Dibuat Oleh :
Aditya Dwi Saputra (2120602061)
Salwa Salsabila (2120602113)
Dosen Pengampu:
DR ,MAFTUKHATUSOLIKHAH, M.Ag.
1
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................5
2.1 Pengertian Murabahah................................................................5
2.2 Dasar hukum Murabahah...........................................................5
2.3 Syarat dan rukun Murabahah.....................................................6
2.4 Perbedaan jual beli Murabahah dengan bunga...........................6
2.5 Pembiayaan Murabahah.............................................................7
2.6 Berakhirnya akad murabahah.....................................................8
2.7 Murabahah dalam kegiatan ekonomi kontemporer....................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................11
3.1 Kesimpulan.................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Kuasa atas segala limpahan Rahmat
dan Karunia-nya saya masih diberi Kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
untuk memahami lebih lanjut tentang murabahah dalam kegiatan ekonomi kontemporer.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan saya yang
masih amat sangat kurang memumpuni dan lebih banyak dibantu dengan Jurnal dan juga
sumber dari Internet. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
Terima Kasih kepada :
1. Ibu DR ,MAFTUKHATUSOLIKHAH, M.Ag. selaku Dosen pengampuh mata kuliah
fiqh muamalah kontemporer.
2. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Dan tidak lupa kepada teman-teman saya tercinta yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Murabahah atau disebut juga ba’bitsmanil ajil. Kata murabahah berasal dari kata ribhu
(keuntungan). Sehingga murabahah berarti saling menguntungkan. Secara sederhana murabahah
berarti jual beli barang ditambah keuntungan yang disepakati.
Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan saling menguntungkan
yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli
dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembalian dilakukan secara tunai
atau angsur.
Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak
lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan
atau tambahan harga yang transparan1. Atau singkatnya jual beli murabahah adalah akad jual
beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena
dalam murabahah ditentukan berapa required rate profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).
Murabahah adalah suatu jenis jual beli yang dibenarkan oleh Syariah dan merupakan
implementasi muamalah tijariyah (interaksi bisnis). Hal ini merupakan berdasarkan kepada Q.S
al-baqarah/2:275 “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
1
Gemala dewi et al. Op.cit.,hlm.11.
5
2.3 Syarat dan rukun murabahah
Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak kepemilikan
telah berada di tangan si penjual). Artinya, keuntungan dan resiko barang tersebut ada
pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang telah timbul dari akad yang
sah. Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, Apa keuntungan yang terkait dengan risiko
dapat mengambil keuntungan.
2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya lain yang lazim
dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas, semuanya harus diketahui oleh
pembeli saat transaksi. Ini merupakan suatu syarat sah murabahah.
3. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal maupun persentase
sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah.
4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli untuk
menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu
tidak diterapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual di samping
untuk menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya.
2
Nurul Huda dan Muhammad Heykal.loc.cit.,hlm.45.
6
5. Margin tidak berubah. Bunga berubah sesuai tingkat bunga.
6. Akan jual beli dan memenuhi rukun jual Tidak ada akad jual beli, tetapi langsung
beli. sebagai komoditas.
7. Bila macet, tidak ada bunga berbunga. Terjadi compound interest.
8. Jika nasabah tidak mampu membayar, tidak Denda/bunga.
ada denda (Q.S al-baqarah/2:283).
9. Jika nasabah dinilai mampu, akan tetapi Denda/bunga berbunga cenderung
tidak membayar, dikenakan denda untuk mendzolimi/eksploitasi, tidak mendidik dan
mendidik. Dananya untuk sosial, bukan denda bunga menjadi pendapatan bank.
pendapatan bank.
10. Terjadi pemindahan kepemilikan, barang Tidak ada pemindahan kepemilikan.
sekaligus menjadi jaminan.
11. Tidak membuka jalan spekulasi. Bunga membuka peluang atau menjadi
lahan spekulasi
12. Sah, halal dan penuh berkah. Tidak sah, haram, dan jauh dari berkah serta
mendapat laknat.
13. Uang sebagai alat (purchasing power). Over supply of money (inflasi dan valuasi).
Murabahah yaitu transaksi jual beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. harga jual adalah harga
beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. harga jual
dicantumkan dalam pangkat jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad.
Dalam perbankan, murabahah selalu dikaitkan dengan pembayaran cicilan (bi tsaman Ajil
atau muajjal). dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara Tangguh atau cicilan3. meskipun tidak dilarang untuk membayar secara tunai
3
Adiwarman A.karim.Op.cit.,hlm.98
7
(naqdan). sistem ini biasanya dilakukan untuk pembayaran barang-barang investasi seperti
melalui letter of credit (L/C) dan pembiayaan persediaan sebagai modal kerja.
A. Berakhirnya akad apabila kewajiban para mitra akad telah dipenuhi, dalam hal ini
adalah:4
1. Bank sebagai penjual dengan uang muka yang dibayar nasabah memutuskan agar tidak
melanjutkan kontrak dalam waktu tertentu karena hal tertentu
2. Bank menggunakan hak pilih untuk tidak melanjutkan kontrak karena ada sesuatu yang
mengharuskan batal akad masing-masing pihak ingin mengakhiri akad
3. Pemutusan sepihak (hal ini biasa dilakukan oleh nasabah, namun bisa saja dari bank jika
track record nasabah buruk.
Apabila terjadi sengketa, aset murabahah dikembalikan lagi kepada pihak bank dan semua
pembayaran angsuran yang telah dilakukan nasabah harus dikembalikan kepadanya, kontrak
akan berakhir saat asset secara efektif dikembalikan. pengaturan ini harus mengutamakan
musyawarah mufakat agar tidak ada yang merasa dirugikan.
Apabila musyawarah belum bisa mendapat keputusan yang disepakati maka dilakukan
penyelesaian cara lain seperti medasi perbankan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku, namun jika cara ini masih belum mencapai kata sepakat dilakukan penyelesaian
4
Analisis penerapan akad murabahah kontemporer pada bank syariah mandiri branch office barabai, hlm.103
8
sengketa oleh badan arbitrase syariah dan putusan atau eksekusi akan diberikan pengadilan
agama.
Salah satunya akad mudharabah yang digunakan yaitu dalam pendanaan, seperti tabungan
dan deposito, ijarah/ ujrah yang digunakan dalam pembiayaan talangan umrah dan akad
murabahah yang dipakai bank syariah dalam akad pembiayaan.
Penerapan akad murabahah apabila dianalisis melalui maqasyid syariah maka termasuk
pada bentuk hifz al-mal (memelihara harta), pertama dalam peringkat dharuriyyat bank syariah
menyediakan fasilitas bagi umat untuk berakatifitas ekonomi yang terhindar dari riba, gharar,
maysir dan cara-cara tidak sah lainnya, kedua untuk peringkat hajjiyat menyediakan fasilitas
pembiayaan dengan akad jual beli dan untuk peringkat ketiga yaitu tahsiniyat, bank syariah
telah berupaya menghindarkan diri dari penipuan dan telah melaksanakan etika bisnis yang
benar, hal ini terlihat pada kontrak yang telah memuat penjelasan-penjelasan yang diperlukan
nasabah seperti harga beli, harga jual, keuntungan dan lain-lain.5
Akad murabahah kontemporer pada bank syariah merupakan suatu maslahah untuk
kebaikan bersama, karena dengan era perkembangan zaman seperti sekarang, waktu dan
teknologi yang cepat, maka akad murabahah kontemporer ini dikategorikan pada maslahah
mursalah hajiyah yang mana merupakan sebuah jalan keluar bagi masyarakat yang ingin
transaksi keuangannya terbebas dari unsur-unsur riba, gharar maupun maysir, akad ini dapat
juga dikatakan merupakan pilihan untuk masyarakat muslim agar bisa memilih apakah ingin
bertransaksi dengan bank konvensional ataukah bertransaksi pada bank syariah, hal ini
merupakan bentuk dari maslahah tahsiniyyah
5
Moh Mufid, ushul fiqih ekonomi dan keuangan kontemporer dari teori ke aplikasi hal.174-175
9
Contoh kasus pertama
1) Menggunakan akad murabahah, harga kendaraan adalah Rp. 10.000.000,- ,harga jualnya
menjadi Rp. 12.000.000,- dengan sistem pembayaran diangsur selaman 12 bulan. Jadi
pembayaran perbulannya adalah Rp.1.000.000,- dan didalam transaksi ini disebutkan
bahwa akad yang dipakai adalah jual beli.
