AL-MUSYAROKAH
“Fiqh Mawaris”
Daftar Isi
i
Daftar Isi .............................................................................................................................. i
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
Kesimpulan .......................................................................................................... 19
ii
Kata Pengantar
Syukur alhamdulilah selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala karunia
yang Ia berikan, hingga sampai saat ini saya masih dapat menjalankan segala aktivitas seperti
biasanya tanpa kekurangan satu apapun.
Akan tetapi, sebelum pembahasan ini dimulai, tak lupa juga ucapan terima kasih saya
berikan untuk pihak-pihak yang telah membantu saya, yaitu :
Bapak Muchlisin Anwar, M. Ag, selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fiqih Mawaris,
yang telah memberikan tambahan ilmu dan pengetahuannya pada saya dalam
perkuliahan
Demikian sedikit kata sebagai salam pembuka, jika ada kekurangan saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran yang membangun akan saya terima sebagai penyempurnaan untuk
tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian yang
diberkahi Allah SWT. Aamiin....
3 Oktober 2021
Hanz Anderson
iii
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam upaya melaksanakan kerja sama usaha, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan kerja sama dengan akad musyarakah. Kerja sama ini pada dasarnya
adalah dua orang atau dua pihak yang saling mengikatkan diri memberikan modal yang
dimilikinya demi terwujudnya tujuan usaha bersama dengan konsekuensi untung atau rugi dibagi
sesuai kesepakatan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, persoalan yang akan dibahas pada tulisan kali
ini adalah :
C. Tujuan
Penjelasan yang ada dalam tulisan ini, memiliki tujuan utama yang ingin dicapai adalah :
4
Bab 2
Pembahasan
A. Tentang Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau modal, dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan1.
Dasar hukumnya dalam Al-Qur’an adalah Surat Shad ayat 24 dan An Nisa ayat 122.
Dalam musyarakah para pihak sama-sama menyediakan modal untuk membiayai usaha
tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru akan dilaksanakan. Semua modal disatukan
untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal
berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Selanjutnya salah satu pihak (mitra usaha) dapat mengembalikan modal yang diterima tersebut
berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada mitra kerjanya.
Karena setiap pihak tidak dapat menjamin modal mitra lainya, maka setiap pihak dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja
(seperti pelanggaran terhadap akad antara lain : penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi
biaya dan pendapatan operasianal, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, dll).
Jika tidak ada kesepakatan antara pihak yang bersangkutan, kesalahan yang disengaja harus
dibuktikan berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan.
Laba musyarakah dibagi di antara para pihak, baik secara proprsional sesuai besarnya
modal yang disetorkan atau sesuai nisbah yang disepakti oleh para pihak. Sedangkan rugi
dibebankan secara proporsional sesuai dengan besarnya modal yang disetorkan.
5
Pemodal Modal Modal Pemodal
Usaha / Proyek
Modal Modal
B. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam musyarakah permanen,
bagian modal setiap pihak ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu pihak (misalkan bank) akan
dialihkan secara bartahap kepada mitra usaha sehingga bagian modal pihak pertama akan
menurun dan pada akhir masa akad pihak kedua akan menjadi pemilik usaha tersebut3. Dalam
perjanjian kemitraan pada pembiayaan musyarakah, ada rukun-rukun yang harus dipenuhi, yaitu
adanya pihak yang berakad, objek akad (proyek atau usaha dan modal dan kerja) serta shigat
atau ucapan ijab qabul.
Menurut syariah, musyarakah dibagi menjadi dua jenis, yaitu musyarakah al-milk (kepemilikan)
dan musyarakah ‘uqud (kontrak)4. Musyarakah kepemilikan tercipta karena suatu kondisi (misal
memperoleh warisan atau kondisi lainnya) yang berakibat pemilikan bersama suatu asset oleh
atau dua orang atau lebih, tanpa membuat perjanjian kemitraan yang resmi.
3
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada Minggu,
30 September 2014 pukul 23:00:12
4
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2014) Hal. 330
6
Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan
berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut. Sedangkan musyarakah akad tercipta
dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka
memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. Dengan kata lain bahwa
para pihak dengan sengaja dan sukarela membuat suatu perjanjian.
Istilah lain dari musyarakah adalah shirkah atau syirkah. Dalam banyak buku fiqh, syirkah ‘ukud
dibagi dalam beberapa jenis5, yaitu :
Syirkah al-‘Inan
Adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi
dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati antara mereka. Akan tetapi,
porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus
sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka. Mayoritas ulama membolehkan
syirkah ini.
Syirkah Mufawadhah
Adalah kerja sama antara dua orang atau lebih, di mana setiap pihak memberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis al-
musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban
utang dibagi oleh masing-masing pihak.
Syirkah A’maal
Adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan bersama dan
berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Para pihak menyumbangkan keahlian dan
tenaganya tanpa memberikan modal. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk
menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order
pembuatan seragam sebuah kantor. Syirkah ini kadang-kadang disebut syirkah abdan.
5
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah : Produk-produk dan aspek-aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2014) Hal. 335
7
Syirkah Wujuh
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki keahlian dan reputasi yang
baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis
syirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan pada
jaminan tersebut.
A. Karakteristik Musyarakah
Berikut ini adalah penjelasan mengenai karakteristik musyarakah, dalam literatur
pembiayaan (misalkan bank dengan nasabah yang mengajukan pembiayaan), yaitu :
6
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-syariah.html diakses pada Minggu,
30 September 2014 pukul 23:00:12
8
Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk
bank.
Persyaratan Akad
- Ijab dan Qobul
Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak
Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak
Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern7.
- Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum
Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan
Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil
Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses
bisnis normal
Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola
aset
Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
dana untuk kepentingan sendiri8.
- Obyek Akad
Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya
sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan seperti barang-barang,
property dan sebagainya. Jika modal berbentuk asset, harus lebih dulu
dinilai dengan uang tunai dan disepakati oleh para pihak
Kerja
7
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, (Yogyakarta : P3EI
Press, 2008) Hal. 287
8
Ibid
9
Partisipasi para pihak dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat.
Salah satu pihak boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya,
dan dalam hal ini boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi
dirinya. Setiap pihak melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama
pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam
organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak
Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk menghindarkan
pebedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika
penghentian musyarakah. Setiap keuntungan masing-masing pihak harus
dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada
jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi para pihak. Seorang
mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu,
kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya. Sistem pembagian
keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad
Kerugian
Kerugian harus dibagi antara para pihak secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal. Sedangkan biaya operasional
dibebankan pada modal bersama9.
9
Ibid Hal. 287
10
Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Musyarakah merupakan pembiayaan dilakukan oleh dua pihak yang bermitra untuk
melakukan suatu usaha, setiap pihak saling menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha
tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang akan dijalankan. Selanjutnya para pihak dapat
mengembalikan modal usaha yang diberikan tersebut berikut penerimaan bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk
kas, setara kas, atau aktiva non- kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak
paten.
Daftar Pustaka
Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, Yogyakarta : UII Press
Widodo, Sugeng, 2014, Moda Pembiayaan Keuangan Islam : Perspektif Aplikatif,
Yogyakarta : Kaukaba
Sjahdeini, Sutan Remy, 2014, Perbankan Syariah : Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
Muhammad, Rifqi, 2008, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah, Yogyakarta : P3EI Press
https://imanph.files.wordpress.com/2007/12/pembiayaan_musyarakah.pdf
http://blogjunitacinkenshi.blogspot.com/2013/12/makalah-akuntansi-perbankan-
syariah.html
11