Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BANK SYARI’AH, BANK KONVENSIONAL, DEWAN PENGAWAS SYARI’AH


(DPS), DAN DEWAN SYARI’AH NASIONAL (DSN)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Agama Islam

Dosen Pengampu : NUR MUSTOFA, S.Ag., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Ulil Afitdotul Alamah 21120000035


2. Eggy Vitus Ervivon 21120000053
3. Andik Yulianto 21120000004

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI - KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh Bapak NUR MUSTOFA, S.Ag., M.H. selaku dosen bidang studi
Ilmu Hukum mata kuliah Hukum Agama Islam.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan dengan pengangkatan
judul makalah yang ada, keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan yang tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.

Kediri, 22 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian perbankan ................................................................................................... 3
2.2 Perbedaan Perbankan Konvensional dengan Syariah .................................................... 3
2.3 Pengertian DPS dan DSN............................................................................................. 4
2.4 Perbedaan DPS dan DSN ............................................................................................. 4
2.5 Tugas dan Wewenang DPS dan DSN ........................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................ 7
3.1 Simpulan ..................................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar
di dunia. Meskipun ada 6 agama yang diakui di Indonesia akan tetapi islam menjadi
agama mayoritas yang dianut. Namun demikian, sistem perekonomian di Indonesia lebih
mengarah kepada sistem ekonomi kapitalis termasuk dalam dunia perbankan. Bank
merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat penting dalam penyaluran dan
pengelolaan dana masyarakat. Dana dari masyarakat yang diterima oleh bank akan
dikelola dan disalurkan pada unit kegiatan ekonomi lainnya. Keuntungan yang dihasilkan
dari unit kegiatan usaha lainnya akan dikembalikan lagi kepada masyarakat. Dengan di
tetapkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Indonesia
menjalankan Dual Banking System
yaitu beroperasinya sistem perbankan baik secara konvensional maupun syariah
sekaligus dengan tetap memisahkan pengelolaan dan pengoperasiannya. Namun sistem
perbankan syari’ah pada saat itu belum begitu kuat secara hukum perdata mengingat
belum adanya UU yang mengatur secara jelas mengenai perbankan syari’ah.
Dengan mulai berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka
Pemerintah mendukung perkembangan sistem perbankan berbasis syariah. Akan
tetapi, masyarakat Indonesia masih belum begitu memahami tentang bank syariah dan
konvensional.
Atas dasar permasalahan di atas, penulis membuat makalah dengan
judul “Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional dan
sekaligus (DPS) dan (DSN)” dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih
kepada masyarakat pada umumnya dan insan akademisi pada khususnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka, dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang kemudian disusun dalam pertanyaan sebagai berikut
1. Apa pengertian perbankan ?
2. Bagaimana perbedaan antara bank syari’ah dan konvensional ?
3. Apa pengertian DPS dan DSN ?

1
4. Bagaimana perbedaan DPS dan DSN ?
5. Tugas dan Wewenang DPS dan DSN ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan dan
memberikan pemahaman mengenai:
a) Memberikan informasi mengenai pengertian Perbankan.
b) Memberikan pemahaman tentang perbedaan dari Perbankan Konvensional dengan
Perbankan Syariah.
c) Memberikan pemahaman mengenai DPS dan DSN

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perbankan


Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan
atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Konvensional yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu
periode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.
Sistem perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 hingga saat ini masih menganut
dual banking system dimana Bank Konvensional atau biasa disebut dengan Bank Umum
dan Bank Syariah atau Bank Islam bisa berdampingan dalam menjalankan operasi
usahanya. (Ali 2008: 2) ”... Bank konvensional dan Lembaga Keuangan Lainnya
membuka unit usaha syariah...” Sedangkan menurut Sutedi (2009: 41) “ berdasarkan
Undang-Undang No. 21 Tahun2008, bank umum diperbolehkan ... beroperasi secara
konvensional dan syariah sekaligus, sepanjang penataan dan pengelolaannya dilakukan
secara terpisah. ” Dengan kata lain Bank Konvensional diperbolehkan untuk membuka
kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha syariah dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip syariah.
Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa Bank Konvensional
adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya dalam menghimpun dan
menyalurkan dana dengan menggunakan cara dan proses yang konvensional seperti
pemberian dan pengenaan imbalan berupa bunga. Sedangkan Bank Syariah merupakan
lembaga keuangan yang menjalankan unit usaha menghimpun dan menyalurkan dana
dengan cara dan proses yang berdasarkan nilai islam (syariah). Dengan kata lain bank
syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang tidak mengandung bunga (riba),serta
unsur-unsur ketidak jelasan atau ketidak pastian dalam operasionalnya.
2.2 Perbedaan Perbankan Konvensional dengan Syariah
Terkait dengan fungsi bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana dari masyarakat tersebut ke masyarakat lain yang
membutuhkan, terdapat praktek-praktek yang membedakan antara sistem perbankan
syariah dengan sistem perbankan konvensional diantaranya sebagai berikut:

3
Perbankan Syari’ah Perbankan Konvensional
Tidak menggunakan sistem bunga (riba), Menggunakan sistem bunga
melainkan bagi hasil.
Penentuan besarnya persentase bunga di
Penentuan besarnya nisbah (proporsi awal karena di asumsikan usaha yang
pembagian) di akhir setelah ada usaha dijalankan akan selalu untung

Besarnya persentase didasarkan pada Besarnya persentase bunga didasarkan


keuntungan yang diperoleh dari usaha yang pada besarnya dana yang akan dipinjam
di jalankan
Hanya menawarkan produk yang halal Tidak ada pemisahan antara yang halal
dengan cara yang halal dengan yang haram, sehingga
menimbulkan ketidakjelasan

Hal yang sangat menonjol dalam perbedaan antara perbankan syariah dengan
perbankan konvensional adalah adanya sistem bunga (riba) yang dianut oleh perbankan
konvensional, sedangkan perbankan syariah menganut sistem non-riba, gharar, dan
maisir.
2.3 Pengertian DPS dan DSN
A. Pengertian DSN
Dewan Syariah Nasional adalah dewan yang dibentuk oleh MUI yang bertugas
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan
syariah DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas
mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada
umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan
reksadana. DSN merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai kewenangan untuk
mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta
mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga- lembaga keuangan syariah di
Indonesia.
B. Pengertian DPS
Merujuk pada surat keputusan Dewan Syariah Nasional No. 3 Tahun 2000, bahwa
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang
bersangkutan, yang penempatannya atas persetujuan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah suatu badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah. DPS diangkat dan
diberhentikan di lembaga keuangan syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi
dari DSN.

2.4 Perbedaan DPS dan DSN


DSN berwenang untuk menetapkan dan mengeluarkan fatwa-fatwa hukum Islam
tentang kegiatan ekonomi dan keuangan. Sedangkan DPS hanyalah bertugas mengawasi
pelaksanaan fatwa-fatwa DSN tersebut dilapangan pada lembaga ekonomi dan lembaga
keuangan syari'ah.

4
2.5 Tugas dan Wewenang DPS dan DSN
1. A) Tugas DSN
Sekurang kurangnya ada empat yang menjadi tugas pokok Dewan syari’ah Nasional,
diantaranya adalah:
1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syari’ah dalam kegiatan perekonomian
pada umumnya dan keuangan pada khususnya.
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan syariah.
3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syari’ah.
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
B) Wewenang yang diberikan oleh MUI kepada DSN adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) di masing-
masing lembaga keuangan Syari’ah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank
Indonesia.
3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan
duduk sebagai Dewan Pengawas Syari’ah pada suatu lembaga keuangan syari’ah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syari’ah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
maupun luar negeri.
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syari’ah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah
Nasional.
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatantidak diindahkan.

2. A) Tugas DPS
Tugas DPS adalah mendiskusikan masalah-masalah dan transaksi-transaksi
usaha yang dihadapkan kepadanya ; dan ia menetapkan bahwa transaksi atau masalah itu
sesuai atautidak sesuai dengan syariah. Sedangkan wewenang DPS adalah :
 memberikan pedoman syariah kepada bank untuk pengerahan dana,
penyaluran dana, dan kegiatan bank lainnya; dan
 mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang dijalankan dinilai
tidak sesuai syariah.
B) Wewenang DPS
Anggota DPS terdiri dari ahli syariah yang sedikit banyak menguasai hukum
dagang yang berlaku dan terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis. Anggota DPS bersifat
independen, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk kepada pimpinan bank yang
diawasinya. Dalam rangka menjamin independensi DPS, hal- hal yang harus diperhatikan
adalah:
5
 anggota DPS bukan staf bank; mereka tidak tunduk di bawah kekuasaan
adminstratif bank;
 mereka dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
 honorarium mereka ditentukan oleh RUPS; dan
 DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya
badan pengawas lainnya.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik simpulan
bahwa:
a) Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang perubahan
atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
b) Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait sistem
yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistembunga sedangkan
pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasilyang mana lebih
meringankan beban nasabah.

Anda mungkin juga menyukai