayati, S. (2009). Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Yaya Rizal,dkk (2009). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

B. Referensi Internet

Aprillia, N. (2014, April 12). Retrieved december 18, 2016, from


http://http://nindyaaprilia.blogspot.co.id

Hilaly, Y. (2015, Mey 06). Retrieved december 18, 2016, from


http://http://yuniehilaly.blogspot.co.id

Suriyana, Y. (2014, December 11). Retrieved december 18, 2016, from


http://yanadjewelrose.blogspot.co.id

C. Referensi Lain-lain

Rangkuman PSAK 103 dari Desi Agustina

Rangkuman PSAK 103 dari Khansa Sabrina

Rangkuman PSAK 103 dari Norhalifah

Rangkuman PSAK 103 dari Shafia Kamilia

Rangkuman PSAK 103 dari Tazkiyah Himmatul Ulya

20

Anda mungkin juga menyukai