AKUTANSI MURABAHAH
DOSEN PENGAMPU
Penyusun
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“AKUTANSI MURABAHAH" pada mata kuliah Akutansi Perbankan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun
makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat disampaikan, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. Kesimpulan .............................................................................................. 20
2. Saran ........................................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi adalah sebuah identifikasi transaksi yang terjadi kemudian dikuti
dengan kegiatan pencatatan, pengelolahan serta pengikthisaran transaksi yang
terjadi sehingga menghasilkan laporan keuangan yang nantinya dapat diambil
sebagai pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan. Murabahah adalah
suatu akad transaksi jual beli barang yang disertai pernyataan jumlah
keuntungan yang di peroleh dari transaksi tersebut sesuai kesepakatan penjual
dan pembeli.
Transaksi Murabahah merupakan salah satu transaksi syariah yang
paling banyak dipraktekkan di lembaga keuangan syariah, seperti bank
syariah, BMT, dan lembaga pembiayaan syariah adalah murabahah. Bahkan,
porsinya mencapai lebih dari 60%. Lantas apa itu transaksi murabahah?
Mengapa murabahah jadi transaksi favorit di lembaga keuangan syariah?
Transaksi murabahah adalah transaksi jual-beli barang dengan menegaskan
harga perolehan dan margin keuntungan kepada pembelihal yang
membedakan transaksi murabahah dengan jual-beli pada umumnya adalah
harga perolehan dan margin keuntungan harus diketahui oleh pembeli.
Keuntungan diperoleh atas kesepakatan antara penjual dan pembeli.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akad Murabahah ?
2. Apa saja jenis Akad Murabahah ?
3. Bagaimana Alur Murabahah ?
4. Bagaimana Syarat daan Rukun Murabahah ?
5. Apa itu Ijab dan Qobul ?
6. Bagaimana perlakuan PSAK 102 ?
1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Akad Murabahah
2. Untuk mengetahui jenis Akad Murabahah
3. Untuk mengetahui Alur Murabahah
4. Untuk mengetahui syarat dan rukun Murabahah
5. Untuk mengetahui Ijab dan Qobul
6. Untuk mengetahui perlakuan PSAK 102
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
H. Asyura dkk, multi lever marketing syariah di indonesia dalam perspektif maqashid syariah,
(Yogyakarta : grup penerbit CV BUDI UTAMA , 2021). Hlm 33-34
3
yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Mereka tidak memperbolehkan
pembebanan biaya langsung yang berhubugan dengan pekerjaan yang
memang seharusnya dilakukan oleh penjual, demikian juga biaya yang tidak
memberi nilai tambah pada barang. 2
Harga beli menggunakan harga pokok yaitu harga beli dikurangi
dengan diskon pembelian apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon
yang didapat akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan
kesepakatan mereka diawal akad. Dalam PSAK 102 dijelaskan lebih lanjut,
jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Namun
pada hakikatnya, diskon pembelian adalah hak pembeli. Sehingga akan lebih
baik jika prosedur operasional perusahaan menyatakan bahwa diskon setiap
akad murabahah adalah hak pembeli. Diskon yang terkait dengan pembelian
barang, antara lain meliputi (PSAK No. 102 paragraf 11): 3
1. Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang;
2. Diskon biaya asuransi dalam rangka pembelian barang;
3. Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian
barang.
2
http://mastahbisnis.com/akad-murabahah/ Diakses pada senin 3 juli 2023
3
http://eprints.walisongo.ac.id/3101/3/62311005_Bab2.pdf Diakses pada 3 juli 2023
4
dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai
sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut
4
menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai.
2. Akad murabahah tanpa pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang ke
produsen tanpa harus ada pesanan terlebih dahulu dari pembeli.
Tentunya murabahah jenis ini tidak mengikat.
3. Alur Murabahah
4
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://fe.unisma.ac.id/MATERI%2520AJA
R%2520DOSEN/AKTKEUSYA/AFD/Materi-06-07, Diakses pada 3 Juli 2023
5
b. Pihak pembeli harus tahu harga awal pembelian agar pembeli dapat
mengetahui keuntungan yang didapat penjual5
c. Dapat diketahui untung yang diperoleh penjual Untung yang didapat
penjual harus diketahui karena merupakan bagian dari harga barangc)
"Modal yg dikeluarkan hendaknya berupa barang mistliyat (barang
yang memiliki varian serupa)" contohnya adalah barang-barang yang
bisaditimbang, ditakar dan dijual dengan varian yang berdekatan.
d. Jual beli Murabahah tidak bercampur dengan transaksi yang
mengandung riba.
e. Akad jual beli pertama harus sah. Bila akad pertama tidak sah maka
jual beli murabahah tidak boleh dilaksanakan. Karena murabahah
adalah jual beli dengan pokok ditambah keuntungan, kalau jual beli
pertama tidak sah maka jual beli murabahah selanjutnya juga tidak
sah.
2. Rukun Murabahah
Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual
beli murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum.
Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang
menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang
menempati kedudukan ijab dan qobul itu. Sedangkan menurut jumhur
ulama ada 4 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta
barang atau sesuatu yang diakadkan.
Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain:
a. Penjual (Ba’i)
Adalah pihak bank atau BMT yang membiayai pembelian barang yang
diperlukan oleh nasabah pemohon pembiayaan dengan sistem
5
H. Asyura dkk, multi lever marketing syariah di indonesia dalaam perspektif maqashid syariah,…Hlm
36
6
pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya di dalam teknis aplikasinya
bank atau BMT membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank atau BMT itu sendiri. Walaupun terkadang bank atau BMT
menggunakan media akad wakalah dalam pembelian barang, dimana
si nasabah sendiri yang mebeli barang yang diinginkan atas nama
bank.
b. Pembeli (Musytari)
Pembeli dalam pembiayaan murabahah adalah nasabah yang
mengajukan permohonan pembiayaan ke bank atau BMT.
c. Objek jual beli (Mabi’)
Yang sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan murabahah
oleh sebagian besar nasabah adalah terhadap barang-barang yang di
Bank Syariah (Panduan teknis bersifat konsumtif untuk pemenuhan
kebutuhan produksi, seperti rumah, tanah, mobil, motor dan
sebagainya.6 Walaupun demikian, ada rambu-rambu yang harus
diperhatikan juga, bahwa benda atau barang yeng menjadi obyek akad
mempunyai syaratsyarat yang harus dipenuhi menurut hukum Islam,
antara lain :
6
Nurhayati,Sri. dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2 Revisi, (Jakarta Selatan: Salemba
Empat, 2012), hlm.126
7
4) Tidak dibatasi waktu, dalam hal perkataan, ”saya jual
kendaraan ini kepada Tuan selama satu tahun”. Maka
penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu
sebab pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi ketentuan
syara’.
5) Dapat dipindah tangankan/diserahkan, karena memang dalam
jual beli, barang yang menjadi obyek akad harus beralih
kepemilikannya dari penjual ke pembeli. Cepat atau pun
lambatnya penyerahan, itu tergantung pada jarak atau tempat
diserahkannya barang tersebut.
6) Milik sendiri, tidak dihalalkan menjual barang milik orang lain
dengan tidak seizin dari pemilik barang tersebut.Sama halnya
juga terhadap barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.
7) Diketahui (dilihat), barang yang menjadi obyek jual beli
harusdiketahui spesifikasinya seperti banyaknya (kuantitas),
ukurannya, modelnya, warnanya dan hal-hal lain yang terkait.
Maka tidak sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah
satu pihak.