2) Menggunakan bunga, harga asal barang sebesar Rp.10.000.000,- dengan angsuran 12
kali dengan bunga 20%/tahun, jadi pembayaran perbulannya sebesar Rp.1.000.000,-,
Kedua cara tersebut terlihat tidak memiliki perbedaan, namun dengan akad murabahah
transaksi yang digunakan sudah jelas bahwa jual beli, harga penjualan sudah ditetapkan
diawal yaitu Rp.12.000.000,- serta keuntungan juga diketahui jumlahnya yaitu 2 juta. Dan jika
nantinya transaksi ini terjadi kemacetan pembayaran menjadi 15 bulan, maka harga penjualan
juga tidak berubah, sedangkan cara pembayaran menggunakan bunga terdapat adanya
ketidakpastian harga dan apabila terjadi keterlambatan pembayaran menjadi 15 bulan maka
harga penjualan juga berubah menjadi 12,5 juta karena perhitungan bunga yang berubah yaitu
25%/15 bulan, disitulah gambaran mengenai perbedaan margin dengan bunga.
Ciri yang mendasar dari pembiayaan ini yang paling utama adalah bahwa barang harus ada
dan sudah dalam dibawah pengawasan bank syariah selama transaksi murabahah dengan
nasabah belum selesai.
Salwa akan berencana membuka usaha pempek. Setelah menghitung perkiraan modal awal
yang masuk ke dalam planning , dia mengetahui bahwa rencananya tersebut memerlukan modal
yang cukup banyak. Uang yang dimiliki salwa ternyata tidak cukup untuk dijadikan modal
untuk bisnis tersebut. Untuk menutupi kekurangan modal yang dibutuhkan, akhirnya dia
memutuskan untuk meminjam dana kepada bank syariah sebesar Rp 50.000.000,00. Bank
syariah pun menawarkan dana seperti yang diminta untuk digunakan modal usaha dengan
perjanjian bagi hasil, yaitu Salwa sebagai pengelola modal akan mendapat keuntungan sebesar
60% dan bank syariah yang memberikan modal akan mendapat keuntungan sebesar 40%
dengan jangka waktu pengembalian setahun. Dan kedua belah pihak sepakat, saat penghitungan
keuntungan Salwa mendapat keuntungan sebesar Rp 60.000.000,00, pembagian hasil salwa
memperoleh 60% keuntungan sebesar Rp 36.000.000,00. Sementara pihak bank yang berhak
10
atas 40% keuntungan memperoleh uang bagi hasil sebesar Rp 24.000.000. Akhirnya Salwa
mengembalikan total pinjaman ditambah keuntungan kepada bank sebesar Rp 74.000.000.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah dapat dilakukan langsung oleh si penjual dan si
pembeli tanpa melalui pesanan. Akan tetapi, murabahah dapat pula dilakukan dengan cara
melakukan pemesanan terlebih dahulu. Pihak bank memperoleh keuntungan jual beli yang
disepakati bersama. melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk
memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih
dulu. dengan kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank pengadaan barang
tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
A.Karim, Adiwarman. 2001. Ekonomi Islam: Suatu Kajian kontemporer. Jakarta: gema insani Indonesia.
Analisis penerapan akad murabahah kontemporer pada bank syariah mandiri branch office barabai
Moh Mufid, ushul fiqih ekonomi dan keuangan kontemporer dari teori ke aplikasi
13