Makalah Ini Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah
AKUNTANSI SYARIAH
Dosen Pengampu : Aris Fauzin, S.E.I., MH.
Disusun oleh:
Muahamad Aris Munandar ( 4.2020.1.0394 )
Aprilianti Nurandini ( 4.2020.1.0012 )
INSTITUTE MADANI NUSANTARA (STAI)
EKONOMI SYARIAH (KARYAWAN)
SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga penyusunan
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Syariah.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin
yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya yang diajukan
sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk menyempurnakan Makalah ini
dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
DAFTAR
i ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
a. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
b. Rumusan Makalah.......................................................................................... 1
c. Tujuan Masalah.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
a. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam......................................... 2
b. Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits......................................................................... 5
c. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an................................................................. 9
BAB
ii I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan kerja sama dengan akad musyarakah dan
mudhorobah.
Dua akad di atas adalah akad yang di anjurkan oleh syariat islam, kerja sama yang
di lakukannya tranpasran dan tanpa merugikan salah satu pihak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Mudhorabah?
2. Bagaimana Skema Akad Mudhorobah ?
3. Bagaimana Pencatatan Akuntansi Mudhorabah ?
4. Bagaimana Pengertian Musyarakah?
5. Bagaimana Skema Akad Musyarakah ?
6. Bagaimana Pencatatan Akuntansi Musyarakah?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Mudhorabah
2. Mengetahui Skema Akad Mudhorobah
3. Mengetahui Pencatatan Akuntansi Mudhorabah
4. Mengetahui Pengertian Musyarakah
5. Mengetahui Skema Akad Musyarakah
6. Mengetahui Pencatatan Akuntansi Musyarakah
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUDHOROBAH
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 115 Tahun
2017 tentang Pembiayaan Mudharabah, akad mudharabah adalah akad kerja sama suatu
usaha arrtara pemilik modal (malildshahib al-ma) yang menyediakan seluruh modal
dengan pengelola ('amil/mudharib) dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka
sesuai nisbah yang disepakati dalam akad.
Sementara dalam kaitannya dengan bank syariah, mudharabah adalah akad kerja
sama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah selaku
(mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu usaha
yang produktif dan halal. Akad dari arti mudharabah digunakan oleh bank syariah guna
mendanai kebutuhan permodalan bagi nasabah yang dipakai untuk menjalankan usaha
atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha atau proyek yang
bersangkutan.
Dalam pembiayaan ini LKS (lembaga keuangan syariah) sebagai shahibul maal
(pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha
(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha. Jangka waktu usaha, tata
cara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha). Mudharib boleh melakukan
berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan
LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek, tetapi mempunyai hak
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Jumlah dana pembiayaan harus
dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang. Dalam fatwanya sesuai
arti mudharabah, MUI menegaskan LKS sebagai penyedia dana wajib ikut menanggung
semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
b. Pembiayaan dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai wajar aktiva non
kas pada saat penyerahan, dan selisih wajar antara nilai wajar dan nilai buku
aktiva non kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank.
c. Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui sebagai
bagian pembiayaan mudharabah kecuali telah disepakati bersama.
3. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah oleh pengelola dana
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
4. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha karena
adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak
pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan
diakui sebagai kerugian bank.
5. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas maka kegiatan usaha
mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang tersebut dite-tima oleh pengelola
dana dalam kondisi siap dipergunakan.
6. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah di- mulainya usaha tanpa
adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut diperhitungkan
pada saat bagi hasil.
7. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non kas dan barang tersebut mengalami
penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam
kegiatan usaha maka rugi tersebut tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan
namum diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
8. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
a. Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau-
yang telah ditentukan di dalam akad; atau
c. Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.
9. Apabila mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo dan pembiayaan mudharabah
belum dibayar oleh pengelola dana, maka pembiayaan mudharabah diakui sebagai
piutang jatuh tempo.
PENGAKUAN LABA RUGI MUDHARABAH
Pengakuan laba rugi mudharabah diatur dalam PSAK 59 paragraf 23 sampai 28,
sebagai berikut;
1. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan, maka:
a. Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil
sesuai nisbah yang disepakati; dan
b. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi
saldo pembiayaan mudharabah
Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank.
2. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi
laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing).
3. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian mudharabah sebelum
masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.
4. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana
dibebankan pada pengelola dana.
5. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah
selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada pengelola dana.
CONTOH DAN ILUSTRASI
Berikut adalah ilustrasi beberapa transaksi yang berkaitan dengan
pembiayaan mudharabah.
Pembayaran Kas dan Biaya Akad
Setelah terjadi kesepakatan jenis transaksi maka selanjutnya dilakukan
penyerahan kas atau aktiva non yang dibutuhkan oleh nasabah mudharib.
Transaksi 1 (Pembayaran kas mudharabah)
Pada saat akad telah disepakati maka kemudian bank menyerahkan kas atau aktiva
non kas kepada nasabah mudharib. Penyerahan ini dapat dilakukan sekaligus atau
bertahap. Pada transaksi ini pembayaran kas dilakukan sekaligus dalam satu waktu.
01/01/2004 Bank Muslim Syariah memberikan pembiayaan dengan akad
pembiayaan mudharabah kepada PT Citra sebesar Rp 100.000.000,00 dengan jangka
waktu dua bulan. Dana tersebut sepakat untuk membeli bibit, makanan dan obat-
obatan serta pemeliharaan ayam pedaging. Bagi hasil (revenue sharing) yang
disepakati 60:40 masing-masing untuk Bank Muslim Syariah dan PT Citra.
Analisis:
PSAK 59 paragraf 14, menyatakan bahwa pembiayaan mudharabah diakui pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana. Transaksi di
atas telah terjadi pembayaran kas pembiayaan mudharabah kepada PT Citra,
sehingga dapat diakui sebagai pembiayaan mudharabah.
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/01 Pembiayaan mudharabah Kas / 100.000.000
/2004 Rekening PT Citra 100.000.000
(Dibayar Pembiayaan mudharabah kepada PT. Citra )
Transaksi 2 (Biaya akad)
Dalam transaksi mudharabah sering dilakukan persaksian oleh pihak ke tiga, dalam
hal ini adalah notaris. Ini dilakukan untuk meningkatkan status hukum akad
kerjasama mudharabah yang dibuat. Dalam praktik perbankan biaya akad ini dapat
dibebankan kepada nasabah mudharib atau bank sesuai dengan kesepakatan.
02/01/2004 Dalam rangka pembuatan akad Bank Muslim Syariah mengeluarkan
biaya untuk administrasi dan notaris Rp250.000,00.
Analisis:
Pengeluaran biaya dalam rangka dibuatnya akad mudharabah. Pada saat ini belum
ditentukan yang akan menanggung biaya akad mudharabah tersebut. Jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut;
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/01/ U.M akad mudh 250.000
2004 Kas(notaris) 250.000
(Dibayar U.M akad Mudharabah kepada notaris )
Apabila biaya akad disepakati menjadi bagian dari pembiayaan mudharabah, berarti
biaya akad ditanggung oleh nasabah mudharabah. Jurnal tambahan perlu dibuat
sebagai berikut;
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/01 Pembiayaan mudharabah 250.000
/2004 U.M akad mudharabah 250.000
(U.M akad Muharabah diakui sebagai tambahan Pembiayaan mudharabah pada
PT. Citra)
Apabila biaya akad tidak disepakati sebagai bagian dari pembiayaan mudharabah,
berarti biaya akad ditanggung oleh bank, maka jurnal tambahan yang dilakukan
adalah;
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
02/01 Biaya akad mudharabah 250.000
/2004 U.M akad mudharabah 250.000
(U.M akad mudharabah diakui sebagai beban biaya akad oleh BMS)
Apabila kehilangan yang terjadi karena kesalahan mudharib maka pada saat
kejadian tidak perlu dijurnal, tetapi akan diperhitungkan pada saat penghitungan bagi
hasil. Dengan kata lain kerugian tetap ditanggung oleh mudharib.
Pembiayaan Mudharabah Jatuh Tempo
pada saat pembiayaan jatuh tempo, maka akan ada dua kemungkinan yaitu
mudharib melunasi tepat waktu, atau mudharib belum dapat melunasi secara tepat
waktu.
