Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BUNGA BANK DALAM BINGKAI EKONOMI SYARIAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ANJELINA (10120190097)

RASTI PEBRY (10120190098)

FISNAWATI MUSRIF (10120190099)

INAYATUL DZIHNI (10120190107)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kenikmatan ilmu
pengetahuan, dan kesehatan. Karena dengan kenikmatan tersebut penulis dapat
menyelesaikan susunan makalah ini dengan judul “BUNGA BANK DALAM BINGKAI
EKONOMI SYARIAH”

Kalimat Alhamdulillah patut dihaturkan kepada sang pemilik keabadian dan


kesempurnaan, Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan,
khususnya bagi calon pendidikan yang nantinya akan berperang penting dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar sekaligus yang akan membentuk karakteristik peserta didik.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian bunga bank .................................................................................................... 2
B. Hukum bunga bank dalam bingkai ekonomi syari’ah .................................................... 3
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP.................................................................................................................................. 7
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 7
B. Saran ............................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk
dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas dalam syari’at Islam. Allah
telah menurunkan rezeki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusiia dengan cara yang
telah dihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan yang mengandug riba.
Diskursus mengenai riba dapat dikatakan telah “klasik” baik dalam perkembangan
pemikiran Islam maupun dalam peradaban Islam karena riba merupakan permasalahan yang
pelik dan sering terjadi pada masyarakat, hal ini disebabkan perbuatan riba sangat erat
kaitannya dengan transaksi-transaksi dibidang perekonomian (dalam Islam disebut kegiatan
muamalah) yang sering dilakukan oleh manusia dalam aktifitasnya sehari-hari.
Allah SWT menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan riba, disebabkan riba
mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan orang lain, hal ini mengacu pada
Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma’para ulama. Bahkan dapat dikatakan tentang
pelarangannya sudah menjadi aksioma dalam ajaran agama Islam.
Beberapa pemikir Islam berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai sesuai yang
tidak bermoral akan tetapi merupakan sesuatu yang menghambat aktifitas perekonomian
masyarakat, sehingga orang kaya semakin kaya sedangkan orang miskin akan Al-Qur’an
mengatur kita dalam melengkapi kebutuhan materi, bagaimana kita memperoleh materi, jelas
kita harus bertransaksi dengan orang lain, misalnya melakukan utang-piutang, dalam Al-
Qur’an jelas memberikan kita rambu-rambu agar kita tidak melakukan riba, karena transaksi
jika disertai dengan bunga utang maka salah satu pihak dirugikan dan tidak sesuai dengan
aturan ajaran Islam.
Memang masalah riba yang marak dibicarakan hanyalah tentang bunga bank, hingga saat
ini pun masalah bunga bank masih di bahas baik dilingkungan akademis hingga nasional, ini
dikatakan masih ada perbedaan tentang status bunga bank. Dalam hal ini ada tiga pendapat
yang berbeda: pertama, menghramkan semua jenis bunga. Kedua, mengharamkan bunga
yang berlipat ganda saja. Ketiga, membolehkan bunga atas dasar kepentingan atau alasan
yang darurat.
Islam mengatur keseimbangan antara kehidupan yang sekarang dan yang akan datang.
Dengan alasan diatas maka penulis memberi dengan judul “BUNGA BANK DALAM
BINGKAI EKONOMI SYARIAH”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang menyangkut
pembahasan di atas :
1. Apa pengertian bunga bank?
2. Apa hukum bunga bank dalam bingkai ekonomi syari’ah?

C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan makalah ini ialah :

