Anda di halaman 1dari 35

AKUNTANSI MUDHOROBAH DAN MUSYARAKAH

Makalah Ini Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah
AKUNTANSI SYARIAH
Dosen Pengampu : Aris Fauzin, S.E.I., MH.

Disusun oleh:
Muahamad Aris Munandar ( 4.2020.1.0394 )
Aprilianti Nurandini ( 4.2020.1.0012 )
INSTITUTE MADANI NUSANTARA (STAI)
EKONOMI SYARIAH (KARYAWAN)
SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

         
          Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga penyusunan
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Syariah.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin
yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
          Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya yang diajukan
sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.         
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk menyempurnakan Makalah ini
dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis

DAFTAR
i ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
b. Rumusan Makalah.......................................................................................... 1
c. Tujuan Masalah.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
a. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam......................................... 2
b. Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits......................................................................... 5
c. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an................................................................. 9

BAB III PENUTUP................................................................................................ 14


Kesimpulan........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

BAB
ii I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan kerja sama dengan akad musyarakah dan
mudhorobah.
Dua akad di atas adalah akad yang di anjurkan oleh syariat islam, kerja sama yang
di lakukannya tranpasran dan tanpa merugikan salah satu pihak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Mudhorabah?
2. Bagaimana Skema Akad Mudhorobah ?
3. Bagaimana Pencatatan Akuntansi Mudhorabah ?
4. Bagaimana Pengertian Musyarakah?
5. Bagaimana Skema Akad Musyarakah ?
6. Bagaimana Pencatatan Akuntansi Musyarakah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Mudhorabah
2. Mengetahui Skema Akad Mudhorobah
3. Mengetahui Pencatatan Akuntansi Mudhorabah
4. Mengetahui Pengertian Musyarakah
5. Mengetahui Skema Akad Musyarakah
6. Mengetahui Pencatatan Akuntansi Musyarakah
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUDHOROBAH
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 115 Tahun
2017 tentang Pembiayaan Mudharabah, akad mudharabah adalah akad kerja sama suatu
usaha arrtara pemilik modal (malildshahib al-ma) yang menyediakan seluruh modal
dengan pengelola ('amil/mudharib) dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka
sesuai nisbah yang disepakati dalam akad.
Sementara dalam kaitannya dengan bank syariah, mudharabah adalah akad kerja
sama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah selaku
(mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu usaha
yang produktif dan halal.  Akad dari arti mudharabah digunakan oleh bank syariah guna
mendanai kebutuhan permodalan bagi nasabah yang dipakai untuk menjalankan usaha
atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha atau proyek yang
bersangkutan.
Dalam pembiayaan ini LKS (lembaga keuangan syariah) sebagai shahibul maal
(pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha
(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha. Jangka waktu usaha, tata
cara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha). Mudharib boleh melakukan
berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan
LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai hak
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Jumlah dana pembiayaan harus
dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang. Dalam fatwanya sesuai
arti mudharabah, MUI menegaskan LKS sebagai penyedia dana wajib ikut menanggung
semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

B. Skema Akad Mudhorobah


C. Pencatatan Akuntansi Mudhorobah
PENGUKURAN DAN PENGAKUAN
Dalam PSAK 59 diatur hal-hal yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran
pembiayaan mudharabah.
1. Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aktiva non kas kepada pengelola dana; dan
b. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui setiap tahap
pembayaran atau penyerahan.
2. Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan
bank pada saat pembayaran.

b. Pembiayaan dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai wajar aktiva non
kas pada saat penyerahan, dan selisih wajar antara nilai wajar dan nilai buku
aktiva non kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank.

c. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui sebagai
bagian pembiayaan mudharabah kecuali telah disepakati bersama.
3. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah oleh pengelola dana
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
4. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena
adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan
diakui sebagai kerugian bank.
5. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas maka kegiatan usaha
mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang tersebut dite-tima oleh pengelola
dana dalam kondisi siap dipergunakan.
6. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah di- mulainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut diperhitungkan
pada saat bagi hasil.
7. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non kas dan barang tersebut mengalami
penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam
kegiatan usaha maka rugi tersebut tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan
namum diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
8. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau-
yang telah ditentukan di dalam akad; atau
c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.
9. Apabila mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo dan pembiayaan mudharabah
belum dibayar oleh pengelola dana, maka pembiayaan mudharabah diakui sebagai
piutang jatuh tempo.
PENGAKUAN LABA RUGI MUDHARABAH
Pengakuan laba rugi mudharabah diatur dalam PSAK 59 paragraf 23 sampai 28,
sebagai berikut;
1. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan, maka:

a. Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil
sesuai nisbah yang disepakati; dan
b. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi
saldo pembiayaan mudharabah
Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank.
2. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi
laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing).
3. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah sebelum
masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.
4. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana
dibebankan pada pengelola dana.
5. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah
selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada pengelola dana.
CONTOH DAN ILUSTRASI
Berikut adalah ilustrasi beberapa transaksi yang berkaitan dengan
pembiayaan mudharabah.
Pembayaran Kas dan Biaya Akad
Setelah terjadi kesepakatan jenis transaksi maka selanjutnya dilakukan
penyerahan kas atau aktiva non yang dibutuhkan oleh nasabah mudharib.
Transaksi 1 (Pembayaran kas mudharabah)
Pada saat akad telah disepakati maka kemudian bank menyerahkan kas atau aktiva
non kas kepada nasabah mudharib. Penyerahan ini dapat dilakukan sekaligus atau
bertahap. Pada transaksi ini pembayaran kas dilakukan sekaligus dalam satu waktu.
01/01/2004 Bank Muslim Syariah memberikan pembiayaan dengan akad
pembiayaan mudharabah kepada PT Citra sebesar Rp 100.000.000,00 dengan jangka
waktu dua bulan. Dana tersebut sepakat untuk membeli bibit, makanan dan obat-
obatan serta pemeliharaan ayam pedaging. Bagi hasil (revenue sharing) yang
disepakati 60:40 masing-masing untuk Bank Muslim Syariah dan PT Citra.
Analisis:

PSAK 59 paragraf 14, menyatakan bahwa pembiayaan mudharabah diakui pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana. Transaksi di
atas telah terjadi pembayaran kas pembiayaan mudharabah kepada PT Citra,
sehingga dapat diakui sebagai pembiayaan mudharabah.
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/01 Pembiayaan mudharabah Kas / 100.000.000
/2004 Rekening PT Citra 100.000.000
(Dibayar Pembiayaan mudharabah kepada PT. Citra )
Transaksi 2 (Biaya akad)
Dalam transaksi mudharabah sering dilakukan persaksian oleh pihak ke tiga, dalam
hal ini adalah notaris. Ini dilakukan untuk meningkatkan status hukum akad
kerjasama mudharabah yang dibuat. Dalam praktik perbankan biaya akad ini dapat
dibebankan kepada nasabah mudharib atau bank sesuai dengan kesepakatan.
02/01/2004 Dalam rangka pembuatan akad Bank Muslim Syariah mengeluarkan
biaya untuk administrasi dan notaris Rp250.000,00.
Analisis:
Pengeluaran biaya dalam rangka dibuatnya akad mudharabah. Pada saat ini belum
ditentukan yang akan menanggung biaya akad mudharabah tersebut. Jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut;
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/01/ U.M akad mudh 250.000
2004 Kas(notaris) 250.000
(Dibayar U.M akad Mudharabah kepada notaris )
Apabila biaya akad disepakati menjadi bagian dari pembiayaan mudharabah, berarti
biaya akad ditanggung oleh nasabah mudharabah. Jurnal tambahan perlu dibuat
sebagai berikut;
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/01 Pembiayaan mudharabah 250.000
/2004 U.M akad mudharabah 250.000
(U.M akad Muharabah diakui sebagai tambahan Pembiayaan mudharabah pada
PT. Citra)
Apabila biaya akad tidak disepakati sebagai bagian dari pembiayaan mudharabah,
berarti biaya akad ditanggung oleh bank, maka jurnal tambahan yang dilakukan
adalah;
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/01 Biaya akad mudharabah 250.000
/2004 U.M akad mudharabah 250.000
(U.M akad mudharabah diakui sebagai beban biaya akad oleh BMS)

Kerugian Awal Periode


Selanjutnya setelah terjadi akad mudharabah, dapat saja terjadi kerusakan
yang tidak disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan mudharib. PSAK 59 paragraf
17, menyatakan bahwa apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum
dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo
pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila kerugian yang
terjadi disebabkan oleh kesalahan mudharib maka kerugian tersebut ditanggung
sendiri oleh mudharib. Untuk menggambarkan hal ini berikut adalah ilustrasi
transaksi (seperti kasus PT. Citra di atas) dengan asumsi sebagai berikut;
a. Biaya administrasi menambah akad mudharabah.
b. Terdapat kehilangan/kerugian di awal periode yang tidak disebabkan oleh
kesalahan mudharib.
Transaksi (Kehilangan Pembiayaan Mudharabah)
Sebelum dimulainya usaha, dapat saja terjadi kerusakan/ kehilangan sebagian
dari pembiayaan mudharabah yang disebabkan bukan karena kesalahan mudharib.
Apabila ini terjadi maka akan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan
menjadi kerugian bagi pihak bank.
Transaksi 1 (Kehilangan Pembiayaan Mudharabah) 03/01/04 Bibit yang dibeli
dari toko bibit pada saat datang ternyata sudah ada yang mati 100 ekor dengan nilai
Rp 100.000,00, atas kematian ini tidak dapat dikembalikan pada pihak toko bibit.
Analisis:
Terjadi kehilangan pembiayaan mudharabah sebelum dimulai usaha, hal ini bukan
disebabkan oleh kesalahan mudharib, sehingga mengurangi saldo pembiayaan dan
menjadi kerugian bank.
Tgl keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
03/01 Kerugian pembiayaan mudharabah 100.000
/2004 Pembiayaan mudharabah 100.000
(Kehilangan sebagian pembiayaan mudharabah sebelum dimulai usaha)

