Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MURABAHAH

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Fikih Ekonomi dan Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Bpk. Arsyil Azwar Senja, L.C.,M.E.I

Disusun Oleh:
1. Uswahtun Khasanah (63010200037)
2. Ara Zullya puspita sari (63010200038)
3. Lisa Fitriani (63010200039)
Kelas 3B PS

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Fikih akad
Murabahah”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan, dan
inspirasi kepada pembaca. Terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Pengertian Murabahah.................................................................................................2

B. Landasan Hukum dan Jenis jenis murabahah .............................................................3

C. Syarat dan Rukun Murabahah.....................................................................................5

D. Aplikasi Murabahah dalam lembaga keuangan syariah....................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................................10

B. Kritik dan Saran.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di antara berbagai produk perbankan syariah di atas, produk jual beli murabahah
di perbankan syariah pada saat ini masih mendominasidibandingkan dengan produk bank
syariah yang lain Ini karena dalam produkmurabahah, prinsip kehati-hatian (prudential)
bank relatif bisa diterapkandengan ketat dan standart sehingga tingkat resiko kerugian
sangat kecil.Bahkan bank-bank syariah yang baru umumnya porto folio
pembiayaanyayang paling besar menggunakan murabahah karena lebih aman.
Sementaraproduk bagi hasil belum menjadi produk unggulan karena tingkat resiko
dankerugiannya sangat tinggi.Berbagai kritik banyak dilontarkan dari para peneliti terkait
dengandominasi murabahah dalam produk perbankan syariah, bahkan tidak sedikit
diantara mereka yang kemudian menjuluki bank syariah sebagai bankmurabahah. Di
samping itu, praktik murabahah di perbankan syariah jugatelah banyak dilakukan
berbagai modifikasi, bahkan untuk sebagian dinilaimenyimpang dari konsep dasar
murabahah dalam fikih muamalat klasik.!ulisan berikut akan mengulas berbagai model
dan latar belakang sertamotif perubahan skema murabahah dalam fikih klasik ketika
dipraktikan di perbankan syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad Murabahah serta apa saja landasan hukum dan jenis
murabahah dan apa saja syarat dan rukun akad tersebut?
2. Bagaimana aplikasi murabahah di lembaga keuangan syariah di perbankan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Akad murabahah serta landasan hukum serta
jenis murabahah dan syarat dan rukun akad murabahah.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknis penerapan akad murabahah dalan
perbankan syariah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Murabahah
Secara etimologis, murabahah berasal berasal dari kata al-ribh atau Rabh-
alyang memiliki arti kelebihan atau pertambahan . Dalam perdagangan. (Dengan kata
lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan,laba, faedah.1 Di dalam al-
Qur’an kata ribh dengan makna keuntungan dapat ditemukan pada surat al-Baqaraħ
[2] ayat 16 berikut :

‫دين‬GG‫وا مهت‬G‫ا م‬G‫ا ك‬GG‫ارتهم و م‬G‫ا ربحت تجارتج‬GG‫ أولئك الذين اشتروا الضاللة بالهدى فم‬Artinya : ” Mereka itulah
orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan
mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah : 16) Dalam
konteks mu’amalah, kata murabahah biasanya diartikan sebagai jual beli yang
dilakukan dengan menambah harga awal .

Secara istilah, pada dasarnya terdapat kesepakatan ulama dalam substansi


pengertian murabahah. Hanya saja terdapat beberapa variasi bahasa yang mereka
gunakan dalam mengungkapkan definisi tersebut. Menurut ulama Hanafiyyaħ, yang
dimaksud dengan murabahah ialah ”Mengalihhkan kepemilikan sesuatu yang dimiliki
melalui akad pertama dengan harga pertama disertai tambahan sebagai keuntungan”.

