DISUSUN OLEH :
2. MUTTAQIN HAMDI
Panyabungan, 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam
fiqih muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai
belasan bahkan sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak
itu, ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok
dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu
murabahah, as-salam, dan al-istishnâ’.
Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah
penghimpunan dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas
resiko serta kegiatan-kegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual
beli dilakukan melalui perpindahan kepemilikan barang. Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barang.
Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan salam dan
istishnâ’. Jual beli dengan salam dan istishnâ’ ini, akadnya sangat jelas,
barangnya jelas, dan keamanannya juga jelas. Maka jual beli salam dan
istishnâ’ wajar jika masih banyak diminati.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktek jual beli salam dan isisna’ perspektif fiqh
kontemporer ?
2. Bagaimana praktek jual-beli salam dan istisna’ pada bank BTN
Syariah Cabang Panyabungan ?
3. Bagaimana perbandingan jual beli salam dan istisna’ dalam bank
Syariah dengan bank konvensional ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana praktek jual beli salam dan isisna’
perspektif fiqh Kontemporer?
2. Untuk mengetahui praktek jual-beli salam dan istisna’ pada bank
BTN Syariah Cabang Panyabungan ?
3. Untuk mengetahui perbandingan jual beli salam dan istisna’ dalam
bank Syariah dengan bank konvensional ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ismail Nawawi, fiqh muamalah klasik dan kontemporer, (Bogor, halia Indonesia:2012)
hlm.125
2
Wabah zuhaily, al-fiqh islami waadillatuhu, (Beirut. Darul fikri:1989 ) hlm. 598-599
3
b. Landasan hukum salam.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282.
َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم ِب َدي ٍْن إِلَى أ َ َج ٍل ُم
س ًّمى فَا ْكتُبُو ُه
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS.
Al-Baqarah : 282)3
س ِلفُونَ ِفي ْ ُ َو ُه ْم ي,َ قَ ِد َم اَل َّن ِب ُّي صلى هللا عليه وسلم ا َ ْل َمدِينَة:َ قَال-ع ْن ُه َما َّ َ َر ِض َي- اس
َ ُللَا ٍ َّعب
َ ع َِن اِب ِْن
ِإ َلى أَ َج ٍل,وم
ٍ ُ َو َو ْز ٍن َم ْعل,وم ٍ ُف ِفي َك ْي ٍل َم ْعل ْ ُف ِفي تَ ْم ٍر َف ْلي
ْ س ِل َّ سنَةَ َوال
ْ َ ( َم ْن أ:َ َفقَال,سنَتَي ِْن
َ َسل َّ لث َم ِار اَل
ِ َا
ٍف فِي ش َْيء ْ َ َم ْن أ:ِ َو ِل ْلبُ َخ ِاري.علَ ْي ِه
َ َسل ٌ َوم ) ُمتَّف
َ ق ٍ َُم ْعل
“Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke
Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa
setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan
buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan
masa tertentu." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari: "Barangsiapa
meminjamkan sesuatu."
3
QS. al-Baqarah (2):282
4
Adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang.
Harus memenuhi kriteria cakap bertindak hukum (balig dan
berakal sehat) serta mukhtar (tidak dalam tekanan/paksaan)
2) Penjual (musala ilaih).
Adalah pihak yang memasok barang pesanan. Harus
memenuhi kriteria cakap bertindak hukum (balig dan berakal
sehat) serta mukhtar (tidak dalam tekanan/paksaan
3) Ucapan (sighah).
Harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah
oleh hal-hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud
akad.
4) Barang yang dipesan (muslam fih).
Dalam hal ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut
Dinyatakan jelas jenisnya
Jelas sifat-sifatnya.
Jelas ukurannya.
Jelas batas waktunya.
Tempat penyerahan dinyatakan secara jelas.
5
d. Penyerahan uang dilakuakan di dalam satu majelis.4
2. Istishnâ’
a. Pengertian
Istishnâ’ adalah akad bersama produsen untuk satu pekerjaan
tertentu dalam tanggungan atau jual beli satu barang yang akan dibuat oleh
produsen yang juga menyediakan barang bakunya, sedangkan jika barang
bakunya dari pemesan maka transaksi itu menjadi akad jarah (sewa),
pemesan hanya menerima jasa produsen untuk membuat barang.