Apabila kehilangan yang terjadi karena kesalahan mudharib maka pada saat
kejadian tidak perlu dijurnal, tetapi akan diperhitungkan pada saat penghitungan bagi
hasil. Dengan kata lain kerugian tetap ditanggung oleh mudharib.
Pembiayaan Mudharabah Jatuh Tempo
pada saat pembiayaan jatuh tempo, maka akan ada dua kemungkinan yaitu
mudharib melunasi tepat waktu, atau mudharib belum dapat melunasi secara tepat
waktu.
Transaksi 1 (Pelunasan pembiayaan mudharabah tepat waktu)
01/03/2004 pembiayaan mudharabah jatuh tempo dan dilunasi oleh mudharib tepat
waktu.
Analisis:
Pembiayaan yang telah jatuh tempo dan dilunasi tepat waktu, mengurangi
pembiayaan mudharabah. Biaya akad mudharabah disepakati menambah jumlah
pembiayaan mudharabah kepada mudharrib dan kerugian ditanggung oleh bank,
maka jumlah yang jatuh tempo adalah:
Pokok mudharabah Rp. 100.000.000,00. Akad mudh
(tambahan mudh) Rp. 250.000,00
Kerugian/kehilangan Rp. (100.000.00)
Rp. 100.150.000,00
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/03 Kas 100.150.000
/2004 Pembiayaan mudharabah 100.150.000
(Pembiayaan mudharabah jatuh tempo dan telah dilunasi tepat waktu)

Transaksi 2 (Pelunasan pembiayaan mudharabah tidak tepat waktu)


Pembiayaan mudharabah yang telah jatuh tempo harus dilaporkan sesuai dengan
yang senyatanya walaupun belum dapat dilunasi oleh mudharib.
01/03/2004 Apabila pembiayaan mudharabah telah jatuh tempo, dan ternyata
mudharib belum bisa melunasi.
Analisis:
Pembiayaan yang telah jatuh tempo dan belum dilunasi oleh mudbarib, maka
pembiayaanmudharabah tetap harus berkurang, hanya saja rekening lawannya adalah
piutang jatuh tempo.
Tgl Keterengan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/03 Piutang jth tempo pembiayaan 100.150.000
/2004 mudh
Pembiayaan mudharabah 100.150.000
(Pembiayaan mudharabah jatuh tempo dan belum dilunasi)
Transaksi 3 (Penerimaan Keuntungan Mudharabah)
Apabila setelah dilakukan perhitungan bagi hasil ternyata usahanya mendapatkan
keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan porsi yang telah
disepakati.
02/03/2004 Diterima hasil pembiayaan mudharabah, ayam pedaging yang dapat
terjual dengan harga Rp150.150.000,00.
Analisis:
Porsi keuntungan untuk Bank Muslim Syariah 60% yaitu:
Hasil penjualan Rp. 150.150.000,00 Pembiayaan mudharabah Rp. 100.150.000,00
Keuntungan Rp. 50.000.000,00
Porsi keuntungan untuk bank adalah Rp. 50.000.000,00 x 60% = Rp. 30.000.000,00
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/03 Kas 30.000.000
/2004 Pendapatan bagi hasil mudh 30.000.000
(Diterima keuntungan mudharabah dari PT. Citra)
Dalam Pembiayaan Mudharabah ada 3 Kemungkinan Kejadian

Sukses tanpa kendala

3 Kejadian pembiayaan Rugi karena kesalahan


mudharabah mudharrib

Rugi bukan kesalahan


mudharrib

1. Biaya akad sepakat ditanggung oleh bank. Kerjasama sukses untung tanpa
kendala
Contoh soal:
 Tanggal 1/02/2014 BMS menyerahkan dana tunai Rp 100.000.000,- kepada
tuan Abdullah untuk beternak ayam pedaging, jangka waktu 2 bulan
 Tanggal 2/02/2014 BMS mengeluarkan dananya Rp 250.000 untuk biaya
notaris. Dan sepakat uang ini tidak termasuk pembiayaan mudharabah
“Kerjasama sukses ayam pedaging laku dijual Rp 160.000.000”
 Tanggal 2/04/2014 pembiayaan mudharabah jatuh tempo dapat dilunasi Rp
100.000.000
 Tanggal 3/04/2014 karena proyek sukses BMS mendapat pendapatan bagi hasil
mudharabah dengan nisbah 60% dari Rp 60.000.000 (60% x 60.000.000 =
36.000.000)
Untuk lebih jelasnya lihat jurnal sebagai berikut:
Tgl Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
01/01 Pembiayaan mudarabah Kas 100.000.000
/2014 (Bp. Abdullah) 100.000.000
(pembiayaan mudharabah kepada Bapak Abdullah)
02/01 Biaya akad mudharabah Kas 250.000
/14 (notaris) 250.000
(Biaya akad mudharabah kepada notaris)
03/03 Kas 100.000.00
/14 Pembiayaan mudahrabah 0 100.000.000
(Jatuh tempo pembiayaan mudharabah Tuan Abdullah)
04/03 Kas 36.000.000
/04 Pendapatan bagi hasil mudh. 36.000.000
(Diterima pendapatan bagi hasil mudharabah)

2. Biaya Akad Ditanggung Bank, Kerugian Sebab Kesalaha Mudharib


Kerugian pada awal periode yang disebabkan oleh kesalahan mudharib
dan pembiayaan yang diberikan dalam bentuk kas, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh mudharib.
Berikut adalah ilustrasi kerugian pada awal periode dengan asumsi sebagai
berikut:
 Apabila biaya akad tidak ditambahkan pada akad pembiayaan
mudharabah.
 Apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian Mudharib.

