Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DASAR-DASAR BANK SYARIAH

“sistem bagi hasil dalam islam ”

Dosen Pengampu :

El munawwarah ,S.E,M.EI
Di Susun Oleh :

Rida juniyati (223360046)


Prodi : Perbankan Syariah

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)

NUSANTARA BATANGHARI 2023

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah dasar-dasar bank syariah tentang sistem bagi hasil dalam
islam .Dalam mengerjakan tugas ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki . Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan tugas ini.

Dalam tugas ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibuk El Munawwarah
S.E,M.EI,selaku dosen mata kuliah ini yang telah memberikan tugas, dan petunjuk kepada saya, serta
terima kasih kepada narasumber terkait sehingga Saya termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga hasil dari tugas ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Muara bulian, 18 September 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan masalah dan tujuan..............................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

A. Pengertian bagi hasil............................................................................................................3

B. Konsep bagi hasil.................................................................................................................4

C. Jenis-jenis akad bagi hasil.....................................................................................................5

Penutup....................................................................................................................................8

Daftar pustaka.........................................................................................................................9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

3
Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihakpihak yang
melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah.

Dalam hal tersebut, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau

salah satu pihak akan dibagi sesuai porsi masing-masing pihak yang melakukan

akad perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan

dengan menggunakan nisabah. Nisbah yaitu presntase yang disetujui oleh kedua

pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.1Prinsip bagi hasil
(profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi oprasional bank
Islam secara keseluruhan.2 Menetapkan tingkat keuntungan dan nisbah bagi hasil
pembiayaan pada bank syariah, agar bank syariah dapat memperoleh return yang maksimal.
Dengan demikian bank syariah dapat memberikan bagi hasil yang maksimal kepada dana
pihak ketiga karena semakin tinggi keuntungan yang diperoleh bank, semakin tinggi pula
bagi hasil yang diberikan bank kepada dana pihak ketiga, dan begitu sebaliknya. Manfaat
adanya bagi hasil adalah baik nasabah atau bank syariah memperoleh kepuasan,
memberikan manfaat keadilan yang diterima oleh nasabah dan bank syariah. Perhitungan
bagi hasil pada perbankan syariah di Indonesia berdasarkan profit yang diperoleh (profit and
loss sharing) yang didasarkan kepada ravenue sharing (yang dibagikan pendapatannya).
(Lauda Huruniang, Noven Suprayogi, Kelebihan dari bagi hasil adalah keuntungannya bersifat
emotional benefit. Hal ini tercermin dari dua alasan terbesar masyarakat, yaitu kesesuaian
dengan syariat Islam dan keinginan agar terhindar dari riba.8 Keuntungan akan dibagi kedua
pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, Bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsinya.9 Kekurangan dalam bagi hasil salah satunya adalah
bagi hasil yang akan diterima nasabah akan selalu berubah pada akhir bulan. Perubahan bagi
hasil ini disebabkan karena adanya fluktuasi pendapatan bank syariah dan fluktuasi dana
tabungan nasabah.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

4
dapat di tuliskan dengan pertanyaan sebagai berikut ini:

1. Apa itu sistem bagi hasil dalam islam?


2. Apa keuntungan sistem bagi hasil sebuah perusaha ?
3. Cara menerapkan sistem bagi hasil?

Tujuan

Untuk menambah wawasana tetnag jual beli dalam islam

Bab II

A. Pengertian Bagi Hasil

5
Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal denganprofit sharing. Profit
dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secaradefenisi profit sharing diartikan
“distribusi beberapa bagian dari laba padapegawai dari suatu perusahaan.

Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatusistem pengolahan dana dalam perekonomian
islam yakni pembagian hasilusaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengolola
(mudharib).Secara umum prinsip bagi hasil dalam ekonomi syariah dapat dilakukandalam
empat akad utama yaitu, al Musyarakah, al Mudharabah, alMuzara’ah, dan musaqolah.
Walaupun demikian prinsip yang paling banyakdipakai adalah al musyarakah dan al
mudharabah, sedangkan al muzara’ah dan al musqalah dipergunakan khusus untuk
plantation financing (pembiayaan

pertanian untuk beberapa bank islam).Bagi Hasil adalah keuntungan atau hasil yang
diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan
kepada nasabah dengan persyaratan :

a. Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan:

1.Revenue Sharing

2.Profit & loss Sharing

b. Pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang digunakan,

apakah PLS atau Gross Profit. Kalau tidak disepakati akad itu menjadi

gharar.

c. wktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah pihak,

misalnya setiap bulan atau waktu yang telah disepakati.

d. pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal dan

tercantum dalam akad.

Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan
didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem koperasi syari’ah

6
merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dan didalam aturan syari’ah
yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal

terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua

belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan

adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan

B. Konsep Bagi Hasil


Konsep bagi hasil ini sangat berbeda sekali dengan konsep bunga yang diterapkan oleh
sistem ekonomi konvensional. Dalam ekonomi syari’ah, konsep bagi hasil dapat dijabarkan
sebagai berikut.
a. Pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang
bertindak sebagai pengelola dana.
b. Pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal
dengan sistem pool of fund (penghimpun dana), selanjutnya pengelola
akan menginvestasikan dana-dana tersebut kedalam proyek atau usaha-usaha yang layak
dan menguntungkan serta memenuhi semua aspek
syari’ah.
c. Kedua belah pihak membuat kesepakatan (akad) yang berisi ruang lingkup
kerja sama, jumlah nominal dana, dan jangka waktu berlakunya
kesepakatan tersebut.6
d. Sumber dana terdiri dari :
1). Simpanan : tabungan dan simpanan berjangka.
2). Modal : simpanan pokok, simpanan wajib, dana lain-lain.
3.) Hutang pihak lain

C. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil


Bentuk-bentuk kerja sama bagi hasil dalam ekonomi syari’ah secara
umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah,

7
Muzara’ah, dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem
bagi hasil, pada umunya menggunakan kontrak
kerja sama pada akad Musyarakah dan Mudharabah.

A. Musyarakah (Joint Venture prifit & loss sharing)


Menurut Antonio Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Musyarakah adalah hubungan kemitraan antara perusahaan dengan konsumen
untuk suatu masa terbatas pada suatu proyek baik perusahaan maupun konsumen
memasukkan modal dalam perbandingan yang berbeda dan menyetujui suatu keuntungan
yang ditetapkan sebelumnya, lebih lanjut Manan mengatakan bahwa sistem ini juga
didasarkan atas prinsip untuk mengurangi kemungkinan partisipasi yang menjerumus
kepada kemitraan akhir oleh konsumen dengan diberikannya hak pada perusahaan pada
mitra usaha untuk membayar kembali saham perusahaan secara sekaligus ataupun
berangsur-angsur dari sebagian pendapatan bersih operasinya. Musyarakah adalah
mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya sehingga tidak dapat
dibedakan di antara akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
B. Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
Mudharabah termasuk salah satu bentuk akad syirkah (perkongsian). Istilah lain
Mudharabah digunakan oleh orang irak,
sedangkan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh. Dengan
demikian, mudharabah dan qiradh adalah istilah maksud yang sama.Mudharabah termasuk
juga perjanjian antara pemilik modal (uang dan barang) dengan pengusaha dimana pemilik
modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu usaha atau proyek dan pengusaha setuju
untuk mengelola proyek tersebut dengan bagi hasil sesuai dengan perjanjian. Disampingi itu
mudharabah juga berarti suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang
memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung
oleh pemilik modal. Oleh karena itu ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan
mudharabah yang harus diperhatikan yaitu :
1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik
modal (shahibul maal), pihak kedua sebagai pelaksana usaha (mudharabah). Syarat
keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara
hukum.

8
2) Objek Mudharabah (modal dan kerja)
Objek merupakan konsekuensi yang logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku.
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana
usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk
keahlian, ketrampilan, selling skill dan lain-lain.
3) Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
“Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip ‘an-araadhim minkum
(sama-sama rela)” (Q.S. An-Nisaa ayat 29). Kedua belah pihak harus secara rela bersepakat
untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya
untuk mengkontribusikan dana dan si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan kerja. Syaratnya adalah melafazkan ijab dari yang punya modal dan qabul
dari yang menjalankannya.

4) Nisbah keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual
beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang
bermudharabah. Mudharabah mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib
almaal mendapat imbalan atas penyertaan modal nya. Nisbah keuntungan inilah yang akan
mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian
keuntungan. D. Sistem Bagi Hasil Menurut Ekonomi Syari’ah
1. Pendekatan profit sharing (bagi laba)
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi
diartikan pembagian laba.11 Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total
pendapatan suatu perusahaan lebih besar dari biaya total. Di dalam istilah lain profit sharing
adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah
dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2. Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan) Revenue (pendapatan) dalam kamus
ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-
barang (goods) dan jasa (service) yang dihasilkan dari pendapatan penjualan (sales revenue).
Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out
put yang dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari
suatu produksi tersebut. Perhitungan menurut pendapatan ini adalah perhitungan laba
didasarkan pada pendapatan yang diperoleh dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha
sebelum dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Prinsip
revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari syafi’I yang mengataka bahwa
mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya, baik di dalam
keadaan menetap maupun berpergian (di perjalanan) karena mudharib telah mendapatkan
bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang
pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal. Sedangkan

9
untuk profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat Abu Hanifah, Malik, yang mengatakan
bahwa mudharabah dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya
itu di perjalanan saja baik itu untuk biaya makan, pakaian dan sebagainya.

10
Penutup

Simpulan
Bagi umat Islam yang melakukan bisnis dan selalu berpegang teguh pada norma-norma
hukum Islam, akan mendapatkan berbagai hikmah diantaranya; (a) bahwa jual beli (bisnis)
dalam Islam dapat bernilai sosial atau tolong menolong terhadap sesama, akan
menumbuhkan berbagai pahala, (b) bisnis dalam Islam merupakan salah satu cara untuk
menjaga kebersihan dan halalnya barang yang dimakan untuk dirinya dan keluarganya, (c)
bisnis dalam Islam merupakan cara untuk memberantas kemalasan, pengangguran dan
pemerasan kepada orang lain, (e) berbisnis dengan jujur, sabar, ramah, memberikan
pelayanan yang memuaskan sebagai mana diajarkan dalam Islam akan selalu menjalin
persahabatan kepada sesama

Daftar pustaka

11
Departemen Pendidikan Nasional,2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka. Dahlan, Abdul Azis, (editor), 1996, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 5,Jakarta: Ichtiar
Barn van Hoeve. Haroen, Nasrun,2000, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media
Pratama. Imam Muslim, t.th, Shahih Muslim, Beirut: Darul Fikri Ibnu Majah, t.th, Sunnah
Ibnu Majah, Bandung: al-Ma’arif. Masuki, Nana, 1987. Fiqh Mu’amalah Madiyah. Bandung:
IAIN
Sunan Gunung Djati Mas’adi, A., Ghofron, 2002, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Rasjid, Sulaiman, 1976, Fiqh Islam, Jakarta: Attahiriyah

12

Anda mungkin juga menyukai