AKAD ISTISHNA’
Disusun oleh:
Nurwahyuni ( 19416262201068 )
Siti Mariam ( 19416262201091 )
Susi Oktaviani ( 19416262201090 )
Anjani Anggraeni ( 19416262201099 )
Puji syukur saya panjatkan kehadirat AllahSWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia – Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan karya ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “AKAD Istishna”. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Akuntansi Syariah di Universitas Buana Perjuangan Karawang. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang akad
istishna. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2 Masalah Rumusan..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Istishna'................................................................................................................6
2.2 Jenis – jenis Akad Istishna’....................................................................................................7
2.3 Dasar Syariah Akad Istishna’.................................................................................................8
2.4 Perlakuan hukum Akuntansi PSAK 104................................................................................9
2.5 Ilustrasi kasus istishna.........................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Akad istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui
perantara. Jika dilakukan melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna
paralel. Walaupun istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan
salam maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang
ditangguhkan dan dapat di bayarkan secarra tangguh pula. Istishna menurut para
fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara syari’ah. Namun ntuk
pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan metode
persentase penyelesaian. Dimana metode persentase penyelesaian yang digunakan
miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara
margin labadan selisih nilai akad dengan nilai wajar.
Akuntansi istishna dapat diatur dalam SAK 104 tentang Akuntansi Istishna.
Ruang lingkup dari PSAK 104 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi akad istishna, baik sebagai pembeli
maupun penjual. Namun tidak berlaku untuk perlakuan akuntansi sukuk istishna’.
Tujuan mempelajari akutansi istishna itu sendiri adalah untuk memhami apa
itu yang dimaksud denga akutansi istishna, selain itu juga untuk mempelajari jenis-
jenis dari istishna, serta menganalisis ruang lingkup dari istishna itu sendiri.
4
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian istishna’.
2. Mengetahui jenis – jenis akad istishna’ .
3. Mengetahui dasar Syariah akad istishna’.
4. Mengetahui bagaimana perlakuan hukum Akuntansi PSAK 104.
5. Mengetahui bagaimana Ilustrasi kasus istishna.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Jenis – jenis Akad Istishna’
1. Istishna
Adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau
mustahin) dan penjujal (pembuat, shani).
(1)
(2)
penjual pembeli
(3)
Keterangan :
a. Melakukan akad istishna
b. Barang diserahkan kepada pembeli
c. Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Istishna paralel
Adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna
dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan
pemesan.
(1)
(4)
penjual pembeli
(5)
7
Keterangan :
a. Melakukan akad Istishna’
b. Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
c. Barang diserahkan dari produsen
d. Barang diserahkan kepada pembeli
e. Pembayaran dilakukan oleh pembeli
Artinya :
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya. ( QS. Al Baqarah [2]: 275)
8
2. Hadist
a. Amr Bin ‘Auf berkata :
“perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat – syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi).
b. Anas RA. Bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab,
lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima
surat yang tidak di stampel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan
cincin stempel daro bahan perak. Anas berkata bahwa : “seakan – akan
sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih ditangan beliau”.
3. Al-Ijma'
Sebagian ulama menyatakan bahwa pada dasarnya umat Islam secara de-
facto telah bersepakat merajut konsensus (ijma') bahwa akad istishna' adalah akad
yang dibenarkan dan telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat
atau ulama pun yang mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
melarangnya.
Hakikat Akad Istishna’ Menurut Madzhab Hanafi Bai’ al-istishna’
termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan Bai’ secara qiyas.
Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada
dan dimiliki oleh penjual, sedangkan dalam Istishna’, pokok kontrak itu belum
ada atau tidak dimiki penjual. Meskipun demikian, Madzhab Hanafi menyetujui
kontrak Istishna, dengan alasan menganggap baik dan perlu untuk kepentingan
umat terhadapnya.
Para ahli fiqih malikiah, Syi’ah dan Hanbali mengqiaskan Bai’ al-istishna’
dengan Bai’ As-salamkarena dalam keduanya barang yang dipesan belum berada
ditangan penjual manakala kontrak ditandatangani.
9
dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
PSAK 104 mengalami penyesuaian pada 6 Januari 2016 terkait definisi
nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
PSAK 104 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi istishna’. Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga
keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’, baik
sebagai penjual maupun pembeli.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Administrasi pembiayaan BPRS Metro tercatat bahwa piutang istishna dari nasabah
Saudari Aviva adalah sebesar Rp. 900.000.000,00 yang akan jatuh tempo pada
tanggal 30 Juni 2008. Piutang istishna tersebut terdiri dari harga pokok barang
pesanan Rp. 650.000.000,00 dan margin istisna yang belum direalisasikan sebesar Rp.
250.000.000,00 pada tanggal 21 Juni 2008 saudari Avivah melunasi seluruh
pembiayaan istishnanya kepada BPRS Metro lebih cepat 9 hari dari tanggal jatuh
tempo. Atas perhitungan terhadap saldo pembiayaan dan kondisi internal BPRS
Metro, maka saudari Avivah diberikan potongan sebesar Rp. 100.000.000,00.
Berdasarkan informasi tersebut maka:
Pada saat penyelesaian, BPRS Metro mengurangi piutang istishna dan
margin/pendapatan istishna.
Kas Rp. 800.000.000,00 -
10
Piutang istishna -
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14