Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERBEDAAN SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN KONVESIOANAL


DAN SYARIAH

MATA KULIAH : PRAKTIKUM AKAD - AKAD

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD MIRZA PRATAMA

Di susun oleh kelompok 4 :

Fajriatus Saniyya (E20191063)


Shofa Kamila Nur Azmi (E20191091)
Mohammad Ilyas (E20191199)
M. Lutful Hamim (E20191013)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH 2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Riset Pemasaran dan
Sistem Informasi.
Penulisan makalah adalah salah satu tugas mata kuliah Praktikum Akad-
akad. Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis belum maksimal. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen Praktikum Akad-akad, Muhammad Mirza
Pratama. yang telah membimbing dan mengarahkan bagaimana seharusnya
makalah ini dibuat.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, serta makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
pembaca. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Jember, 13 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Masalah..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Definisi Perbankan................................................................................
B. Perbedaan Sistem operasional Bank Konvesional dengan Syariah......
1. Sistem operasional Bank Konvesional.....................................
2. Sistem operasional Bank Syariah.............................................
3. Perbedaan Sistem operasional antara Kedua Perbankan..........

BAB III PENUTUP .......................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan merupakan inti dari suatu keuangan setiap negara, bank


merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-
badan pemerintahan dan swasta maupun perorangan menyimpan dana-
dananya baik melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang dapat
diberikan, baik melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme sistem pembangunan bagi semua sektor perekonomian.

Dengan memberikan kredit kepada beberapa sektor perekonomian,


bank melancarkan arus barang-barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen. Bank merupakan supplier dari sebagian besar uang yang beredar
dengan digunakan sebagai alat tukar, sehingga mekanisme kebijaksanaan
moneter dapat berjalan. Dengan demikian bank merupakan suatu lembaga
keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian
dan perdagangan.

Di dalam Islam, masalah perbankan tidak diatur dalam nash secara


tegas dan jelas, sehingga merupakan masalah ijtihadiyah dan terdapat
kontroversial dalam kepastian hukumnya. Kontroversial ini terjadi karena
sistem yang dianut perbankan konvensional menggunakan sistem bunga
(interest foregone), sementara dalam agama Islam setiap investasi yang
mengandung unsur riba adalah haram.

Terlepas dari hal tersebut, kebutuhan masyarakat terhadap jasa


perbankan sangat besar karena bank sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat. Demikian pula dalam perbankan terdapat pihak penerima jasa
dan pemberi jasa. Oleh karena itu pemerintah merespon masalah tersebut
berupa diterbitkannya peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun 1992. Tentang
Pendirian Bank berdasarkan prinsip bagi hasil (Bank Syariah). Keadaan ini
memberikan nuansa semakin bervariasinya landasan operasional bank di
Indonesia dan memberikan pilihan kepada masyarakat muslim khususnya
untuk menggunakan jasa perbankan syariah. Perbankan syariah merupakan
lembaga keuangan sebagai penghimpun dana dan penyalur dan masyarakat
khususnya masyarakat muslim menetapkan imbalan berdasarkan sistem bagi
hasil tergolong masih baru berdiri di Indonesia dan masih terbatas di beberapa
tempat tertentu saja di Indonesia, sehingga masyarakat belum begitu banyak
tahu tentang mekanisme kerja sistem operasional bank syariah sehingga
menimbulkan keuangan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan
syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perbankan ?
2. Bagaimana Perbedaan sistem Operasional perbankan konvesional dengan
perbankan syariah?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Tentang Perbankan
2. Untuk Mengetahui Perbedaan Sistem Operasional Perbankan
Konvesional Dengan Perbankan Syariah Perbankan Konvesional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbankan
Perbankan merupakan inti dari suatu keuangan setiap negara, bank
merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan,
badan-badan pemerintahan dan swasta maupun perorangan menyimpan
dana-dananya baik melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang
dapat diberikan, baik melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme sistem pembangunan bagi semua sektor perekonomian.
Bank berasal dari bahasa italia yakni “Banco” yang berarti
kepingan papan untuk buku sejenis meja. Dan diperluas lagi untuk
menunjukkan tempat penukaran uang, untuk memamerkan uang dan
difungsikan oleh para pemberi pinjaman dan para pedagang valuta eropa
pada abad pertengahan. 1Menurut G.M. Verryn Struart, bank adalah suatu
badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit baik dengan
alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari
orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukaran baru
dengan giral. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 19667 pasal 1 Bank
dapat diartikan suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Demikian pula dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992
Bab 1 Pasa1 1 bahwa bank itu adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang banyak.2
Dari beberapa pengertian bank di atas, maka yang dimaksud
dengan bank konvesional adalah suatu jenis lembaga keuangan yang
memberikan jasa, misalnya menghimpun dana dari masyarakat,
menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dan
memperlancar transaksi perdagangan dengan menggunakan sistem
perhitungan Bunga (Interest Forgone). Adapun pengertian bank syariah itu
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa di dalam pembayaran serta pegedaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
B. Perbedaan Sistem Operasional Perbankan Konvesional Dengan
Perbankan Syariah
1
Muhammad Muslehuddin. Sistem Perbankan Dalam Islam, Terj. Aswin Simamora, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1994, 1
2
Undang-undang No.7 th. 1992, Perbankan, Jakarta : Grramedia Pustaka Utama 1993, 1
1. Sistem Operasional Perbankan Konvesional

Sisitem operaional yang digunakan bank konvensional adalah


menggunakan sistem perhitungan bunga kredit atau pinjaman (invest
note),

Beberapa perbandingan mendasar sistem operasional bank


konvensional jika ditinjau dari beberapa faktor, antara lain sebagai
berikut:

a. Kebijakan bunga dan margin


Dalam menjalankan aktivitasnya, bank memberikan
keuntungan kepada para nasabahnya. Dalam hal menghimpun
dana pihak ketiga (DPK), misalnya, perbankan konvensional
menerapkan kebijakan bunga simpanan. sedangkan yang
dimaksud dengan bunga itu adalah sebagai balas jasa yang
diberikan bank kepada nasabah karena membeli atau menjual
produknya, atau dengan kata lain bahwa bunga itu sebagai harga
yang harus dibayar kepada nasabah karena memiliki simpanan
dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank karena
nasabah sebagai pihak peminjam atau debitan.
Mengenai tinggi rendahnya suku bunga di tengah
masyarakat karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:
Likuiditas masyarakat, Ekspestasi, Inflasi, Besarnya suku bunga
dalam Negeri dan Ekpektasi perubahan nilai tukar dan premi
atas risiko

b. Kebijakan kredit
Terkait kebijakan kredit atau pembiayaan. Di bank
konvensional, nasabah boleh mengajukan pinjaman dana untuk
jenis usaha yang dimungkinkan oleh hukum positif yang
berlaku di Indonesia.
c. Pendekatan tujuan dan orientasi
Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, perbankan
konvensional biasanya menerapkan prinsip untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya. Demi mengejar keuntungan,
biasanya, bank konvensional akan mematok bunga kredit jauh
lebih tinggi dibandingkan memberikan bunga simpanan
kepada nasabah. Bank konvensional juga lebih ketat
menyeleksi calon debitur untuk menekan non performing loan
alias kredit macet.
d. Pengawasan internal
Di setiap perusahaan, termasuk perbankan, tentu ada
mekanisme pengawasan internal demi keberhasilan dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya. Pada perbankan
konvensional, pengawasan internal direpresentasikan dengan
tim audit internal maupun manajemen risiko.

e. Hubungan dengan nasabah


Perbankan konvensional memperlakukan hubungan dengan
nasabah secara profesional, yakni antara kreditur (bank) dan
debitur (nasabah). Jika pembayaran kredit oleh debitur lancar,
maka pihak perbankan akan memberikan apresiasi dan catatan
positif. Debitur juga tidak akan masuk dalam daftar hitam
Bank Indonesia. Namun, jika pembayaran pinjaman macet,
maka pihak bank akan menagih, bahkan bisa berujung pada
penyitaan aset yang diagunkan.3
2. Sistem Operasional Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan bank yang secara operasionalnya
berdasarkan konsep muamalah secara Islam yang sesuai dengan garis-
garis yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Konsep Operasional Perbankan Syariah
1. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang
diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
Wadi'ah dan Mudharabah.
a. Prinsip wadi'ah
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.
Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah amanah.
Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak
boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam
hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank)
3
https://www.cermati.com/artikel/bank-syariah-vs-bank-konvensional-inilah-4-perbedaannya-
yang-paling-mendasar
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia
boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
Ketentuan umum dari produk ini adalah
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi
hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak
dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana
sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi
tiak boleh diperjanjikan di muka.
Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang
isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan
persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro,
bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit
card.
Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat
menggunakan penggantibiaya administrasi untuk sekedar
menutupi biaya yang benar-benar terjadi. Ketentuan-
ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan tetap berlaku selama tidak bertenatangan dengan
prinsip syariah.
b. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan
atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik
modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau
ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula
dana tersebut digunakan bank untuk melakukan
mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan
berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank
menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua,
maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang
terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik
dana, ada usaha yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab
Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk
tabungan berjangka dari deposito berjangka.

