Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MURABAHAH”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Fiqh Muamalat Kontemporer

Dosen pembimbing: Dr. H. Mahfud., M.M

Disusun oleh : Kelompok 4

1. Siti Nirma : 201130247


2. Wihdatul Farhiyyah : 201130223

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas izin-Nya dapat terselesaikannya
penyusunan tugas Fiqh Mualat Kontemporer yang berjudul “Murabahah” dengan baik.

Makalah ini disusun dan disesuaikan dengan materi ajar Mata Kuliah Fiqh Muamalat
Kontemporer. Dalam penyusunan makalah ini, Penulis berpijak pada konsep-konsep yang
tertuang dalam buku-buku pedoman, ebook dan jurnal.

Penulis berharap setelah selesainya tugas makalah ini, bisa bermanfaat bagi
semuanya, dan berguna bagi proses pembelajaran dan kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun karena makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari kata
kesempurnaan.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Fiqh Muamalat
Kontemporer yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami semoga hasil karya saya
bisa bermanfaat.

Pandeglang, 14 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Pengertian Murabahah .......................................................................................... 3


B. Rukun dan Syarat Murabahah ................................................................................ 4
C. Landasan Hukum Murabahah ................................................................................. 5
D. Pembiayaan Murabahah Dalam Perbankan Syariah ............................................... 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 8
A. Simpulan ............................................................................................................... 8
B. Saran ...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga


belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba. Murabahah atau yang biasa disebut bai’ al-murabahah adalah
transaksi jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Akad ini
mengharuskan penjual untuk memberi tahu pembeli mengenai harga produk
yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannnya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah transaksi
jual beli barang dimana penjual menyatakan harga perolehannya kepada
pembeli dan pembeli membayar kepada penjual harga perolehan tersebut
ditambah keuntungan yang telah disepakati.

Murabahah adalah akad jual beli antara dua belah pihak, dimana
pembeli dan penjual menyepakati harga jual, yang terdiri atasharga beli
ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Pemahaman lain
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan secara tunai, bisa secara bayar tangguh atau bayar
dengan angsuran.1

Murabahah sebagaimana yang digunakan dalam perbankan syariah,


prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yakni harga beli serta biaya
yang terkait, dan kesepakatan atas mark up (laba). Bank syariah mengadopsi
murábahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para
nasabah guna pembelian barang meskipun nasabah tidak memiliki uang untuk
membayar.

1Tri Setiyadi, "Pembiayaan Murabahah Dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum Positif dan Hukum
Syariah", Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 3, Juli-September 2014.

1
Dalam praktik pembiayaan murabahah sering timbul permasalahan-
permasalahan dalam pelaksanaan akad, salah satunya adalah tidak
diberitahukannya harga beli atau harga pokok dari objek atau barang yang
diakadkan padalah hal tersebut merupakan keharusan dalam ketentuan akad
murabahah, dimana seharusnya pembeli memiliki pengetahuan tentang biaya-
biaya terkait dan harga pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan
dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah


ini sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Murabahah?


2. Apa Saja Rukun dan Syarat Murabahah?
3. Apa Saja Landasan Hukum Murabahah?
4. Apa Pembiayaan Murabahah Dalam Perbankan Syariah?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah diatas, Tujuan


Penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengertian Murabahah


2. Untuk mengetahui Rukun dan Syarat Murabahah
3. Untuk mengetahui Landasan Hukum Murabahah
4. Untuk Mengetahui Pembiayaan Murabahah Dalam Perbankan Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Murabahah