Ulama Malikiyah mengemukakan rumusan definisi sebagai berikut: ”Jual beli


barang dagangan sebesar harga pembelian disertai dengan tambahan sebagai
keuntungan yang sama diketahui kedua pihak yang berakad”. Sementara itu, ulama
Syâfi’iyyaħ mendefinisikan murabahah itu dengan ”Jual beli dengan seumpama harga
(awal), atau yang senilai dengannya, disertai dengan keuntungan yang didasarkan
pada tiap bagiannya”.2 Lebih lanjut, Imam Syafi’i berpendapat, jika seseorang
menujukkan suatu barang kepada orang lain dan berkata : ”belikan barang seperti ini
untukku dan aku akan memberi mu keuntungan sekian”. Kemudian orang itu pun
1
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir, kamus Arab-indonesia, cet. IV,Surabaya:Pustaka
Progresif,1997,h.463.

2
ibid

2
membelinya, maka jual beli ini adalah sah. Imam Syafi’i menamai transaksi sejenis ini
(murabahah yang dilakukan untuk pembelian secara pemesanan) dengan istilah al-
murabahah li al-amir bi asy-syira’.3 Dari rumusan para ulama definisi di atas, dapat
dipahami bahwa pada dasarnya murabahah tersebut adalah jual beli dengan
kesepakatan pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan
memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Dalam hal ini yang menjadi unsur
utama jual beli murabahah itu adalah adanya kesepakatan terhadap keuntungan.
Keuntungan itu ditetapkan dan disepakati dengan memperhatikan modal si penjual.
Keterbukaan dan kejujuran menjadi syarat utama terjadinya murabahah yang
sesungguhnya. sehingga yang menjadi karakteristik dari murabahah adalah penjual
harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.4 Jadi singkatnya, murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

B. Landasan Hukum Murabahah


Secara syar'iy, keabsahan transaksi murabahah didasarkan pada
beberapa nash al-Qur'an dan Sunnah. Landasan umumnya, termasuk jenis jual beli
lainnya, terdapat dalam surat al-Baqaraħ (2) ayat 275 :
ُ ‫ َّل هّٰللا‬G‫وا َواَ َح‬ ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ الرِّ ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْال َم‬
ۘ G‫ ُل ال ِّر ٰب‬G‫ ُع ِم ْث‬G‫الُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي‬GGَ‫اَنَّهُ ْم ق‬Gِ‫كَ ب‬GGِ‫سِّ ٰذل‬
ٰۤ ُ
ْ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدو‬ ِ َّ‫ك اَصْ ٰحبُ الن‬ َ Gِ‫ول ِٕٕى‬ ‫فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَا‬
ۗ َ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنت َٰهى فَلَهٗ َما َسل‬
ۗ ‫ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba.…”. (QS. Al-Baqarah : 275) Dalam ayat ini, Allah swt
mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli, serta menolak dan melarang konsep
ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan
legalitas dari syara’, dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan di
bank syariah dan Baitul Mall wa Tamwil (BMT) karena ia merupakan salah satu
3
M. Syaf ’i’i Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani.

4
)Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Mugtashid, Beirut : Lebanon : Dar al-

Kutub Al-Ilmiyah, tt., h. 293

3
bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi. Dalam literatur fiqh klasik,
murabahah mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya ditangguhkan.
Justru elemen pokok yang membedakannya dengan penjualan normal lainnya adalah
penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu
yang
disepakati, baik secara tunai maupun secara angsuran.
Oleh karena itu, keberadaan murabahah juga didasarkan pada hadis yang
menegaskan bahwa murabahah termasuk dalam ketegori perbuatan dianjurkan
(diberkati). Hadis tersebut berbunyi :
ِّ‫ر‬GGُ‫طُ ْالب‬G‫ةُ َوخَ ْل‬G‫ض‬ َ َ‫ ثَال‬: ‫ال‬GGَ‫لََّ َم ق‬G‫ ِه َو َس‬G‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬
َ ‫ ٍل َو ْال ُمقَا َر‬G‫ ُع إِلَى أَ َج‬Gْ‫ اَ ْلبَي‬: ُ‫ ة‬G‫ث فِ ْي ِه َّن ْالبَرْ َك‬ َّ َِّ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن النب‬
َ ‫ي‬ ٍ ‫ع َْن ُسهَ ْي‬
ِ ‫ب َر‬