4
Ismail Nawawi, fiqh muamalah klasik dan kontemporer, (Bogor, halia Indonesia:2012)
hlm.127
6
Sedangkan dalam kodifikasi produk perbankan Syariah dijelaskan
bahwa istishnâ’ adalah sebagai Jual beli barang dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang berdasarkan persyaratan tertentu, kriteria, dan pola
pembayaran sesuai dengan kesepakatan.
b. Landasan Syariah
Mengingat istishnâ’ ini metodenya hampir sama dengan metode
pada salam maka Secaba umum landasan syariahnya yang berlakunya pada
salam juga berlaku pada istishnâ’.
Selanjutnya ulama’ Hanafi menggolongkan istishnâ’ termasuk akad
yang dilarang karena bertentangan dengan semangat bai’ secara qiyas.
Mereka mendasarkan pada argumentasi bahwa pokok Montreal penjualan
harus ada dan dimiliki oleh penjual. Sementara dalam istishnâ’, pokok
kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual. Meskipun demikian,
mazhab Hanafi menyetujui kontrak istishnâ’ atas dasar alasan-alasan
berikut.
1) Masyarakat telah mempraktekkan istishnâ’ secara luas dan terus
menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan
istishnâ’ sebagai kasus ijma’ atau konsensus umum.
2) Dalam Syariah dimungkinkan adanya kemungkinan adanya
penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma’.
3) Keberadaan didasarkan pada kebutuhan masyarakat, banyak orang
yang sering kali memerlikan barang yang tidak tersedia dipasar,
sehingga mereka cenderung melakukan kontrak agar orang lain
membuatkan barang untuk mereka.
4) Istishnâ’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan
kontrak selama tidak bertentangan dengan Nash atau Syariah5.
5
Ismail Nawawi, fiqh muamalah klasik dan kontemporer, (Bogor, halia Indonesia:2012)
hlm.131
7
1) Barang (mashnu’)
Perincian barang yang sah untuk dijadikan objek istishnâ’ adalah
sebagai berikut:
a. Jenis, misal berupa mobil , rumah, pesawat atau yang lain.
b. Tipe, misal berupa mobil kijang , rumah tipe RSS.
c. Kualitas, bagaimana spesifikasi teknisnya dan hal lainnya.
d. Kuantitasnya, berupa jumlah unit.
2) Harga
Harga harus ditentukan berdasarkan aturan sebagai berikut:
a. Harus diketahui semua pihak.
b. Bisa dibayarkan sewaktu akad secara cicilan, atau
ditangguhkan pada waktu tertentu pada masa yang akan
datang.
6
Wabah zuhaily, al-fiqh islami waadillatuhu, (Beirut. Darul fikri:1989 ) hlm. 634-635
8
B. PERBANDINGAN PRAKTEK JUAL BELI SALAM DAN
ISTISHNÂ’ PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK
SYARIAH.
7
Bank Tabungan Negara, “ KPR BTN Platinum”, http://www.btn.co.id/Produk/Produk-
Kredit/Kredit-Perorangan/Kredit-Griya-Utama.aspx, diakses tanggal 31 Oktober 2017.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
kami dapat menarik kesimpulan:
Salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya
ditunda, pembayaran modal lebih awal. Rukun dan syarat jual beli as-salam
yaitu Mu’aqidain yang meliputi Pembeli dan penjual, Obyek transaksi,
Sighat ijab qabul, dan alat tukar.
Al-Istishnâ’ adalah akad jual beli pesanan dimana bahan baku dan
biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan sistem
pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah atau akhir. Rukun dan
syarat istishnâ’ mengikuti bai’ as-salam. Hanya saja pada bai’ al-
istishnâ’ pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan tidak adanya
penentuan waktu tertentu penyerahan barang, tetapi tergantung selesainya
barang pada umumnya.
Perbedaan salam dan istishnâ’ adalah cara penyelesaian pembayaran
salam dilakukan diawal saat kontrak secara tunai dan cara pembayaran
istishnâ’ tidak secara kontan bisa dilakukan di awal, tengah atau akhir.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan
arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan
makalah berikutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim.
H. Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. (Bandung. September 2012)
Abu Ubaidah yusuf bin Mukhtar as Sidawi. Fiqih Kontemporer. (Bandung.
Pustaka Alqur’an)
Aris Setyawan. Wawancara. (Malang. 03 Oktober 2014) .
http://www.btn.co.id/Produk/Produk-Kredit/Kredit-Perorangan/Kredit-
Griya-Utama.aspx
Kodifikasi produk perbankan Syariah. (Jakarta. 2007)
Kompilasi hukum ekonomi Syariah edisi revisi. (Jakarta. Kencana: 2009)
Nawawi,Ismail. Fikih muamalah klasik dan kontemporer.(Bogor. Halia
Indonesia:2012)
11