Akad Mudharabah
Oleh:
Namira Heron
Amelia Pratiwi
Wulandari
Nadira
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen atas bimbingan yang
diberikan dalam pengerjaan tugas makalah ini. Tidak lupa pula penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Konsep Mudharabah.............................................................................3
B. Proses Akuntansi Mudharabah.............................................................4
C. Pengaturan Akuntansi Mudharabah......................................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................10
A. Simpulan...............................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad mudharabah adalah salah satu jenis akad dalam fiqh Islam yang
digunakan dalam konteks keuangan dan bisnis. Akad ini merupakan bentuk
kerjasama antara dua pihak, yaitu mudharib (pengelola modal) dan sahibul mal
(pemilik modal). Dalam akad mudharabah, mudharib bertanggung jawab untuk
mengelola modal yang diserahkan oleh sahibul mal dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Bagi sahibul mal, keuntungan yang diperoleh dari usaha
tersebut dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sedangkan risiko kerugian
ditanggung oleh sahibul mal.
Latar belakang akad mudharabah dapat ditemukan dalam ajaran Islam yang
mengatur prinsip-prinsip ekonomi dan keuangan. Prinsip utama yang mendasari
akad mudharabah adalah keadilan dan keberimbangan antara hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Prinsip ini juga mencerminkan konsep kebersamaan,
kepercayaan, dan tanggung jawab dalam kegiatan bisnis.
Akad mudharabah juga memiliki relevansi dalam konteks ekonomi Islam yang
mendorong adanya kegiatan bisnis yang berlandaskan kepada prinsip-prinsip
syariah. Dalam akad mudharabah, keuntungan yang diperoleh harus sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, seperti larangan riba (bunga), spekulasi, dan transaksi yang
merugikan salah satu pihak.
Selain itu, akad mudharabah juga memberikan kesempatan bagi individu atau
kelompok yang memiliki modal terbatas untuk berinvestasi dan berbisnis. Dalam
hal ini, mereka dapat menyumbangkan modalnya kepada mudharib yang memiliki
keahlian dan pengetahuan dalam bidang usaha tertentu. Dengan demikian, akad
mudharabah dapat menjadi sarana untuk mendorong kewirausahaan dan
pertumbuhan ekonomi dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat. Namun,
penting untuk dicatat bahwa implementasi akad mudharabah dalam praktik bisnis
modern dapat melibatkan berbagai kompleksitas dan tantangan. Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam dan
konsultasi dengan ahli hukum Islam atau konsultan keuangan yang berkompeten
dalam hal ini.
1
1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep mudharabah dalam perbankan syariah?
b. Bagaimana proses akuntansi mudharabah?
c. Bagaimana pengaturan akuntansi mudharabah?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Proses Akuntansi Mudharabah
1. Pencatatan Modal:
Pihak shahibul maal mencatat jumlah modal yang disetor ke dalam
akun mudharabah.
Pihak mudharib mencatat jumlah modal yang diterima ke dalam akun
mudharabah.
2. Pencatatan Pendapatan:
Pendapatan yang diperoleh dari usaha atau investasi oleh mudharib
dicatat sebagai pendapatan dalam akun mudharabah.
Pendapatan tersebut juga dapat dicatat dalam akun pendapatan
mudharabah terpisah.
3. Pembagian Keuntungan:
Keuntungan yang diperoleh dari usaha atau investasi oleh mudharib
dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya.
Bagian shahibul maal dicatat dalam akun pembagian keuntungan
mudharabah.
Bagian mudharib dicatat dalam akun modal mudharabah atau akun
pembagian keuntungan mudharabah.
4. Pencatatan Rugi:
Jika terjadi kerugian, rugi tersebut ditanggung oleh shahibul maal,
kecuali jika kerugian disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian dari
mudharib.
Rugi tersebut dicatat dalam akun rugi mudharabah atau akun modal
mudharabah.
5. Pengungkapan Informasi:
Informasi mengenai modal, pendapatan, pembagian keuntungan, dan
4
rugi harus diungkapkan kepada pihak shahibul maal dan mudharib
secara teratur.
Laporan keuangan yang mencakup informasi tersebut harus disusun dan
disampaikan kepada pihak-pihak terkait.
6. Pencatatan Modal Awal:
Pada saat awal kerjasama mudharabah, modal awal yang disetor oleh
shahibul maal dicatat dalam akun modal awal mudharabah.
Modal ini digunakan sebagai dasar perhitungan bagi pembagian
keuntungan dan kerugian.
7. Pencatatan Penarikan Modal:
Jika shahibul maal ingin menarik sebagian atau seluruh modalnya
sebelum berakhirnya periode mudharabah, penarikan modal tersebut
dicatat dalam akun penarikan modal mudharabah.
Pengaruh penarikan modal terhadap pembagian keuntungan dan
kerugian perlu dihitung dan dicatat secara proporsional.
8. Pencatatan Jurnal Umum:
Setiap transaksi yang terkait dengan mudharabah dicatat dalam jurnal
umum, termasuk pencatatan modal, pendapatan, pembagian
keuntungan, rugi, penarikan modal, dan transaksi lainnya.
Jurnal umum mencatat setiap debit dan kredit yang terkait dengan akun-
akun yang relevan.
9. Penyusunan Laporan Keuangan:
Setelah mencatat transaksi dalam jurnal umum, laporan keuangan
seperti laporan laba rugi, neraca, dan laporan perubahan modal disusun.
Laporan keuangan ini mencerminkan hasil dari kegiatan mudharabah,
termasuk pendapatan, pembagian keuntungan, dan rugi.
C. Pengaturan Akuntansi Mudharabah dalam Standar Akuntansi
Perbankan Syariah.
5
Indonesia pada awal 1992-2002 atau 10 tahun Bank Syariah tidak memiliki PSAK
khusus. Para ahli dan pakar praktisi akhirnya mengesahkan PSAK 59 sebagai dasar
hukum dari standar akuntansi perbankan syariah di Indonesia.
Adapun inti dari PSAK 59 yaitu : Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur
perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan)
transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah. Ruang Lingkup
dalam Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank perkreditan
rakyat syariah, dan kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi di
Indonesia. Hal-hal umum yang tidak diatur dalam pernyataan ini mengacu pada
PSAK yang lain dan/atau prinsip akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan
penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) pemerintah,
lembaga pengawas independen, dan bank sentral (Bank Indonesia).
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas komponen-komponen
berikut:
a. neraca;
b. laporan laba rugi;
c. laporan arus kas;
d. laporan perubahan ekuitas;
e. laporan perubahan dana investasi terikat;
f. laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah;
g. laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan; dan
h. catatan atas laporan keuangan.
6
sistem akuntansi yang baik pula, sehingga akan tersedia informasi yang dapat
dipercaya. peran keberadaan PSAK Syariah yang matang, berimbas pada
perkembangan Lembaga Keuangan Syariah.
Hingga saat ini Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menerbitkan 9 (sembilan)
PSAK Syariah yaitu: Penyajian Laporan Keuangan Syariah, Akuntansi
Murabahah, Akuntansi Salam, Akuntansi Istishna, Akuntansi Mudharabah,
Akuntansi Musyarakah, Akuntansi Ijarah, Asuransi Syariah, dan Akuntansi, Zakat,
Infak & Sedekah (belum di terbitkan namun sudah disahkan).
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang
meliputi:
a. aset;
b. kewajiban;
c. dana syirkah temporer;
d. ekuitas;
e. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
f. arus kas;
g. dana zakat; dan
h. dana kebajikan.
1. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
7
2. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah,
dan mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola
dana, maka dana yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
3. Dalam mudharabah muqayadah, contoh batasan antara lain:
a. tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
b. tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
penjamin, atau tanpa jaminan; atau
c. mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa
melalui pihak ketiga.
4. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun
agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana
dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini
hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
5. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad
mudharabah diakhiri.
6. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka
porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama
periode akad. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan
kerugian, maka kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana.
8
pengungkapan mudharabah.
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas secara komprehensif mengenai akad
mudharabah dalam konteks keuangan Islam. Berikut adalah beberapa kesimpulan
yang dapat diambil:
1. Akad mudharabah merupakan bentuk akad dalam fiqh Islam yang
digunakan dalam konteks keuangan dan bisnis. Akad ini melibatkan
kerjasama antara mudharib (pengelola modal) dan sahibul mal (pemilik
modal).
2. Prinsip utama yang mendasari akad mudharabah adalah keadilan dan
keberimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah pihak. Keuntungan
yang dihasilkan dari usaha tersebut dibagi berdasarkan kesepakatan
sebelumnya, sedangkan risiko kerugian ditanggung oleh sahibul mal.
3. Akad mudharabah memiliki manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan.
Ia dapat menjadi sarana bagi individu atau kelompok dengan modal
terbatas untuk berinvestasi dan berbisnis, sehingga mendorong
kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.
4. Namun, implementasi akad mudharabah juga menghadapi tantangan dan
risiko yang perlu dikelola dengan baik. Strategi mitigasi risiko perlu
diterapkan untuk menjaga keberlangsungan dan keberhasilan akad
mudharabah.
5. Persyaratan dan mekanisme pelaksanaan akad mudharabah harus dipahami
dan dipenuhi oleh kedua belah pihak. Transparansi, laporan keuangan, dan
kewajiban etis juga merupakan hal penting dalam pelaksanaan akad
mudharabah.
6. Akad mudharabah dapat diterapkan dalam berbagai sektor ekonomi,
seperti perbankan Islam, investasi, pembiayaan proyek, perdagangan, dan
ekspor-impor.
Dalam keseluruhan, akad mudharabah merupakan instrumen keuangan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dengan pemahaman yang mendalam
tentang konsep, prinsip, persyaratan, dan mekanisme pelaksanaan akad
10
mudharabah, serta dengan mengatasi tantangan yang ada, diharapkan masyarakat
dapat memanfaatkan akad mudharabah untuk mencapai tujuan ekonomi yang adil
dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
B. Saran
Kiranya karya tulis ini dapat menambah khasanah pengetahuan yang selalu
berkembang dinamis mengenai akad mudharabah
11
DAFTAR PUSTAKA
Warde, I. (2000). Islamic Finance in the Global Economy. Edinburgh University
Press.
Sundararajan, V., & Errico, L. (2002). Islamic Financial Institutions and Products
in the Global Financial System: Key Issues in Risk Management and
Challenges Ahead. International Monetary Fund.
Khan, T., & Ahmed, H. (2001). Risk Management: An Analysis of Issues in
Islamic Financial Industry. Islamic Research and Training Institute,
Islamic Development Bank.
Haniffa, R., & Hudaib, M. (2009). Exploring Compliance with Islamic Ethics in
Islamic Banks: A Survey of Islamic Finance in Malaysia. Journal of
Business Ethics, 88(2), 35-52.
Siddiqi, M. N. (2006). Islamic Banking and Finance: Theory and Practice. Islamic
Research and Training Institute, Islamic Development Bank.
Archer, S., & Karim, R. A. A. (2007). Islamic Finance: The Regulatory
Challenge. John Wiley & Sons.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. From: http://google.co.id/PSAK_101.wrd/ 17 Oktober 2010
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. PSAK 105: Akuntansi Mudharabah. From:
http://google.co.id/PSAK_102.pdf/ 17 Oktober 2010
12