Pada saat terjadi pembayaran kas maka transaksi dicatat sama


seperti ilustrasi sebelumnya. Berikut adalah ilustrasi transaksi
apabila kerugian awal periode disebabkan oleh kelalaian mudharib.
Contoh:
01/01/2004 Bank Muslim Syariah memberikan pembiayaan dengan
akad mudharabah pada PT Citra sebesar Rp.100.000.000,00
dengan jangka waktu dua bulan. Bank Muslim Syariah dan PT
Citra sepakat bahwa dana tersebut digunakan untuk membeli bibit,
makanan dan obat-obatan serta pemeliharaan ayam pedaging. Bagi
hasil (revenue sharing) yang disepakati 60:40 masing-masing
untuk Bank Muslim Syariah dan PT. Citra.
02/01/2004 Dalam rangka pembuatan akad Bank Muslim Syariah
mengeluarkan biaya untuk administrasi dan notaris sebesar Rp
250.000,00, atas biaya ini kedua pihak sepakat untuk tidak
menambahkan dalam pembiayaan mudharabah. Berarti diakui
sebagai biaya akad oleh BMS
01 /03/2004 Pembiayaan mudharabah jatuh tempo, belum dapat
dilunasi oleh PT Citra.
02/03/2004 Ayam pedaging dapat terjual dengan harga setinggi
Rp75.000.000,00. Harga ini dibawah harga yang diperkirakan atau
di bawah pembiayaan mudharabah. Hal ini disebabkan oleh
kesalahan pemeliharaan sehingga kerugian ini ditanggung oleh PT
Citra.
05/03/2004 PT Citra membayar atas kerugian yang disebabkan
oleh kesalahannya Rp25.000.000,00.
Jurnal yang harus dibuat Bank Muslim Syariah adalah:
Tgl Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
01/01 Pembiayaan 100.000.00
/04 mudarabah Kas 0 100.000.00
(PT. Citra) 0
(pembiayaan mudharabah kepada PT Citra)
02/01 Biaya akad 250.000
/04 mudharabah 250.000
Kas (notaris)
(Biaya akad mudharabah oleh BMS kepada notaris)
01/03 Pembiayaan mudh- piutang 100.000.00
/04 jatuh tempo 0
Pembiayaan mudahrabah 100.000.00
0
(Jatuh tempo pembiayaan mudharabah PT. Citra)
02/03 Kas 75.000.000
/04 Pembiayaanmudh- 75.000.000
piutang jatuh
tempo
(Diterima pelunasan pemb. Mudharabah PT.Citra)
05/03 Kas 25.000.000
/04 Pembiayaan mudh– 25.000.000
piutang jatuh tempo

(Diterima kerugian akibat kesalahan dar PT. Citra)

3. Biaya Akad Ditanggung Bank, Kerugian Tidak Disebabkan


Kesalahan Mudharib
Berikut disajikan ilustrasi transaksi yang menjelaskan
pembiayaan mudharabah dengan menggunakan asumsi sebagai
berikut;
 Apabila biaya akad tidak ditambahkan pada akad pembiayaan
mudharabah.
 Apabila terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kesalahan
Mudharib.
Contoh:
01/01/2004 Bank Muslim Syariah memberikan pembiayaan dengan
akad mudharabah kepada PT Citra. Rp. 100.000.000,00 dengan
jangka waktu dua bulan. Kedua pihak sepakat bahwa dana tersebut
digunakan untuk membeli bibit, makanan dan obat-obatan serta
pemeliharaan ayam pedaging. Bagi hasil (revenue sharing) yang
disepakati 60:40 masing-masing untuk Bank Muslim Syariah dan
PT Citra.
02/01/2004 Dalam rangka pembuatan akad Bank Muslim Syariah
mengeluarkan biaya akad untuk administrasi dan notaris sebesar
Rp250.000,00.
01 /03/2004 Pembiayaan mudharabah jatuh tempo dan PT Citra
belum dapat melunasi pembiayaan.
02/03/2004 Ayam pedaging dapat terjual dengan harga setinggi
Rp75.000.000,00. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga pasar
ayam pedaging. Karena kerugian ini tidak disebabkan oleh PT
Citra sebagai mudharib maka kerugian ini ditanggung oleh Bank
Muslim Syariah. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Muslim
Syariah adalah:
Tgl Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
01/01 Pembiayaan 100.000.00
/04 mudarabah Kas 0 100.000.00
(PT. Citra) 0
(pembiayaan mudharabah kepada PT Citra)
02/01 Biaya akad 250.000
/04 mudharabah 250.000
Kas (notaris)
(Biaya akad mudharabah oleh BMS kepada notaris))
01/03 Pembiayaan mudh- 100.000.00
/04 piutang 0
jatuh tempo 100.000.00
Pembiayaan mudahrabah 0
(Jatuh tempo pembiayaan mudharabah PT. Citra)
02/03 Kas 75.000.000
/04 Pembiayaan mudh- piutang 75.000.000
jatuh
tempo
(Diterima pelunasan pemb. Mudharabah PT.Citra)
Kerugian pembiayaan 25.000.000
mudharabah 25.000.000
Pembiayaan mudharabah
– piutang
jatuh tempo
(Diakui kerugian mudharabah dengan PT. Citra)

MudharabahAktiva Non Kas


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pembiayaan
mudharabah dapat dilakukan dengan penyerahan aktiva non kas.
PSAK 59 paragraf 14, menyebutkan bahwa pembiayaan mudharabah
dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai wajar aktiva non
kas (harga pasar) pada saat penyerahan. Apabila terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas, maka oleh bank
diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Kegiatan usaha mudharib
dianggap, mulai berjalan sejak barang tersebut diterima oleh nasabah
mudharib dalam kondisi siap dipergunakan.

Transaksi Penyerahan aktiva non kas, kerugian


penyerahan aktiva
05/03/2006 Bank Muslim Syariah telah menyetujui
memberikan pembiayaan mudharabah kepada Ibu Amelia
seorang pengusaha distribusi makanan ringan dalam bentuk
dua buah sepeda motor. Sepeda motor merek ABC dibeli
dengan harga Rp10.000.000,00, ternyata pada saat diserahkan
harga pasar merek ABC adalah Rp9.500.000,00.
Analisis:
Bank Muslim Syariah telah membeli sepeda motor merek ABC
dengan dengan harga Rp10.000.000,00, sementara harga pasar
sepeda motor tersebut hanya Rp9.500.000,00, sehingga
selisihnya Rp500.000,00 merupakan kerugian yang ditanggung
Bank Muslim Syariah.
Tgl Keterangan Debit Kredit (Rp)
(Rp)
05/03 Pembiayaan 9.500.000
/2006 mudharabah Kerugian 500.000
penyerahan aktiva 10.000.000
Pers. Spd motor ABC
(Penyerahan Sepeda motor ABC untuk pembiayaan
mudharabah kepada Ibu Amelia)

Transaksi Penyerahan aktiva non kas, keuntungan


penyerahan aktiva

10/04/2006 Diserahkan sepeda motor merek ABC untuk


pembiayaan mudharabah pada Ibu Amelia. Sepeda motor
tersebut dibeli dengan harga Rp15.000.000,00, sedang harga
pasar saat ini adalah Rp15.750.000,00.

Analisis:
Sepeda motor yang dibeli dengan harga Rpl5.000.000,00
ternyata harga pasar saat penyerahan kepada nasabah mudharib
adalah Rpl5.750.000,00. Harga pasar ini dapat dianggap
sebagai harga yang wajar sehingga pembiayaan mudharabah
dapat menggunakan harga pasar. Selisih lebih Rp750.000,00
(Rpl5.750.000,00 — Rpl5.000.000,00) merupakan keuntungan
bank.
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/03/ Pembiayaan mudharabah 15.750.00
2006 Persediaan spd mtr. 0 15.000.000
ABC Keuntungan 750.000
penyerahan
(Penyerahan sepeda motor ABC untuk pembiayaan
mudharabah pada Ibu Amelia)

KESIMPULAN
Dari uraian di atas mulai dari pengertian dan definisi,
pengukuran dan pengakuan serta penghitungan laba, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Akuntansi pembiayaan mudharabah adalah proses penghitungan
penyerahan tunai maupun non tunai dari pihak bank syariah
kepada nasabah mudharrib berdasarkan PAPSI (Peraturan
Akuntansi Perbanksn Syariah Indonesia) tahun 2003 dan PSAK 59
2. Dalam Pembiayaan mudharabah proses penghitungan laba
berdasarkan nisbah bagi hasil (profit sharing) maksudnya adalah
pendapatan dikurangi beban. Berbeda dengan revenue sharing,
yaitu hasil penjualan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati.
3. Dalam pembiayaan mudharabah ada 3 kejadian, yang pertama
sukses tanpa kendala, yang kedua rugi karena kesalahan
mudharrib dan yang ketiga adalah rugi karena bukan kesalahan
mudharrib.
D. PENGERTIAN MUSYARAKAH
OJK menyatakan Penanaman dana dari pemilik dana atau modal untuk
mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
ditanggung semua pemilik dana atau modal berdasarkan bagian dana atau modal
masing-masing.
Musyarakah menurut KBBI Serikat dagang; kongsi; perseroan; persekutuan.
Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam sebuah usaha
untuk menggabungkan modal dan menjalankan usaha bersama dalam suatu kemitraan
dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan dan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi modal. Secara etimologis, musyarakah berarti penggabungan, pencampuran,
atau serikat.
Dalam musyarakah, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan
beserta nasabahnya) dapat mengumpulkan modal lalu kemudian membentuk suatu
perusahaan sebagai badan hukum. Setiap pihak yang terlibat memiliki bagian secara
proporsional sesuai kontribusi modal yang mereka berikan dan memiliki hak mengawasi
(voting right) perusahaan sesuai proporsinya masing-masing.
Dalam dunia perbankan, musyarakah merupakan akad kerja sama antara bank dan
nasabahnya dalam pembiayaan usaha dengan ketentuan pembagian keuntungan dan
risiko sesuai kesepakatan.
E. Skema Akad Musyarakah

F. Pencatatan Akuntansi Musyarakah

A. (PSAK 106)

a. Pengenalan Akun-akun di Neraca


Berikut akan dijelaskan masing-masing akun yang terdapat dineraca berdasarkan
PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah.
1. Investasi Musyarakah
Rekening ini digunakan untuk mencatat modal musyarakah yang diserahkan oleh
mitra pasif baik dalam bentuk uang tunai maupun aset nonkas kepada mitra aktif.
Rekening ini didebit pada saat penyerahan modal musyarakah mitra pasif kepada
mitra aktif. Rekening ini dikredit pada saat penerimaan kembali modal
musyarakah.
2. Keuntungan ( Musyarakah) Tnggungan
Rekening ini digunakan untuk mencatat keuntungan yang timbul karena nilai pasar
modal aset nonkas yang diserahkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tercatat
aset tersebut. Rekening ini dikredit pada saat modal aset nonkas yang diserahkan
mempunyai nilai pasar yang lebih besar dibandingkan dengan nilai tercatatnya.
Rekening ini didebit pada saat amortisasi keuntungan tangguhan menjadi
keuntungan penyerahan aset musyarakah.
3. Penyisihan Kerugian
Rekening ini digunakan untuk mencatat pembentukan penyisihan atau cadangan
kerugian dari investasi musyarakah. Rekening ini dikredit pada saat pembentukan
penyisihan kerugian atas investasi musyarakah. Rekening ini didebit pada saat
digunakan untuk penghapusan investasi musyarakah.
4. Piutang Pendapatan Bagi Hasil
Rekening ini digunakan untuk mencatat bagi hasil yang telah dihitung oleh mitra
aktif tetapi belum diserahkan kepada bank syariahselaku mitra pasif. Rekening ini
didebit pada saat pengakuan pendapatan bagi hasil dan dikredit pada saat
penerimaan atau pembayaran bagi hasil diterima mitra pasif (bank syariah) dari
mitra aktif.

b. Pengenalan Akun-akun di Laporan Laba Rugi


Berikut ini akan dijelaskan masing-masing akun yang terdapat dilaporan laba rugi
berdasarkan PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah.
1. Kerugian (Penyerahan Aset)
Rekening ini digunakan untuk mencatat kerugian yang timbul berkaitan dengan
penyerahan modal kerja dalam bentuk aset nonkas. Kerugian penyerahan aset
nonkas diakui pada saat nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari
nilai tercatat dari aset nonkas. Rekening ini didebit pada saat mitra pasif mengakui
adanya kerugian pada penyerahan aset nonkas-nya. Sebaliknya, rekening ini
dikredit pada saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode
laporan keuangan.
2. Keuntungan (Penyerahan Aset)
Rekening ini digunakan untuk mencatat pendapatan atas amortisasi dari
keuntungan penyerahan modal aset nonkas. Rekening ini dikredit pada saat
pengakuan amortisasi keuntungan musyarakah yang ditangguhkan. Rekening
didebit pada saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode
laporan keuangan.
3. Pendapatan Bagi Hasil Investasi Musyarakah
Rekening ini digunakan untuk mencatat pendapatan bagi hasil musyarakah yang
menjadi hak mitra pasif. Rekening ini dikredit pada saat pengakuan pendapatan
bagi hasil musyarakah. Rekening ini didebit pada saat dipindahkan kerekening
Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.
4. Kerugian Musyarakah
Rekening ini digunakan untuk mencatat kerugian pengelolaan musyarakah yang
merupakan bagian kerugian dari mitra pasif yang bukan kesalahan dari mitra aktif
sebagai pengelola usaha musyarakah. Rekening ini didebit pada saat terjadinya
kerugian sebesar yang menjadi beban dari mitra pasif. Rekening ini dikredit pada
saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode laporan
keuangan.

c. Pengakuan dan Pengukuran


Pengakuan dan Pengukuran Investasi Musyarakah
Biaya praakad yang terjadi akibat akad musyarakah (biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset nonkas kepada mitra aktif. Adapun rekening investasi musyarakah dapat diukur dalam
bentuk kas maupun aset nonkas:
1. Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah
yang dibayarkan. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah untuk mencatat
investasi musyarakah dalam bentuk kas adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Investasi Musyarakah xxx

Cr. Kas xxx


2. Investasi musyarakah yang diserahkan dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar
nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas,
maka perlakuannya adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat maka diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad. Jurnal yang harus
dicatat oleh bank syariah untuk mencatat keuntungan tangguhan adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Investasi Musyarakah xxx

Cr. Asset Nonkas xxx

Cr. Keuntungan Tangguhan xxx

Setelah dilakukan pengakuan keuntungan tangguhan, bank syariah harus


melakukan amortisasi keuntungan tangguhan tersebut selama masa manfaat.
Adapun jurnal amortisasi keuntungan tangguhan yang harus dicatat oleh bank
syariah adalah sebagai berikut:
Rekening Debit Kredit

Dr. Keuntungan Tangguhan xxx

Cr. Keuntungan xxx

b. Sebaliknya, apabila niali wajar lebih kecil daripada nilai tercatat maka diakui
sebagai kerugian pada saat terjadinya. Berikut jurnal yang harus dibuat oleh
bank syaraiah untuk mencatat kerugian pada saat penyerahan aset nonkas:
Rekening Debit Kredit

Dr. Investasi Musyarakah xxx

Dr. Kerugian xxx

Cr. Aset Nonkas xxx


3. Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan
akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan. Jurnal yang harus dibuat oleh
bank syariah untuk mencatat penyusunan investasi musyarakah (aset tetap) adalah:

Rekening Debit Kredit

Dr. Beban Penyusutan xxx

Cr. Investasi Musyarakah xxx

4. Biaya yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah.

Pengakuan dan Pengukuran Keuntungan/Kerugian


Dari investasi musyarakah, dapat diperoleh keuntungan atau kerugian dari usaha yang
dijalankan. Berikut adalah jurnal yang dapat dibuat oleh bank syariah, meliputi:
1. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, maka jurnal yang harus
dibuat oleh bank syariah adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas/Piutang xxx

Cr. Pendapatan bagi hasil xxx

2. harus dibuat oleh bank syariah adalah:


Rekening Debit Kredit

Dr. Kerugian xxx

Cr. Penyisihan Kerugian xxx

Pengakuan dan Pengukuran Pada Akhir Akad


1. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati
pada saat penyerahan aset. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah apabila tidak
ada kerugian adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Cr. Investasi Musyarakah xxx


Sebaliknya, apabila terjadi kerugian, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank
syariah adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Cr. Aset Nonkas xxx

2. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih


dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai
buku dengan nilai jual) didistribusikan kepada setiap mitra usaha nisbah. Jurnal
yang harus dibuat oleh bank syariah untuk mencatat penjualan aset nonkas yang
mengalami keuntungan adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Cr. Investasi Musyarakah xxx

Cr. Keuntungan xxx

Sebaliknya, apabila dalam penjualan investasi musyarakah mengalami kerugian, maka


jurnal yang harus dibuat bank syariah adalah:
Rekening Debit Kredit

Dr. Kas xxx

Dr. Kerugian xxx

Cr. Keuntungan xxx

3. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian
dana mitra usaha secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah
kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah
dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif. Adapun bagian
mitra pasif, nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang
diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika
ada.

B. Penyajian dan Pengungkapan

Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut.
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah.
b. Keuntungan tanggungan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada
nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

Mitra pasif dapat mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi
tidak terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain.
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

C. Contoh Kasus Transaksi Musyarakah

Pada tanggal 2 Juni 2012, Nashirudin manandatangani akad Pembiayaan usaha


pembuatan produk rumah tangga pada alumni dengan Bank Syariah Tegar (BST) dengan
skema musyarakah sebgai berikut:
a) Nilai proyek : Rp 100.000.000,00.
b) Kontribusi Bank : Rp 60.000.000,00 (pembayaran tahap pertama
sebesar Rp 30.000.000,00 dilakukan tanggal 10 Juni dan Pembayaran tahap
kedua [tahap final] sebesar Rp 30.000.000,00 dilakukan tanggal 10 Juli)
c) Kontribusi Nashirudin : Rp 40.000.000,00
d) Nisbah Bagi Hasil : Nashirudin 80% dan BTS 20%
e) Periode : 10 Bulan
f) Biaya Administrasi : Rp 600.000,00 (1%dari pembiayaan Bank
Syariah)
g) Objek Bagi Hasil : Laba Bruto (selisih harga jual dikurangi harga
pokok penjualan)
h) Skema pelunasan pokok : Musyarakah Permanen – dilunasi pada saat
akad berakhir tanggal 2 April 2013
Berikut beberapa jurnal yang harus dicatat oleh Bank Syariah Tegar (BST) berkaitan
dengan transaksi musyarakah di atas.
a) Pada tanggal 2 Juni 2012, jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST)
pada saat penandatanganan akad ada 2 (dua) yaitu: (1) mencatat kewajiban
komitmen dan (2) mencatat penerimaan biaya administrasi dari nasabah. Jurnal
yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat adanya
kewajiban komitmen pembiayaan adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Pos Lawan Kewajiban
02/06/12 Komitmen Administratif Rp 60.000.000,00
pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Administratif Rp 60.000.000,00
Pembiayaan

Selain itu, Bank Syariah Tegar (BST) juga membuat jurnal untuk mencatat penerimaan
biaya administrasi dari nasabah yaitu:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
02/06/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 600.000,00

Cr. Pendapatan Administratif Rp 600.000,00

b) Misalnya, pada tanggal 10 Juni 2012 Bank Syariah Tegar merealisasikan tahap 1
dana musyarakah kepada nasabah sebesar Rp30.000.000,00. Pada tahap realisasi
atau pencairan dana, pihak bank syariah membuat 2 (dua) jurnal yaitu (1)
membalik rekening kewajiban komitmen pembiayaan, dan (2) mencatat
pembayaran investasi musyarakah kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh
Bank Syariah Tegar (BST) pada tanggal 10 juni 2012 adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Pos Lawan Kewajiban
10/06/12 Komitmen Administratif Rp 30.000.000,00
pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Administratif Rp 30.000.000,00
Pembiayaan
Dr. Investasi Musyarakah Rp 30.000.000,00

Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp 30.000.000,00

Selanjutnya, sesuai dengan skema akad sebelumnya, Bank Syariah Tegar (BST)
melakukan pembayaran tahap final (tahap 2) yang dilakukan pada tanggal 10 Juli 2012
sebesar Rp30.000.000,00 kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah
Tegar untuk mencatat pembayaran tahap 2 (dua) adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Pos Lawan Kewajiban
10/07/12 Komitmen Administratif Rp 30.000.000,00
pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Administratif Rp 30.000.000,00
Pembiayaan
Dr. Investasi Musyarakah Rp 30.000.000,00

Cr. Kas/Rekening Nasabah Rp 30.000.000,00

c) Nasabah mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran dan pelaporan pada


setiap bulan setiap tanggal 2 sebagaimana tertuang dalam skema akad musyarakah
dengan Bank Syariah Tegar (BST) selama periode akad 10 bulan. Terdapat 2 (dua)
alternatif dalam hal ini yaitu (1) pelaporan dan pembayaran dilakukan pada saat
yang bersamaan oleh nasabah, dan (2) pelaporan dan pembayaran berbeda
waktunya artinya pembayaran dilakukan setelah nasabah melaporkan hasil
usahanya kepada Bank Syariah Tegar (BST).

Alternatif 1: Pada tanggal 2 Juli 2012 nasabah melakukan pelaporan dan


pembayaran kepada Bank Syariah Tegar (BST) secara bersamaan. Jurnal yang
harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) pada tanggal tersebut jika nasabah
melaporkan laba kotor sebesar Rp10.000.000,00 dengan porsi bank syariah sebesar
20% adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
02/07/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 2.000.000,00
Cr. Pendapatan Bagi Hasil
Rp 2.000.000,00
Musyarakah

Alternatif 2: Pada tanggal 2 Agustus 2012 nasabah melakukan pelaporan hasil


usahanya kepada Bank Syariah Tegar (BST) dengan laba kotor sebesar
Rp12.500.000,00. Nasabah baru melakukan pembayaran bagi hasil yang
merupakan hak bang syariah pada tanggal 20 Agustus 2012. Jurnal yang harus
dibuat oleh Bank Syariah Tegar pada tanggal 2 Agustus 2012 adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Tagihan Pendapatan Bagi Hasil
02/08/12 Rp 2.500.000,00
Musyarakah
Cr. Pendapatan Bagi Hasil
Rp 2.500.000,00
Musyarakah - Akrual

Selanjutnya, pada saaat nasabah melakukan pembayaran bagi hasil ke Bank


Syariah Tegar pada tanggal 20 Agustus 2012, Bank Syariah Tegar (BST) akan
membuat jurnal sebagai berikut:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
20/08/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 2.500.000,00
Cr. Tagihan Pendapatan Bagi
Rp 2.500.000,00
Hasil Musyarakah

d) Pada tanggal 2 April 2013 saat akad berakhir terdapat 2 (dua) alternatif pencatatan
yaitu (1) apabila nasabah mampu mengembalikan modal musyarakah, dan (2)
apabila nasabah tidak mampu mengembalikan modal musyarakah.
1) Apabila Nashirudin mampu mengembalikan modal musyarakah, maka jurnal
yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat
pengembalian modal musyarakah adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
02/04/13 Dr. Kas Rp 60.000.000,00

Cr. Investasi Musyarakah Rp 60.000.000,00

2) Apabila Nashirudin tidak mampu mengembalikan modal musyarakah, Bank


Syariah Tegar (BST) akan mencatatnya sebagai piutang musyarakah jatuh
tempo. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) apabila
Nashirudin tidak mampu melunasi modal musyarakah adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Piutang Musyarakah-Jatuh
02/04/13 Rp 60.000.000,00
Tempo
Cr. Investasi Musyarakah Rp 60.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai