Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MURABAHAH, ISTISHNA, DAN SALAM


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah FIQIH MUAMALAH Dosen Pengampu :

AHMAD FAUZAN MUBAROK, S.E., M.E.Sy.

Disusun Oleh :

1. Muhammad rizky nofandra (21140000527)


2. Attarivo yugesh aldebaran (21140000519)

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH TAHUN AKADEMIK 2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada
kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Fiqih Muamalah” sehingga
makalah ini dapat di susun dengan baik.
Pada kesempatan ini kita mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
memberikan masukan dan saran kepada kita demi terwujudnya makalah ini.
Kita sadar bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kita suda berupaya
semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini agar menampilkan yang terbaik. Kita
berharap semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

10, Maret 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
A. Pengertian Murabahah, istishna, dan salam....................................................................................3
1. Murabahah..................................................................................................................................3
2. Istishna........................................................................................................................................3
3. Salam...........................................................................................................................................4
B. Hukum murabahah, istishna, dan salam..........................................................................................4
1. Murabahah..................................................................................................................................4
2. Istishna........................................................................................................................................4
3. Salam...........................................................................................................................................5
C. Syarat-syarat dan rukun murabahah, istishna, dan salam...............................................................5
1. Murabahah..................................................................................................................................5
2. Istishna........................................................................................................................................5
3. Salam...........................................................................................................................................6
D. Macam-Macam Murabahah, Istishna, Salam......................................................................................6
1. Murabahah..................................................................................................................................6
2. Istishna........................................................................................................................................6
E. Aplikasi Dalam Perbankan...............................................................................................................7
1. Murabahah..................................................................................................................................7
2. Istishna........................................................................................................................................8
3. Salam...........................................................................................................................................9
BAB lll........................................................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................11

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai laba.
Menurut Nurhayati adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dengan keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu
penjual dan pembeli. Akad ini mengharuskan penjual untuk memberi tahu
pembeli mengenai harga produk yang telah ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahanya. Dari uraaian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa murabahah adalah transaksi jual beli barang dimana penjual menyatakan
harga perolehanya kepada pembeli dan pembeli membayar kepada penjual harga
perolehan tersebut ditambah keuntungan yang telah disepakati.
Akad istishna merupakanproduk lembaga keuangan syariah, sehingga jual beli
ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah, semua lembaga keuangan
syariah memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah. Selain
memberikan keuntungan kepada produsen juga memberikan keuntungan kepada
konsumen atau pemesan yang memesan barang sehingga lembaga keuangan
syariah menjadi pihak intermediasi dalam hal ini.
Dalam perkembanganya, ternyata akad istishna lebih banyak digunakan di
lembaga keuangan syariah dari pada salam. Hal ini disebabkan karena barang
yang dipesan oleh nasabah atau konsumen lebih banyak yang belum jadi dan perlu
dibuatkan terlebih dahulu di bandingkan dengan barang yang sudah jadi
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan
langsung antar dua pihak anatara pemesan atau penjual seperti atau melalui
perantara.
Jual beli salam merupakan jual beli barang yang disebutkan sifatnya dalam
tanggungan atau memberi uang didepan secara tunai, barangnya diserahkkan
kemudian untuk waktu yang ditentukan.
Pada jual beli salam dasar pemodalan harus di awal akad sebelum berakhir
bertujuan untuk merealisasikan salam itu sendiri, yakni dalam akad salam berarti
“menyegerakan” menghindarkan transaksi salam dari manifestasi ba’I ad-dain bi
ad-dain (jual beli hutang dengan hutang)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Murabahah, istishna, dan salam ?
2. Bagaimana dasar hukum Murabahah, istishna, dan salam ?
3. Apa rukun dan syarat-syarat Murabahah, istishna, dan salam ?
4. Apa macam-macam Murabahah, istishna, dan salam ?
5. Bagaimana aplikasi dalam perbankan Murabahah, istishna, dan salam ?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Murabahah, istishna, dan salam.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Murabahah, istishna, dan salam
3. Untuk mengetahui syarat-syarat Murabahah, istishna, dan salam
4. Untuk mengetahui macam-macam Murabahah, istishna, dan salam
5. Untuk mengetahui aplikasi dalam perbankan ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Murabahah, istishna, dan salam

1. Murabahah
Murabahah atau disebut juga ba’ bitsmanil ajil. Kata murabahah berasal dari kata
ribhu (keuntungan). Sehingga murabahah saling menguntungkan. Secara
sederhana murabahah berarti jual beli barang ditambah keuntungan yang
disepakati.

Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan saling


menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang
membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga
pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan
atau laba bagi shahib al-mal dan pengembalianya dilakukan secara tunai atau
angsur.

Jual beli murabahah adalah pembelian oleh suatu pihak untuk kemudian dijual
kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu
barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan. Atau singkatnya
jual beli murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akad ini merupakakn salah satu bentuk natural certainty contracts, Karena dalam
murabahah ditentukan beberapa required rate profitnya (keuntungan yang ingin
diperoleh).

2. Istishna
Istishna artinya perjanjian dengan dengan pekerja atau pembuat barang untuk
membuat sesuatu yang telah ditentukan. Maksudnya akad pembelian suatu barang
yang dibuat oleh pekerja dan barang serta pengerjaanya dari pihak shaani. Jika
barang tersebut berasal dari pembeli, maka akad tersebut menjadi ijarah, bukan
istishna.

Sebagian fuqaha berpendapat bahwa yang diminta dalam akad ini adalah
pembuatanya saja, sebab istishna berarti minta dibuatkan, yakni pengerjaan
(amal).

3
Istishna dapat dianggap sah jika ada ijab qobul dari pemohon dan pembuat. Orang
yang membeli barang disebut mustashni yang menjual barang disebut shaani dan
barang yang dijual disebut mashnuu. Misalnya akad antara dua orang untuk
membuat sepatu, perabot rumah tangga, tikar dan sebagainya. Semuanya termasuk
transaksi yang dilakukan di masyarakat.

Akad istishna menyerupai jual beli Salam. Karena keduanya merupakan jual beli
barang yang tidak tampak dan barang itu harus dia adakan oleh pembuat atau
penjua sesuai dengan akad. Hanya saja keduanya mempunyai perbedaan. Dalam
istishna tidak ada kewajiban menyegerakan pembayaran, penentuan batas waktu
pembuatan dan penyerahan barang serta tidak ada ketentuan bahwa barang yang
dibuat terdapat dipasaran. Istishna juga menyerupai ijarah. Tetapi memiliki
prbedaan dari segi bahwa pembuat barang menyediakan bahan Baku darinya.

Menurut riwayat yang shahih dalam madzab hanafi, istishna merupakan jual beli
bukan perjanjian jual beli (wa’dun ba’iun) dan pula upah kerja. Dengan demikian,
suatu yang diminta dalam perjanjian istishna adalah barang yang telah dipesan
untuk dibuat bukan pekerjaan orang yang membuatnya dan bukan pula sebagai
upah kerja. Sehingga jika orang yang diminta menyediakan barang itu sebelum
ada akad, maka hal itu diperbolehkan sepanjang sesuai dengan criteria yang telah
ditentukan.

3. Salam
Salam adalah jual beli sesuatu dengan ciri-ciri tertentu yang Akan diserahkan pada
waktu tertentu. Contohnya orang Muslim membeli komoditi dengan ciri-ciri
tertentu misalnya makanan, hewan dan lain dan sebagainya yang Akan
diterimanya pada waktu tertentu ia bayar harganya dan menunggu waktu yang
telah disepakati untuk menerima komoditi tersebuut. Jika waktunya telah tiba
penjual menyershkan komoditi tersebut kepadanya.

B. Hukum murabahah, istishna, dan salam

1. Murabahah
Murabahah adalah suatu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan
merupakan implementasi muamalah tijariyah (interaksi bisnis). Hal ini
berdasarkan Q.S. al-baqarah 2: 275. Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.

2. Istishna
Hukum istishna yang terkait erat dengan mustashni, jika pembuat harga telah
menyediakanya sesuai dengan criteria yang diisyaratkan, maka kepemilikan

4
pemesan terhadap barang itu dianggap sah setelah ia memeriksanya. Jika setuju,
maka ia dapat menerimanya dan jika tidak setuju, ia dapat menolaknya adapun
yang terkait dengan shaani maka barang tersebut menjadi milik sah orang yang
memesanya, setelah ia
Memeriksa, menerima dan tidak ada khiyar pendapat ini berdasarkan kejelasan
riwayat yang ada sebelumnya.

