Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

AKAD ISTISHNA’

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah

Disusun oleh:

Nurwahyuni ( 19416262201068 )
Siti Mariam ( 19416262201091 )
Susi Oktaviani ( 19416262201090 )
Anjani Anggraeni ( 19416262201099 )

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat AllahSWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia – Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan karya ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “AKAD Istishna”. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Akuntansi Syariah di Universitas Buana Perjuangan Karawang. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang akad
istishna. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 11 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2 Masalah Rumusan..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Istishna'................................................................................................................6
2.2 Jenis – jenis Akad Istishna’....................................................................................................7
2.3 Dasar Syariah Akad Istishna’.................................................................................................8
2.4 Perlakuan hukum Akuntansi PSAK 104................................................................................9
2.5 Ilustrasi kasus istishna.........................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Akad istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan
langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui
perantara. Jika dilakukan melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna
paralel. Walaupun istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan
salam maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang
ditangguhkan dan dapat di bayarkan secarra tangguh pula. Istishna menurut para
fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara syari’ah. Namun ntuk
pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan metode
persentase penyelesaian. Dimana metode persentase penyelesaian yang digunakan
miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara
margin labadan selisih nilai akad dengan nilai wajar.
Akuntansi istishna dapat diatur dalam SAK 104 tentang Akuntansi Istishna.
Ruang lingkup dari PSAK 104 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan
koperasi syariah yang melakukan transaksi akad istishna, baik sebagai pembeli
maupun penjual. Namun tidak berlaku untuk perlakuan akuntansi sukuk istishna’.
Tujuan mempelajari akutansi istishna itu sendiri adalah untuk memhami apa
itu yang dimaksud denga akutansi istishna, selain itu juga untuk mempelajari jenis-
jenis dari istishna, serta menganalisis ruang lingkup dari istishna itu sendiri.

1.2 Masalah Rumusan


1. Apa pengertian istishna?
2. Apa jenis – jenis akad istishna’ ?
3. Apa dasar Syariah ?
4. Bagaimana perlakuan hukum Akuntansi PSAK 104 ?
5. Bagaimana Ilustrasi kasus istishna ?

4
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian istishna’.
2. Mengetahui jenis – jenis akad istishna’ .
3. Mengetahui dasar Syariah akad istishna’.
4. Mengetahui bagaimana perlakuan hukum Akuntansi PSAK 104.
5. Mengetahui bagaimana Ilustrasi kasus istishna.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istishna'


Akad istishna merupakan akad jual beli antara al mustashni (pembeli) dan
asshani (prosuden yang juga bertindak sebagai penjual) dimana pembeli menugasi
produsen untuk menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang
disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara
pembayarannya dapet berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau dapat ditangguhkan
dalam jangka waktu tertentu, dan umumnya cara pembayaran istishna dilakukan
dengan cicilan. Ketentuan harga barang tidak dapat berubah selama jangkawaktu
akad.
Adapun pengertian lain dari, Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
di sepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa
DSN MUI ) shani’ akan menyiapkan barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi
yang telah di sepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain
(istishna pararlel).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa akad istishna adalah akad jual beli dimana
seorang pembeli memesan suatu barang kepada prosuden yang juga bertindak sebagai
penjual, dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati, dan harga barang
tidak dapat berubah selama jangkawaktu akad dengan cara pembayarannya dapet
berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau dapat ditangguhkan dalam jangka waktu
tertentu.
Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan
pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya, atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:
1. Jumalah yang telah di bayarkan , dan
2. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.

6
2.2 Jenis – jenis Akad Istishna’
1. Istishna
Adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau
mustahin) dan penjujal (pembuat, shani).

(1)
(2)
penjual pembeli
(3)

Keterangan :
a. Melakukan akad istishna
b. Barang diserahkan kepada pembeli
c. Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2. Istishna paralel
Adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna
dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan
pemesan.

(1)
(4)
penjual pembeli
(5)

(2) (3) produsen /


pemasok

7
Keterangan :
a. Melakukan akad Istishna’
b. Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
c. Barang diserahkan dari produsen
d. Barang diserahkan kepada pembeli
e. Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2.3 Dasar Syariah Akad Istishna’


Dalam akuntansi syariah sumber hukum dasar akad Istishna, sebagai berikut :
1. Al-Qur’an dijelaskan dalam surat QS. Al Baqarah ayat 275

Al-ladziina ya’kuluunarribaa laa yaquumuuna ilaa kamaa yaquumul-ladzii


yatakhabbathuhusy-syaithaanu minal massi dzalika biannahum qaaluuu innamaal
bai’u mitslurribaa waahallallahul bai’a waharramarribaa faman jaa-ahu
mau’izhatun min rabbihi faantaha falahu maa salafa waamruhu ilallahi waman
‘aada fa-uula-ika ashhaabunnaari hum fiihaa khaaliduun(a);

Artinya :
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya. ( QS. Al Baqarah [2]: 275)

8
2. Hadist
a. Amr Bin ‘Auf berkata :
“perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat – syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi).

b. Anas RA. Bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab,
lalu dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima
surat yang tidak di stampel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan
cincin stempel daro bahan perak. Anas berkata bahwa : “seakan – akan
sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih ditangan beliau”.
3. Al-Ijma'
Sebagian ulama menyatakan bahwa pada dasarnya umat Islam secara de-
facto telah bersepakat merajut konsensus (ijma') bahwa akad istishna' adalah akad
yang dibenarkan dan telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat
atau ulama pun yang mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
melarangnya.
Hakikat Akad Istishna’ Menurut Madzhab Hanafi Bai’ al-istishna’
termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan Bai’ secara qiyas.
Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada
dan dimiliki oleh penjual, sedangkan dalam Istishna’, pokok kontrak itu belum
ada atau tidak dimiki penjual. Meskipun demikian, Madzhab Hanafi menyetujui
kontrak Istishna, dengan alasan menganggap baik dan perlu untuk kepentingan
umat terhadapnya.
Para ahli fiqih malikiah, Syi’ah dan Hanbali mengqiaskan Bai’ al-istishna’
dengan Bai’ As-salamkarena dalam keduanya barang yang dipesan belum berada
ditangan penjual manakala kontrak ditandatangani.

2.4 Perlakuan hukum Akuntansi PSAK 104


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 104: Akuntansi Istishna’ (PSAK
104) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 104 menggantikan pengaturan
mengenai akuntansi istishna’ dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang
dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823 –
B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya

9
dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
PSAK 104 mengalami penyesuaian pada 6 Januari 2016 terkait definisi
nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
PSAK 104 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi istishna’. Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga
keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi istishna’, baik
sebagai penjual maupun pembeli.
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).

2.5 Ilustrasi kasus istishna

Administrasi Pembiayaan Bprs Metro


Dari Nasabah Saudari Aviva

Administrasi pembiayaan BPRS Metro tercatat bahwa piutang istishna dari nasabah
Saudari Aviva adalah sebesar Rp. 900.000.000,00 yang akan jatuh tempo pada
tanggal 30 Juni 2008. Piutang istishna tersebut terdiri dari harga pokok barang
pesanan Rp. 650.000.000,00 dan margin istisna yang belum direalisasikan sebesar Rp.
250.000.000,00 pada tanggal 21 Juni 2008 saudari Avivah melunasi seluruh
pembiayaan istishnanya kepada BPRS Metro lebih cepat 9 hari dari tanggal jatuh
tempo. Atas perhitungan terhadap saldo pembiayaan dan kondisi internal BPRS
Metro, maka saudari Avivah diberikan potongan sebesar Rp. 100.000.000,00.
Berdasarkan informasi tersebut maka:
Pada saat penyelesaian, BPRS Metro mengurangi piutang istishna dan
margin/pendapatan istishna.
Kas Rp. 800.000.000,00 -

Margin Istisna Tangguhan Rp.   250.000.000,00 -

 Pendapatan Istishna - Rp. 150.000.000,00

10
 Piutang  istishna -

11
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan pula seperti


transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana
barang diserahkan di mukasedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual beli
istishna’ barang diserahkan di belakang,walaupun uangnya sama-sama di bayar secara
cicilan.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat.

Ega Kurniasih. 2022. MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH AKAD ISTISHNA.


Academia. Diakses pada 9 April 2022.
https://www.academia.edu/47779764/MAKALAH_AKUNTANSI_SYAR
IAH_AKAD_ISTISHNA

SAK Syariah (Standar Akuntansi Keuangan Syariah). IKATAN AKUNTAN


INDONESIA. 2022. Diakses pada tanggal 10 April 2022.
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-67-
psak-syariah-104

MAKALAH AKUTANSI ISTISHNA


https://lidonarta.blogspot.com/2012/07/makalah-akutansi-istishna.html

13
14

Anda mungkin juga menyukai