Disusun Oleh :
Kelas Manajemen A- SR (Pemasaran)
Puji syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan selesainya makalah yang memaparkan tentang Bunga dan Riba dalam Islam,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, antara lain :
1. Bapak Heri Arifuddin, SE., MM selaku Dosen Mata Kuliah Ekonomi Islam.
2. Teman-teman, serta pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga atas jerih payah dan sumbangsih pemikirannya diterima oleh Allah SWT.
Amin, dan penulis berharap, semoga makalah ini, bagi pembaca dapat dijadikan sebagai
sumber bacaan yang berguna untuk menambah ilmu pengetahuan Ekonomi Islam.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
penulisan selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan..................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bunga...................................................................................................................3
2.2 Pengertian Riba......................................................................................................................3
2.3 Macam Dan Bentuk Dari Riba...............................................................................................3
2.4 Pandangan Islam Terhadap Bunga Dan Riba.........................................................................4
BAB III.................................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
3.2 Saran......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1960-an perbincangan mengenai larangan riba bunga bank semakin naik
ke permukaan setidaknya terdapat dua pendapat yang mendasar mengenai masalah riba.
Pendapat pertama berasal dari ulama yang mengadopsi para fuqaha tentang riba
sebagaimana yang tertuang dalam ilmu fiqih.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa larangan riba dipahami sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan upaya eksploitasi ekonomi yang berdampak pada rugianya
keuangan di masyarakat yang bersangkutan. Kontroversi bunga bank konvensional masih
menjadi wacana di masyarakat dikarenakan bunga bank yang diberikan oleh bank
konvensional merupakan sesuatu yang diharamkan MUI sehingga pada tahun 2003 lalu,
lahirlah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI mengenai larangan riba. Untuk mendudukkan
kontroversi bunga bank dan riba secara tepat diperlukan pemahaman yang mendalam,
baik tentang seluk-beluk bunga maupun dari akibat yang ditimbulkan karena berlakunya
sistem bunga dalam perekonomian dan dengan membaca tanda-tanda serta arah yang
dimaksud tentang riba dalam Alquran dan hadis
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman.) Pendapat lain menyatakan interest yaitu sejumlah uang yang
dibayar atau dikalkulasikan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya
dinyatakan dengan satu tingkat atau peersentase modal yang bersangkut-paut dengan itu
yang dinamakan suku bunga modal. Dalam sistem ekonomi konvensional, bunga
merupakan harga uang (priceofcapital). Dimana dalam literatur-literatur ekonomi moneter
banyak disebutkan bahwa tinggi rendahnya permintaan dan penawaran akan uang
tergantung pada tingkat tingkat bunga. Dalam mekanisme ini bunga akan memiliki
perilaku seperti harga sebagaimana pada pasar barang. Pada masa sekarang, masyarakat
dihadapkan pada masalah bank, yang dalam prakteknya memberlakukan sistem bunga
pada siapa saja yang terlibat transaksi di dalamnya. Melakukan transaksi dengan bank
sama melakukan perbuatan riba.
1
Akan tetapi, di masa sekarang ini bunga bank menjadi suatu permasalahan yang tidak
dapat dihindari oleh banyak orang yang melakukan tindakan ekonomi, khususnya yang
bergerak dalam bidang perbankan. Persoalan halal tidaknya bunga bank sebagai
instrumen keuangan sudah merupakan hal yang kontroversial dalam dunia Islam sejak
lama. Kontroversi tersebut berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang
melarang praktekriba. Berdasarkan penafsirannya, ada sebagian kaum muslimin yang
menyimpulkan bahwa kontrak pinjaman adalah perbuatan yang tidak bermoral, tidak saha
dan haram. Keberadaan Perbankan Islam dirancang untuk terbinanya hubungan
kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagai hasil usaha antara pemilik
modal yang menyimpan uangnya dibank selaku pengelola dana dari masyarakat yang
membutuhkan dana yang bisa berstatus peminjam dana atau pengelola usaha. Oleh karena
itu dari dulu sampai sekarang masih belumada katafinal dalam penyelesaian status hukum
riba dan bunga bank yang disepakati olehseluruh pihak.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dijabarkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah Yang Dimaksud Dengan Bunga ?
2. Apakah Yang Dimaksud Dengan Riba ?
3. Apa Saja Macam Dan Bentuk Dari Riba ?
4. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Bunga Dan Riba ?
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penulis yang ingin dicapai dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan riba.
3. Mengetahui macam dan bentuk dari riba.
4. Mengetahui pandangan islam tentang bunga dan riba.
Sesuai dengan tujuan penulisan diatas maka manfaat penulis yaitu, Memberikan
pengetahuan lebih kepada teman -teman tentang materi yang disampaikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut syari’ah riba yaitu merajut pada “premi” yang harus dibayarkan oleh peminjam
kepada yang memberikan pinjaman bersama dengan jumlah pokok utang sebagai syarat
pinjaman atau untuk perpanjangan waktu pinjaman.
3
2. Riba jahiliyah : yaiut utang yang di bayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak
mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Contoh riba jahilliyah adalah
peminjaman uang sebesar Rp20 juta rupiah dengan ketentuan waktu pengembalian 6
bulan. Jika tidak dapat membayarkan secara tepat waktu, maka akan ada tambahan utang
dari total pinjaman.
Sedangkan riba jual-beli terbagi menjadi dua pula, yaitu:
1. Riba Yad : Pada jenis ini, riba adalah hasil transaksi jual-beli dan juga penukaran barang
yang menghasilkan riba maupun non ribawi. Namun, waktu penerimaan serah terima
kedua barang tersebut mengalami penundaan. Contoh riba yad dalam kehidupan sehari-
hari yaitu penjualan motor dengan harga Rp12 juta jika dibayar secara tunai dan Rp15
juta melalui kredit. Baik pembeli maupun penjual tidak menetapkan berapa nominal yang
harus dilunaskan hingga transaksi berakhir.
2. Riba Fadhl : Pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan ini termasuk dalam jenis barang ribawi. Contoh
riba pada jenis ini yaitu penukaran uang Rp100 ribu dengan pecahan Rp2 ribu, akan
tetapi totalnya 48 lembar saja, sehingga jumlah nominal uang yang diberikan hanya
Rp96 ribu. Selain itu juga penukaran emas 24 karat menjadi 18 karat.
3. Riba Nasi’ah : Penagguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena
adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan
yang diserahkan kemudian. Contoh riba nasi’ah yaitu penukaran emas 24 karat oleh dua
pihak berbeda. Saat pihak pertama telah menyerahkan emasnya, namun pihak kedua
mengatakan akan memberikan emas miliknya dalam waktu satu bulan lagi. Hal ini
menjadi riba karena harga emas dapat berubah kapan saja.
Dalam kehidupan seperti sekarang ini, umat islam hampir tidak bisa menghindari diri
dari bermuamalah dengan bank konvensional yang memakai system bunga dalam segala
aspek kehidupannya termasuk kehidupan agamanya terutama dalam kehidupan ekonomi.
Juga tidak bisa dipungkiri bahwa Negara Indonesia belum bisa lepas dari bank-bank
konvensional yang berorientasi pada bank-bank internasional dan tentunya menggunakan
suku bunga dalam berbagai transaksi, dan hingga saat ini pula masih banyak terjadi
perbedaan pendapat dikalangan para ulama muslim tentang keharaman serta kehalalan riba
itu sendiri.