2. Penyaluran dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
a. Prinsip jual Beli (Ba'i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of
property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni
sebagai berikut:
 Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai
murabahah saja. Murabahah berasal dari kata ribhu
(keuntungan), adalah transaksi jual belil di mana bank
menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan (marjin)
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan
dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan
murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayran
cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi ini
barang diserahkan segera setelah akad, sementara
pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.
 Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran
dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,
sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini
mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas,
kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
 Pembiayaan Istishna'
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna' pembayarannya dapat dilakukan oleh bank
dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna'
dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi
barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran,
mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati
dicantumkan daam akad Istishna' dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan
dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah
akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.
b. Prinsip Sewa (jarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip
jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek
transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah
barang pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang
yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik
(sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip
bagi hasil adalah sebagai berikut:
 Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi
adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan
dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-
sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud.
 Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang
populer dalam produk perbankan syariah yaitu
mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama
anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari
shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahib al-maal dalam manajemn proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi
akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-
maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara
tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan
mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas
manajemen dan keuangan atau salah satu di anatara itu.
Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua
pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih
berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah)
yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan
menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak
harus menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama dan
setiap usaha dari masingn-masing pihak untuk
melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian
pendapatan betul-betul akan merusak ajaran islam.
3. Produk Jasa Perbankan Lainnya
Produk jasa perbankan lainnya yaitu layanan perbankan dimana
bank syariah menerima imbalan atas jasa perbankan diluar fungsi
utamanya sebagai lembaga intermediasi keuangan.
a. Wakalah
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian
atau pemberian mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh
nasabah untuk melaksanakan suatu perkara sesuai dengan
amanah/permintaan nasabah. Secara teknis perbankan,
wakalah adalah akad pemberi wewenang/kuasa dari
lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak
lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili
dirinya melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan
dalam waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban
wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa. Bank dan
nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus
cakap hukum.
b. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah berarti
mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin
(QS. Yusuf 12:72). Secara teknis perbankan, kafalah
merupakan jasa penjaminan nasabah dimana bank bertindak
sebagai penjamin (kafil) sedangkan nasabah sebagai pihak
yang dijamin (makfullah). Prinsip syariah ini sebagai dasar
layanan bank garansi, yaitu penjaminan pembayaran atas suatu
kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah
untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai
jaminan. Atas dana tersebut bank dapat memperlakukannya
denagn prinsip wadiah. Dalam hal ini bank mendapatkan
imbalan atas jasa yang diberikan.
c. Sharf
Layanan jasa perbankan jual beli valuta asing sejalan dengan
prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini
penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama
berdasarkna kurs jual atau kurs beli yang berlaku pada saat itu
juga (transaksi spot). Jenis layanan berdasarkan transaksi spot
adalah : today, tomorrow, dan spot. Bank syariah tidak
melayani transaksi forward, swap, dan option yang dalam
transaksinya diterapkan hedging sebagaimana telah dijelaskan
di atas. Karena transaksi ini penyerahannya dilakukan pada
masa yang akan datang dan mengandung unsur spekulasi.
d. Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh
adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang
dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana
talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman
yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan
dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama)
sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan
pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
Bank dapat meminta jaminan atas pinjaman ini kepada
peminjam (QS al-Hadid 57:11).
e. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad
rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara
sederhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya
akad yang digunakan adalah akad qardh wal ijarah, yaitu akad
pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai
dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan
yang diserahkan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi
kriteria, yaitu milik nasabah sendiri; memiliki nilai ekonomis
sehingga bank memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
seluruh atau sebagian piutangnya; harus jelas ukuran, sifat, dan
nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; dapat dikuasai
namun tidak boleh dimanfaatkan bank.
f. Hiwalah
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam
praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk
membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa
pemindahan utang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang
akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan
pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang
memindahkan piutang dengan yang berhutang. Katakanlah
seorang supplier bahan bangunan menjual barangnya kepada
pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian.
Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia meminta
bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima
pembayaran dari pemilik proyek.
g. Ijarah
Akad ijarah selain menjadi landasan syariah untuk produk
pembiayaan, yaitu sewa cicil, juga menjadi prinsip dasar pada
jasa perbankan lainnya, antara lain layanan penyewaan kotak
simpanan atau SDB (safe deposit box). Bank mendapat
imbalan sewa atas jasa tersebut.
h. Al-Wadiah
Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk
tabungan, termasuk giro, juga menjadi prinsip dasar layanan
jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank
mendapatkan imbalan atas jasa tersebut.

C. Perbedaan sistem operasional antara kedua Bank


Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip
syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada
sistem pemberian imbalan atau jasa atas dana. Dalam menjalankan
operasionalnya, bank berdasarkan Prinsip Syariah tidak
menggunakan sistem bunga dalam menentukan sitem imbalan atas
dana yang digunakan atau ditipkan oleh suatu pihak. Penentuan
imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang
disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan
hukum Islam. Perlu diakui bahwa ada sebagian masyarakat yang
berpendapat bahwa sistem bunga yang ditetapkan oleh bank
konvensional merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah.
Berbeda dengan bank syariah, bank konvensional memiliki
sistem operasional yang bebas nilai. Maksudnya, dalam
menjalankan setiap kegiatannya, bank konvensional berdiri sendiri
dan bebas dari nilai-nilai agama seperti yang dianut bank syariah.
Di sini, bank konvensional dapat menjalankan peranannya dalam
perekonomian Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Bahwa dalam menjalankan kegiatannya bank syariah tidak
boleh berpartisipasi dalam kegiatan yang melanggar syariah.
Seperti membiayai bisnis perjudian, alkohol, hingga prostitusi.
Sedangkan pada bank konvensional, pembatasan ini tidak berlaku.
Di sini, bank konvensional bebas melakukan kegiatan apa saja,
selama kegiatan itu mendatangkan keuntungan dan tidak
melanggar hukum yang telah mengatur.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perbankan merupakan inti dari suatu keuangan setiap negara,
bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan,
badan-badan pemerintahan dan swasta maupun perorangan menyimpan
dana-dananya baik melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang
dapat diberikan, baik melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme sistem pembangunan bagi semua sektor perekonomian. Dari
pengertian bank di atas, maka yang dimaksud dengan bank konvesional
adalah suatu jenis lembaga keuangan yang memberikan jasa dengan
menggunakan sistem perhitungan Bunga (Interest Forgone). Adapun
pengertian bank syariah itu adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa di dalam pembayaran serta
pegedaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam.
Sistem operaional yang digunakan bank konvensional adalah
menggunakan sistem perhitungan bunga kredit atau pinjaman (invest
note), Beberapa perbandingan mendasar sistem operasional bank
konvensional jika ditinjau dari beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
Kebijakan bunga dan margin, Kebijakan kredit, Pendekatan tujuan dan
orientasi, Pengawasan internal, Hubungan dengan nasabah
Sistem operasional Bank syariah berdasarkan konsep muamalah
secara Islam yang sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Konsep Operasional Perbankan Syariah, yakni:
Penghimpunan Dana ( Prinsip Mudharabah, Prinsip wadi'ah), penyaluran
Dana ( prinsip jual beli, sewa dan bagi hasil), dan penyaluran jasa
(wakalah, shaft, kafalah, qard, ijarah, rahn)
Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip
syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem
pemberian imbalan atau jasa atas dana yakni jika konvesional
menggunakan Bunga sedangkan perbankan syariah didasarkan pada
prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan Dalam Islam, Terj. Aswin
Simamora, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)
Undang-undang No.7 th. 1992, Perbankan, (Jakarta : Grramedia Pustaka Utama
1993)
Bank Indonesia, sistem Perbankan dan Peranan Perbankan, dan Dampaknya
dalam Meningkatkan KesejahteraanEkonomi, Makalah dalam Lokakarya
Bunga bank dan Perbankan, Bogor, tahun 1990.
https://www.cermati.com/artikel/bank-syariah-vs-bank-konvensional-inilah-4-
perbedaannya-yang-paling-mendasar

Anda mungkin juga menyukai