8
ditawarkan kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian penentuan
lama angsuran apabila terdapat kesepakatan murabahah.7
7
Wardah, penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan akad murabahah, dalam jurnal ilmu hukum,
vol 10 no.1 ( maret 2017), hlm.63
8
H. Asyura dkk, multi lever marketing syariah di indonesia dalaam perspektif maqashid syariah,…Hlm
65
9
penurunan aset karena usang, rusak, atau kondisi lain sebelum diserahkan ke
nasabah, penurunan aset tersebut di akui sebagai beban dan mengurangi nilai
aset. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka
jurnal :
Dr, beban Penurunan Nilai xxx
Kr. Aset Murabahah xxx
Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak
mengikat, maka aset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi, dan dipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai
bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk
murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnal :
Dr. Kerugian Penurunan Aset xxx
Kr. Aset Murabahah xxx
10
Dr. Kas xxx
Kr. Keuntungan Murabahah xxx
d) Jika terjadi setelah akad murbahah dan tidak diperjanjikan dalam akad,
maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan
oprerasional lain, jurnal :
Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan Operasional Lain xxx
2. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut
akan tereliminasi pada saat :
a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal menjadi :
Dr. Utang xxx
Kr. Kas xxx
b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak
dapat dijangkau oleh pejual, sehingga jurnal menjadi:
Dr. Utang xxx
Kr. Kas xxx
Dr. Dana Kebajikan / Kas xxx
Kr. Dana Kebajikan / Potongan Pembelian xxx
3. Pengakuan keuntungan murabahah :
a) Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang
masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan
keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya
akad murabahah :
Dr. Kas xxx
Dr. Piutang Murabahah xxx
Kr. Aset Murabahah xxx
Kr. Keuntungan xxx
b) Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya
sebagai berikut:
11
1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat
apabila resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang
sama pada butir a.
2) Keuntungan yang diakui secara proporsional dengan besaran kas
yang berhasil ditagih dari piutang murabahah, metode ini
digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana ada resiko
piutang tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola
dan menagih piutang yang relatif besar, maka jurnal sebagai
berikut :
Pada saat penjualan kredit dilakukan :
Dr. Piutang Murabahah xxx
Kr. Aset Murabahah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Pada saat penerimaan angsuran :
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang Murabahah xxx
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Keuntungan xxx
Contoh : pengakuan keuntungan secara proporsional adalah jika
perolehan aset Rp. 1.000, keuntungan Rp. 250, (20% dari harga jual)
maka : Tahun Angsuran Harga Pokok Keuntungan
1 600 480 120
2 400 320 80
3 250 200 50
12
hanya saja pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang
selesai ditagih. 9
9
http://akuntansikeuangan.com/transaksi-murabahah/, Diakses pada 4 Juli 2023
13
Kr. Piutang Murabahah xxx
Kr. Keuntungan Murabahah xxx
(sesuai porsi pengakuan keuntungan) Pada saat pengembalian kepada
pembeli
Dr. Keuntungan Murabahah xxx
Kr. Kas xxx
14
Sehingga untuk penentuan margin keuntungan didasarkan atas
nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang
muka).
c) Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon
pembeli lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh penjual
dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka
selisihnya dikembalikan pada calon pembeli. Dr. Utang Lain /
Uang Muka Murabahah xxx
Kr. Pendapatan Operasional xxx
Kr. Kas xxx
d) Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon
pembeli lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan oleh penjual dalam
rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka penjual dapat
meminta pembeli untuk membayar kekurangannya.
Dr. Kas / Piutang xxx
Dr. Utang Lain / Uang Muka Murabahah xxx
Kr. Pendapatan Operasional xxx
e) Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan.
Dr. Utang Lain / Uang Muka Murabahah xxx
Kr. Pendapatan Operasional xxx
15
Dr. Aset xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Kr. Uang Muka xxx
Kr. Utang Murabahah xxx
Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya, maka diakui
sebagai kerugian. Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang
muka, maka jurnalnya:
Dr. Kas xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Uang Muka xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka
jurnalnya :
Dr. Kerugian xxx
Kr. Uang Muka xxx
Kr. Kas / Utang xxx
16
Dr. Utang Murabahah xxx
Kr. Kas xxx
Dr. Beban xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan xxx
Contoh kasus :
Pak Anto mempunyai toko sembako ia biasanya melakukan jual beli
dengan cara yang biasa-biasa saja. Namun, saya mengusulkan untuk
menggunakan akad murabahah. Akad murabahah adalah transaksi penjualan
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
17
disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat
dilakukan secara tunai (bai’naqdan) atau tangguh (bai’mu’ajal / bai’bi’tsaman
ajil). Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar
saling rela. Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang
dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang
dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan
uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen.
Karena jenis usaha yang di jalani pak Anto sekarang sangat cocok untuk
menggunakan akad ini. Pada tanggal 9 januari 2021 ia menjual barang dengan
total harga sebesar Rp 5.000.000, diterima uang muka 10% sisanya diangsur 3
kali. Untuk barang yang dikredit maka dikenakan tambahan margin sebesar
1% setiap kali pembayaran dan disepakati bersama dalam akad murabahah.
10
Pembayaran dilakukan setiap tanggal 9.
Penyelesaian :
Tambahan Margin:
20 / 360 x 1% x Rp 4.500.000 = Rp. 2.500
Angsuran 1:
Rp 4.500.000 / 3 = Rp 1.500.000.
Kas Rp 500.000
Piutang murabahah Rp 4.500.000
Persediaan barang Rp 4.500.000
Margin murabahah Rp 500.000
Saat akhir bulan
Penyesuaian
Piutang margin murabahah Rp 2.500
Margin murabahah Rp 2.500
Jurnal pembalik
10
Wardah, penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan akad murabahah,… hlm.63
18
Margin Murabahah Rp 2.500
Piutang Margin Murabahah Rp 2.500
Saat pembayaran angsuran
Kas Rp 1.502.500
Piutang murabahah Rp 1.500.000
Margin Murabahah Rp 2.500
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murabahah merupakan sistem akad kerja sama untuk melakukan usaha
dimana terdiri dari pihak utama sebagai pengelola modal (shahibul maal)
dengan pihak kedua sebagai pengelola modal (mudrib). Yang mana akan
ada keuntungan dan kerugian yang dibagi setalah kesepakan bersama
sudah disepakati.
Pembiayaan yang ada di bank syariah merupakan salah satu aktivitas
kegiatan perbankan. Terdapat beberapa jenis pembiayaan yang diberikan
oleh pihak bank syariah diantaranya adalah pembiayaan murabahah.
Praktik penerapan akuntansi murabahah yang dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Syariah baik bank atau pun non bank mengacu pada ketentuan
PSAK 102 pada pembiayaan murabahah terdapat pada saat akad atau
realisasi dicatat pada akun piutang murabahah sebesar harga perolehan
dan mencatat keuntungan sebagai margin murabah yang ditangguhkan.
Potongan angsuran dapat diberikan apabila nasabah membayar sebelum
jatuh tempo dana kan diakui sebagai pengruang margin (disebut
muqosah). Jaminan dapat diminta oleh bank berupa objek yang diperjual
belikan. Denda akan dikenakan kepada nasabah yang lalai dalam
pembayaran angsuran piutang murabahah sesuai yang dijanjikan dan
denda yang dibayarkan akan diakui sebagai dana sosial atau dana
kebajikan. Penyajian untuk piutang murabahah dengan menyajikan
piutang murabahah sebesar nilai neto dan margin disajikan sebagai contra
account.
B. Saran
Untuk Pihak Lembaga Keuangan Syariah Bank Dan Bukan Bank
Diharapkan bisa menjalankan aktivitas pencatatan dan penyusunan
20
laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku dengan PSAK
Syariah guna untuk menjaga rasa kepercayaan terhadap nasabah.
21
DAFTAR PUSTAKA
H. Asyura dkk. (2021). multi lever marketing syariah di indonesia dalam perspektif
maqashid syariah, Yogyakarta : grup penerbit CV BUDI UTAMA
http://eprints.walisongo.ac.id/3101/3/62311005_Bab2.pdf . diakses pada hari senin, 3
Juli 2023, pukul 20.23
http://mastahbisnis.com/akad-murabahah/ diakses pada hari senin, 3 Juli 2023, pukul
22.27
http://akuntansikeuangan.com/transaksi-murabahah/ diakses pada hari senin, 3 Juli
2023, pukul 22.19
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://fe.unisma.ac.id/M
ATERI%2520AJAR%2520DOSEN/AKTKEUSYA/AFD/Materi-06-07
diakses pada hari senin, 4 Juli 2023, pukul 20.39
Nurhayati,Sri dan Wasilah. (2012) . Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 2 Revisi,
Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Wardah,(2017). ilmu hukum. penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan akad
murabahah, vol 10 (1),63
22