Anda di halaman 1dari 10

Makalah Kelompok 2

Mata Kuliah Akuntansi Syari’ah


PSAK 102 ( AKUNTANSI MURABAHAH)
Dosen Pengampu: Tikawati, SE., M.Si

Oleh :
1. Mohammad Raihan (2031710001)
2. Bagas Apriliano (2031710095)
3. Dendy Satya Ananta (2031710102)
4. Wahyu Rachmadani (2031710146)
5. M. Navis Maulana Habsji (2031710149)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
(UINSI) SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puja dan puji dan syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Akuntansi Syari’ah dengan judul :“PSAK 102( AKUNTASI
MURABAHAH”. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Tikawati, SE., M.Si.selaku dosen pengampu “Akuntansi Syari’ah” yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
banyak bantuan pihak yang memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman,
dosen, dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua teruntuk bagi dunia pendidikan.

Samarinda, 18 September 2022

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli
dengan carasalam,yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang
telah disepakati dan denganpembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan.
Yang demikian itu, dikarenakan dengan akadini kedua belah pihak
mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau gharar(untung-
untungan).
Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk
mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia
inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih
murah bila dibandingkan denganpembelian pada saat ia membutuhkan kepada
barang tersebut. Sedangkan penjual jugamendapatkan keuntungan yang tidak
kalah besar dibanding pembeli, diantaranya penjualmendapatkan modal untuk
menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga iadapat
menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga.
Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan
uangpembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun. Penjual
memiliki keleluasaan dalam memenuhipermintaan pembeli, karena biasanya
tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barangpesanan berjarak cukup
lama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Akad Murabahah?
2. Bagaimana jenis-jenis akad murabahah?
3. Bagaimana dasar syariah tentang akad murabahah?
4. Bagaimana perlakuan Akuntansi (PSAK 102) dalam akad murabahah?
5. Bagaimana ilustrasi Akuntansi akan akad murabahah?
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian akad murabahah.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis akad murabahah.
3. Mendeskripsikan dasar syariah tentang akad murabahah.
4. Mendeskripsikan perlakuan Akuntansi (PSAK 102) dalam akad murabahah.
5. Mendeskripsikan ilustrasi Akuntansi akan akad murabahah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Murabahah
Murábahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba.1 Murábahah menurut Nurhayati adalah transaksi penjualan
barang dengan menyatakan harga perolehan dengan tambahan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.
Antonio juga menjelaskan bahwa murábahah atau yang biasa disebut bai’ al –
murábahah adalah transaksi jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara kedua belah pihak yaitu penjual dan
pembeli. Akad ini mengharuskan penjual untuk memberi tahu pembeli
mengenai harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannnya. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
murábahah adalah transaksi jual beli barang dimana penjual menyatakan harga
perolehannya kepada pembeli dan pembeli membayar kepada penjual harga
perolehan tersebut ditambah keuntungan (margin) yang telah disepakati.2
Harga beli menggunakan harga pokok yaitu harga beli di kurangi dengan
diskon pembelian. Apabila diskon diberikan setalah akad, maka diskon yang
didapat yang akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan
kesapakatan mereka di awal akad.Dalam PSAK 102 di jelaskan lebih lanjut,
jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Namun
pada hakikatnya, diskon pembelian adalah hak pembeli.Sehingga akan lebih
baik jika prosedur operasional perusahaan menyatakan bahwa diskon setiap
akad murabahah adalah hak pembeli.
B. Jenis jenis Akad Murabahah
Ada dua jenis akad murabahah, yaitu:
1. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)

1
Supriadi, “Prinsip Hukum Pembiayaan Syariah Pada Lembaga Perbankan”, Artikel
Publikasi Ilmiah, h. 5
2
Nurul Qomariyah dan Iwan Triwuyono, “Penentuan Margin Akad Murábahah pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang,” Skripsi, Malang, Universitas Brawijaya, h. 4
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah
ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat
mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang di
pesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang
yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya.
2. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat.
Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan oleh pembeli
sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.
C. Dasar Syari’ah Tentang Akad Murabahah
Landasan syariah Islam dari bai’ murábahah didasarkan pada dalil-dalil
syari’ah yang terdapat dalam Al-Quran, Al Hadits, dan kaidah-kaidah fiqh
sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Firman Allah swt. dalam Qs. Surah An-Nisaa (4:29) yang terjemahannya
sebagai berikut:

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ ٍ ‫تَ َر‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu dan janganlah kamu
membunuh diri [287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
2. Al-Hadits
Dari Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu‘alaihi
wasallam ditanya:”Apakah pekerjaan yang paling baik/afdhol?” Beliau
menjawab:”Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri (hasil
jerih payah sendiri), dan setiap jual beli yang mabrur. (Hadits riwayat al-
Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakimrahimahumallah)
3. Kaidah fiqh
“Hukum asal semua bentuk muamlah adalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang Mengharamkannya.” 3
Syarat-syarat dalam pelaksanaan Bai’ Al Murábahah antara lain ditentukan
sebagai berikut:4
1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah;
2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan;
3. Kontrak harus bebas dari riba;
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian;
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilalukan secara utang.Secara prinsip,
jika syarat dalam (1), (4) atau (5) tidak terpenuhi, maka pembeli memiliki
pilihan:
1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya;
2. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual;
3. Membatalkan kontrak.
Praktik akad murábahah pada bank syariah dilakukan dengan cara
membeli barang yang diperlukan nasabah. Bank syariah kemudian menjualnya
kepada nasabah tersebut sebesar harga barang ditambah margin atau
keuntungan yang disepakati bank syariah dan nasabah. 5 Perjanjian dalam
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan perjanjian antara bank
dengan nasabah (debitur) untuk memberikan sejumlah dana kepada debitur.
Pemberian pembiayaan ini berdasarkan prinsip syariah sangat beresiko, karena
setelah dana pembiayaan diterima oleh debitur, maka pihak bank tidak
mengetahui secara pasti penggunaan dana tersebut. Oleh karena itu, dalam
3
Veithzal, Sarwono, Hulmansyah, Hanan, dan Arifiandy, Islamic Banking and Finance :
Dari Teori ke Praktik Bank dan Keuangan Syariah sebagai Solusi dan Bukan Alternatif,
Yogyakarta: Penerbit BPFE, h. 320
4
Ibid., h. 320
5
Rita Yuliana dan Nurul Herawati, “Dampak Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai
Pada Pembiayaan Murábahah terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah,” Jurnal InFestasi,
Vol. 10., No.2, (Desember), h. 88
menyalurkan dana, bank harus melaksanakan asas–asas pembiayaan dengan
berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan asas kehati–hatian serta perlu
melakukan penilaian yang seksama dalam setiap pertimbangan permohonan
pembiayaan syariah dari nasabah. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang
biaya-biaya terkait dan harga pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan
dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya.6
D. Perlakuan Akuntansi Murabahah (PSAK 102)
Berdasarkan PSAK 102, perlakuan akuntansi untuk pengakuan dan pengukuran
murabahah meliputi
1. Pembelian Aset Murabahah
a. Aset murabahah diakui sebesar biaya perolehan
Jurnal:
Aset Murabahah
Kas
b. Aset murabahah dapat menurun nilainya dikarenakan adanya usang,
rusak, atau kondisi lainnya. Dalam murabahah pesanan mengikat maupun
pesanan tidak mengikat terdapat persamaan, bahwa penurunan nilai
mengurangi nilai aset murabahah. Sedangkan perbedaannya adalah untuk
murabahah pesanan mengikat, penurunan nilai berlaku sebagai beban dan
untuk murabahah pesanan tidak mengikat, aset dinilai dari biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dipilih mana yang lebih
rendah. Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya berlaku sebagai kerugian.
Jurnal (penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat):
Beban Penurunan Nilai
Aset Murabahah
Jurnal (penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat):
Kerugian Penurunan Nilai
Aset Murabahah
6
Lukmanul Hakim dan Amelia Anwar, “Pembiayaan Murábahah Pada Perbankan
Syariah dalam Perspektif Hukum di Indonesia,” Al-Urban, Jurnal Ekonomi Syariah dan
Filantropi Islam, Vol. 1, No. 2, (Desember), h. 219
2. Diskon pembelian aset murabahah
a. Terjadi sebelum akad, diskon mengurangi biaya perolehan aset.
Jurnal:
Aset Murabahah (harga perolehan – diskon)
Kas
b. Terjadi setelah akad dan terdapat kesepakatan, maka penjual memberikan
diskon tersebut kepada pembeli selama pembeli dapat dijangkau, jika
pembeli sudah tidak terjangkau diskon diakui sebagai dana kebajikan
(disepakati diskon menjadi milik pembeli). Selain itu, diskon dapat juga
berlaku sebagai tambahan pendapatan murabahah (disepakati diskon
menjadi milik penjual).
Jurnal (diskon menjadi milik pembeli):
Kas
Utang
Jurnal (pemberian diskon kepada pembeli selama pembeli terjangkau):
Utang
Kas
Jurnal (diskon berubah menjadi dana kebajikan jika pembeli tidak
terjangkau):
Utang
Kas
Dana Kebajikan-Kas
Dana Kebajikan-Potongan Pembelian
Jurnal (diskon menjadi milik penjual):
Kas
Pendapatan Murabahah
c. Jika terjadi setelah akad dan tidak ditentukan dalam akad, menjadi
milik penjual sebagai pendapatan operasional lain.
Jurnal:
Kas
Pendapatan Operasional Lain

Anda mungkin juga menyukai