Anda di halaman 1dari 13

Makalah Perbankan Syariah

“ Produk Penyaluran Dana Jual Beli dengan Akad Salam’’

Kelompok 1 / B1

Stefani Diah Puspitasari (2015210282)

Lusia Sueng Ngabut (2016210242)

Dede Mega Liana (2017210108)

Ella Safittri (2017210120)

Nurul Hikmah (2017210130)

Essa Prawira Tirta (2017210133)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam Perbankan Syariah “Produk
Penyaluran Dana Jual Beli dengan Akad Salam”.

Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang dimiliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 5 November 2019

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
BAB 1.................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1.Pengertian Akad Salam ................................................................................................. 6

2.2.Landasan Hukum Akad Salam ..................................................................................... 6

2.3.Jenis Produk Bank Syariah dengan Akad Salam ....................................................... 7

2.4.Perhitungan Salam ......................................................................................................... 9

2.5.Proses Transaksi Salam ............................................................................................... 10

BAB III................................................................................................................ 12

PENUTUP ........................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salam adalah salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih dahulu
atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan
diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam dapat membantu
produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan
kesepakatan. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam biasanya digunakan untuk
pemesanan barang pertanian.

Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil
pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun terdapat dua jenis salam,
yaitu salam itu sendiri dan salam paralel. Salam paralel merupakan jual beli barang yang
melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara
nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau
pemasok. Penerapan transaksi salam dalam dunia perbankan masih sangat minim bahkan
sebagian besar bank syariah tidak menawarkan skema transaksi ini. Hal ini dapat dipahami
karena persepsi masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank syariah merupakan
institusi untuk membantu masyarakat jika mengalami kendala liquiditas. Dengan demikian,
ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran dimuka merupakan suatu hal yang masih sulit
diaplikasikan.

Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia seiring
dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian. Secara
khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan akses pendanaan
petani, penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan dibanding skema
lainnya

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud dengan Akad Salam ?
3. Bagaimana landasan hukum Akad Salam ?

4
4. Apa saja jenis produk Bank Syariah dengan Akad Salam ?
5. Bagiamana perhitungan Salam ?
6. Bagiamana proses transaksi Salam ?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Mengetahui pengertian akad Salam
3. Memahami landasan hukum akad Salam
4. Mengetahui jenis produk Bank Syariah dengan akad Salam
5. Memahami cara perhitungan Salam
6. Memahami proses transaksi Salam

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Akad Salam


Bai’ as-salam atau disingkat salam disebut juga dengan salaf secara bahasa berarti pesanan
atau jual beli dengan melakukan pesanan terlebih dahulu.[1] Salam ialah pembeli memesan
barang dengan memberitahukan sifat-sifat serta kualitasnya kepadaa penjual dan setelah ada
kesepakatan. Akad salam dalam UU Perbankan Syariah adalah pembiayaan suatu barang
dengan cara pemesanan harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang
disepakati. Bank dalam hal ini posisinya sebagai pemesan (pembeli) barang yang akad
diproduksi oleh nasabah.

Misalnya kata penjual: “saya jual kepadamu saatu box (box mobil) dengan harga Rp.
3.000.000,. setelah transaksi disetujui, pembeli membayarnya waktu itu juga walaupun boxnya
belum ada. Jadi salam ini jual beli utang dari pihak penjual dengan kontan dari pihak pembeli,
karena uangnya sudah dibayar sewaktu akad atau dengan perkataan lain: salam adalah jual beli
berupa pesanan (in front payment sale) juga disebut dow payment, artinya penyetoran sebagian
harga pemebelian sebagai bukti kepercayaan. Namun hal ini perlu bukti pembayaran yang sah
berupa kwitansi atau catatan yang ditandatanagani penerima uang..

2.2.Landasan Hukum Akad Salam


Landasan hukum transaksi ba’i as-salam terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

a. Al-Qur’an

َ ‫يَأ َ يُّ َها الَّ ِذ يْن ا َ َمنُ ْوا إِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن اِلَى اَ َج ٍل ُّم‬
...........ُ‫س َّمى فَا ْكتُب ُْوه‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu “
.(yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...(QS. Al-Baqarah:282

Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayar tersebut dengan transaksi
ba’i as-salam. Hali ini tampak jelas dari ungkapan beliau, “Saya bersaksi bahwa salaf (salam)
yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalakan oleh Allah pada kitab-Nya dan
diizinkan-Nya.”Ia lalu membaca ayat tersebut diatas.

b. Al-Hadits

6
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rassulullaah ssaw. Datang ke madinah dimana penduduknya
melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun.
Beliau berkata:

‫ش ْي ٍئ فَ ِف ْي َك ْي ٍل َم ْعلُ ْو ٍم َو َو ْز ٍن َم ْعلُ ْو ٍم اِلَى اَ َج ٍل َم ْعلُ ْو ٍم‬ َ َ‫َم ْن ا َ ْسل‬


َ ‫ف فِ ْي‬

Barang siapa yang melakukan salaf hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan “
]3[”.timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui

c. Ijma’

Mengutip dari perkataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa, semua ahli ilmu (ulama) telat
sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk
memudahkan urusan manusia.

Dari landasan yang sudah dijelaskan, bahwa akad salam diperbolehkan sebagai kegiatan
bermuamalah sesama manusia.

2.3.Jenis Produk Bank Syariah dengan Akad Salam


Ada dua jenis dari akad salam :

1. Salam

Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran
dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

7
2. Salam paralel

Salam paralel artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan pembeli dan
penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya
(melaksanakan transaksi Bai’ As-Salam antara bank dan nasabah dan antara bank dan suplier
atau pihak ketiga lainnya secara simultan).[4] Hal ini terjadi ketika penjual tidak
memilikibarang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang
pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan
penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Beberapa ulama
kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel, terutama jika perdagangan dan
transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

Rukun dan Syarat Salam

Pelaksanaan ba’i as-salam harus memenuhi jumlah rukun berikut ini:

 Muslam (pembeli)
 Muslam ilaih ( penjual)
 Modal atau uang
 Muslam fiihi(barang)
 Shigat (ucapan).

8
Disamping segenap rukun harus terpenuhi, ba’i as-salam juga mengharuskan tercukupinya
segenap syarat-syarat pada masing-masing rukun. Dibawah ini akan diuraikan dua diantara
syarat-syarat terpenting, yaitu modal dan barang.

a. Modal transaksi ba’i as-salam


o Modal harus diketahui
o Barang yang akan di suplai harus diketahui jenis, kualitas dan jumlahnya.
o Penerimaan pembayaran salam
o Kebanyakan ulama mengharuskan pembayaran salam dilakukan di tempat kontrak.

b. Al-Muslam Fiihi (Barang)

Diantara syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam al-muslam fiihi sebagai berikut:

o Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang


o Harus bisa diidentifikasikan secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat kurangnya
pengetahuan tentang macam barang tersebut.
o Penyerahan barang dilakukan di kemudian hari
o Kebanyakan ulama masyarakat penyerahan barang harus ditunda suatu waktu
kemudian, tetapi mazhab syafi’i membolehkan penyerahan segera.
o Bolehnya menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan
barang.
o Tempat penyerahan. Pihak-pihak yang berkontrak harus menunjuk tempat yang
disepakati dimana barang harus diserahkan.

2.4.Perhitungan Salam
Dalam perbankan syariah, berdasarka Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 05/DSN-
MUI/IV/2000 tentang jual beli salam, akad salam diaplikasikan pada salam paralel untuk
pembiayaan pertanian dalam jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan.
Contoh pembiayaan salam paralel:
Seorang petani yang memiliki sawah seluas 2 ha mengajukan pembiayaan kepada bank
syariah untuk membiayai pertaniannya sebanyak Rp5.000.000. penghasilan yang biasa
diperoleh dari lahan pertanian tersebut sebanyak 4 ton beras. Pada waktu itu harga beras di
pasarRp4.000 per Kg, pembiayaan tersebut disetujui oleh bank, dalam arti bsank bertindak
sebagai pemesan beras dsan nasaba sebagai produsen dalam jangka waktu 4 bulan. Kemudian,

9
beras ini akan dijual bank kepada suplier ( pembeli kedua ) ysng telah direkomendasikan oleh
nasabah dengan margin 20%. Bagaimana cara perhitungannya?
Model yang diterapkan dalam jual beli salam adalah:
Harga Jual: Modal + Magin
Untuk mendapatkan margin dicari dengan rumus:
Margin: Modal x Margin x Tahun
Jumlah pembiayaan yang diajukan adalah Rp.5.000.000. harga beras di pasar Rp.4.000 per Kg.
Ini berarti bank bisa memesan beras pada petani sebanyak 1 ton 250Kg beras ( Rp5.000.000
bagi Rp4.000 ). Tepat pada musim panen ( pada bulan ke-4 ), bank menjual beras kepada
suplier ( pembeli kedua ) seharga Rp5.000 per Kg. Suplier membayar kepada nasabah secara
tunai atau cicilan dengan harga jual:
Harga jual = Rp.5.000.000 + (Rp.5.000.000 x 20%)
= Rp.5.000.000 + Rp.1.000.000
= Rp.6.000.000
Maka pendapatan yang akan diperoleh bank adalah: Rp.6.000.000[21]
2.5.Proses Transaksi Salam
KASUS 1. Transaksi Salam LKS untuk Pesanan Produk Pertanian

Pada tanggal 1 Agustus 2008, BMT IQTISADUNA mendapatkan amanah dari Jogja
International Hospital (JIH) untuk menyediakan “Beras Mentik Wangi” dengan kualitas
“Super” untuk kebutuhan logistik rumah sakit selama 1 tahun ke depan. JIH mengharapkan
agar BMT IQTISADUNA mampu menyediakan beras yang dimaksud paling lambat tanggal
1 Februari 2009. Adapun data-data pesanan beras tersebut adalah sebagai berikut:

Nama barang pesanan : Beras

Jenis barang pesanan : Mentik Wangi

Kualitas/ Tipe : Super (AAA)

Jumlah : 100 ton

Harga per Kg : Rp 6.000,-

Harga : Rp 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah)

Jangka waktu penyerahan : 6 bulan

Jangka waktu penyerahan : 6 bulan

10
Ketentuan pembayaran : dilunasi pada saat akad ditandatangani

Pengikatan akad : Notariil (Biaya ditanggung bersama)

ilustrasi 1, Pada saat penerimaan Modal Salam (BMT sebagai Penjual)

Pada kasus tersebut, pada tanggal 1 Agustus 2008 telah diterima dana dari JIH untuk
pembayaran pesanan beras sebesar Rp 600.000.000. Sesuai dengan ketentuan PSAK Syariah
103, LKS sebagai penjual mengakui kewajiban salam pada saat penjual menerima modal
usaha sebesar modal usaha salam yang diterima. Oleh karena itu jurnal yang di buat BMT
adalah :

(Dr) Kas / Rekening JIH Rp 600.000.000


(Cr) Hutang Salam Rp 600.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

Ilustrasi 2, Pada saat penyerahan barang dari BMT kepada JIH

Dalam rangka memenuhi pesanan JIH, maka BMT IQTISADUNA dapat memproduksi
sendiri pesanan tersebut ataumemesan kepada pihak lain. Pada saat penyerahan barang
pesanan kepada JIH,pada tanggal 1 Januari 2009 dilakukan penyerahan barang pesanan dan
BMT membuat jurnal sebagai berikut : bara

(Dr) Hutang Salam Rp 600.000.000


(Cr) Persediaan Rp 600.000.000

(100 ton beras mentik wangi)

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Akad Salam dibagi atas dua macam, salam dan salam paralel. Salam merupakan transaksi
jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli
melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian
hari. Sedangkan, Salam paralel artinya melaksanakan dua transaksi bai’ salam yaitu antara
pemesan dan penjual dan antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya
secara simultan. Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika
perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus. Hal demikian dapat
menjurus kepada riba.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5740459/Akad_salam_dan_aplikasinya_dalam_perbankan_syaria
h

http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/syariah/article/view/55/51

https://senyummu13.wordpress.com/2012/03/26/akuntansi-transaksi-salam/

13

Anda mungkin juga menyukai