Murabahah berasal dari bahasa Arab, yaitu “ribh” yang mengandung


arti keuntungan, laba, atau tambahan. Dimana bank menyebut jumlah
keuntunganya, atau harga jual adalah harga beli ditambah keuntungan dari
pemasok. Kedua belah pihak harus menyepakati harga dan jangka waktu
pembayaranya.
Sedangkan menurut terminologisnyalah "Pembelian barang menurut
rincian yang ditetapkan oleh pengutang, dengan keuntungan dan waktu
pembayaran yang telah disepakati".2
Murabahah adalah akad jual beli antara dua belah pihak, dimana
pembeli dan penjual menyepakati harga jual, yang terdiri atas harga beli di
tambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Pemahaman lain
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang di sepakati oleh penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan secara tunai, bisa juga secara bayar tangguh atau
bayar dengan angsuran.
Murabahah dalam istilah fiqh merupakan suatu bentuk jual beli
tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang (al-tsaman al-
awwal) dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Murabahah masuk kategori
jual beli muthlaq dan jual beli amanat. Ia disebut jual beli muthlaq karena
obyek akadnya adalah barang dan uang. Sedangkan ia termasuk kategori jual
beli amanat karena dalam proses transaksinya penjual diharuskan dengan jujur
menyampaikan harga perolehan dan keuntungan yang diambil ketika akad. 3
Dalam konotasi Islam, murabahah pada dasarnya berarti penjualan.
Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa

2 Ismail Hannanong, "Murabahah (Prinsip dan Mekanismenya Dalam Perbankan Islam)", Jurnal
Syariah dan Hukum Diktum, Vol. 15, No. 1, Juni 2017.
3
Heru Maruta, "Akan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah Serta Aplikasinya Dalam
Masyarakat", STIE Syariah Bengkalis.

3
penjual dalam model murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli
berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan tersebut bisa
berupa lump sum atau berdasarkan presentase.
Di samping itu, keberadaan model jual beli murabahah sangat
dibutuhkan masyarakat karena ada sebagian mereka ketika akan membeli
barang tidak mengetahui kualitasnya maka ia membutuhkan pertolongan
kepada yang mengetahuinya, kemudian pihak yang dimintai pertolongan
tersebut membelikan barang yang dikehendaki dan menjualnya dengan
keharusan menyebutkan harga perolehan (harga beli) barang dengan ditambah
keuntungan.
Murabahah sendiri juga merupakan bentuk penjualan pembayaran
yang ditunda dan perjanjian komersial murni, walaupun tidak berdasarkan
pada teks Al-Quran atau As-sunnah, tetapi dibolehkan dalam hukum Islam.

B. Rukun dan Syarat Murabahah

Dalam aturan ba’i Al-murabahah terdapat beberapa rukun dan syarat


yang harus di penuhi, yaitu:

1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli murabahah yaitu:4


a) Penjual memberi tahu harga barang kepada pembeli.
b) Laba yang diperoleh dan disepakati harus diketahui secara pasti
c) Barang yang dijual jelas
d) Kejujuran penjual31. Dalam hal ini penjual tidak boleh
menyembunyikan hal-hal yang berkaitan dengan identitas dan kualitas
produk serta harga.

Apabila seseorang menjual baju dengan bentuk jual beli murabahah


misal harga baju tersebut seratus dirham kemudian pembeli mengambil baju
tersebut dengan harga 110 dirham, lalu si penjual mengulangi kembali bahwa
harganya salah yaitu 120 dirham. Dalam keadaan tersebut si pembeli boleh
memilih antara dua hal, yaitu: (1) menyetujui bahwa yang pertama itu
4N. Oneng Nurul Bariyah, "Akad Mu'awadah Dalam Konsep Fikih dan Aplikasinya di Bank
Syariah", Jurnal Studi Ilmu Keislaman, Vol. 1, No. 1, Februari 2013.

4
kesalahan, dan (2) menolak serta memilih (khiyar) antara jadi membeli atau
batal.

2. Pada pembiayaan murabahah terdapat beberapa rukun yang harus


dipenuhi, yaitu:5
a) Ba’in (penjual)
b) Musytari (pembeli)
c) Mabi’ (barang yang diperjual belikan)
d) Tsaman (harga barang); dan
e) Ijab qabul (pernyataan serah terima).