4
Riba merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang sejak zaman
jahiliyah hingga sekarang. Kehidupan masyarakat telah terbelenggu oleh system
perekonomian yang membiarkan praktek bunga berbunga. System pinjam meminjam yang
berlandaskan bunga ini sangat menguntungkan kaum pemilik modal dan disisi lain telah
menjurumuskan kaum dhufa pada kemalaratan, hal ini secara keras ditentang atau dilarang
oleh ajaran islam yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Pada saat ini sebagian masyarakat masih menganggap bank (konvensional) sebagai
solusi untuk membantu memecahkan masalah perekonomiannya tetapi pada kenyataannya
bank tidak membantu kepada masyarakat yang membutuhkannya tetapi malah mencekiknya
atau merugikannya dengan system bunga tersebut. Sehingga dari permasalahan tersebut
muncullah bank yang berlabel islam disana tidak ada praktik bunga tetapi yang ada hanya
system bagi hasil. Pendapat ulama tentang Bunga dan Riba :
Mengenai bank dan pembungaan uang, lajnah memutuskan masalah tersebut melalui
beberapa kali siding. Menurut lajnah, hukum bank dan hukum bunganya sama seperti hukum
gadai. Terdapat tiga pendapat para ulama sehubung dengan masalah ini:
5
3. Syubhat (tidak tentu halal haramnya), sebab para ahli hukum berselisih pendapat
tentangnya.
Meskipun ada perbedaan pandangan, lajnah memutuskan bahwa (pilihan) yang lebih
berhati-hati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah haram.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang yang
diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan
pokok tersebut berdasarkan tempo waktu yang diperhitungkan secara pasti
dimuka, dan pada umumnya berdasarkan presentase. berarti tambahan atau
kelebihan meskipun sedikit, atas jumlah pokok yang yang
dipinjamkan. Pengertian riba secara teknis menurut para fuqaha adalah
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil baik dalam utang
piutang maupun jual beli.
2. Riba dikelompokkan menjadi dua yaitu riba utang-piutang dan riba jual beli. Riba
utang-piutang meliputi riba qardl dan riba jahiliyah sedangkan riba jual-beli
meliputi riba yad, riba fadhl dan riba nasi’ah.
3. Riba merupakan sebagian dari kegiatan ekonomi yang telah berkembang sejak
zaman jahiliyah hingga sekarang. Kehidupan masyarakat telah terbelenggu oleh
system perekonomian yang membiarkan praktek bunga berbunga. System pinjam
meminjam yang berlandaskan bunga ini sangat menguntungkan kaum pemilik
modal dan disisi lain telah menjurumuskan kaum dhufa pada kemalaratan, hal ini
secara keras ditentang atau dilarang oleh ajaran islam yang dijelaskan dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
3.2 Saran
Sebaiknya para nasabah melakukan transaksi peminjaman uang dibank yang
bersyariatkan islami dan tidak membebankan nasabah dengan bungah besar. Namun
dalam pelaksanaanya harus diawasi dengan ketat oleh dewan pengawas syari’ah.
sehingga kelahiran bank syariah tersebut sesuai dengan tujuannya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Kalsum, Ummi. (2014). Riba Ban Bunga Bank Dalam Islam,7 (2), 68-80.
Rahim, Abdul. (2021). Konsep Bunga Dan prinsip Ekonomi Islam Dalam Perbankan
Syariah,1 (2), 187-198
OCBC NISP. (2021). Mengenal Lima Jenis Riba Contoh Dan Hukumnya Dalam Islam.
Diakses pada 25 Mei 2022, dari https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/25/riba-adalah
Chapra, U. (2001). Masa Depan Ilmu Ekonomi (sebuah tinjauan Islam). Jakarta: Gema Insani
Press.
Ikhwan Basri. 2009. Tazkia Cendekia. – Jakarta, Indonesia. All rights reserved. Situs ini
dikelola dan dikembangkan oleh Tazkia Group
Mustafa Edwin Nasution dkk. 2010. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta Kencana.
2010.
M. Nur. Rianto al-Arif. M.Si dan Dr. Euis Amalia, M.Ag. 2014. Teori Mikroekonomi. Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII. 2008. Ekonomi Islam. PT
Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Qardahawi, Syeikh Yusuf. 1997. Pesan Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakarta.
Robbani Press.
Rahman, A. al. (1995). Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
http://ihsanamirul.blogspot.com/2012/06/teori-konsumsi-dalam-ekonomi-islam.html
(diakses pada Sabtu, 16 April 2022 jam 20:00)
8
9