3. Salam
Salam diperbolehkan karena termasuk jual beli dan jual beli itu dihalalkan, Karena
Rasulllah SAW bersabda “Barang siapa melakuakan salam pada sesuatu,
hendaklah ia melakukan salam dalam takaran tertentu, berat tertentu dan waktu
tertentu.” (HR. muslim).

C. Syarat-syarat dan rukun murabahah, istishna, dan salam


1. Murabahah
a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak
kepemilikan telah berada di tangan si penjual). Artinya, keuntungan dan resiko
barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang
timbul dari akad yang sah. Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, bahwa
keuntungan yang terkait dengan resiko dapat mengambil keuntungan.
b. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya lainya
yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas, semuanya harus
diketahui oleh pembeli saat transaksi, ini merupakan suatu syarat sah
murabahah.
c. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal maupun
presentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah
murabahah.
d. Dalam sistem murabahah penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli
untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik
syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang merupakan
kewajiban penjual disamping untuk menjaga kepercayaan yang sebaik-
baiknya.

2. Istishna
a. Kejelasan barang yang akan dibuat, seperti: ukuran dan sifatnya, sebab barang
yang diperjualbelikan harus diketahui dengan jelas.
b. Pemesanan itu termasuk hal yang sering dilakukan kebanyakan orang, seperti:
pesanan perabot, sepatu, perlengkapan kendaraan dan sejenisnya. Sedangkan
istishna terhadap pakaian, maka hal itu tidak bolehsebab bukan merupakan hal
yang biasa dilakukan masyarakat.

5
c. Tidak ditentukan batas waktunya. Jika batas penyerahan barang tersebut
ditentukaan waktunya, maka itu disebut salam, seperti di terimanya
pembayaran pada waktu akad dan tidak ada hak khiyar bagi kedua belah pihak
jika pembuat barang telah menyerahkanya seperti disyaratkan dalam akad.1

3. Salam
a. dilakukan dengan kontan, dengan emas atau perak atau logam-loggam,
agarhal-hal ribawi tidak diperjualbelikan dengan sejenisnya secara tertunda.
b. Komoditinya harus dengan sifat-sifat yang jelas, misalnya dengan disebutkan
jenisnya dan ukuranya, agar tidak terjadi konflik antara seorang muslim
dengan saudaranya yang menyebabkan dendam dan permusuhan diantara
keduanya.
c. Waktu penyerahan komoditi harus telah ditentukan dan pada suatu waktu,
misalnya, setengah bulanyang akan datang atau lebih.

D. Macam-Macam Murabahah, Istishna, Salam


1. Murabahah

Macam-macam murabahah terdiri dari dua yaitu murabahah dengan pesanan dan tanpa
pesanan. Adapun penjelasan jenis jenis murabahah adalah berikut ini.

a. Murabahah dengan Pesanan


Jenis murabahah yang pertama adalah murabahah dengan pesanan. Transaksi
murabahah dengan pesanan dilakukan setelah produk yang dipesan pembeli diperoleh
oleh penjual. Jadi skema akad murabahah adalah pembeli memesan barang terlebih
dahulu. Kemudian penjual memproduksi atau membeli dari supplier, lantas dijual
kepada pembeli dengan transparansi harga.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Jenis murabahah berikutnya adalah Murabahah tanpa pesanan. Jenis akad ini
merupakan transaksi murabahah dilakukan secara langsung tanpa menunggu
pemesanan barang, karena produk telah tersedia.

2. Istishna
Dalam prakteknya Istisna' itu ada dua macam, jika ditinjau dari segi mustasna dan mustasna
minhu. Dua macam tersebut dibagi dikelompokkan sesuai dengan mustasna dan mustasna minhunya.
Yaitu Istisna muttashil (bersambung) dan istisna' munqoti' (putus)

1
Veithzal Rivai, Muhammad Syafii Antonio, Muliaman Darmansyah Hadad’’ISLAMIC BUSINESS
MANAGEMENT’’

6
a. Istisna' Muttashil 
Istisna' Muttashil maksudnya adalah jika pembahasan masih sama atau masih dalam satu
rumpun maka disebut dengan istiana' muttashil (bersambung). 
Contohnya :  ‫قَا َم اَ ْلقَ ْو ُم ِإاَّل َز ْي ًدا‬  
Pada contoh kalimat di atas pada lafad  ‫اَ ْلقَ ْو ُم‬
 menjadi mustasna minhu, dan lafad  ‫َز ْي ًدا‬
 menjadi
mustasna. Antara lafad mustasna dan lafad mustasna minhu masih seputar manusia atau sesama
manusia. Maka istisna yang seperti itu disebut dengan istisna' Muttashil (bersambung).
b. Istisna' Munqothi'
Istisna' munqothi' artinya intisna' yang putus, maksud dari putus disini yaitu, pada lafad mustasna
dan mustasna minhu tidak sama dalam hal pembahasannya. Antara manusia dan hewan, maka
dinamakan istisna' munqothi'.

E. Aplikasi Dalam Perbankan

1. Murabahah

Akad murabahah merupakan salah bentuk produk pembiayaan yang berbasiskan jual beli
(bai’). Saat ini akad murabahah merupakan produk yang paling populer digunakan oleh
perbankan syariah dalam menjalankan aktivitas pembiayaanya. Menurut Laporan
Perkembagan Keuangan Syariah 2013 Otoritas Jasa Keuangan, penyaluran pembiayaan
perbankan syariah masih didominasi oleh akad murabahah. Pembiayaan murabahah tumbuh
25,6% (yoy), sehingga menempati pangsa 60% dari total pembiayaan BUS dan UUS.
Sedangkan pada pembiayaan BPRS pangsa akad murabahah mencapai 80,3%.

Kata murabahah berasal dari bahasa Arab, rabaha, yurabihu, murabahatan yang berarti
untung atau menguntungkan. Kata murabahah juga berasal dari kata ribhun atau rubhun yang
berarti tumbuh, berkembang, dan bertambah. Menurut penjelasan Pasal 19 Huruf d Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang dimaksud dengan akad
murabahah adalah ‘akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
disepakati’. Senada dengan definisi ini, murabahah menurut Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Murabahah adalah ‘menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
Berdasarkan definisi di atas, dapat 2dipahami bahwa dalam murabahah harga beli dan harga
jual plus keuntungan harus transparan dan diketahui oleh para pihak yang melakukan
transaksi.

Murabahah secara praktik diistilahkan dengan bai al-murabahah liamir bisy-syira, yaitu
permintaan seseorang atau pembeli terhadap orang lain untuk membelikan barang dengan
ciri-ciri yang ditentukan. Mekanisme ini dinamakan dengan Murabahah Permintaan/Pesanan
Pembeli (MPP). Menurut Yusuf Qardhawi dalam MPP terdapat dua unsur utama, yaitu janji
(waad) dan bersifat mengikat (iltizam). Unsur janji menekankan kepada janji untuk
membelikan barang yang diminta pembeli dan janji penjual untuk meminta keuntungan dari
barang tersebut. Janji ini bersifat mengikat (iltizam) atas penjual dan pembeli yang kemudian
akan dibayar secara mencicil. Dalam perbankan syariah, produk murabahah digunakan untuk
membiayai pembelian barang-barang konsumen seperti pembelian kendaraan, barang-barang

2
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/12/murabahah-adalah

7
multiguna (barang elektronik, perlengkapan rumah tangga renovasi rumah dll). Produk ini
juga bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dan investasi

2. Istishna
Dalam perbankan syariah transaksi-transaksi yang dilakukan harus menggunakan akad.
Akad-akad yang ada di bank syariah sendiri sudah sesuai dengan hukum yang ada pada Al-
Qur'an dan hadist oleh karena itu kegiatan transaksi pada bank syariah dijamin halal.

Beda dari bank konvensional yang masih menerapkan sistem bunga yang hal tersebut sangat
dilarang oleh agama islam karena termasuk kedalam hukum yang diharamkan, bank syariah
sendiri tidak ada sistem bunga didalam kegiatan transaksinya namun untuk memperoleh
keuntungan bank syariah menerapkan sistem bagi hasil yang telah ditentukan pada akad-akad
didalam bank syariah. Bank syariah memiliki 12 akad yaitu murabahah, salam, istishna,
mudhrabah muqayyadah, musyarakah, musyarakah mutanaqisah, wadi'ah, wakalah, ijarah,
kafalah, hawalah, rahn, qard.

Pada transaksi akad istishna memiliki beberapa rukun dan syarat saat menjalankannya agar
sesuai dengan syariat islam. Rukun dari akad istishna menurut ulama Hanafiyah adalah ijab
dan kabul. Namun, ada juga menurut dari jumhur ulama rukun Istishna' terdiri atas Pemesan
(mustashni'), Penjual (shani'), Barang atau objek akad (mashnu'), Shigat (ijab kabul). Akad
istishna memiliki 3 syarat yaitu Barang yang menjadi objek Istishna' harus jelas, baik jenis,
macam, kadar, maupun sifatnya. Apabila salah satu unsur ini tidak jelas, maka akad Istishna'
rusak karena barang tersebut pada dasarnya adalah objek jual beli yang harus diketahui,
Barang yang dipesan merupakan barang yang biasa digunakan untuk keperluan dan sudah
umum digunakan seperti pakaian, perabotan rumah, furniture, dan sebagainya, Tidak
diperbolehkan menetapkan dan memastikan waktu tertentu untuk menyerahkan barang
pesanan. Apabila waktu penyerahan telah ditetapkan, maka dikategorikan sebagai akad
salam.

Mekanisme pembayaran transaksi akad istishna memiliki tiga cara pembayaran yakni
pembayaran dimuka secara keseluruhan, pembayaran secara angsuran selama proses
pembuatan, pembayaran setelah penyelesaian barang. Pada bank syariah akad istishna lebih
cocok digunakan pada sektor manufaktur atau kontruksi, namun tidak hanya pada sektor
kontruksi biasanya akad istishna juga diterapkan pada transkasi pembiayaan rumah syariah
atau yang biasa dikenal dengan KPR Syariah.

Akad istishna memiliki skema transaksi jika dalam pembuatan barang yang dipesan oleh
nasabah, bank syariah membuat sendiri pesanan tersebut sehingga memiliki skema transaksi
yaitu pertama nasabah memesan barang kepada bank syariah untuk pembuatan suatu barang,
kedua bank syariah membuat barang pesanan tersebut kemudian diserahkan kepada nasabah,
ketiga nasabah melakukan pembayaran kepada bank syariah.

8
3. Salam
Di Perbankan Syariah, jual beli salam lazim ditetapkan pada pembelian alat-alat pertanian
barang-barang industri, dan kebutuhan rumah tangga. Nasabah yang memerlukan biaya untuk
memproduk barang-barang industri bias mengajukan permohonan pembiayaan ke bank
syari’ah dengan skim jual-beli salam. Bank dalam hal ini berposisi sebagai pemesan
(pembeli) barang yang akan diproduksi oleh nasabah. Untuk itu bank membayar harganya
secara kontan. Pada waktu yang ditentukan, nasabah menyerahkan barang pesanan tersebut
kepada bank. Berikutnya bank bisa menunjuk nasabah tersebut sebagai wakilnya untuk
menjual barang tersebut kepada pihak ketiga secara tunai. Bank juga bias menjual barangitu
kembali kepada nasabah yang memproduksinya itu secara tangguh dengan keuntungan
tertentu.

9
BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan saling
menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui
transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat
nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembalianya
dilakukan secara tunai atau angsur,

Istishna dapat dianggap sah jika ada ijab qobul dari pemohon dan pembuat. Orang yang
membeli barang disebut mustashni yang menjual barang disebut shaani dan barang yang
dijual disebut mashnuu.

Orang Muslim membeli komoditi dengan ciri-ciri tertentu misalnya makanan, hewan dan
lain dan sebagainya yang Akan diterimanya pada waktu tertentu ia bayar harganya dan
menunggu waktu yang telah disepakati untuk menerima komoditi tersebuut. Jika waktunya
telah tiba penjual menyershkan komoditi tersebut kepadanya.

B. Saran
Dengan mengetahui lebih dalam tentang Akad Istishna diharapkan agar kita dapat
menjadi pribadi yang lebih beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang Maha Esa. Serta siap
menjadi pelopor dalam memajukan nilai-nilai Keislaman dalam perekonomian.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rivai Veithzal, Antonio Muhammad Syafii, Hadad Muliaman Darmansyah, 2018, Ed 1, Cet
3, Islamic Business Management, Yogyakarta:BPFE.
Mardani, 2012, Ed 1, Cet 1, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana.
https://www.kompasiana.com/rifqidzakwan/60be30b7d541df498873b5e2/aplikasi-akad-
istishna-pada-perbankan-syariah
https://www.san3kalongbm.com/2021/11/pengertian-istisna-huruf-jenis-macam.html?m=1
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/12/murabahah-adalah
https://business-law.binus.ac.id/2016/04/30/aplikasi-akad-murabahah-dalam-perbankan-
syariah/

11

Anda mungkin juga menyukai