ِ G‫ت الَ لِ ْلبَ ْي‬


‫ع )رواه ابن ما جه‬G ِ ‫ ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬G ‫الش‬
َّ ِ‫ ب‬Artinya : ” Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia

berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat : jual beli
secara tangguh, muqâradhaħ (mudhârabaħ) dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Mâjaħ). Selanjutnya
dalam kaidah ushul fiqh :
‫األ صل ف اللمعا مال ت اإل با حة إال أن يد ل دليل علي تحر يمحا‬
Artinya : ”pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.
Jenis-jenis murabahah
Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan
Syariah (BMT), jual beli murabahah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 5
1. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan
dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan)
atau tidak, sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan
dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri.
Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah atau BMT
menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan
tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak. 6 sehingga proses
pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi / akad jual beli murabahah
5
Wiroso, Op Cit, h. 37.

6
Ibid, h. 39.

4
dilakukan. Pengadaan barang yang dilakukan bank syariah atau BMT ini dapat
dilakukan dengan .beberapa cara antara lain :
1. Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).
2. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran
dilakukan secara keseluruhan setelah akad (Prinsip salam).
3. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran yang
dilakukan di depan, selama dalam masa pembuatan, atau setelah penyerahan
barang (prinsip isthisna).
4. Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau musyarakah.
2. Murabahah berdasarkan pesanan
Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan pesanan adalah jual
beli murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan dari pemesan atau nasabah
yang mengajukan pembiayaan murabahah.7
Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah atau BMT melakukan
pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah yang
memesan untuk dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang diinginkan
nasabah tersebut.
C. Rukun dan syarat Murabahah
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi (necessarycondition),
misalnya ada penjual dan pembeli. Tanpa adanya penjual danpembeli, maka jual
beli tidak akan ada. Para ekonom-ekonom Islam dan ahli-ahliFiqh, menganggap
Murabahah sebagai bagian dalam jual beli. Maka, secaraumum kaidah yang
digunakan adalah jual beli. Rukun jual beli ada tiga, yaituakad (ijab qabul), orang-
orang yang berakad (penjual dan pembeli) dan ma’kud alaih(obyek Akad)
1. Jual Beli Murabahah
Dalam jual beli ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Orang yang berakad.
2. Penjual
3. Pembeli
4. Ma’kud alaih (obyek akad)
5. Barang yang diperjual belikan.
7
Ibid, h. 41.

5
6. Harga
7. Akad/ Shighot.
8. Serah (Ijab) dan Terima (Qabul)
2. Syarat Murabahah
Selain karena faktor yang telah ada seperti akad menjadi sah atau lengkap
adalah adanya syarat. Syarat yaitu sesuatu yang keberadaannya melengkapi
rukun (sufficient condition). Contohnya: adalah pelaku transaksiharuslah orang
yang cakap hukum (mukalaf) menurut mazhab Hanafi, bilarukun sudah
terpenuhi tapi syarat tidak terpenuhi maka rukun menjadi tidaklengkap sehingga
transaksi tersebut menjadi fasid (rusak)).Adapun syarat-syarat jualbeli sebagai
berikut, antara lain sebagai berikut:
1. Penjual dan Pembeli
2. Harga
3. Dengan kehendak sendiri
4. Keadaan tidak Mubadzir (pemboros).
5. Baliq
6. Uang dan Benda yang dibeli (obyek yang diperjual belikan).
7. Suci.
8. Ada manfaat.
9. Keadaan barang tersebut dapat di serahkan.
10. Keadaan barang tersebut kepunyaan penjual atau kepunyaan yang
diwakilkan
11. Barang tersebut diketahui antarasi penjual dan pembeli denganterang
dzat,bentuk, kadar (ukuran) dan sifat-sifatnya sehinggatidak terjadi keadaan
yang mengecewakan.8
12. Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeeli diam saja setelahpenjual
menyatakan ijabnya begitu pula sebaliknya.9
13. Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijabdan qabul.10

