Anda di halaman 1dari 22

Perhitungan Bagi Hasil Perbankan Syariah

dan Kinerja Perbankan Syariah

Mata Kuliah : Perbankan Syariah II


Dosen Pengampu : Muhammad Hafis, M. Ei

Disusun Oleh :
KELOMPOK 8

Ikhwani Fajar
Tia Rizky Aulia
Murni Agustina

PERBANKAN SYARIAH (PS -VI B)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
T.A.2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’alamin, puji dan syukur penulis ucapkan atas


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul “Perhitungan Bagi Hasil Perbankan Syariah dan Kinerja Perbankan Syariah ”
tepat pada waktunya. Tidak lupa pula shalawat dan salam selalu tercurahkan
untuk Nabi Muhammad SAW yang merupakan pemberi inspirasi terbesar dalam
segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada bapak
dosen Muhammad Hafis, M. Ei selaku dosen mata kuliah Perbankan Syariah II
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, dan
kedua orang tua yang selalu mendukung untuk tugas penulis, serta pada anggota
kelompok yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya. Penulis juga menyadari bahwa
dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
maupun kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan makalah berikutnya.

Tanjung Pura, Maret 2022

Tim Penulis
Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................
.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................
.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
.................................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................
.................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Bagi Hasil Perbankan Syariah.................................................................
.................................................................................................................................3
1) Profit Sharing...................................................................................................
...........................................................................................................................3
2) Revenue Sharing...............................................................................................
...........................................................................................................................5
B. Jenis-Jenis Akad Bagi Hasil Perbankan Syariah...............................................
.................................................................................................................................6
C. Perbedaan Bagi Hasil Dengan Bunga..................................................................
.................................................................................................................................8
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil di Bank Syariah...................
.................................................................................................................................10
E. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil....................................................................
.................................................................................................................................11
F. Kinerja Perbankan Syariah..................................................................................
.................................................................................................................................13

ii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................
.................................................................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................................
.................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
.............................................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan dengan
pesat, masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut Bank Syariah.
Dengan di awali berdirinya pada tahun 1992 oleh bank yang diberi nama
dengan Bank Mu’amalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya
perbankan yang berlandaskan sistem syariah, kini bank syariah yang tadinya
diragukan akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan
yang sangat mempesonakan.
Dari 240 bank yang ada sebelum krisis moneter, hanya tinggal 73 bank
swasta yang dapat bertahan tanpa bantuan pemerintah dan dinyatakan sehat,
sisanya pemerintah dengan terpaksa harus melikuidasinya. Salah satu dari 73
bank tersebut, terdapat Bank Mu’amalat Indonesia yang mampu bertahan dari
terpaan krisis ekonomi, yang nyata memiliki sistem tersendiri dari bank-bank
lain, yaitu dengan memberlakukan sistem operasional bank dengan sistem
bagi hasil. Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam perbankan syariah sangat
berbeda dengan sistem bunga, di mana dengan sistem bunga dapat ditentukan
keuntungannya diawal, yaitu dengan menghitung jumlah beban bunga dari
dana yang di simpan atau dipinjamkan. Sedangkan pada sistem bagi hasil
ketentuan keuntungan akan ditentukan berdasarkan besar kecilnya keuntungan
dari hasil usaha, atas modal yang telah diberikan hak pengelolaan kepada
nasabah mitra bank syariah.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut :
1) Bagaimana sistem bagi hasil perbankan syariah ?
2) Apa saja jenis-jenis akad bagi hasil perbankan syariah ?
3) Bagaimana perbedaan bagi hasil dengan bunga ?
4) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil di bank syariah ?

1
5) Bagaimana mekanisme perhitungan bagi hasil ?
6) Bagaimana kinerja perbankan syariah ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan membahas sistem bagi hasil perbankan syariah.
2) Untuk mengetahui dan membahas jenis-jenis akad bagi hasil perbankan
syariah.
3) Untuk mengetahui dan membahas perbedaan bagi hasil dengan bunga.
4) Untuk mengetahui dan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi bagi
hasil di bank syariah.
5) Untuk mengetahui dan membahas mekanisme perhitungan bagi hasil.
6) Untuk mengetahui dan membahas kinerja perbankan syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Bagi Hasil Perbankan Syariah


Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana
dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal
(shahibul maal) dan pengelola (mudharib).1 Sistem bagi hasil merupakan
sistem dimana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam
melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya
pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak
atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus
yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang
berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada
awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara
kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama dan harus terjadi
dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya
unsur paksaan. Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam
perbankan syariah terdiri dari dua sistem, yaitu profit sharing dan revenue
sharing.
1) Profit Sharing
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan.
Dalam kamus ekonomi diartikan sebagai pembagian laba. 2 Profit secara
istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total
revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).3 Secara
definisi profit sharing diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari
laba pada pegawai dari suatu perusahaan.4 Di dalam istilah lain profit
sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari
total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

1
Syafi’i Antonio. Bank Syariah Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 90
2
Muhammad. Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), h. 101
3
Cristopher Pass dan Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 534
4
Muhammad. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.
35

3
untuk memperoleh pendapatan tersebut.5 Secara sederhana bahwa yang
dibagi hasilkan adalah laba dari sebuah usaha/proyek. Contoh : Sebuah
usaha atau proyek menghasilkan penjualan sebesar Rp. 3.000.000 dan
biaya-biaya usaha Rp. 1.000.000, maka yang dibagi hasilkan adalah
sebesar Rp. 2.000.000.
Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and
loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara
untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah
dilakukan. Jika mendapat keuntungan maka akan dibagi kedua pihak
sesuai kesepakatan akad diawal begitu pula dengan kerugian akan
ditanggug sesuai porsi masing-masing.
Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan
bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dan pengelola
modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana
di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika
mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan
di awal perjanjian dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal
inestasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal
tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah
dilakukannya. Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan
dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas
biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan
usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti
ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol
artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang
dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan
dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revvenue.

5
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI. Konsep, Produk dan Implementasi Operasional
Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 264

4
2) Revenue Sharing
Revenue sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua
kata yaitu, revenue yang berarti hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing
adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian.6 Revenue
sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Revenue
(pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh
suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa
(services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue).7
Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian
antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan
dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Di dalam
revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan
laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit)
dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan.
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa arti
revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan
dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari
total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang
tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok
penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan
tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan
keuntungan (profit). Bagi hasil bruto adalah bagi hasil yang didasarkan
pada pendapatan usaha atau proyek yang tidak dikurangi dengan biaya-
biaya yang timbul. Contoh : Sebuah usaha atau proyek menghasilkan
penjualan sebesar Rp. 3.000.000 dan biaya-biaya usaha sebesar Rp.
1.000.000, maka yang dibagi hasilkan adalah sebesar penjualan itu yaitu
Rp. 3.000.000.
Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud
dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank
yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun

6
John M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), h.
354
7
Cristopher Pass dan Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi, h. 583

5
titipan yang diberikan oleh bank. Revenue pada perbankan syariah adalah
hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam
bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal
ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil
penerimaan bank.
Perbankan syariah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan
istilah revenue sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total
pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan
dana. Lebih jelasnya revenue sharing dalam arti perbankan adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang
diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku
pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan
pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi
hasil untuk produk pendanaan bank.

B. Jenis-Jenis Akad Bagi Hasil Perbankan Syariah


Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah
secara umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah,
Mudharabah, Muzara’ah, dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip
yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah
menggunakan kontrak kerjasama pada akad Musyarakah dam Mudharabah.
1) Musyarakah (Joint Venture Profit & Loss Sharing)
Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta lainnya sehingga
tidak dapat dibedakan di antara keduanya.8 Manan mengatakan,
musyarakah adalah hubungan kemitraan antara bank dengan konsumen
untuk suatu masa terbatas pada suatu proyek baik bank maupun konsumen
memasukkan modal dalam perbandingan yang berbeda dan menyetujui
suatu laba yang ditetapkan sebelumnya.9 Dalam pengertian lain
musyarakah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih
8
Abdurrahman Al Jaziri. Al-Fiqh Alaa al Madzahibul Arba’ah, (Lebanon: Darul Fikri, 1994), h.
63
9
Abdul Manan. Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Prima Yasa,
1997), h. 204

6
untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.10
Penerapan yang dilakukan bank syariah, musyarakah adalah suatu
kerjasama antara bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai
usaha atau proyek secara bersama-sama dengan nasabah sebagai inisiator
proyek dengan suatu jumlah berdasarkan presentase tertentu dari jumlah
total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang
diperoleh dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan presentase bagi hasil
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2) Mudharabah (Trustee Profit Sharing)


Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa
seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah
pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Dalam pengertian lain, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul
maal) yang menyediakan modal, sedangkan pihak lainnya sebagai
pengelola usaha (mudharib). Keuntungan usaha yang didapatkan dari akad
mudharab dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
dalam bentuk nisbah (persentase).11
Kontrak mudharab dalam pelaksanaannya pada bank syariah nasabah
bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal
kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang
dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada
pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit).12

10
Muhammad Hafizh dan Muhammad Arfan Harahap. Produk dan Akad Perbankan Syariah Di
Indonesia (Teori dan Praktik), (Medan: CV. Merdeka Kreasi Group, 2019), h. 91
11
Ibid, h. 105
12
Abdullah Saeed. Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer tentang
Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 100

7
Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam
perbankan syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah :
(a) Tabungan mudharabah, yaitu simpanan pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai
perjanjian.13
(b) Deposito mudharabah, yaitu inestasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan
mendapat imbalan bagi hasil.
(c) Investasi mudharabah antar bank (IMA), yaitu sarana kegiatan
invvestasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar uang antar
bank syariah berdasarkan prinsip mudharabah di mana keuntungan
akan dibagikan kepada kedua belah pihak (pembeli dan penjual
sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

C. Perbedaan Bagi Hasil Dengan Bunga


Bank syariah berdasarkan pada prinsip profit and loss sharing (bagi
untung dan bagi rugi). Bank syariah tidak membebaskan buunga, melainkan
mengajak partisipasi dalam bidang usaha yang didanai. Para deposan juga
sama-sama mendapat bagian dari keuntungan bank sesuai dengan rasio yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian ada kemitraan atara bank
syariah dengan para deposan di satu pihak dan antara bank dan para nasabah
investasi sebagai pengelola sumber dana para deposan dalam berbagai usaha
produktif di pihak lain.
Sistem ini berbeda dengan bank konvensional yang pada intinya
meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi neraca dan memberi
pinjaman dana dengan menarik bunga pada sisi lain. Kompleksitas perbankan
Islam tampak dari keragaman dan penamaan instrumen-instrumen yang
digunakan serta pemahaman dalil-dalil hukum Islamnya.
Perbedaan yang mendasar antara sistem keuangan konvensional dengan
syariah terletak pada mekanisme memperoleh pendapatan, yakni bunga dan

13
Abdul Azis. Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru an Hoeve, 1996), h. 1198

8
bagi hasil. Dalam hukum Islam lama, bagi hasil terdapat dalam mudharabah
dan musyarakah. Kedua bentuk perjanjian keuangan itu dianggap dapat
menggantikan riba yang mengambil bentuk bunga. Antara bunga dan bagi
hasil, keduanya sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana.
Namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan antara
system bunga bank dengan prinsip bagi hasil syariah adalah sebagai berikut :14
NO Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
1. Asumsi selalu untung Ada kemungkinan untung/rugi
2. Didasarkan pada jumlah uang Didasarkan pada rasio bagi hasil
(pokok) pinjaman dari pendapatan/ keuntungan yang
diperoleh nasabah pembiayaan
3. Nasabah kredit harus tunduk Margin keuntungan untuk bank
pada pemberlakuan perubahan (yang disepakati bersama) yang
tingkat suku bunga tertentu ditambahkan pada pokok
secara sepihak oleh bank, pembiayaan berlaku sebagai harga
sesuai dengan fluktuasi tingkat jual yang tetap sama hingga
suku bunga di pasar uang. berakhirnya masa akad. Porsi
Pembayaran bunga yang pembagian bagi hasil berdasarkan
sewaktu-waktu dapat nisbah (yang disepakati bersama)
meningkat atau menurun berlaku tetap sama, sesuai akad,
tersebut tidak dapat dihindari hingga berakhirnya masa perjanjian
oleh nasabah di dalam masa pembiayaan (untuk pembiayaan
pembayaran angsuran konsumtif)
kreditnya.
4. Tidak tergantung pada kinerja Jumlah pembagian bagi hasil
usaha. Jumlah pembayaran berubah-ubah tergantung kinerja
bunga tidak meningkat usaha (untuk pembiayaan
meskipun jumlah keuntungan berdasarkan bagi hasil)
berlipat ganda saat keadaan
ekonomi sedang baik
5. eksistensi bunga diragukan Tidak ada agama yang meragukan
14
Muhammad Hafizh dan Muhammad Arfan Harahap. Produk dan Akad Perbankan Syariah Di
Indonesia (Teori dan Praktik), h. 14-15

9
kehalalannya oleh semua keabsahan bagi hasil
agama termasuk agama Islam
6. Pembayaran bunga tetap Bagi hasil tergantung pada
seperti yang dijanjikan tanpa keuntungan proyek yang
pertimbangan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak
dijalankan oleh pihak nasabah mendapatkan keuntungan maka
untung atau rugi kerugian akan ditanggung bersama
kedua pihak.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil Di Bank Syariah


Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh
minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh hasil
investasi. Besar kecilnya investasi dipengaruhi banyak faktor. Faktor pengaruh
tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak langsung.
1) Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah
bagi hasil.
a) Investmen rate merupakan presentase aktual dana yang dapat
diinestasikan dari total dana yang terhimpun. Jika 80% dana yang
terhimpun diinvestasikan, berarti 20% nya dicadangkan untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas.
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber yang dapat diinvestasikan. Dana tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata
saldo minimum bulanan.
c) Nisbah
(1) Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan
sesuai persetujuan di awal perjanjian.
(2) Nisbah antara satu bank dengan bank lain dapat berbeda.

10
(3) nisbah dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank,
misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

2) Faktor Tidak Langsung


Faktor tidak langsung yang mempengaruhi bagi hasil adalah :
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
(1) Bank dan nasabah melakukan share pendapatan yang dibagi
hasilkan adalah pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
(2) Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue
sharing.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh jalannya aktivitas
yang diterapkan, terutama dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

E. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil


Belum adanya standar pola operasi yang dikeluarkan oleh otoritas
moneter menjadikan bank-bank syariah yang pada saat ini sudah beroperasi
melakukan adopsi atau menyusun pola operasi secara sendiri-sendiri.
Ketidakseragaman pola operasi yang diterapkan yang pada akhirnya akan
mempersulit otoritas moneter, pemilik dana serta bank yang bersangkutan
melakukan kontrol serta mengukur tingkat kepatuhan dan keberhasilan dari
usaha bank-bank tersebut. Berikut contoh cara menghitung bagi hasil pada
bank syariah :
1) Menghitung saldo rata-rata dari sumber dana bank yang berdasar data dari
hasil perhitungan di bawah.
 Giro Wadiah : Rp. 60.000
 Tabungan Mudharabah : Rp. 150.000
 Deposito Mudharabah 1 bulan : Rp. 50.000
 Deposito Mudharabah 3 bulan : Rp. 40.000
 Deposito Mudharabah 6 bulan : Rp. 175.000
 Deposito Mudharabah 12 bulan : Rp. 75.000
Total Sumber Dana Rp. 550.000

11
2) Menghitung rata-rata pelemparan dana yang dilakukan oleh bank dalam
sebulan, kemudian menghitung jumlah total pelemparan dana baik dalam
bentuk pembiayaan bagi hasil, jual beli maupun SBPU.
Jumlah posisi rata-rata pelemparan dana dari hasil perhitungan di atas
adalah :
 Pembiayaan : Rp. 480.000
 SBPU : Rp. 100.000
3) Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah,
dengan menghitung jumlah dari :
 Pendapatan Pembiayaan : Rp. 8.000
 Pendapatan SBPU : Rp. 2.000
Dalam menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagika kepada
nasabah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Membandingkan antara Total Aktia Produktif dengan Total Dana
Pihak III, dalam hal ini Total Aktiva Produktif > Total Dana Pihak III.
Total dana pihak III Rp. 550.000 semua digunakan sebagai sumber
dana aktia produktif. Dengan rincian Rp. 480.000 dialokasikan ke
dalam pembiayaan dan Rp. 70.000 ke dalam SBPU.
b) Menghitung porsi pendapatan yang dibagikan dari masing-masing
jenis aktiva produktif berdasarkan alokasi sumber dana diatas.
Pembiayaan : (480.000/480.000) x 8.000 = 8.000
SBPU : (70.000/100.000) x 2.000 = 1.400 +
Jumlah total pendapatan dibagikan 9.400
4) Perhitungan bagi hasil nasabah
a) Menghitung jumlah pendapatan dibagikan untuk masing-masing dana
 Tabungan : (150.000/550.000) x 9.400 = 2.564
 Deposito 1 bulan : (50.000/550.000) x 9.400 = 855
 Deposito 3 bulan : (40.000/550.000) x 9.400 = 864
 Deposito 6 bulan : (175.000/550.000) x 9.400 = 2.991
 Deposito 12 bulan : (75.000/550.000) x 9.400 = 1.282

12
b) Menghitung pendapatan bagi hasil yang akan dibayarkan kepada
masing-masing jenis dana sesuai dengan kesepakatan nisbah
 Tabungan : 45/100 x 2.564 = 1.154
 Deposito 1 bulan : 65/100 x 855 = 556
 Deposito 3 bulan : 66/100 x 684 = 451
 Deposito 6 bulan : 66/100 x 2.991 = 1.974
 Deposito 12 bulan : 67/100 x 1.282 = 859
c) Menghitung equivalen rate untuk masing-masing jenis sumber dana
untuk jangka waktu 31 hari
 Tabungan : (1.154/150.000) x 365/31 x 100% = 9.06%
 Deposito 1 bulan : (556/50.000) x 365/31 x 100% = 13.09%
 Deposito 3 bulan : (451/40.000) x 365/31 x 100% = 13.28%
 Deposito 6 bulan :(1.974/175.000) x 365/31 x 100% = 13.28%
 Deposito 12 bulan : (897/75.000) x 365/31 x 100% = 13.49%
Pada umumnya bank-bank syariah di Indonesia dalam perhitungan
bagi hasilnya menggunakan sistem bobot pada setiap dana investasi,
dengan mengalikan presentase bobot tersebut dengan saldo rata-rata.
Semakin labil investasi tersebut semakin kecil bobot yang dikenakan,
dan semakin stabil investasi maka semakin besar bobot yang
dikenakan pada investasi tersebut, hal ini diterapkan sebagai bentuk
dari pengamanan resiko pada setiap dana investasi. Bobot akan
mempengaruhi besarnya bagi hasil yang akan didistribusikan sehingga
akan berdampak pada bagi hasil yang akan diterima oleh pemilik dana.

D. Kinerja Perbankan Syariah


Pada dasarnya tujuan dari pengukuran kinerja perbankan syariah
tidaklah jauh berbeda dengan kinerja perusahaan pada umumnya. Pengukuran
kinerja perusahaan dilakukan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian
atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Penilaian kinerja bank sangat penting untuk setiap stakeholders bank yaitu
manajemen bank, nasabah, mitra bisnis dan pemerintah di dalam pasar
keuangan yang kompetitif.

13
Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama
tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan
baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi
ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan
nilai sahamnya dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan nilai saham
dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah
dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan
masyarakat kepada bank yang bersangkutan.
Metode penilaian baru terseut ditetapkan melalui peraturan BI (PBI)
No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
berdasarkan prinsip syariah, yang meliputi sebagai berikut :
1) Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank,
termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk)
yang akan muncul. Penilaian kualitas aset ini dilakukan dengan dua cara
yaitu melalui kualitas aktiva produktif (KAP) dan pembiayaan non-
performing (NPF).
2) Likuiditas
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank
dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi
atas resiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian likuiditas dilakukan
dengan tiga cara yaitu melalui rasio Short Term Mismatch (STM), Short
Term Mismatch Plus (STMP), dan Rasio Antar Bank Pasiva (RABP).
3) Rentabilitas (Earning)
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank
syariah dalam menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas ini dilakukan
dengan enam cara yaitu melalui Net Operating Margin (NOM), Return on
Assets (ROA), Rasio Efisiensi Kegiatan Opearsional (REO), Diversifikasi
Pendapatan (DP), Return on Equity (ROE), dan Komposisi Penempatan
Dana pada Surat Berharga (IdFR).
a) Return on Assets (ROA)

14
Kinerja perbankan syariah dalam penelitian ini diukur dengan
Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Menurut
Brigham dan Ehrhadrt, ROA adalah rasio laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) atau laba bersih dibagi dengan nilai buku aset di awal
tahun fiskal. Return on Assets mengukur laba perusahaan yang
berhubungan dengan semua sumber daya disposal (modal pemegang
saham ditambah dana jangka pendek dan panjang yang dipinjam).
Oleh karena itu ROA adalah pengukur yang sangat baik dalam
menghitung tingkat pengembalian bagi pemegang saham. Jika
perusahaan tidak memiliki utang, maka laba atas aset dan laba atas
ekuitas akan sama.
ROA mengukur bagaimana tingkat keuntungan perusahaan
berhubungan terhadap total aset. ROA memberikan ide mengenai
bagaimana manajemen yang efesien menggunakan aset-asetnya untuk
menghasilkan laba. Dalam surat Edaran Bank Indonesia No. 9 Tahun
2007 menyatakan bahwa Return on Assets merupakan rasio penunjang
dalam menghitung rentabilitas bagi bank syariah. Rasio ini digunakan
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.
ROA dihitung dengan membagikan laba sebelum pajak dengan total
aset. semakin kecil rasio maka mengidentifikasikan kurangnya
kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aset untuk
meningkatkan pendapatan dan menekan biaya. ROA biasa digunakan
untuk mengukur kinerja operasional perusahaan.
b) Return on Equity (ROE)
Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997), REO adalah rasio
yang membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang
diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Rasio ini
memberitahukan kemampuan menghasilkan laba pada nilai buku
investasi pemegang saham dan seringkali digunakan dalam
membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam satu industri. ROE
yang tinggi seringkali merefleksikan penerimaan perusahaan atas
kesempatan investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif.

15
Prestasi manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Kinerja
operasional perusahaan diukur dengan menggunakan return on equity.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9 tahun 2007
menyatakan bahwa return on equity merupakan rasio penunjang dalam
menghitung rentabilitas bagi bank syariah. ROE digunakan untuk
mengukur kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba.
ROE dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak dengan modal
disetor. Cakupan modal disetor termasuk agio dan disagio. Semakin
besar rasio ini menunjukkan kemampuan modal disetor bank dalam
menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin besar.15

BAB III

PENUTUP

15
http://www.google.com/kinerja-perbankan-syariah.html (diakses pada tanggal 22/03/2022 pukul
14.51 wib)

16
A. Kesimpulan
Sistem bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syariah terbagi
kepada dua sistem, yaitu profit sharing dan revenue sharing. Profit sharing
adalah sistem bagi hasil yang didasarkan pada hasil bersih dari pendapatan
yang diterima atas kerjasama usaha, setelah dilakukan pengurangan-
pengurangan atas beban biaya selama proses usaha tersebut. Adapun revenue
sharing adalah sistem bagi hasil yang didasarkan kepada total seluruh
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Di dalam perbankan syariah Indonesia sistem bagi hasil yang
diberlakukan adalah sistem agi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue
sharing. Bank syariah dapat berperan sebagai pengelola maupun sebagai
pemilik dana, ketika bank berperan sebagai pengelola maupun sebagai
pemilik dana, ketika bank berperan sebagai pengelola maka biaya tersebut
akan ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika bank berperan sebagai
pemilik dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak nasabah pengelola
dana.

B. Saran
Semoga dengan selesainya tugas makalah ini kita dapat mengambil
manfaatnya, dan dapat mengetahui tentang perhitungan bagi hasil perbankan
syariah dan kinerja perbankan syariah, sehingga kita dapat menambah
wawasan lebih luas tentang makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

17
Al Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqh Alaa al Madzahibul Arba’ah, (Lebanon: Darul
Fikri, 1994).

Antonio, Syafi’i. Bank Syariah Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001).

Azis, Abdul. Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru an Hoeve, 1996).

Echols, John M., Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1995).

Hafizh, Muhammad, Muhammad Arfan Harahap. Produk dan Akad Perbankan


Syariah Di Indonesia (Teori dan Praktik), (Medan: CV. Merdeka Kreasi Group,
2019).

Manan, Abdul. Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bakti
Prima Yasa, 1997).

Muhammad. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII


Press, 2001).

Muhammad. Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002).

Saeed, Abdullah Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi
Kontemporer tentang Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI. Konsep, Produk dan Implementasi


Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001).

Pass, Cristopher, Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga,


1994).

http://www.google.com/kinerja-perbankan-syariah.html (diakses pada tanggal


22/03/2022 pukul 14.51 wib)

18

Anda mungkin juga menyukai