Pada rukun proses murabah tentu diharuskan adanya kedua belah


pihak yang akan melakukan kerjasama atau bertransaksi. Jika salah satunya
tidak ada, maka tidak akan ada kemungkinan perjanjian kerjasama. Barang
yang dijadikan objek usaha juga harus jelas, dan yang terpenting juga pada
proses murabahan adalah kejelasan harga barang. Pada proses ijab qabul harus
mengindikasi keyakinan yang berlandaskan rasa suka sama suka.

C. Landasan Hukum Murabahah

Murabahah merupakan suatu akad yang dibolehkan secara syar’i, serta


didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in serta ulama-
ulama dari berbagai mazhab dan aliran. 6
Akan tetapi, pada dasarnya, al-qur’an tidak membuat acuan langsung
berkenaan dengan murabahah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya
untuk menjual keuntungan, kerugian dan perdagangan. Demikian juga,
nampaknya tidak ada hadis yang memiliki acuan langsung kepada murabahah.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa murabahah adalah
salah satu jenis atau bagian dari jual beli yang harga jualnya merupakan harga
beli (pertama) diketahui oleh pembeli dan di tambah dengan keuntungan,

5 Jadil Kamal, "Kontrak Pembiayaan Murabahah", Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 8, No. 1, Program
Studi Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Juni 2021.
6
Muhammad Farid, "Murabahah Dalam Perspektif Fikih Empat Madzhab", Jurnal Episteme, Vol.
8, No. 1, STIS Lumajang, Juni 2013.

5
maka landasan hukum tentang jual beli secara umum berlaku juga pada
murabahah, baik itu dalil dalil yang bersumber dari al-quran maupun al-hadits.
Adapun dalil al-quran yang di jadikan dasar hukum murabahah terdapat dalam
surat Al-baqarah ayat 275:

‫ِي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ مِنَ ْال َم ِس ۗ ٰذلِكَ بِا َ نَّ ُه ْم قَا لُ ْۤ ْوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع‬ْ ‫الربٰوا َل يَقُ ْو ُم ْونَ ا َِّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّذ‬ ِ َ‫اَلَّ ِذيْنَ يَأْكُلُ ْون‬
‫ف ۗ َواَ ْم ُر ْۤه اِلَى‬ َ َ‫ظة م ِْن َّربِه فَا ْنتَهٰ ى فَلَه َما َسل‬ َ ‫الربٰوا ۗ فَ َم ْن َجا ٓ َءه َم ْو ِع‬ ِ ‫ّللا ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫مِ ثْ ُل‬
ُ ٰ ‫الربٰوا ۘ َواَ َح َّل‬
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون‬
ِ َّ‫صحٰ بُ الن‬ ْ َ‫ولٓئِكَ ا‬
ٰ ُ ‫عادَ فَا‬َ ‫ّللا ۗ َو َم ْن‬
ِٰ
Artinya:
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri,
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena
gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli
dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya."
Ayat selanjutnya yaitu yang menunjukkan bolehnya melakukan
transaksi jual beli dan murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual
beli, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisaa: 29:
‫ع ْن ت ََراض ِم ْنكُ ْم ۗ َو َل تَ ْقتُلُ ْۤ ْوا‬ َ ‫ْٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمن ُْوا َل تَأْكُلُ ْۤ ْوا اَ ْم َوا لَـكُ ْم َب ْينَكُ ْم ِبا ْل َبا طِ ِل ا َّ ِْۤل اَ ْن تَكُ ْونَ تِ َج‬
َ ‫ارة‬
‫ّللا كَا نَ بِكُ ْم َرحِ يْما‬
َ ٰ َّ‫اَ ْنـفُ َسكُ ْم ۗ اِن‬
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak
benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."

6
Sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud menyebutkan bahwa boleh
melakukan jual beli dengan mengambil keuntungan satu dirham atau dua
dirham untuk setiap sepuluh dirham harga pokok.