8
Hendi Suhendi.2002: 70

9
Adi Warmaan AzramKarim. 2003: 47

10
Sulaiman Rusdid. 1954: 243

6
14. Beragama Islam, syarat ini khusus utuk pembeli saja dalam benda-benda
tertentu seperti seseorang dilarang menjual hambanya yangberaga islam
kepa pembeli yang beragama tidak islam, sebab besarkemungkinan pembeli
tersebut akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah
melarang orang mu’min.11
Paparan tentang jual beli murabahah di atas merupakan konsep dan
praktik murabahah yang banyak dituangkan dalam berbagai literatur
klasik(kitab fikih turats), dimana komoditas/barang yang menjadi obyek
murabahah tersedia dan dimiliki penjual pada waktu negosiasi atau akad jual
beliberlangsung. Kemudian ia menjual barang tersebut kepada pembeli
dengan menjelaskan harga pembelian dan keuntungan yang akan diperoleh.
Karena itu,dapat dikatakan praktik tersebut adalah transaksi jual beli biasa,
kelebihannya terletak pada pengetahuan pembeli tentang harga pembelian
awal sehinggamenuntut kejujuran penjual dalam menjelaskan harga awal
yang sebenarnya.
D. Aplikasi Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam prakteknya di Lembaga Keuangan Syariah (LKS,
bentukmurabahahyang termasuk dalam fikih klasik tersebut mengalami
beberapa penyesuaian.Murabahah yang dipraktikkan pada LKS merupakan
transaksi jual beli dimana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk
membelikan sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji
akan membeli komoditas/barang tersebut secaramurabahah, yakni sesuai
harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan yang
disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan pembayaran secara
installment(cicilan berkala) sesuaidengan kemampuan finansial yang dimiliki. 12
Dalam prakteknya terdapat terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat dalam
terwujudnya suatu akad murabahah, yakni bank syariah, produsen/pemasok
barang dan nasabah.Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian
barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
11
Sami Hasan Hamud. 1992: 431

12
Sami Hasan Hamud, Tatwir al-A’mal al-Mashrafiyah Bima Yattafiq al-Syari ’ah al-Islamiyah (Beirut:
Mathba’ah al-Syarq,1992), hlm.431.

7
terlebih dahulu barang itu dari pemasok barang dan setelah kepemilikan
barang itu secara yuridis berada di tangan bank, kemudian bank tersebut
menjualnya kepada nasabah dengan menambahkan suatu mark-up/margin
atau keuntungan dimana nasabah harus diberitahu oleh bank berapa harga
beli bank dari pemasok dan menyepakati berapa besar mark-up/margin yang
ditambahkan ke atas harga beli bank tersebut.13
Ada tiga model penerapan jual beli murabahah yang dilakukan di
perbankan syariah, yaitu:
1. Model yang konsisten terhadap fiqih muamalah. Dalam model ini
bank melakukan pembelian barang terlebih dahulu setelah sebelumnya
terjadi kesepakatan atau perjanjian. Setelah barang tersebut dibeli atas nama
bank baru kemudian dijual ke nasabah dengan harga jual yaitu senilai perolehan
ditambah margin keuntungan yang sesuai dengan kesepakatan bank dan
nasabah.
2. Mirip dengan tipe pertama, tapi perpindahan kepemilikan
terjadisecara langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan proses
pembayarannya dilakukan oleh bank secara langsung kepada penjual/supplier.
3. Ketika terjadi perjanjian murabahah antara bank dengan nasabah,
yang pada saat yang itu juga mewakilkan kuasanya kepada nasabah untuk
membeli sendiri barang yang akan dibelinya.
Murabahah yang dipraktikkan pada LKS dikenal denganmurâbahah li al-
âmir bi al-Syirâ’, adalah transaksi jual beli di mana seorang nasabah datang
kepada pihak bank untuk membelikan sebuah komoditas dengan kriteria
tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas/barang tersebut
secaramurabahah, yakni sesuai harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat
keuntungan yang disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan
pembayaran secarainstallment(cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan
finansial yang dimiliki.14

