Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI MUSYARAKAH

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH AKUNTANSI SYARIAH

DOSEN : SERI MURNI, S.E., M.Si., Ak.

RUANG : UIN 122 09 – FEBI di FUF 02

DISUSUN OLEH :
1. RYAN YUSUF PRADANA (180602001)
2. WAHYUDI ASHAL (180602024)
3. WAHYU ARIGA (180602090)
4. ETIKA ARUM (180602069)
5. DEDEK PUJA (180602101)

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Azza Wa Jalla yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Akuntansi Musyarakah.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak  sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. 

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul Akuntansi


Musyarakah dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

i
Banda Aceh, 13 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Transaksi Musyarakah.....................................................................3
B. Ketentuan – Ketentuan Dalam Akuntansi Musyarakah...................................5
C. Karakteristik Dalam Akuntansi Musyarakah...................................................7
D. Dasar Hukum Dalam Akuntansi Musyarakah................................................11
E. Jenis-Jenis Akuntansi Musyarakah..................................................................12
F. Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah.....................................15
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. KESIMPULAN...................................................................................................20
B. SARAN................................................................................................................20
DAFTAR PUSAKA........................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk


melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat
merencanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan
sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan
hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-
baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Faktor ketidakpastian
adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah
satu prinsip yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat
mendukung aspek keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam
perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil usaha didepan dalam suatu
kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat memberatkan salah
satu pihak yang berusaha, sehingga dapat melanggar keadilan.
Bahwa kegiatan-kegiatan investasi baik pada bank maupun dalam raung
lingkup non bank. Islam oleh para teoritisi medefinisikan tentang transaksi
pada pembiayaan atau dalam transaksi syirkah atau musyarakah adalah suatu
perkongsian antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek,
dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung
jawab terhadap kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan modal masing-
masing pemilik modal. Salah satu sebab yang melatarbelakangi pada
penulisan makalah ini adalah. Apakah konsep teoritis yang ditawarkan dengan
sistem transaksi syarikah atau musyarakah dalam literature fiqih terkait
transaksi syarikah atau musyarakah dapat diaplikasikan dalam realitas.?
Makalah ini akan menjelaskan bagaimana konsep transaksi dalam syarikah
atau musyarakah dan apa hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup yang
ada dalam transaksi syarikah atau musyarakah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dasar Akuntansi Musyarakah ?


2. Apa Saja Ketentuan-Ketentuan dalam Akuntansi Musyarakah ?
3. Bagaimana Standar Akuntansi Musyarakah dalam PSAK No. 59 Tentang
Akuntansi Bank Syariah ?
4. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Musyarakah ?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari penyusunan makalah tentang Akuntansi Musyarakah ini


adalah :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengertian Dasar Akuntansi Musyarakah.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Ketentuan-Ketentuan dalam Akuntansi
Musyarakah.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Standar Akuntansi Musyarakah dalam
PSAK No. 59 Tentang Akuntansi Bank Syariah.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perlakuan Akuntansi Musyarakah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transaksi Musyarakah

Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Musyarakah


adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan
dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena
warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan suatu
asset oleh atau dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta
dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang
dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan
kerugian.
Dalam musyarakah semua modal disatukan untuk dijadikan model
proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal
berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksanaan proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah tindak boleh melakukan tindakan :
1. Menggabungkan dana proyek dengan kekayaan pribadi.
2. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin modal
pemilik modal lainnya.
3. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau diganti oleh
pihak lainnya.
4. Setiap pemodal dianggap mengakhiri kerjasama apaila menarik diri
dari persekutuan perserikatan, meninggal dunia dan menjadi tidak
cacat hukum.

3
5. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka proyek harus
diketahui bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi
modal.
6. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.

Gambar 1 : Skema akad pembiayaan musyarakah1

Pemodal Modal Modal Pemodal

Usaha / Proyek

Modal Modal

Nisbah Laba Nisbah


Porsi Modal Rugi Porsi Modal

Rukun Dan Syarat


A. Rukun
Rukun merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu transaksi
(necessary condition), begitu pula pada transaksi yang terjadi pada kerja
sama bagi hasil al-Musyarakah. Pada umumnya, rukun dalam muamalah
iqtishadiyah (muamalah dalam bidang ekonomi) ada tiga yaitu:

1 Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif Aplikatif, (Yogyakarta :


Kaukaba, 2014) Hal. 184

4
1. Pelaku, bisa berupa penjual dan pembeli (dalam kad jual beli),
penyewa-pemberi sewa (dalam akad sewa-menyewa), dan dalam hal ini
pemberi modal-pelaksana usaha (dalam akad al-Musyarakah)
2. Objek, dari semua akad diatas dapat berupa uang, barang atau jasa.
Tanpa objek transaksi, mustahil transakasi akan tercipta.
3. Ijab-kabul, adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang
bertransakasi.
B. Syarat
Syarat adalah sesuatu yang keberadaanya melengkapi rukun (sufficient
condition) Bila rukun dipenuhi tetapi syarat tidak dipenuhi, rukun menjadi
tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak). Demikian
menurut mazhab hanafi. Seperti syarat berikut:
1. Perserikatan itu merupakan transaksi yang boleh diwakilkan. Artinya,
salah satu pihak jika bertindak secara hukum terhadap objek
perserikatan itu dengan izin pihak lain, dianggab sebagai seluruh wakil
pihak yang berserikat.
2. Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa
yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
3. Presentase pembagian keuntungan untuk masin-masing pihak yang
berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad. Keuntungan itu
diambil dari hasil laba harta perserikatan, bukan dari harta lain.
4. Modal, harga barang dan jasa harus jelas.
5. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada
biaya transportasi.
6. Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti
yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

B. Ketentuan – Ketentuan Dalam Akuntansi Musyarakah


(FATWA DSN – MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000).

1. Perlakuan dan modal

5
Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil. (Ps.2b).
2. Nisbah
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar
seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang
ditetapkan bagi seorang mitra. (Ps.3c.3).
3. Keuntungan
Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya satu pihak saja. (Ps2:4a).
4. Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut
saham atau kekayaan dari masing-masing proporsi modal yang disetor,
(Ps.3d)
5. Jaminan
Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan.
Namun menghindari terjadinya penyimpangan LKS dapat meminta
jaminan (Ps3:3a)
6. Manajemen
setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset atau kekayaan musyarakah
dalam proses bisnis normal (Ps.2c).

Sifat Transaksi Musyarakah


Dalam transaksi musyarakah terdapat dua sifat transaksi yang biasa
dilakukan dalam kegiatan transaksi musyarakah diantaranya:
1. Musyarakah Permanen
Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dan setiap mitra ditentukan
sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
2. Musyarakah Menurun (Musyarakah Mutanaqisah).
Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan
secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun

6
dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh dari usaha
tersebut.

C. Karakteristik Dalam Akuntansi Musyarakah

Dalam setiap transaksi pasti mempunyai karakteristik yang mendasari


pada setiap transaksi tersebut. Adapun berbagai karakteristik dalam
transaksi Musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai
suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan
maupun yang baru.
2. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas,
atau aset nonkas.
3. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka
setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan atas
kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
4. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersangkutan maka
kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan
instuisi yang berwenang.
5. Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah
yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan.
6.  Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra
lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh
keuntungan lebih besar untuk dirinya.
7.  Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah
yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selama priode
akad bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.
8. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang
terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan
akuntansi tersendiri.

7
 Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah tidak
boleh melakukan tindakan seperti :
- Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
- Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin
pemilik modal lainnya
- Memberi pinjaman kepada pihak lain2
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau digantikan
oleh pihak lain. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama
apabila :
- Menarik diri dari perserikatan
- Meninggal dunia
- Menjadi tidak cakap hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. Proyek
yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.

Dalam transaksi musyarakah terdapat bebagai macam istilah-istilah


yang biasa diterapkan atau diaplikasikan pada transaksi musyarakah yang
memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda-beda, pada cara pengakuan
pendapatan, pembagian modal sampai dengan cara pencatatan dari setiap
transaksi yang terjadi, dapat disebutkan diantaranya:

2 http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html

8
Transaksi Mitra Aktif
1. Pada saat akad
a. Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset non
kas untuk usaha musyarakah.
b. Pengukuran investasi musyarakah
1). Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan dan;
2). Dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar dan apabila
terdapat selisih antara nilai wajar dengan nilai buku aset non kas
maka selisih tersebut di akui sebagai selisih penilaian aset
musyarakah dalam ekuitas.
3). Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama akad
musyarakah.
Aset musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar yang disusutkan
dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan:
Penyusutan yang di hitung dengan historical cost models di tambah
dengan Penyusutan atas kenaikan nilai aset  karena penilaian kembali saat
penyisihan aset non kas untuk usaha musyarakah.
1. Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan
nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai
kerugaian
2. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui
sebagai investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh
mitra musyarakah
3. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif diakui sebagai
investasi musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah temporer
sebesar :
1. Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang di terima
2. Dana dalam bentuk asset non kas di nilai sebesarnilai wajar dan
di susutkan selama masa akad apabila aset tersebut tidak akan di
kembalikan kepada mitra pasif.
1. Selama Akad

9
Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra
diakhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan dan nilai tercatat
aset musyarakah non kas. Jumlah kas yang di sisihkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad di kurangi dengan kerugian. Di nilai tercatat
aset musyarakah non kas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah
setelah di kurangi penyusutan dan kerugian. Bagian entitas atas investasi
musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan untuk
usaha musyarakah pada awal akad di tambah dengan jumlah dana syirkah
temporer yang telah di kembalikan kepada para pemilik akad.
2. Akhir Akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan
kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.

Akuntansi Mitra Pasif


1. Pada Saat Akad
a. Invetasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset non kas kepada mitra aktif musyarakah.
b. Pengukuran investasi musyarakah.
c. Investasi musyarikah yang diukur dengan nilai wajar aset yang di
serahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset
yang di serahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan.
d. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai
bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.
2. Selama Akad
a. Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana
mitra diakhir akad dinilai sebesar;
Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal
akad di kurangi dngan kerugian dan nilai tercatat aset musyarakah non
kas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah di kurangi
penyusutan dan kerugian.

10
b. Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun dinilai sebesar jumlah
kas yang di bayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad di kurangi
jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian.
3. Akhir Akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan
oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.

D. Dasar Hukum Dalam Akuntansi Musyarakah

1. Al-Qur’an
Ayat-ayat al-qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi
syarikah adalah: “jikalau saudara-saudara lebih dari seorang, maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu. (QS. An-Nisa:12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu
sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang sholeh” (QS.Ash-shad:24)
2. Hadits
Hadit-hadits rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi
syarikah adalah:
“Dari hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Telah
bersabda: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah bersabda kepada saya,
mengenai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari
keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya berkhianat maka saya
keluar dari pernyataan tersebut” . (HR. Abu Daud, menurut hakim hadits
ini sahih adanya, lihat subbulussalam 3/21)
“Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala tercurah atas dua pihak yang
sedang berkongsi selama mereka tidak melakukan penghianatan, manakala
berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkatannyapun akan hilang
dari padanya”. (HR. Abu Daud, Baihaqi, dan Al-Hakim)
3. Ijma

11
Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-mughni telah berkata,” kaum
muslimin telah berkonsensus akan legitimasi syarikah secara global,
bahawa perbedaan pendapat tedapat dalam beberapa elemen dari
padanya”.

E. Jenis-Jenis Akuntansi Musyarakah


Secara garis besar dapat dibagi atas syarikah Amlak dan syarikah uqud.
1. Syarikah Amlak
Berarti eksistensi suatu perkongsian tidak perlu kepada suatu
kontrak membentuknya tetapi terjadi dengan sendirinya. Bentuk syarikah
amlak ini terbagi atas Amlak Jabr dan Amlak ikhtiar.
a. Amlak Jabr
Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis dan paksa, otomatis
berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Paksa berarti
tidak ada alasan untuk menolaknya, hal ini terjadi dalam proses waris
mewaris manakala dua saudara atau lebih menerima warisan dari orang
tua.
b. Amlak Ikhtiar Mereka
Terjadi suatu perkongsian secara otomatis tetapi bebas. Otomatis
seperti pengertian diatas. Bebas berarti ada pilihan/ option untuk
menolak. Contoh dari jenis perkongsian ini dapat dilihat apabila dua
orang atau lebih mendapatkan hadiah atau wasiat bersama dari pihak
ketiga.
Penjelasan:
Kedua bentuk syarikah diatas mempunyai karakter yang agak
berbeda dari syarikat-syarikat lainnya karena dalam kedua syarikat ini
masing-masing anggota tidak mempunyai ( hak untuk mewakilkan dan
mewakili) terhadap patnernya.
2. Syarikat Uqud
Berarti pengkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak, syarikat ini
sendiri terbagi menjadi lima jenis, yaitu :

12
a. Inan
Syarikat inan atau limited company mempunyai karakter sebagai
berikut:
1. Berdasarkan penyertaan modal dari amsing-masing anggota tidak
harus identik.
2. Masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif langsung
dalam mengelola usaha, tetapi juga dapat menggugurkan hak
tersebut dari dirinya.
3. Pembagian keuntungan dapat didasarkan atas prosesntase modal
masing-masing, tetapi dapat pula atas dasar negosiasi. Hal ini
diperkenankan karena adanya kemungkinan tambahan kerja atau
penanggung resiko dari salah satu pihak.
4. Kerugian keuntungan bersama sesuai dengan besarnya penyertaan
modal masing-masing.
Kedua item terakhir (3&4) dalam penjelasan tertuang dalam suatu
kaidah fiqih “Keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan
besama, sedang kerugian ditanggung sampai batas modal masing-
masing”.
b. Mufawadhah
Berbeda dari syarikah inan, syarikah mufawadhah mengharuskan:
1. Keidentikan penyertaan modal dari setiap anggota.
2. Setiap anggota menjadi wakil dan kafil ( yang mewakilkan /
guarantor) bagi patner lainnya. Untuk itu keaktifan semua anggota
dalam pengelolaan usaha menjadi suatu keharusan.
3. Pembagian keuntungan dan kerugian didasarkan atas besarnya modal
masing-masing.
Penjelasan:
Melihat ketatnya syarat-syarat bentuk syarikat ini, mufawadhah hanya
dapat diterapkan dalam keenam produk usaha diatas jikalau semua
pihak aktif langsung dalam pengelolaan dan menyertakan dana rasio
yang sama.

13
c. Wujuh
Syarikah wujuh dinamakan demikian karena dalam syarikah , para
anggota hanya mengandalkan wujuh( wibawa dan nama baik) mereka
dan unsur modal / dana sama sekali absen dari padanya. Pembagian
untung rugi dilakuakn secara negosisasi diantra anggota.
Penjelasan:
Sesuai dengan pengertian diatas syarikah wujuh dapat diterapkan
dalam:
1. Suatu kelompok nasabah yang terbentuk dalam suatu perkongsian
dan mendapat kepercayaan dari bank untuk suatu proyek tertentu.
Dalam kredit ini, pihak debitur tidak menyediakan koleteral apapun,
kecuali wibawa dan nama baik.
2. Suatu perkongsian diantara para pedagang yang membeli secara
kredit dan menjua dengan tunai.
d. Abdan
Syarikah abdan atau syarikah A’mal yatu syarikah kerja dimana
dua orang atau lebih yang sama atau berdekatan bentuk kerjanya
menerima pesanan dari pihak ketiga dan membagi keuntungan melalui
negosiasi bersama.
Contoh perkongsian ini antara lain:
- Beberapa penjahit yang membuka toko jahit mengerjakan pesanan
secara bersama.
- Perkongsian antara insinyur listrik, tukang kayu, penata taman,
tukang bangunan dalam suatu kontrak pembangunan rumah.
e. Mudharabah
Adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana pihak
pertama( shahibul maal) menyediakan dana, dan pihak
kedua( mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Keuntungan dibagikan sesuai dengan ratio laba yang telah disepakati
bersama secara advance, manakala rugi shahubul maal akan kehilangan

14
sebagian imblan dari kerja keras dan keterampilan manajerial
( manageial skill) selama proyek berlangsung.
Dalam akad musyarakah, manfaat (pay off) yang diterima oleh
kedua belah pihak( misalnya dalam konteks pembiayaan bertindak
sebagai principal adalah LKS dan agent-ny peminjam/mitra) adalah :
1. Pihak principal akan meminta keuntungan sesuai dengan
peningkatan produktivitas mitra.
2. Principal akan bersikap hati-hati terhadap penentuan portofolio
investasi.
Sedangkan dari pihak mitra, maka ia akan sehat secara finansial,
dimana dalam pengambilan pokok pinjaman akan disesuaikan dari arus
kasnya. Resiko yang dihadapi oleh LKS adalah perilaku mitra, seperti
nasabah dapat saja menggunakan dana tersebut bukan seperti yang
disebutkan didalam kontrak, lalai atau kesalahan yang disengaja dan
penyembunyian keuntungan oleh nasabah.
Namun, resiko tersebut dapat dieliminir karena kontrak musyarakah
ini mensyaratkan adanya keterbukaan informasi. Dan keduanya akan
saling bergantung pada keterbukaan tersebut. Didalam analisis ekonomi
biaya transaksi institusi musyarakah ini berkecendrungan menjadi
strategic alliance. Aliansi strategis seperti ini memiliki tiga karakteristik
yaitu dapat didefinisikan adanya tujuan bersama, pengendalian bersama
dalam proses pengembalian keputusan dan berbagai keuntungan dan
kerugian bersama.

F. Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah

1. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Musyarakah


PSAK 106: Akuntansi Musyarakah merupakan penyempurnaan
dari PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah  (2002) yang mengatur
mengenai musyarakah.
a. PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi 
musyarakah baik sebagai mitra aktif dan mitra pasif

15
b. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan
akuntansi untuk mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam
transaksi musyarakah
c. Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah
atas usaha musyarakah yang dilakukan
d.  Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra
aktif, penyempurnaan dilakukan untuk:
 pengukuran pada akad atas penyetoran infestasi musyarakah aset
non kas di ukur sebesar nilai wajar.
 penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif di akui sebagai
musyarakah dan di sisi lain   di akui syirkah temporer.
e. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra
pasif, penyempurnaan di lakukan untuk:
 pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah
aset non kas di ukur sebesar nilai wajar
 keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non kas
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari
investasi musyarakah
f. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana
masing-masing mitra dan mengurangi nilai asset musyarakah
g. Jika kerugian akibat dari kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau
pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra
aktif atau pengelola usaha musyarakah
2. Studi Kasus Transaksi Musyarakah
Bank syariah mitra umat setuju memberikan pembiayaan
musyarakah untuk modal kerja pengusaha tempe “ emang enak ” dengan
data-data sebagai berikut:
1. Keutuhan modal kerja seluruhnya sebesar Rp.1.000.000.000 (satu
milyar). Dibiayain oleh bank syariah sebesar 70% dan sisanya dibiayai
sendiri oleh pengusaha tersebut.

16
2. Porsi pembagian keuntungan (nisbah) yang disepakati 80% untuk bank
syariah dan 20% untuk pengusaha tempe emang enak dari laba kotor
yang diperoleh dari usaha tempe tersebut.
3. Jangka waktu pembiayaan 12 (dua belas) bulan, dimulai tanggal satu
maret 2008 sampai dengan 28 februari 2009.
4. disepakati pengusaha tempe akan mengembalikan modal musyarakah
secara bertahap sebagai berikut:
Tanggal Jumlah Modal
02 Juni Rp. 150.000.000
10 Agustus Rp. 250.000.000
10 Oktober Rp. 250.000.000
10 Desember Rp. 350.000.000

Selama pelaksanaan kegiatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut


(selama tahun 2008):
No Tanggal Transaksi Penyelesaian /Jurnal (Bank
Syariah sebagai mitra pasif)
1 20 Februari Bank syariah mitra umat Dr. Uang Muka pra akad
telah mengeluarkan biaya musyarakah Rp. 1.000.000,-
untuk study kelayakan
sebesar Rp. 5.000.000 dan Cr. Kas  Rp. 1.000.000,-
ditanggung sendiri oleh
bank syariah.
2 2 Maret Bank syariah mitra umat Dr. Investasi Musyarakah
menyerahkan uang tunai Rp.5.000.000,-
kepada pengusaha tempe
sebesar Rp.200.000.000 Cr. Kas/Rekening syirkah
sebagai modal kerja dalam Rp.5.000.000,-
bentuk uang tunai.
Dr. Kewajiban Komitmen
Invest Musy Rp.
Rp.5.000.000,-

17
Cr. Kontra komitmen Inv
Musy Rp.5.000.000,-

3 10 Maret Bank syariah mitra umat Dr. Investasi Musyarakah


menyerahkan kedelai Rp.800.000.000,-
sebanyak 5 Ton seharga
Rp.800.000.000 yang Cr. Persediaan /Aset Musy
sebelumnya dibeli dengan Rp.740.000.000,-
harga Rp.740.000.000 Cr. Keuntungan Musy
Tangguhan Rp.60.000.000,-

Dr. Kewajiban Komitmen


Invest Musy Rp.
Rp.800.000.000,-

Cr. Kontra komitmen Inv


Musy Rp.800.000.000,-
4 5 April Diterima laporan dari mitra Perhitungannya:
aktif bahwa dalam bulan 80% x Rp. 1.000.000,- = Rp.
maret 2008 telah diperoleh 800.000,-
hasil sebesar Rp.1.000.000.
sebagai hasil ujicoba pasar Dr. Hak Mitra atas bagi
namum belum dapat hasil Rp. 800.000,-
dibayarkan
Cr. Bagi hasil sudah di
umumkan belum dibagi Rp.
800.000,-
5 2 juni Diterima pengembalian Dr. Kas /Rekening Kas
modal musyarakah sebesar Rp.100.000.000,-
Rp. 100.000.000 sebagai
pengembalian sebagai Cr. Investasi Musyarakah

18
modal musyarakah. Rp.100.000.000,-
6 10 Agustus Diterima secara tunai bagi Dr. Kas / Rekening
hasil usaha dari pengusaha Syirkah Rp.25.000.000,-
tempe sebesar
Rp.25.000.000 Cr. Pendapatan Bagi hasl
Musyarakah Rp.25.000.000,-
7 10 Agustus Sampai akhir 10 agustus Dr. Piutang Mitra
2008 pengusaha tempe Rp.250.000.000
belum dapat
mengembalikan modal Cr. Investasi Musyarakah
musyarakah yang telah Rp.250.000.000
disepakati sebesar
Rp.250.000.000
8 25 Agustus Diterima pembayaran Dr. Kas / Rekening Syirkah
pengembalian modal Rp.250.000.000
musyarakah dari
pengusaha tempe sebesar Cr. Piutang Mitra

Rp.250.000.000 Rp.250.000.000
9 10 Oktober Diterima pembayaran Dr. Kas/ Rekening Syirkah
secara tunai pengembalian Rp.250.000.000
modal musyarakah dari
pengusaha tempe sebesar Cr. Investasi Musyarakah
Rp.250.000.000 Rp.250.000.000
10 10 Desember Pengembalian moal Dr. Piutang Mitra
musyarakah sebesar Rp.350.000.000
Rp.350.000.000 telah jatuh
tempo namun pengusaha Cr. Investasi Musyarakah
tempe belum dapat Rp.350.000.000
membayar.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan nya adalah Musyarakah (partnership) adalah akad kerja sama


antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Musyarakah termasuk kedalam akad tijarah (for profit
transaction).

B. SARAN

Demikian makalah ini dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami mudah-
mudahan dapat dijadikan sebagai ilmu yang bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

20
DAFTAR PUSAKA

Aziroh Nur.2014. Musyrakah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syari’ah. SMA Wali
Songo Jepara, Indonesia.
Afifudin.2016. Sak Syariah Dalam Tafsiran Ilmu Sosial Profetik. Malang,
Jatim:Penerbit Empatdua.
Kasmir.2013. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Penerbit
Salemba Empat.(SAK)
Susyanti,jeni. 2016. Pengelolaan Lembaga keuangan syari’ah. Malang:Penerbit
Empat Dua.
Sehendi, Hendi.2002. Fiqih Muamalah: membahas ekonomi islam.
Jakarta:Penerbit PT. Raja Grafindo Persada
http://shariaeconomics.blogspot.co.id/2010/10/al-musyarakah.html
https://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/05/musyarakah-dalam-syariah.html
http://blog.stie-mce.ac.id/istutik/2011/06/20/perlakuan-akuntansi-transaksi
musyarakah/
http://www.contohjurnal.xyz/download/jurnal-akuntansi-musyarakah-pdf/
http://mercubuana.ac.id/files/AkuntansiSyariahII/BAB%2012%20docak
%20musyarakah-ok.pdf
https://www.academia.edu/9934991/Akuntansi_Musyarakah

21

Anda mungkin juga menyukai