D. Pembiayaan Murabahah Dalam Perbankan Syariah

Pembiayaan Murabahah menunjukkan bahwa pembiayaan tersebut


mempunyai banyak keuntungan bagi bank syariah. Pertama kepastian
pembeli, dimana bank syariah tidak akan membelikan suatu barang kecuali
sudah ada pembelinya. Kedua, kepastian keuntungan, dimana bank syariah
dapat memastikan keuntungan atas suatu barang yang dijualnya. Ketiga,
pembiayaan murabahah lebih mudah diaplikasikan pada saat sekarang ini.7
Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk
memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian
barang meskipun munkin si nasabah tidak memiliki uang untuk membayar
(tunai).
Murabahah bisa dikatakan sebagai akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. JURNAL 2
Pembiayaan murabahah yang terdapat pada perbankan syariah
diterapkan dalam pembiayaan modal kerja, pengadaan barang, pembangunan
rumah dan lain-lain. Beberapa contoh penerapan pembiayaan murabahah pada
perbankan syariah yakni Modal Kerja (Modal Kerja berupa Barang).
Pembiayaan untuk modal kerja dapat dilakukan dengan prinsip jual beli
murabahah. Akan tetapi, transaksi ini hanya berlaku sekali putus, bukan satu
akad dengan pembelian barang berulang-ulang.
Murabahah adalah salah satu skema di perbankan syariah yang paling
diminati masyarakat. Dalam pembiayaan murabahah bank menetapkan harga
jual barang yaitu harga pokok perolehan barang ditambah sejumlah margin

7Lukman Hakim, Amelia Anwar, "Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah Perspektif
Hukum di Indonesia", Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1 No. 2, Universitas Bandar Lampung,
Desember 2017.

7
keuntungan bank. Harga jual yang telah disepakati di awal akad tidak boleh
berubah selama jangka waktu pembiayaan. 8

8
Rofiatus Syauqoti, Mohammad Ghozali, "Aplikasi Akad Murabahah Pada Lembaga Keuangan
Syariah", Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, Vol. 3, No. 1, 2018.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga


belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba. Atau bisa jika dikatakan murabahah adalah akad jual beli antara
dua belah pihak, dimana pembeli dan penjual menyepakati harga jual, yang
terdiri atas harga beli di tambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi
penjual.
Di dalam murabahah juga terdapat syarat dan rukun yang harus
teterpenuhi
Dalam pembiayaan Murabahah menunjukkan bahwa pembiayaan
tersebut mempunyai banyak keuntungan bagi bank syariah. Umumnya, bank-
bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan
pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang
meskipun munkin si nasabah tidak memiliki uang untuk membayar (tunai).

B. Saran

Dengan pengetahuan terhadap murabahah ini diharapkan agar para


pembaca terkhusus bagi penyusun bisa lebih memahami lebih dalam terkait
murabahah sehingga nantinya diharapkan bisa lebih bijak dan professional
dalam praktiknya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Tri Setiyadi, "Pembiayaan Murabahah Dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum


Positif dan Hukum Syariah", Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 3, Juli-September 2014.

Ismail Hannanong, "Murabahah (Prinsip dan Mekanismenya Dalam Perbankan


Islam)", Jurnal Syariah dan Hukum Diktum, Vol. 15

Heru Maruta, "Akan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah Serta


Aplikasinya Dalam Masyarakat", STIE Syariah Bengkalis.

N. Oneng Nurul Bariyah, "Akad Mu'awadah Dalam Konsep Fikih dan


Aplikasinya di Bank Syariah", Jurnal Studi Ilmu Keislaman, Vol. 1, No. 1, Februari 2013.

Jadil Kamal, "Kontrak Pembiayaan Murabahah", Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 8, No.
1, Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Juni 2021.

Muhammad Farid, "Murabahah Dalam Perspektif Fikih Empat Madzhab", Jurnal


Episteme, Vol. 8, No. 1, STIS Lumajang, Juni 2013.

Lukman Hakim, Amelia Anwar, "Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan


Syariah Perspektif Hukum di Indonesia", Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1 No. 2,
Universitas Bandar Lampung, Desember 2017.

Rofiatus Syauqoti, Mohammad Ghozali, "Aplikasi Akad Murabahah Pada


Lembaga Keuangan Syariah", Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, Vol. 3, No. 1,
2018.

10

Anda mungkin juga menyukai