13
Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek Hukumnya, Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2009.Hal.178 jurnal ( Aplikasi Murabahah Pada Lembaga Keuangan Syariah 222 Vol 5. No 2,
Juli-Desember 2017)

8
Beberapa ulama kontemporer berbeda pendapat tentang kedudukan
hukum praktikmurâbahah li al-âmir bi al-Syira’. Ada ulama yang
memperbolehkan dan ada pula ulama yang melarang atau mengharamkan.
Diantara ulama yang mengakui keabsahan/kebolehanmurâbahah li al-âmir bi
al-Syirâadalah Sâmî Hamûd, Yusuf Qardhawi, Ali Ahmad Salus, Shadiq
Muhammad Amin, Ibrahim Fadhil, dan lainnya. Argumentasi mereka adalah
sebagai berikut: 15

14
Sami Hasan Hamud, Tathwîr al A’mâl al Mashrafiyah Bimâ Yattafiq al Syarîah al Islâmiyah Aman:
Mathba’ah as Syarq, 1992.hal.431

15
Ah Azharuddin Lathif, Konsep Dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah Di
Indonesia,Jurnal.

http://www.academia.edu/6497439/Konsep_dan_Aplikasi_Akad_Murabahah_pada_Perbankan_Syariah_di_Ind
onesia

9
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

pada dasarnya murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan pemberian
keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan memperhitungkannya dari modal
awal si penjual. Dalam hal ini yang menjadi unsur utama jual beli murabahah itu adalah
adanya kesepakatan terhadap keuntungan. Keuntungan itu ditetapkan dan disepakati dengan
memperhatikan modal si penjual. Keterbukaan dan kejujuran menjadi syarat utama terjadinya
murabahah yang sesungguhnya. sehingga yang menjadi karakteristik dari murabahah adalah
penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad
jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.

Kritik dan Saran


Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu
kami mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan makalah selanjutnya, dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV,


Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 463.

M. Syaf ’i’i Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Mugtashid, Beirut : Lebanon : Dar al-
Kutub Al-Ilmiyah, tt., h. 293.

Wiroso, Op Cit, h. 37. Ibid. Ibid, h. 39. Ibid, h. 41.

Hendi Suhendi.2002: 70

Adi Warmaan AzramKarim. 2003: 47

Sulaiman Rusdid. 1954: 243

Sami Hasan Hamud. 1992: 431

Sami Hasan Hamud, Tatwir al-A’mal al-Mashrafiyah Bima Yattafiq al-Syari’ah al-
Islamiyah (Beirut: Mathba’ah al-Syarq,1992), hlm.431

Sutan Remy Sjahdeini Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek


Hukumnya, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009.Hal.178 jurnal (Aplikasi
Murabahah Pada Lembaga Keuangan Syariah 222 Vol 5. No 2, Juli-Desember 2017)

Sami Hasan Hamud, Tathwîr al A’mâl al Mashrafiyah Bimâ Yattafiq al Syarîah al


Islâmiyah Aman: Mathba’ah as Syarq, 1992.hal.431

Ah Azharuddin Lathif, Konsep Dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan


Syariah Di Indonesia,Jurnal.

http://www.academia.edu/6497439/Konsep_dan_Aplikasi_Akad_Murabahah_pada_P
erbankan_Syariah_di_Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai