FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh Bapak NUR MUSTOFA, S.Ag., M.H. selaku dosen bidang studi
Ilmu Hukum mata kuliah Hukum Agama Islam.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan dengan pengangkatan
judul makalah yang ada, keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan yang tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana perbedaan DPS dan DSN ?
5. Tugas dan Wewenang DPS dan DSN ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perbankan Syari’ah Perbankan Konvensional
Tidak menggunakan sistem bunga (riba), Menggunakan sistem bunga
melainkan bagi hasil.
Penentuan besarnya persentase bunga di
Penentuan besarnya nisbah (proporsi awal karena di asumsikan usaha yang
pembagian) di akhir setelah ada usaha dijalankan akan selalu untung
Hal yang sangat menonjol dalam perbedaan antara perbankan syariah dengan
perbankan konvensional adalah adanya sistem bunga (riba) yang dianut oleh perbankan
konvensional, sedangkan perbankan syariah menganut sistem non-riba, gharar, dan
maisir.
2.3 Pengertian DPS dan DSN
A. Pengertian DSN
Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk oleh MUI yang bertugas
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan
syariah DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas
mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan
reksadana. DSN merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai kewenangan untuk
mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta
mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga- lembaga keuangan syariah di
Indonesia.
B. Pengertian DPS
Merujuk pada surat keputusan Dewan Syariah Nasional No. 3 Tahun 2000, bahwa
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang
bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah suatu badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah. DPS diangkat dan
diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi
dari DSN.
4
2.5 Tugas dan Wewenang DPS dan DSN
1. A) Tugas DSN
Sekurang kurangnya ada empat yang menjadi tugas pokok Dewan syari’ah Nasional,
diantaranya adalah:
1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syari’ah dalam kegiatan perekonomian
pada umumnya dan keuangan pada khususnya.
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan syariah.
3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syari’ah.
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
B) Wewenang yang diberikan oleh MUI kepada DSN adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) di masing-
masing lembaga keuangan Syari’ah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank
Indonesia.
3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan
duduk sebagai Dewan Pengawas Syari’ah pada suatu lembaga keuangan syari’ah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syari’ah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
maupun luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syari’ah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah
Nasional.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatantidak diindahkan.
2. A) Tugas DPS
Tugas DPS adalah mendiskusikan masalah-masalah dan transaksi-transaksi
usaha yang dihadapkan kepadanya ; dan ia menetapkan bahwa transaksi atau masalah itu
sesuai atautidak sesuai dengan syariah. Sedangkan wewenang DPS adalah :
memberikan pedoman syariah kepada bank untuk pengerahan dana,
penyaluran dana, dan kegiatan bank lainnya; dan
mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang dijalankan dinilai
tidak sesuai syariah.
B) Wewenang DPS
Anggota DPS terdiri dari ahli syariah yang sedikit banyak menguasai hukum
dagang yang berlaku dan terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis. Anggota DPS bersifat
independen, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk kepada pimpinan bank yang
diawasinya. Dalam rangka menjamin independensi DPS, hal- hal yang harus diperhatikan
adalah:
5
anggota DPS bukan staf bank; mereka tidak tunduk di bawah kekuasaan
adminstratif bank;
mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
honorarium mereka ditentukan oleh RUPS; dan
DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya
badan pengawas lainnya.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik simpulan
bahwa:
a) Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan
atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
b) Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait sistem
yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistembunga sedangkan
pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasilyang mana lebih
meringankan beban nasabah.