1. Untuk mengetahui pengertian bunga bank


2. Untuk mengetahui hukum bunga bank dalam bingkai ekonomi syari’ah

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian bunga bank
Bank adalah badan yang memberikan jasa penyimpanan uang, pengiriman uang, serta
permintaan dan penawaran kredit. Kegiatan yang dilakukan bank antara lain : menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan sebagainya, menyalurkan dana
masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam menjalankan usahanya, bank menerapkan prinsip
bunga. Yang dimaksud adalah bank memberikan bunga kepada nasabah yang menyimpan
uangnya dan mengenakan bunga kepada masyarakat yang mengambil kredit. Sedangkan
bunga sendiri adalah keuntungan yang diberikan kepada pemilik modal dengan tingkat
tertentu sesuai kebijakan yang berlaku. Yang dimaskud dengan pemilik modal adalah
nasabah (untuk dana simpanan) dan bank (untuk transaksi kredit). Bank-bank di Indonesia
menganut prinsip bunga floating rate, dimana tingkat bunga sering berubah-ubanh sesuai
dengan ketentuan BI rate yang ditetapkan oleh BI.
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary.
Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah
uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang
merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan
selalu terkait dengan komoditas, antara lain :
1. Memindahkan uang
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
6. Memberi jaminan bank.
Bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah masalah riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan
yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang menggembirakan bahwa belakangan
ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk
menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai
dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori
ekonomi yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan
distribusi pendapatan.
Oleh karena itulah, maka mekanisme perbankan bebas bunga, yang disebut dengan
bank syari’ah didirikan. Perbankan syari’ah didirikan didasarkan pada alasan filosofis
maupun praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba dalam transaksi
keuangan maupun non keuangan. Secara praktis, karena sistem perbankan berbasis bunga
atau konvensional mengandung beberapa kelemahan, sebagai berikut :
1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis Dalam bisnis,
hasil dari setiap perusahaan selalu tidak pasti. Peminjam sudah berkewajiban untuk
membayar tingkat bunga yang disetujui walaupun perusahaannya mungkin rugi.
Meskipun perusahaan untung, bisa jadi bunga yang harus dibayarkan melebihi
keuntungannya. Hali ini jelas bertentangan dengan norma keadilan dalam Islam.
2) Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan kebangkrutan Hal
ini menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara keseluruhan, selain
dengan pengangguran sebagian besar orang. Lebih dari itu, beban utang makin

2
menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh
masyarakat.
3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat
bank cemas untuk mengembalikan pokok dan bunganya Demi keamanan, mereka
hanya mau menjaminkan dana bagi bisnis yang sudah benar-benar mapan atau kepada
orang yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya. Sisa uangnya disimpan dalam
bentuk surat berharga pemerintah. Semakin banyak pinjaman yang hanya diberikan
kepada usaha yang sudah mapan dan sukses, sementara orang yang punya potensi
tertahan untuk memulai usahanya. Ini menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan
dan kesejahteraan, juga bertentangan dengan semangat Islam.
4) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil
Usaha besar dapat mengambil risiko untuk mencoba teknik dan produk baru karena
punya cadangan dana sebagai sandaran bila ternyata ide barunya itu tidak berhasil.
Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat mencoba ide baru karena untuk mereka harus
pinjaman dana berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada jalan lain bagi mereka
kecuali harus membayar kembali pinjaman berikut bunganya dan bangkrut. Hal ini
terjadi juga pada para petani. Jadi bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan dan
juga memperburuk keseimbangan pendapatan.
5) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada
jaminan kepastian pengembalian modal dan pendaptan bunga mereka Setiap rencana
bisnis yang diajukan kepada mereka selalu diukur dengan kriteria ini. Jadi, bank yang
bekerja dengan sistem ini tidak mempunyai insentif untuk membantu suatu usaha
yang berguna bagi masyarakat dan para pekerja. Sistem ini menyebabkan
misallocation sumber daya dalam masyarakat Islam.

B. Hukum bunga bank dalam bingkai ekonomi syari’ah


Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang-
piutang dan riba jual beli.
Riba utang-piutang terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berutang (muqtaridh). riba yang muncul atau terjadi karena adanya persayaratan
tambahan atau kelebihan dalam pengembalian pinjaman yang terjadi pada awal
perjanjian atau akad hutang piutang.
Contoh : Haris ingin meminjam uang sebesar 500.000 kepada Intan. Intan menyetujui
permintaan tersebut, akan tetapi Intan memberikan syarat dalam memberikan
pinjaman tersebut, yaitu Haris harus mengembalikan uang pinjamannya sebesar
550.000. 50.000 ini adalah uang kelebihan yang termasuk Riba Qardh.

2) Riba Jahiliyah
Yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar
utangnya pada waktu yang ditetapkan. riba yang muncul atau terjadi karena terdapat
pembayaran hutang yang melebihi dari hutang pokonya, penyebabnya adalah karena
orang yang meminjam tidak sanggup membayar hutang yang harus dilunasinya
setelah jatuh tempo.
Contoh : Haris membeli motor pada Intan secara kredit. Pada kesepakatan yang
mereka buat, pembayaran harus lunas selama 5 tahun dengan cara di angsur. Tetapi,
Haris tidak dapat melunasi hutangnya, setelah itu Intan memberikan perpanjangan
kredit dengan syarat akan dikenakan denda sebesar 10%. Uang dari hasil denda 10%
tersebutlah yang termasuk Riba Jahiliyah.

