Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI ISTISHNA

Disusun Oleh :

1) Eka Nurfitri Hariani (1712311043)

2) DivyaWahyuniPrameswari (1712311051)

3) Nabila Almas Brillianty A. (1712311055)

4) FirdhaAyuKinanti (1712311098)

Dosen: Deddy Ardiansyah Suis SE.,M.Ak

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke Hadirat Allah S.W.T. yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan, kesempatan dan kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya sebagaitugas yang

dikumpulkanuntukmata kuliah Akuntansi Syariah.

Penulisan makalah bertemakan “akuntansi istishna” adalah agar mahasiswa dapat

memahami akuntansi untuk istishna

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis

mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun. Penulis juga berharap

makalah ini dapat bermafaat bagipara pembaca.

Sidoarjo, 31 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3

2.1. Pengetianistishna.......................................................................... 3

2.2. Pengakuan Dan PengukuranIstishna............................................ 3

2.3. IlustrasiKasus.................................................................................. 4

BAB III PENUTUP.................................................................................... 28

3.1 Simpulan ........................................................................................ 28

3.2 Saran.............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transaksi Bai’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat

barang.Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat

barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut

spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak

bersepakat atas harga serta sistem pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan atau

ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.

Menurut Ulamafuqaha, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-salam.

Biasanya jenis ini dipergunakan dibidang manufaktur dan konstruksi. Dengan demikian

ketentuan bai’al-istishna, mengikuti ketentuan dan aturan bai’ as-salam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Istishna?


2. Bagaimana pengakuan dan pengukuran istishna ?
3. Bagaimana perhitungan dan penjurnalan dalam istishna ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PengertianIstishna

Akad istishna adalah akad jual beli antara al mustashni (pembeli) dan asshani

(prosuden yang juga bertindak sebagai penjual) dimana pembeli menugasi produsen untuk

menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan

menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayarannya dapet berupa pembayaran

dimuka, cicilan, atau dapat ditangguhkan dalam jangka waktu tertentu, dan umumnya cara

pembayaran istishna dilakukan dengan cicilan. Ketentuan harga barang tidak dapat berubah

selama jangkawaktu akad.

Adapun pengertian lain dari, Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk

pemesanan pembuatan barangtertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di

sepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI

) shani’ akan menyiapkanbarang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di

sepakati di mana ia dapatmenyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna pararlel).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa akad istishna adalah akad jual beli dimana

seorang pembeli memesan suatu barang kepada prosuden yang juga bertindak sebagai

penjual, dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati, dan harga barang tidak

dapat berubah selama jangkawaktu akad dengan cara pembayarannya dapet berupa

pembayaran dimuka, cicilan, atau dapat ditangguhkan dalam jangka waktu tertentu.

Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan

pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:

1.      Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya, atau

2
2.      Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi

pelaksanaan atau penyelesaian akad

Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:

1.    jumalah yang telah di bayarkan ,dan

2.    penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepatwaktu.

Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi criteria ;

1.    Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati,

2.    Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal,

3.    Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi

teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

Jenis akad istishna

a) Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu

dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli

atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani)

b) Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan,

dimana untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad

itishna dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan

pemesan

Istishna hampir sama dengan akad salam, adapun perbedaan iatishna dan salam adalah

sebagai berikut:

a. Didalam hal pembiayaan; salam biasanya pada pembiayaan perternakan dan

pertanian dalam jangka pedek, sedangkan pada istishna biasanya pada pembiayaan

gedung dan dalam jangka panjang.

3
b. Dalam cara pembayaran; pada salam cara transaksinya dibayar dimuka dengan

tunai, sedangkan pada istishna dibayar dengan cara cicilan ataupun tunai.

2.2 Pengakuan Dan PengukuranIstishna

Ø  Bank sebagai produsen/penjual

1. Pengakuan dan Pengukuran biaya istishna adalah sebagai berikut:

a. Biaya istishna terdiri dari:

 Biaya langsung, terutama barang untuk menghasilkan pesanan, dan

 Biaya tidak langsung, yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad)

yang dialokasikan secara objektif.

b. Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan

tidak termasuk dalam biaya istishna.

c. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya

istishna bila akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak di tandatangani maka beban

tersebut dibebankan pada periode berjalan.

d. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva

istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.

2. Pengakuan dan Pengukuran biaya istishna paralel adalah sebagai berikut:

a.Biaya istishna paralel terdiri dari:

 Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan subkontraktor kepada bank.

 Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra akad)

yang dilakukan secara objektif.

 Semua biaya akibat subkontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jik ada.

4
b. Biaya istishna parallel diakui sebagai aktiva istisna dalam penyelesaian  pada saat

diterimanya tagihan dari subkontrakto sebesar jumlah tagihan.

3. Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dan

sebagai terima istishna (istishna billig) pada pos pelayanan.

Ø  Bank sebagai pembeli:

a. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih

oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.

b. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalain atau kesalahan penjual

dan mengakibatkan kerugian bank, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi

penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian melebihi garansi

penyelesaian proyek, maka selisihnya akn diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada

subkontraktor.

c. Jika bank menolak barang pesanan karena tidak sesuai spesifikasi dantidak dapat

memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada subkontraktor,

maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada

subkontraktor.

d. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang

pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya

perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

e. Dalam istishna paralel, jika pembeli akhir menolak barang pesanan karena tidak sesuai

dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih

rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai

kerugian pada periode berjalan.

5
2.3 IlustrasiKasus

Contoh 1:

Pembayaran Oleh Pemesanan Dilakukan Pada Saat

Penyerahan Barang Istishna

PT. Usman Jaya membutuhkan rumah tipe 70/150 dengan sertifikasi khusus untuk

kantor. Harga rumah Rp. 200 juta, dana yang dibayarkan PT. Usman Jaya untuk uang muka

Rp. 50 juta. Perusahaan mengajukan pembiayan pada bank syari’ah. Setelah akad ditanda

tangani antara PT. Usman Jaya dan bank syari’ah dengan nilai akad Rp. 200 juta, bank

syariah memesan pada pengembang dan pengembang akan menyelesaikan pesanannya

selama 9 bulan. Bank membayar biaya pra-akad sebesar Rp. 1 juta dan akad ditanda

tangani antara bank dan PT. Usman Jaya pada 1 Juli 2002. PT. Usman Jaya menyerakan

uang muka sebesar Rp. 50 juta. Disamping itu, bank menandatangani akad pembelian/

pesanan kepada pengembang pada 1 juli 2002, dengan harga beli Rp. 170 juta. Berikut ini

data dan tangihan yang dilakukan oleh pengembang sampai per 1 maret 2003:

2 Juli 2003            : bank membayar uang muka kepada pengembang Rp. 50 Juta

1 Agustus 2003   : pengembang menagih untuk pembangunan pengembang istishna Rp.30

Juta

1 nopember 2003 : pengembang menagih untuk pembangunan pengembang istishna Rp.50

Juta

1 febuari 2003     : pengembang menagih untuk pembangunan pengembang istishna Rp.40

Juta

1 Maret 2003       : pengembang menyerahkan aktiva istishna yang telah selesai kepada

bank syariah.

6
1 Maret 2003       : bank syariah menyerahkan aktiva istishna yang telah selesai kepada tuan

Usman. Tuan Usman mengangsur pembayaran rumah tersebut selama 2 tahun.

Bank syariah mengenakan keuntungan istishna 10% dari pembiayaan, dan membebankan

stabilizer daya beli 2 X 5%= 10% selama tahun.

Diminta :

Buatlah perhitungan untuk pengakuan, pengukuran, dan penyajian untuk transaksi istishna

paralel tersebut:

o   Bila menggunkan % penyelesaian untuk pengakuan pendapatannya.

o   Bila menggunkan kontrak selesai untuk pengakuan pendapatannya.

Jawab :

Perhitungan

Pemesan akan melunasi rumah pesanannya pada saat rumah selesai dibangun dan

diserahkan pada bank syariah kepada PT Usman, dengan harga kontrak Rp. 200 Juta.

Harga pokok rumah adalah Rp. 170 Juta, = Rp. 30 Juta.

Berikut ini jurnal yang dibuat oleh Bank syari’ah

1.      Pada saat bank syari’ah menerima uang muka dari PT Usman:

1 Juli 2003

Dr. Kas  Rp   50.000.000,00   -

Cr. Uang muka istishna  -  Rp   50.000.000,00

2.      Pada saat bank mencatat biaya pra-akad

Rp 1.000.000,-

7
Dr. beban pra-akad yg
 Rp   1.000.000,00   -
ditangguhkan

      Cr. kas  -  Rp   1.000.000,00

3.      Pada saat ada kepastian akad istishna dengan nasabah PT. usman, bank mencatat :

Dr. aktiva istishna dlm penyelesaian  Rp 1.000.000,00   -

 Cr. beban pra-akad yg
 -  Rp 1.000.000,00
ditangguhkan

4.      Pada saat bank menerima tagihan dari pengembang dan membayarannya:

Tanggal 1 Agustus 2003 sebesar Rp. 30.000.000,00

Dr. aktiva istishna dlm


Rp. 30.000.000,00   -
penyelesaian

      Cr. Hutang istishna  - Rp. 30.000.000,00

Pada saat bank syariah membayar hutang istishna:

Dr. Hutang istishna Rp. 30.000.000,00   -

      Cr. kas  - Rp. 30.000.000,00

Tanggal 1 Nopember 2003 sebesar Rp. 50.000.000,00

Dr. aktiva istishna dlm


Rp. 50.000.000,00   -
penyelesaian

      Cr. Hutang istishna  - Rp. 50.000.000,00

8
Pada saat bank syariah membayar hutang istishna:

Dr. Hutang istishna Rp. 50.000.000,00   -

      Cr. kas  - Rp. 50.000.000,00

Tanggal 1 Febuari 2004 sebesar Rp. 70.000.000,00

Dr. aktiva istishna dlm


Rp. 40.000.000,00   -
penyelesaian

      Cr. Hutang istishna  - Rp. 40.000.000,00

Pada saat bank syariah membayar hutang istishna:

Dr. Hutang istishna Rp. 40.000.000,00   -

      Cr. kas  - Rp. 40.000.000,00

5.      Pada saat bank menerima barang pesanan dari pembangunan yang sudah selesai

100%, bank syariah akan menjual jurnal sebagai berikut:

Dr. Persediaan barang


Rp. 171.000.000,00   -
Alistishna

Cr. Aktiva istishna dlm


 - Rp. 171.000.000,00
penyelesaian

6.      Pada saat penyerahan barang istishna dan penagihan bank kepada nasabah PT>

Usman:

Dr. Piutang istishna Rp. 150.000.000,00 -

9
Dr. Uang muka istishna Rp.  50.000.000,00 -

 Cr. Persediaan barang Al-


Rp. 171.000.000,00
istishna -

 Cr. Pendapatan istishna - Rp.  29.000.000,00

7.      Penyajiaan akhir tahun

Apabila metode kontrak selesai diterapkan dalam transaksi istishna dan pada akhir

tahun/periode akutansi barang istishna belum selesai 100%, maka di neraca akan

dilaporkan “akutansi istishna dalam penyelesaian” dan laporan laba rugi belum dialami

adanya bagiaan pendapatan istishna pada periode berjalan. Aktiva istishna adalah

penyelesaian dilaporkan dineraca per-31 Desember 2002 adalah sebesar

= Rp. 1.000.000,00 + Rp.30.000.000,00 + Rp. 50.000.000,00

= Rp. 81.000.000,00

Contoh 2:

Administrasi Pembiayaan BPRS Metro

Dari Nasabah Saudari Aviva

Administrasi pembiayaan BPRS Metro tercatat bahwa piutang istishna dari nasabah

Saudari Aviva adalah sebesar Rp. 900.000.000,00 yang akan jatuh tempo pada tanggal 30

Juni 2008. Piutang istishna tersebut terdiri dari harga pokok barang pesanan Rp.

650.000.000,00 dan margin istisna yang belum direalisasikan sebesar Rp. 250.000.000,00

pada tanggal 21 Juni 2008 saudari Avivah melunasi seluruh pembiayaan istishnanya kepada

BPRS Metro lebih cepat 9 hari dari tanggal jatuh tempo. Atas perhitungan terhadap saldo

pembiayaan dan kondisi internal BPRS Metro, maka saudari Avivah diberikan potongan

sebesar Rp. 100.000.000,00.

10
Berdasarkan informasi tersebut maka:

Pada saat penyelesaian, BPRS Metro mengurangi piutang istishna dan margin/pendapatan

istishna.

Kas Rp. 800.000.000,00 -

Margin Istisna Tangguhan Rp.  250.000.000,00 -

 Pendapatan Istishna - Rp. 150.000.000,00

 Piutang  istishna - Rp.  900.000.000,00

Contoh 3:

Perubahan Pesanan Dan Klaim Tambahan

Sebagai contoh

Tuan Ahmad memesan rumah melalui bank Syariah Metro dengan akad istishna

senilai Rp. 500.000.000,00 pada akhir masa akad ternyata terdapat perubahan harga

material sehingga mengakibatkan nilai kontrak berubah dan hal tersebut sudah disepakati

dalam akad. Nilai rumah yang dipesan oleh tuan Ahmad menjadi Rp. 500.000.000,0,

sebagai akibat penyesuaian harga-harga material yang meningkat. Maka bank syariah

Metro akan mencatat klaim tambahan sesuai kesepakatan.

Dengan jurnal:

Biaya istishna
Rp. 100.000.000,00   -
(klaim tambahan Material)

11
Pendapatan istishna  - Rp. 100.000.000,00

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang

tertentu dengan kriteria dan persyaratan yang disepakati antara pemesan

(pembeli/mustashni) dengan penjual ( pembuat barang/ Shani’).

Istishna pararel merupakan suatu bentuk akad istishna antara pemesan

(pembeli/mustashni) dengan penjual ( pembuat/shani’) kemudian untuk memenuhi

kewajibannya kepada mustashni, penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.

Jenis akad istishna

1.      Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu

dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau

mustahin) dan penjujal (pembuat, shani)

12
2.       Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan,

dimana untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna

dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan

rukun istishna ada tiga, yaitu :

Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat shani’)

Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk

harga

Ijab qabul/serah terima.

DAFTAR PUSTAKA

 Drs. Wiyono Slamet, Akutansi Perbankan Syari’ah, Jakarta:Grasindo, 2006.

Nurhayati Sri, Akutansi Syri’ah Di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Sofyan S.Harahap,Wiroso, Muhammad Yusuf, Akutansi Perbankan Syari’ah, Jakarta: LPFE-

Usakti, 2006.

http://narsismoergosum.blogspot.com/2010/05/pembiayaan-istishna.html

https://qazwa.id/blog/akad-istishna/

13

Anda mungkin juga menyukai