Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQH MUAMALAH KONTEMPORER

“Murabahah dalam kegiatan ekonomi kontemporer”

Dibuat Oleh :
Aditya Dwi Saputra (2120602061)
Salwa Salsabila (2120602113)

Dosen Pengampu:
DR ,MAFTUKHATUSOLIKHAH, M.Ag.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023

1
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................5
2.1 Pengertian Murabahah................................................................5
2.2 Dasar hukum Murabahah...........................................................5
2.3 Syarat dan rukun Murabahah.....................................................6
2.4 Perbedaan jual beli Murabahah dengan bunga...........................6
2.5 Pembiayaan Murabahah.............................................................7
2.6 Berakhirnya akad murabahah.....................................................8
2.7 Murabahah dalam kegiatan ekonomi kontemporer....................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................11
3.1 Kesimpulan.................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

2
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Kuasa atas segala limpahan Rahmat
dan Karunia-nya saya masih diberi Kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
untuk memahami lebih lanjut tentang murabahah dalam kegiatan ekonomi kontemporer.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan saya yang
masih amat sangat kurang memumpuni dan lebih banyak dibantu dengan Jurnal dan juga
sumber dari Internet. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
Terima Kasih kepada :
1. Ibu DR ,MAFTUKHATUSOLIKHAH, M.Ag. selaku Dosen pengampuh mata kuliah
fiqh muamalah kontemporer.
2. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Dan tidak lupa kepada teman-teman saya tercinta yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Palembang, 27 Maret 2023

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam fikih Islam klasik, murabahah merupakan salah satu jenis dari akad jual beli yang
bentuknya sangat sederhana, dan jual beli murabahah termasuk dalam jenis jual beli amanah
karena menuntut penjualnya untuk jujur mengenai harga asli barang yang ia jual. dalam
perkembangannya dewasa ini, produk pembiayaan pada LKS di Indonesia didominasi oleh
pembiayaan murabahah, hal ini dikarenakan pembiayaan murabahah dianggap lebih aman dan
mengandung resiko kerugian yang sangat kecil. namun dalam praktiknya pembiayaan
murabahah pada LKS saat ini sudah mengalami inovasi dan modifikasi dibandingkan dengan
konsep dasarnya yang banyak tertuang dalam literatur fikih klasik, sehingga munculah istilah
murabahah li al-aamir bi al-syira` yang menjadi acuan pembiayaan murabahah kontemporer.
walau terdapat beberapa perbedaan namun banyak ulama kontemporer yang memperbolehkan
akad ini, karena dalam inovasi dan modifikasinya tidak merubah hal-hal yang mendasar.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan Murabahah?


b) Apa saja dasar hukum Murabahah?
c) Apa saja syarat dan rukun Murabahah?
d) Apa perbedaan salam, Istishna, dan Murabahah?
e) Apa perbedaan jual beli Murabahah dengan bunga?
f) Bagaimana pembiayaan dalam murabahah?

1.3 Tujuan Pembahasan

a. Mengetahui definisi dari Murabahah!


b. Mengetahui apa saja dasar hukum Murabahah!
c. Mengetahui apa saja syarat dan rukun Murabahah!
d. Mengetahui apa perbedaan jual beli Murabahah dengan bunga!
e. Mengetahui bagaimana pembiayaan dalam Murabahah!

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Murabahah

Murabahah atau disebut juga ba’bitsmanil ajil. Kata murabahah berasal dari kata ribhu
(keuntungan). Sehingga murabahah berarti saling menguntungkan. Secara sederhana murabahah
berarti jual beli barang ditambah keuntungan yang disepakati.

Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan saling menguntungkan
yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli
dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembalian dilakukan secara tunai
atau angsur.

Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak
lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan
atau tambahan harga yang transparan1. Atau singkatnya jual beli murabahah adalah akad jual
beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena
dalam murabahah ditentukan berapa required rate profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).

2.2 Dasar hukum murabahah

Murabahah adalah suatu jenis jual beli yang dibenarkan oleh Syariah dan merupakan
implementasi muamalah tijariyah (interaksi bisnis). Hal ini merupakan berdasarkan kepada Q.S
al-baqarah/2:275 “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

1
Gemala dewi et al. Op.cit.,hlm.11.
5
2.3 Syarat dan rukun murabahah

Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak kepemilikan
telah berada di tangan si penjual). Artinya, keuntungan dan resiko barang tersebut ada
pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang telah timbul dari akad yang
sah. Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, Apa keuntungan yang terkait dengan risiko
dapat mengambil keuntungan.
2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya lain yang lazim
dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas, semuanya harus diketahui oleh
pembeli saat transaksi. Ini merupakan suatu syarat sah murabahah.
3. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal maupun persentase
sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah.
4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli untuk
menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu
tidak diterapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual di samping
untuk menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya.

2.4 Perbedaan jual beli murabahah dengan bunga2

No. Jual beli murabahah Bunga/riba


1. Barang sebagai objek, nasabah berhutang Uang sebagai objek, nasabah berhutang
barang, bukan berhutang uang. uang.
2. Sektor moneter terkait dengan sektor riil, Sektor moneter dan riil terpisah, tidak ada
sehingga menyentuh langsung sektor riil. keharusan mengaitkan sektor moneter dan
riil.
3. Mendorong percepatan arus barang, Tidak mendorong percepatan arus barang.
mendorong produktivitas dan Karena tidak mewajibkan adanya barang,
entrepreneurship, yang pada gilirannya tidak mendorong produktivitas yang pada
meningkatkan employment. akhirnya menciptakan unemployment.
4. Pertukaran barang dengan uang. Pertukaran uang dengan uang.

2
Nurul Huda dan Muhammad Heykal.loc.cit.,hlm.45.
6
5. Margin tidak berubah. Bunga berubah sesuai tingkat bunga.
6. Akan jual beli dan memenuhi rukun jual Tidak ada akad jual beli, tetapi langsung
beli. sebagai komoditas.
7. Bila macet, tidak ada bunga berbunga. Terjadi compound interest.
8. Jika nasabah tidak mampu membayar, tidak Denda/bunga.
ada denda (Q.S al-baqarah/2:283).
9. Jika nasabah dinilai mampu, akan tetapi Denda/bunga berbunga cenderung
tidak membayar, dikenakan denda untuk mendzolimi/eksploitasi, tidak mendidik dan
mendidik. Dananya untuk sosial, bukan denda bunga menjadi pendapatan bank.
pendapatan bank.
10. Terjadi pemindahan kepemilikan, barang Tidak ada pemindahan kepemilikan.
sekaligus menjadi jaminan.
11. Tidak membuka jalan spekulasi. Bunga membuka peluang atau menjadi
lahan spekulasi
12. Sah, halal dan penuh berkah. Tidak sah, haram, dan jauh dari berkah serta
mendapat laknat.
13. Uang sebagai alat (purchasing power). Over supply of money (inflasi dan valuasi).

2.5 Pembiayaan murabahah

Murabahah yaitu transaksi jual beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. harga jual adalah harga
beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).

Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. harga jual
dicantumkan dalam pangkat jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad.

Dalam perbankan, murabahah selalu dikaitkan dengan pembayaran cicilan (bi tsaman Ajil
atau muajjal). dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara Tangguh atau cicilan3. meskipun tidak dilarang untuk membayar secara tunai

3
Adiwarman A.karim.Op.cit.,hlm.98
7
(naqdan). sistem ini biasanya dilakukan untuk pembayaran barang-barang investasi seperti
melalui letter of credit (L/C) dan pembiayaan persediaan sebagai modal kerja.

2.6 Berakhirnya akad murabahah

A. Berakhirnya akad apabila kewajiban para mitra akad telah dipenuhi, dalam hal ini
adalah:4

1. Harga jual telah diketahui dan dipenuhi seluruhnya


2. wajibnya membayar harga jual murabahah melalui transfer kewajiban kepada pihak ketiga
(akad hiwalah)
3. Pemberian potongan dimaksudkan agar bank dapat melepaskan hak untuk memperoleh hak
menerima pembayaran
4. Bank memberi potongan margin

B. Akad murabahah diakhiri bila terjadi hal-hal berikut:

1. Bank sebagai penjual dengan uang muka yang dibayar nasabah memutuskan agar tidak
melanjutkan kontrak dalam waktu tertentu karena hal tertentu
2. Bank menggunakan hak pilih untuk tidak melanjutkan kontrak karena ada sesuatu yang
mengharuskan batal akad masing-masing pihak ingin mengakhiri akad
3. Pemutusan sepihak (hal ini biasa dilakukan oleh nasabah, namun bisa saja dari bank jika
track record nasabah buruk.

Apabila terjadi sengketa, aset murabahah dikembalikan lagi kepada pihak bank dan semua
pembayaran angsuran yang telah dilakukan nasabah harus dikembalikan kepadanya, kontrak
akan berakhir saat asset secara efektif dikembalikan. pengaturan ini harus mengutamakan
musyawarah mufakat agar tidak ada yang merasa dirugikan.

Apabila musyawarah belum bisa mendapat keputusan yang disepakati maka dilakukan
penyelesaian cara lain seperti medasi perbankan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku, namun jika cara ini masih belum mencapai kata sepakat dilakukan penyelesaian

4
Analisis penerapan akad murabahah kontemporer pada bank syariah mandiri branch office barabai, hlm.103
8
sengketa oleh badan arbitrase syariah dan putusan atau eksekusi akan diberikan pengadilan
agama.

2.7 Murabahah dalam kegiatan ekonomi kontemporer

Lahirnya perbankan syariah membawa dampak positif pada masyarakat yang


menginginkan transaksinya bebas dari riba, ketidakjelasan. untuk alasan inilah mengapa lahir
bank syariah, lebih dalam dari kelahirannya sudah dengan alasan yang berdasarkan prinsip-
prinsip syariah maka tentu dalam penggunaan akad didalam produk-produknya ada alasan-
alasan yang mendasari kenapa dan mengapa produk tersebut diluncurkan kepada masyarakat.

Salah satunya akad mudharabah yang digunakan yaitu dalam pendanaan, seperti tabungan
dan deposito, ijarah/ ujrah yang digunakan dalam pembiayaan talangan umrah dan akad
murabahah yang dipakai bank syariah dalam akad pembiayaan.

Penerapan akad murabahah apabila dianalisis melalui maqasyid syariah maka termasuk
pada bentuk hifz al-mal (memelihara harta), pertama dalam peringkat dharuriyyat bank syariah
menyediakan fasilitas bagi umat untuk berakatifitas ekonomi yang terhindar dari riba, gharar,
maysir dan cara-cara tidak sah lainnya, kedua untuk peringkat hajjiyat menyediakan fasilitas
pembiayaan dengan akad jual beli dan untuk peringkat ketiga yaitu tahsiniyat, bank syariah
telah berupaya menghindarkan diri dari penipuan dan telah melaksanakan etika bisnis yang
benar, hal ini terlihat pada kontrak yang telah memuat penjelasan-penjelasan yang diperlukan
nasabah seperti harga beli, harga jual, keuntungan dan lain-lain.5

Akad murabahah kontemporer pada bank syariah merupakan suatu maslahah untuk
kebaikan bersama, karena dengan era perkembangan zaman seperti sekarang, waktu dan
teknologi yang cepat, maka akad murabahah kontemporer ini dikategorikan pada maslahah
mursalah hajiyah yang mana merupakan sebuah jalan keluar bagi masyarakat yang ingin
transaksi keuangannya terbebas dari unsur-unsur riba, gharar maupun maysir, akad ini dapat
juga dikatakan merupakan pilihan untuk masyarakat muslim agar bisa memilih apakah ingin
bertransaksi dengan bank konvensional ataukah bertransaksi pada bank syariah, hal ini
merupakan bentuk dari maslahah tahsiniyyah

5
Moh Mufid, ushul fiqih ekonomi dan keuangan kontemporer dari teori ke aplikasi hal.174-175

9
Contoh kasus pertama

1) Menggunakan akad murabahah, harga kendaraan adalah Rp. 10.000.000,- ,harga jualnya
menjadi Rp. 12.000.000,- dengan sistem pembayaran diangsur selaman 12 bulan. Jadi
pembayaran perbulannya adalah Rp.1.000.000,- dan didalam transaksi ini disebutkan
bahwa akad yang dipakai adalah jual beli.
2) Menggunakan bunga, harga asal barang sebesar Rp.10.000.000,- dengan angsuran 12
kali dengan bunga 20%/tahun, jadi pembayaran perbulannya sebesar Rp.1.000.000,-,

Kedua cara tersebut terlihat tidak memiliki perbedaan, namun dengan akad murabahah
transaksi yang digunakan sudah jelas bahwa jual beli, harga penjualan sudah ditetapkan
diawal yaitu Rp.12.000.000,- serta keuntungan juga diketahui jumlahnya yaitu 2 juta. Dan jika
nantinya transaksi ini terjadi kemacetan pembayaran menjadi 15 bulan, maka harga penjualan
juga tidak berubah, sedangkan cara pembayaran menggunakan bunga terdapat adanya
ketidakpastian harga dan apabila terjadi keterlambatan pembayaran menjadi 15 bulan maka
harga penjualan juga berubah menjadi 12,5 juta karena perhitungan bunga yang berubah yaitu
25%/15 bulan, disitulah gambaran mengenai perbedaan margin dengan bunga.

Ciri yang mendasar dari pembiayaan ini yang paling utama adalah bahwa barang harus ada
dan sudah dalam dibawah pengawasan bank syariah selama transaksi murabahah dengan
nasabah belum selesai.

Contoh kasus kedua

Salwa akan berencana membuka usaha pempek. Setelah menghitung perkiraan modal awal
yang masuk ke dalam planning , dia mengetahui bahwa rencananya tersebut memerlukan modal
yang cukup banyak. Uang yang dimiliki salwa ternyata tidak cukup untuk dijadikan modal
untuk bisnis tersebut. Untuk menutupi kekurangan modal yang dibutuhkan, akhirnya dia
memutuskan untuk meminjam dana kepada bank syariah sebesar Rp 50.000.000,00. Bank
syariah pun menawarkan dana seperti yang diminta untuk digunakan modal usaha dengan
perjanjian bagi hasil, yaitu Salwa sebagai pengelola modal akan mendapat keuntungan sebesar
60% dan bank syariah yang memberikan modal akan mendapat keuntungan sebesar 40%
dengan jangka waktu pengembalian setahun. Dan kedua belah pihak sepakat, saat penghitungan
keuntungan Salwa mendapat keuntungan sebesar Rp 60.000.000,00, pembagian hasil salwa
memperoleh 60% keuntungan sebesar Rp 36.000.000,00. Sementara pihak bank yang berhak

10
atas 40% keuntungan memperoleh uang bagi hasil sebesar Rp 24.000.000. Akhirnya Salwa
mengembalikan total pinjaman ditambah keuntungan kepada bank sebesar Rp 74.000.000.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan


bahwa akad bai’ al- Murabahah di dalam praktik perbankan syari’ah bukan termasuk bai’
Al-‘inah, bai’ al-ma’dum, bai’atâni fi bai’ah atau hîlah untuk mengambil riba. Bai’ al-
Murabahah termasuk jual-beli yang dibolehkan, yaitu jual-beli barang dengan harga yang pasti
(harga pokok plus margin keuntungan) yang harus dibayar oleh pembeli (nasabah) pada saat
jatuh tempo yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain akad bai’ al- Murabahah hukumnya
sah (diperbolehkan).

Penerapan pembiayaan Murabahah mengalami perkembangan yang cukup signifikan mulai


dari jual beli yang dilaksanakan oleh dua pihak secara langsung dan dilakukan secara kontan
dengan menetapkan jumlah margin yang diinginkan dengan adanya transparansi yang sangat
jelas (Hanafiyyah dan Malikiyyah), kemudian murabahah yang filakukan oleh tiga pihak
dimana pembeli yang menetapkan margin yang akan diberikan pada penjual namun masih
bersifat pribadi/perorangan belum melibatkan lembaga keuangan dan transaksi masih dilakukan
secara kontan (Imam Syafi’i), serta Murabahah yang telah melibatkan tiga pihak dan dilakukan
pembayaran secara tempo (Hanabilah), yang semuanya pada masa klasik ini diberikan
persyaratan‐persyaratan yang sangat ketat oleh para ulama seperti adanya hak khiyar,
kepemilikan barang secara penuh oleh penjual, dan lain‐lain, sampai masa kontemporer
perkembangan pembiayaan Murabahah yang dilakukan oleh tiga pihak dengan melibatkan
lembaga keuangan seperti perbankan syari’ah dan pembayaran di lakukan secara cicil dan
tempo.

Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah dapat dilakukan langsung oleh si penjual dan si
pembeli tanpa melalui pesanan. Akan tetapi, murabahah dapat pula dilakukan dengan cara
melakukan pemesanan terlebih dahulu. Pihak bank memperoleh keuntungan jual beli yang
disepakati bersama. melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk
memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih
dulu. dengan kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank pengadaan barang
tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

A.Karim, Adiwarman. 2001. Ekonomi Islam: Suatu Kajian kontemporer. Jakarta: gema insani Indonesia.

Gemala dewi et al. Op.cit

Nurul Huda dan Muhammad Heykal.loc.cit

Analisis penerapan akad murabahah kontemporer pada bank syariah mandiri branch office barabai

Moh Mufid, ushul fiqih ekonomi dan keuangan kontemporer dari teori ke aplikasi

13

Anda mungkin juga menyukai