3
Sedangkan riba jual-beli terbagi menjadi dua pula, yaitu:
1) Riba Fadhl
Pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan
barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. riba yang muncul
atau terjadi karena adanya pertukaran barang-barang yang sejenis namun memiliki
takaran, kadar, atau harga yang berbeda, sementara itu barang yang dipertukarkan
tergolong dalam barang ribawi.
Contoh : Intan menukarkan 15 gram emas jenis 990 dengan 14 gram emas jenis 790.
Hal ini termasuk Riba Fadhl karena berat dan jenis yang dimiliki kedua emas tersebut
berbeda.

2) Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang
diserahkan kemudian. riba yang muncul atau terjadi karena adanya penangguhan atau
penahanan penerimaan atau penyerahan suatu jenis barang ribawi yang mana barang
tersebut dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
Contoh : Intan mengambil dan membeli emas dengan jumlah berat 5 gram bulan ini,
namun Intan dapat membayar atau menyerahkan uangnya bulan depan. Hal tersebut
termasuk Riba Nasi’ah karena harga emas belum tentu sama pada setiap bulannya.

Di dalam Islam telah jelas disebutkan mengenai larangan Riba yang terdapat dalam al-
Qur’an pada empat kali penurunan wahyu yang berbeda-beda, salah satu diantaranya:
a. QS. Ar-Ruum: 39
ٰ ٰ ‫اس فَ ََل يَربُوا ِعن َد‬
َ‫ّللاِ َۚو َمآ ٰاتَيتُم ِّمن َز ٰكو ٍة تُ ِري ُدونَ َوجه‬ ۠
ِ َّ‫َو َمآ ٰاتَي ٰۤتُم ِّمن رِّ بًا لِّيَربُ َوا فِ ٓي اَم َوا ِل الن‬
َ‫ول ِىكَ هُ ُم ال ُمض ِعفُون‬ ٰٰ
ٰ ُ ‫ّللاِ فَا‬

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak
bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya)

b. QS. An-Nisa: 161

‫اط ِل َۗواَعتَدنَا لِل ٰكفِ ِري َن ِمنهُم‬ ِ َّ‫ال الن‬


ِ َ‫اس بِالب‬ َ ‫َّواَخ ِذ ِه ُم الرِّ ٰبوا َوقَد نُهُوا َعنهُ َواَكلِ ِهم اَم َو‬
‫َع َذابًا اَلِي ًما‬
Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan
karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk
orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.

4
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada al-Qur’an, melainkan juga Hadis.
Hal ini sebagaimana posisi umum hadis yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut yang
telah digariskan melalui al-Qur’an, pelarangan riba dalam hadis lebih terperinci:

“Diriwayatkan oleh Abu Said al-khudri bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Emas hendaklah
dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan tepung,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash).
Barangsiapa memberi tambahan atau menerima tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan
dengan riba. Penerima dan pemberi sama-sama bersalah.” (HR. Muslim no.2971, dalam
Kitab Al-Masaqat).

Rasulullah Saw juga mengutuk dengan menggunakan kata-kata yang sangat terang, bukan
saja mereka yang mengambil riba, tetapi mereka yang memberikan riba dan para penulis
yang mencatat transaksi atau para saksinya. Bahkan beliau menyamakan dosa orang yang
mengambil riba dengan dosa orang yang melakukan zina 36 kali lipat atau setara dengan
orang yang menzinahi ibunya sendiri.

Pendapat Ulama tentang Bunga dan Riba


Majelis Tarjih Muhammadiyah
Majelis Tarjih Sidoarjo (1968) memutuskan:
1) Riba hukumnya haram dengan nash sharih al-Qur’an dan al-Sunnah
2) Bank dengan system riba hukumnya haram dan bank dengan tanpa riba hukumnya
halal
3) Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya atau
sebaliknya yang selama ini berlaku, terasuk perkara musytabihat.
4) Menyarankan kepada pimpian pusat muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi system perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang
sesuai dengan kaidah Islam.
Lajnah Bahsul Masa’il Nahdhatul Ulama
Mengenai bank dan pembungaan uang, lajnah memutuskan masalah tersebut melalui
beberapa kali sidang. Menurut Lajnah, hukum bank dan hukum bunganya sama seperti
hukum gadai. Terdapat tiga pendapat ulama sehubungan dengan masalah ini:
1) Haram, sebab termasuk utang yang dipungut rentenir.
2) Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad, sedangkan adat yang berlaku, tidak
dapat begitu saja dijadikan syarat.
3) Syubhat (tidak tentu halal haramnya), sebab para ahli hukum berselisih pendapat
tentangnya
Meskipun ada perbedaan pandangan, Lajnah memutuskan bahwa (pilihan) yang lebih berhati-
hati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah haram

Sidang Organisasi Konferensi Islam(OKI)


Semua peserta sidang OKI Kedua yang berlangsung di Karachi, Pakistan, Desember
1970, telah menyepakati dua hal utama, yaitu sebagai berikut:

5
1) Praktik bank dengan sistem bunga adalah tidak sesuai dengan syariah Islam.
2) Perlu segera didirikan bank-bank alternative yang menjalankan operasinya sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
3) Hasil kesepakatan inilah yang melatarbelakangi didirikannya Bank Pembangunan
Islam atau Islamic Development Bank (IDB)

Mufti Negara Mesir


Keputusan Kantor Mufti Negara Mesir terhadap hukum bunga bank senantiasa tetap dan
konsisten. Tercatat sekurang-kuranganya sejak tahun 1900 hingga 1989, memutuskan Mufti
Negara Republik Arab Mesir memutuskan bahwa bunga bank termasuk salah satu bentuk riba
yang diharamkan.

Konsul Kajian Islam Dunia


Ulama-ulama besar dunia yang terhimpun dalam Konsul Kajian Islam Dunia (KKID)
telah memutuskan hukum yang tegas terhadap bunga bank. Dalam konferensi II KKID yang
diselenggarakan di Universitas Al-Azhar, Kairo, pada bulan Muharram 1385 H/Mei 1965 M,
ditetapkan bahwa tidak ada sedikitpun keraguan atas keharaman praktik pembungaan uang
seperti yang dilakukan bank-bank konvensional.

Fatwa lembaga-lembaga lain


Senada dengan ketetapan dan fatwa dari lembaga-lembaga Islam dunia diatas, beberapa
lembaga berikut ini juga menyatakan bahwa bunga bank adalah salah satu bentuk riba yang
diharamkan. Lembaga-lembaga tersebut adalah, Akademi Fiqih Liga Muslim Dunia dan
Pimpinan Pusat Dakwah, Penyuluhan, Kajian, dan Fatwa, Kerajaan Saudi Arabia.
Satu hal yang perlu dicermati, keputusan dan fatwa dari lembaga-lembaga dunia diatas
diambil pada saat bank Islam dan lembaga keuangan Syariah belum berkembang seperti saat
ini. Dengan kata lain, para ulama dunia tersebut sudah berani menetapkan hukum dengan
tegas sekalipun pilihan-pilihan alternative belum tersedia.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bunga bank termasuk riba, sehingga bunga bank juga diharamkan dalam
ajaran Islam. Riba bisa saja terjadi pada pinjaman yang bersifat konsumtif, maupun
pinjaman yang bersifat produktif dan pada hakikatnya riba dalam bunga
bank memberatkan peminjam.
Konsep bunga dan riba dalam perspektif Islam terdapat persamaan, yaitu bahwa
bunga merupakan tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (al-
qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan
pemanfaatan/hasil pokok tersebut berdasarkan tempo waktu yang diperhitungkan
secara pasti di muka, dan pada umumnya berdasarkan persentase. Sedangkan riba
yaitu pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-
meminjam secara batil yang bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.
2. Walaupun Al-Quran dan Hadits sudah sangat jelas bahwa bunga itu riba dan riba
hukumnya adalah haram. Ketika bunga simpanan tinggi, maka secara
otomatis bunga pinjaman ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Bunga
bank termasuk riba, sehingga bunga bank juga diharamkan dalam ajaran Islam.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya, kami dari kelompok 2
mengucapkan terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/177612-ID-bunga-bank-dalam-perspektif-sosio-
ekonom.pdf

Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai