Disusun Oleh :
Kelompok 3– 4 MBS.B
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat Muslim Indonesia mengenai konsep syariah
masih terbatas hanya pada kegiatan ibadah-ibadah rutin, padahal konsep syariah
meliputi semua aspek kehidupan. Ekonomi syariah juga tidak hanya sebatas pada
perbankan syariah, namun mencakup berbagai ruang lingkup perekonomian yang
mendasarkan pada pengetahuan dan nilai-nilai syariah Islam. Cara pandang itu
sudah saatnya diubah dan untuk mengubahnya, ada tujuh konsepsi yang perlu
diterapkan. Konsepsi itu akan berjalan efektif jika tiga elemen yakni para
tekhnokrat, ulama dan pemerintah dapat bersinergi.
Syariah selama ini masih dianggap sebagi ibadah rutin, seperti sholat,
zakat, haji. Syariah itu sendiri harus dipahami secara umum karena dalam bahasa
itu bermakna syar’i atau jalan menuju mata air dan jalan menuju kehidupan.
Syariah itu juga bukan hanya dari sisi ekonomi. Kita juga suka salah, yang
dimaksud itu merupakan muamalah. Tugas kita adalah bagaimana
mengintegrasikan hukum dan nilai yang kita ambil dari Al-Quran dan As-sunnah
masuk dalam kehidupan ekonomi, produksi, distribusi, marketing dan keuangan,
itu satu tantangan dalam menginternalisasi nilai-nilai ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan pengertian manajemen keuangan Islam?
2. Bagaimana karakteristik manajemen keuangan Islam?
3. Bagaimana ruang lingkup manajemen keuangan Islam?
4. Bagaimana konsep manajemen keuangan Islam?
5. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen keuangan Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kerja dabbara, ydabbiru, tabdiran. Tabdir berarti pener tiban, pengaturan,
pengurusan, perenca naan, dan persiapan.
Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat
untuk merealisasikan tujuan umum. Oleh karena itu mereka mengatakan
bahwa idarah (managemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut
kepemim pinan, pengarahan, pengem bangan personal, perencanaan dan
pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-
unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang
ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang afektif dan efisien.
Berangkat dari uraian-uraian di atas, secara implisit dapat diketahui,
bahwa hakekat manajemen yang terkan dung dalam al-Qur’an adalah
merenung kan atau memandang ke depan suatu urusan (persoalan), agar
persoalan itu terpuji dan baik akibatnya. Untuk menuju hakekat tersebut,
diperlukan adanya pengaturan dengan cara yang bijaksana.2
Islam sebagai suatu sistem hidup yang sempurna tentu saja
memiliki konsep pemikiran tentang manajemen. Kesalahan kebanyakan
dari kaum muslimin dalam memahami konsep manajemen dari sudut
pandang Islam adalah karena masih mencampuradukan antara ilmu
manajemen yang bersifat teknis (uslub) dengan manajemen sebagai
aktivitas. Kerancuan ini akan mengakibatkan kaum muslimin susah
membedakan mana yang boleh diambil dari perkembangan ilmu
manajemen saat ini dan mana yang tidak.
Menurut Didin dan Hendri (2003), manajemen bisa dikatakan telah
memenuhi syariah apabila: pertama; Manajemen ini mementingkan
perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan; kedua
Manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur organisasi; ketiga
Manajemen syariah membahas soal sistem.
2
Ibid., hlm, 15-16
3
Keuangan dalam KBBI (2008 diartikan: (1) segala sesuatu yang
bertalian dengan uang; (2) seluk beluk uang; (3) urusan uang; (4) keadaan
uang.3
Menurut Ridwan dan Inge (2003), keuangan merupakan ilmu dan
seni dalam mengelola uang yang memengaruhi kehidupan setiap orang
dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga,
pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang diantara individu
maupun antara bisnis dan pemerintah.
Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal
dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk
aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam (Qs. Al-Baqarah [2]:112), yaitu:
4
kerangka kerja yang berkaitan dengan uang yang melibatkan
perencanaan, pengorganisasian, bimbingan, dan evaluasi dalam
perakteknya dan terkait perilakunya dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam (Al-Qur’an dan
Hadits).
Keuangan Islam adalah sistem keuangan yang beroperasi sesuai
dengan hukum Islam (yang disebut syariah). Manajemen Keuangan
Syariah adalah sebuah kegiatan manajerial keuangan untuk mencapai
tujuan dengan memperhatikan kesesuaiannya pada prinsip-prinsip
syariah.6
Berdasarkan definisi di atas, dapat diuraikan bahwa manajemen
keuangan syariah merupakan suatu cara atau proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan dana bagi suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan sesuai dengan hukum Islam (prinsip
syariah).
6
Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta: Kencana, hlm, 5
5
unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan), gharar (ketidak
jelasan), haram, riba.
3) Transparan, dalam ke giatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh
lapisan masyarakat.
4) Seimbang, mengembangkan sektor keu angan melalui akitfitas perbankan
syariah yang mencangkup pengem bangan sektor riil dan UMKM (Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah).
5) Maslahat, bermanfaat dan membawa ke baikan bagi seluruh aspek
kehidupan.
6) Variatif, produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah, tabungan
umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis bagi hasil, jual-beli dan
sewa, sampai kepada produk jasa kustodian, jasa transfer, dan jasa
pembayaran (debet card,syariah charge).
7) Fasilitas, penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, wakaf, dana
kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet
banking dan interkoneksi antarbank syariah.7
6
a) Aktivitas Perolehan Dana
Setiap upaya dalam memperoleh harta semestinya memperhatikan
cara-cara yang sesuai dengan syari'ah, seperti mudharabah,
musyarakah, murabahah, salam, istishna, ijarah, shaf, dan lain-lain.
b) Aktivitas Perolehan Aktivitas
Dalam hal ingin menginvestasikan uang juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip "uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan", dapat dilakukan secara langsung atau melalui
lembaga intermediasi seperti bank syariah dan reksadana syariah.
c) Aktivitas Penggunaan Dana
Harta yang diperoleh digunakan untuk hal-hal yang tidak dilarang
seperti membeli barang konsumtif dan sebagainya. Digunakan untuk
hal-hal yang dianjurkan, seperti infak, wakaf, sedekah. Digunakan
untuk hal-hal yang diwajibkan seperti zakat.
7
Lembaga keuangan non-bank merupakan lembaga keuangan yang
lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Pembinaan dan
pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syari'ah dilakukan
oleh Dewan Syariah Nasional MUI. Lembaga keuangan syariah non-
bank antara lain sebagai berikut:
1) Pasar modal
2) Pasar uang
3) Asuransi
4) Dana pensiun
5) Modal ventura
c) Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha. Lembaga pembiayaan
mencakup sebagai berikut:
1) Lembaga sewa guna usaha (leasing)
2) Perusahan anjak piutang (factoring)
3) Kartu plastik
4) Pembiayaan konsumen (consumer finance)
5) Pegadaian
Melalui BAZ dan LAZ diharapkan agar harta zakat umat Islam bisa
terkonsentrasi pada sebuah lembaga resmi dan dapat disalurkan secara
lebih optimal.
8
Peningkatan peran wakaf sebagai pranata keagamaan tidak hanya
bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga
memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi untuk memajukan
kesejahtaraan umum sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya
sesuai dengan prinsip syari'ah.
Balai Usaha Mandiri Terpadu (BMT) atau Baitul mal wat Tamwil,
yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syari'ah Baitul mal wat Tamwil (BMT), yaitu balai
usaha terpadu yang isinya berintikan bayi almal wa al-tamwil dengan
kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan
kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya.8
8
Ibid., hlm, 28-32
9
3. Pebgelolaan aset(aktiva)
2. Tujuan dan fungsi manajemen
Manajemen keuangan bertujuan untuk memaksimalkan nilai dari
perusahaan. Dengan demikian manajemen harus dapat menekan perputaran
uang yang tidak perlu yang dapat merugikan perusahaan.
Fungsi manajemen yaitu:
1) Investment decision (keputusan investasi)
Fungsi keputusan ini mempelajari berbagai kegiatan, yaitu:
Investasi berarti penanaman modal pada aset real atau aset finansial
(surat berharga)
Dalam keputusan investasi, manajemen harus memutuskan bentuk
dana yang ada untuk diinvestasikan
Membeli aset dan mengelolanya ataukah bermain dengan surat
berharga.
Keputusan ini sangat strategis yang sangat berpengaruh secara
langsung terhadap besar kecilnya rentabilitas investasi serta aliran dana
perusahaan pada masa mendatang.
2) Financing decision (fungdi pendanaan)
Fungsi ini memerhatikan sumber dana dengan biaya seminimal
mingkin dan syarat yang bisa menguntungkan baik berasal dari internal
perusahaan mauoun sumber dana uang berasal fari liar perusahaan
(eksternal).
3) Deviden decision (keputusan defiden)
Dalam fungsi ini, keputusan biasanya menyangkut hal-hal seperti:
Besaran presentasi laba yang akan dibagikan kepada pemilik
dalam bentuk kas
Tingkat stabilitas deviden yabg akan dibagikan oleh manajemen
Stock deviden (deviden saham)
10
Stock split (pemecahan saham)
Penarikan saham yang telah beredar
9
Ibid., hlm, 79-80
11
1. Setiap perdagangan harus didasari sikap saling rida atau atas dasar suka
sama suka di antara dua pihak sehingga para pihak tidak merasa dirugikan
atau dizalimi.
6. Perdagangan tidak boleh melalaikan diri dari beribadah (shalat dan zakat)
dan mengingat Allah.
1) Larangan bunga
Larangan riba, yang dalam istilah secara harfiah berarti "kelebihan” dan
ditafsirkan sebagai ”peningkatan modal yang tidak bisa dibenarkan dalam
pinjaman ataupun penjualan” adalah ajaran pokok dari sistem keuangan
syari’ah.
3) Berbagi risiko
12
Karena adanya larangan bunga, penyedia dana mendanai investor dan
bukan kreditor. Penyedia modal keuangan dan Pengusaha berbagi risiko
bisnis dengan imbalan pembagian keuntungan. Transaksi keuangan harus
mencerminkan distribusi pengembalian risiko simetris yang akan
dihadapi pihak-pihak terlibat.
5) Kesucian kontrak
7) Keadilan social
10
Ibid., hlm, 21-23
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15