Transaksi 1 (Pelunasan pembiayaan mudharabah tepat waktu)
01/03/2004 pembiayaan mudharabah jatuh tempo dan dilunasi oleh mudharib tepat
waktu.
Analisis:
Pembiayaan yang telah jatuh tempo dan dilunasi tepat waktu, mengurangi
pembiayaan mudharabah. Biaya akad mudharabah disepakati menambah jumlah
pembiayaan mudharabah kepada mudharrib dan kerugian ditanggung oleh bank,
maka jumlah yang jatuh tempo adalah:
Pokok mudharabah Rp. 100.000.000,00. Akad mudh
(tambahan mudh) Rp. 250.000,00
Kerugian/kehilangan Rp. (100.000.00)
Rp. 100.150.000,00
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01/03 Kas 100.150.000
/2004 Pembiayaan mudharabah 100.150.000
(Pembiayaan mudharabah jatuh tempo dan telah dilunasi tepat waktu)
1. Biaya akad sepakat ditanggung oleh bank. Kerjasama sukses untung tanpa
kendala
Contoh soal:
Tanggal 1/02/2014 BMS menyerahkan dana tunai Rp 100.000.000,- kepada
tuan Abdullah untuk beternak ayam pedaging, jangka waktu 2 bulan
Tanggal 2/02/2014 BMS mengeluarkan dananya Rp 250.000 untuk biaya
notaris. Dan sepakat uang ini tidak termasuk pembiayaan mudharabah
“Kerjasama sukses ayam pedaging laku dijual Rp 160.000.000”
Tanggal 2/04/2014 pembiayaan mudharabah jatuh tempo dapat dilunasi Rp
100.000.000
Tanggal 3/04/2014 karena proyek sukses BMS mendapat pendapatan bagi hasil
mudharabah dengan nisbah 60% dari Rp 60.000.000 (60% x 60.000.000 =
36.000.000)
Untuk lebih jelasnya lihat jurnal sebagai berikut:
Tgl Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
01/01 Pembiayaan mudarabah Kas 100.000.000
/2014 (Bp. Abdullah) 100.000.000
(pembiayaan mudharabah kepada Bapak Abdullah)
02/01 Biaya akad mudharabah Kas 250.000
/14 (notaris) 250.000
(Biaya akad mudharabah kepada notaris)
03/03 Kas 100.000.00
/14 Pembiayaan mudahrabah 0 100.000.000
(Jatuh tempo pembiayaan mudharabah Tuan Abdullah)
04/03 Kas 36.000.000
/04 Pendapatan bagi hasil mudh. 36.000.000
(Diterima pendapatan bagi hasil mudharabah)
Analisis:
Sepeda motor yang dibeli dengan harga Rpl5.000.000,00
ternyata harga pasar saat penyerahan kepada nasabah mudharib
adalah Rpl5.750.000,00. Harga pasar ini dapat dianggap
sebagai harga yang wajar sehingga pembiayaan mudharabah
dapat menggunakan harga pasar. Selisih lebih Rp750.000,00
(Rpl5.750.000,00 — Rpl5.000.000,00) merupakan keuntungan
bank.
Tgl Keterangan Debit (Rp) Kredit (Rp)
05/03/ Pembiayaan mudharabah 15.750.00
2006 Persediaan spd mtr. 0 15.000.000
ABC Keuntungan 750.000
penyerahan
(Penyerahan sepeda motor ABC untuk pembiayaan
mudharabah pada Ibu Amelia)
KESIMPULAN
Dari uraian di atas mulai dari pengertian dan definisi,
pengukuran dan pengakuan serta penghitungan laba, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Akuntansi pembiayaan mudharabah adalah proses penghitungan
penyerahan tunai maupun non tunai dari pihak bank syariah
kepada nasabah mudharrib berdasarkan PAPSI (Peraturan
Akuntansi Perbanksn Syariah Indonesia) tahun 2003 dan PSAK 59
2. Dalam Pembiayaan mudharabah proses penghitungan laba
berdasarkan nisbah bagi hasil (profit sharing) maksudnya adalah
pendapatan dikurangi beban. Berbeda dengan revenue sharing,
yaitu hasil penjualan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati.
3. Dalam pembiayaan mudharabah ada 3 kejadian, yang pertama
sukses tanpa kendala, yang kedua rugi karena kesalahan
mudharrib dan yang ketiga adalah rugi karena bukan kesalahan
mudharrib.
D. PENGERTIAN MUSYARAKAH
OJK menyatakan Penanaman dana dari pemilik dana atau modal untuk
mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
ditanggung semua pemilik dana atau modal berdasarkan bagian dana atau modal
masing-masing.
Musyarakah menurut KBBI Serikat dagang; kongsi; perseroan; persekutuan.
Musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam sebuah usaha
untuk menggabungkan modal dan menjalankan usaha bersama dalam suatu kemitraan
dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan dan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi modal. Secara etimologis, musyarakah berarti penggabungan, pencampuran,
atau serikat.
Dalam musyarakah, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan
beserta nasabahnya) dapat mengumpulkan modal lalu kemudian membentuk suatu
perusahaan sebagai badan hukum. Setiap pihak yang terlibat memiliki bagian secara
proporsional sesuai kontribusi modal yang mereka berikan dan memiliki hak mengawasi
(voting right) perusahaan sesuai proporsinya masing-masing.
Dalam dunia perbankan, musyarakah merupakan akad kerja sama antara bank dan
nasabahnya dalam pembiayaan usaha dengan ketentuan pembagian keuntungan dan
risiko sesuai kesepakatan.
E. Skema Akad Musyarakah
A. (PSAK 106)
b. Sebaliknya, apabila niali wajar lebih kecil daripada nilai tercatat maka diakui
sebagai kerugian pada saat terjadinya. Berikut jurnal yang harus dibuat oleh
bank syaraiah untuk mencatat kerugian pada saat penyerahan aset nonkas:
Rekening Debit Kredit
4. Biaya yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan) tidak dapat
diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah.
3. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian
dana mitra usaha secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah
kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah
dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif. Adapun bagian
mitra pasif, nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang
diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika
ada.
Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan sebagai berikut.
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah.
b. Keuntungan tanggungan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada
nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.
Mitra pasif dapat mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi
tidak terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain.
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Selain itu, Bank Syariah Tegar (BST) juga membuat jurnal untuk mencatat penerimaan
biaya administrasi dari nasabah yaitu:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
02/06/12 Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp 600.000,00
b) Misalnya, pada tanggal 10 Juni 2012 Bank Syariah Tegar merealisasikan tahap 1
dana musyarakah kepada nasabah sebesar Rp30.000.000,00. Pada tahap realisasi
atau pencairan dana, pihak bank syariah membuat 2 (dua) jurnal yaitu (1)
membalik rekening kewajiban komitmen pembiayaan, dan (2) mencatat
pembayaran investasi musyarakah kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh
Bank Syariah Tegar (BST) pada tanggal 10 juni 2012 adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Pos Lawan Kewajiban
10/06/12 Komitmen Administratif Rp 30.000.000,00
pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Administratif Rp 30.000.000,00
Pembiayaan
Dr. Investasi Musyarakah Rp 30.000.000,00
Selanjutnya, sesuai dengan skema akad sebelumnya, Bank Syariah Tegar (BST)
melakukan pembayaran tahap final (tahap 2) yang dilakukan pada tanggal 10 Juli 2012
sebesar Rp30.000.000,00 kepada nasabah. Jurnal yang harus dibuat oleh Bank Syariah
Tegar untuk mencatat pembayaran tahap 2 (dua) adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
Dr. Pos Lawan Kewajiban
10/07/12 Komitmen Administratif Rp 30.000.000,00
pembayaran
Cr. Kewajiban Komitmen
Administratif Rp 30.000.000,00
Pembiayaan
Dr. Investasi Musyarakah Rp 30.000.000,00
d) Pada tanggal 2 April 2013 saat akad berakhir terdapat 2 (dua) alternatif pencatatan
yaitu (1) apabila nasabah mampu mengembalikan modal musyarakah, dan (2)
apabila nasabah tidak mampu mengembalikan modal musyarakah.
1) Apabila Nashirudin mampu mengembalikan modal musyarakah, maka jurnal
yang harus dibuat oleh Bank Syariah Tegar (BST) untuk mencatat
pengembalian modal musyarakah adalah:
Tangga
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
l
02/04/13 Dr. Kas Rp 60.000.000,00