Anda di halaman 1dari 14

Musyarakah, Mudhorabah, dan Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian

MAKALAH

Oleh :
Kelompok 10
1. Raihan Bayu Pratama 222210182
2. Indraswari Cahyaningtyas 222210203
3. Regina Amanda Putri 222210208

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya-Nya yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Musyarakah, Mudhorabah, dan Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian
Makalah kami ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan terlebih
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Musyarakah, Mudhorabah, dan Kerjasama
Pengelolaan Lahan Pertanian ini dapat memberikan manfaat maupun insipirasi terhadap
pembaca.

Purworejo, 05 Juni 2023


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Musyarakah adalah konsep yang berasal dari dunia keuangan dan bisnis Islam. Istilah
"musyarakah" merujuk pada kerjasama atau kemitraan antara dua atau lebih pihak untuk
mencapai tujuan ekonomi bersama dengan membagi risiko dan keuntungan secara adil.
Dalam konteks bisnis Islam, masarakah melibatkan partisipasi bersama dalam modal, sumber
daya, pengetahuan, dan usaha untuk mengembangkan proyek bisnis tertentu. Dalam struktur
masarakah, setiap pihak yang terlibat menyumbangkan dana atau aset yang mereka miliki ke
dalam bisnis tersebut, dan mereka berbagi keuntungan dan risiko sesuai dengan kesepakatan
yang ditetapkan.
Mudharabah adalah salah satu konsep dalam keuangan dan bisnis Islam yang digunakan
dalam pembiayaan dan investasi. Istilah "mudharabah" merujuk pada perjanjian kerjasama
antara dua pihak, yaitu pihak pengelola dana (shahibul mal) dan pihak pengelola usaha
(mudharib), untuk melakukan kegiatan bisnis dengan tujuan membagi keuntungan sesuai
dengan kesepakatan yang ditetapkan.
Dalam mudharabah, pihak shahibul mal menyediakan modal atau dana untuk digunakan oleh
pihak mudharib dalam menjalankan usaha atau investasi. Pihak mudharib bertanggung jawab
atas pengelolaan usaha dan bekerja secara aktif untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan
yang dihasilkan dari usaha tersebut kemudian dibagi antara shahibul mal dan mudharib sesuai
dengan persentase yang telah disepakati sebelumnya.
Namun, ada juga risiko yang terkait dengan mudharabah. Risiko utama adalah risiko kerugian
atau kegagalan usaha. Dalam hal ini, pihak shahibul mal akan menanggung kerugian,
sementara pihak mudharib akan kehilangan waktu dan upaya yang telah diinvestasikan dalam
usaha tersebut.
Mudharabah digunakan dalam berbagai jenis transaksi keuangan dan investasi dalam konteks
bisnis Islam. Ini dapat mencakup pembiayaan perusahaan, investasi dalam proyek-proyek
infrastruktur, perdagangan, dan lain sebagainya. Prinsip dasar mudharabah adalah berbagi
risiko dan keuntungan antara pihak shahibul mal dan mudharib, dengan pihak shahibul mal
berperan sebagai pemilik modal dan pihak mudharib sebagai pengelola usaha.
Penting untuk dicatat bahwa praktek mudharabah juga dapat bervariasi dalam
implementasinya tergantung pada negara, lembaga, atau perusahaan yang terlibat. Persentase
pembagian keuntungan, pembagian risiko, dan kewajiban pihak-pihak terkait dapat
ditentukan melalui kesepakatan dan kontrak yang dibuat sebelumnya.
Kerjasama dalam bidang pertanian, khususnya melalui konsep musyarakah dan mudharabah,
dapat membantu mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh para petani dan pemilik
lahan pertanian.
Berikut adalah beberapa latar belakang masalah yang mungkin terkait dengan kerjasama
lahan pertanian melalui musyarakah, mudharabah, atau bentuk kerjasama lainnya:
1. Keterbatasan modal: Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh petani adalah
keterbatasan modal untuk membeli bibit, pupuk, pestisida, alat pertanian, atau infrastruktur
yang diperlukan untuk meningkatkan hasil panen. Dalam kerangka masarakah atau
mudharabah, petani dapat menjalin kemitraan dengan pihak lain yang menyediakan modal
untuk pengembangan usaha pertanian. Ini dapat membantu mengatasi keterbatasan modal
yang dihadapi oleh petani.
2. Risiko dan ketidakpastian: Bisnis pertanian seringkali terkena risiko dan ketidakpastian
yang tinggi, seperti cuaca buruk, serangan hama, fluktuasi harga komoditas, dan faktor
ekonomi lainnya. Dalam kerjasama masarakah atau mudharabah, risiko dan keuntungan dapat
dibagi secara adil antara pemilik lahan dan pihak yang menyediakan modal. Hal ini dapat
membantu mengurangi risiko yang ditanggung secara individu oleh petani atau pemilik lahan.
3. Akses ke teknologi dan pengetahuan: Peningkatan hasil pertanian sering kali membutuhkan
akses yang memadai terhadap teknologi pertanian terbaru dan pengetahuan yang diperlukan.
Dalam kerangka kerjasama lahan pertanian, pihak yang menyediakan modal atau
pengetahuan dapat membantu petani atau pemilik lahan dalam mengadopsi teknologi dan
praktik pertanian yang lebih efisien. Ini dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan
usaha pertanian.
4. Diversifikasi usaha: Kerjasama lahan pertanian juga dapat memberikan kesempatan bagi
petani atau pemilik lahan untuk diversifikasi usaha mereka. Misalnya, dengan modal dari
pihak lain, petani dapat memperluas kegiatan pertanian mereka ke sektor lain seperti
peternakan, perikanan, atau agrowisata. Diversifikasi usaha dapat membantu mengurangi
risiko yang terkait dengan ketergantungan pada satu jenis usaha pertanian.
5. Pembagian keuntungan yang adil: Salah satu aspek penting dalam kerjasama lahan
pertanian adalah pembagian keuntungan yang adil antara pihak yang terlibat. Dalam kerangka
masarakah atau mudharabah, pembagian keuntungan dapat ditentukan berdasarkan
kesepakatan yang disepakati sebelumnya. Ini memastikan bahwa pemilik lahan dan pihak
yang menyediakan modal mendapatkan imbalan yang adil sesuai dengan kontribusi masing-
masing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu musyarakah dan bagaimana tatacaranya dalam islam?
2. Apa itu mudharabah dan bagaimana tatacaranya dalam islam?
3. Apa itu kerjasama pengelolaan lahan pertanian (muzara’ah dan mukharabah), dan
tatacaranya dalam islam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penjelasan atau pengertian dari musyarakah dan dapat mengetahui
tatacara pelaksanaan musyarakah dalam islam
2. Untuk mengetahui definisi dari mudharabah dan tatacaranya dalam islam?
3. Mengetahui pengertian dari muzara’ah dan mukharabah dan tatacaranya
pelaksanakan dalam islam

1.4 Manfaat
Memberikan penjelasan atau gambaran dan meberikan pemahaman mengenai
musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan mukharabah dalam ketentuan Islam tentang
perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Musyarakah
Pengertian Musyarakah
Secara etimologi “Al-Musyarakah” atau “Asy-Syirkah” berarti “percampuran” atau
pencampuran antara sesuatu dengan yang lainnya. Secara terminology adalah suatu
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang modal atau jasa, dengan menetapkan
pembagian hasil keuntungan dan kerugian berdasarkan kesepakatan yang dibuat.
Macam – Macam Musyarakah
Secara garis besar terbagi dalam 2 yaitu
a. Syirkah amlak (syirkah kepemilikan), syirakah amlak ini terwujud karena wasiat
atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu asset di miliki oleh dua
orang atau lebih.
b. Syirakah ‘uqud (musyarakah kontrak atau kesepakatan), syirakah ‘uqud ini terjadi
karena kesepakatan dua orang atau lebih mengadakan kerjasama berserikat dalam
modal untuk usaha, keuntungan, dan kerugian ditanggung bersama.
Syirkah ‘uqud dibedakan menajadi empat bagian:
1) Syirkah ‘inan (harta)
Syirkah harta adalah ‘aqad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga terkumpul
sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan.
2) Syirkah ‘amal (serikat kerja / Syirkah ‘abdan)
Syirkah ‘amal adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih yang bergerak
dalam bidang jasa atau pelayanan, pekerjaan, dan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan.
Contoh : CV, NP, Firma, Koperasi dan lain-lain
3) Syirkah muwafadhah
Syirkah muwafadhah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan syarat
kesamaan modal, kerja, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba yang di
dapat.
4) Syirkah wujuh (Syirkah Keahlian)
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik
serta ahli dalam bisnis.

Rukun dan Syarat Syirkah


Rukun dan syarat syirkah dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Anggota yang berserikat dengan syarat baligh, berakal sehat, atas kehendak
sendiri, dan mengetahui pokok-pokok perjanjian
b. Pokok-pokok perjanjian, syarat-syaratnya:
1) Modal pokok yang dioperasikan harus jelas
2) Modal-modal dari orang yang bersyirkah harus bercampur
3) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas
4) Yang disyarikat-kerjakan (objeknya) tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syari’at Islam.
c. Sighat, dengan syarat ‘aqad kerjasama harus menjelaskan perjanjian untung dan
rugi. Misalnya, pembagian untung dan rugi berdasarkan modal masing-masing

Hukum dan Hikmah Syirkah


Pada prinsipnya bahwa hukum syirkah adalah mubah/ boleh dan sah-sah saja. Namun
apabila terjadi penyimpangan oleh anggota syarikat, maka hal ini sudah tidak benar.
Mengenai hikmah syirkah sebagai berikut :
a. Dapat meningkatkan daya saing produksi, karena ada tambahan modal yang besar
b. Dapat meningkatkan hubungan kerja sama antar kelompok sosial dan hubungan
bilateral antar negara
c. Dapat memberi kesempatan kepada pihak yang lemah ekonominya untuk
bekerjasama dengan pihak ekonomi yang lebih kuat
d. Dapat menampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran

Praktik Syirkah
A datang ke B dan menyerahkan modal uang sebesar Rp 1.000.000,00 untuk dijadikan
modal kerja kepada seseorang (untuk berdagang). Seandainya pengelola uang tersebut
memperoleh keuntungan dari usaha tadi maka keuntungan itu dibagi sesuai dengan
kesepakatan antara kedua belah pihak, missal 40% keuntungan untuk pemodal, dan
60% untuk pengelola atau keuntungan dibagi secara sama, yang penting ada
kesepakatan anatara kedua belah pihak dengan tidak saling merugikan, melainkan
saling menguntungkan.
2.2 Mudharabah
Pengertian Mudharabah
Secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab dharaba yang berarti bepergian
atau berjalan atau memukul, yang berarti mencari karunia Allah di bumi.
Sedangkan menurut istilah berarti kerjasama antara pemilik modal dengan
pelaksana (pekerja) atas dasar pembagian keuntungan yang disepakati menurut ‘aqad.
Menurut istilah ekonomi islam, Mudharabah merupakan bentuk kerjasama
antara dua pihak pertama (shahibul amal) menyediakan modal, sedangkan pihak
kedua menjadi pelaku usaha (mudharib) dengan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan dimuka. Adapun kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama bukan
disebabkan kelalaian dari pengelola/pelaku usaha.
Rukun dan Unsur-unsur Pokok dalam Mudharabah
a. Pemilik dana (Shahibul Maal)
b. Pelaku usaha (Mudharib)
c. Nisbat pembagian keuntungan
d. Modal
e. ‘aqad kontrak
Hukum Mudharabah
Melakukan suatu usaha melalui mudharabah atau qiradh adalah mubah
(boleh), dasar hukum di perbolehkannya mudharabah adalah Al-Qur’an,
sebagai berikut
a. Al-Qur’an
ٰ ‫ َم ْن َذا الَّ ِذيْ يُ ْق ِرضُ هّٰللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬.
11 ‫ُض ِعفَهٗ لَهٗ َولَ ٗ ٓه اَجْ ٌر َك ِر ْي ٌم‬
Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik,
maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya
pahala yang mulia (Q.S. Al-Hadid/57:11)
b. Hadist
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthalib jika memberikan dana ke mitra usaha secara mudharabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu paru baruh.
Jika menyalahi peraturan tersebut maka yang bersangkutan
bertanggungjawab atas dana tersebut disampaikan syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun memperbolehkannya.”
(HR.Trabani)
Mudharabah Ada Dua Tipe
a. Mudharabah Mutlaqoh : dimana shahibul maal memberikan keleluasaan
penuh kepada pengelola (Mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut
dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan.
b. Mudharabah Muqayyadah : dimana pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan
jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagianya.
Rukun Mudharabah
a. Pemilik barang yang menyerahkan barangnya
b. Orang yang bekerja, yakni pengelola barang yang diterima dari pemilik
barang
c. ‘aqad mudharabah
d. Maal yaitu harta modal
e. Amal yaitu pekerjaan pengelola harta yang bisa mendatang laba
f. Keuntungan (laba)
Syarat Mudharabah
a. Modal atau harta yang diserahkan itu berbentuk tunai. Jika berbentuk emas
dan perak batangan, emas dan perak perhiasaan, atau barang dagangan
lainnya, maka batal hukumnya
b. Orang yang menerima harta harus mampu melakukan tasharruf, jika anak-
anak, orang gila dan budak maka batal
c. Modal harus jelas sehingga dapat dibedakan dengan keuntungannya
d. Pembagian keuntungan harus jelas
e. Ijab dan qabul dalam ‘aqad dilafalkan
Pembatalan Mudharabah
Mudharabah batal apabila:
a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat-syarat mudharabah
b. Pengelolaan dengan sengaja meninggalkan tugasnya atau melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan tujuan ‘aqad
c. Apabila salah satu meninggal dunia dari pemilik harta atau pelaksana
2.3 Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian
Pengertian Muzara’ah dan Mukharabah
Muzara’ah adalah bentuk kerjasama antara pemilik tanah sawah atau ladang
dengan penggarap, dengan benih tanaman dari pihak pemilik sawah atau
ladang, dan pembagian hasil menurut ‘aqad kesepakatan kedua belah pihak.
Semisal seperdua, sepertiga, atau bisa juga lebih.
Sedangkan Mukharabah ialah suatu bentuk kerjasama yang terjadi antara
pemilik tanah dan penggarap tanah untuk digarap dengan ketentuan bahwa
benih tanaman yang akan ditanam berasal adalah dari penggarap tanah
tersebut, dengan pembagian hasilnya menurut ‘aqad kesepakatan, sedangkan
biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung oleh orang yang mengerjakan.
Hukum Muzara’ah dan Mukharabah
Hukum muzara’ah dan mukharabah adalah mubah. Tetapi kalau dalam
pelaksanakannya dapat menimbulkan kecurangan dari salah satu pihak maka
kerjasama ini tidak boleh dilaksanakan. Muzara’ah bentuk kerjasama yang
rata-rata berlaku dalam hal tanaman yang harga benihnya relatif murah seperti
padi, jagung, kacang tanah, dan sebagainya.
Sedangkan mukharabah adalah bentuk kerjasama yang rata-rata berlaku pada
perkebunan yang benihnya cukup mahal, misalnya cengkeh, pala, jeruk manis,
panili dan sebagainya.

Pihak yang wajib membayar zakat hasil Muzara’ah dan Mukharabah


Zakat sesungguhnya diwajibkan kepada orang mampu, dalam
pengertian telah mempunyai harta mencapai batas nishab dan telah
dimilikinya selama satu tahun. Dalam kerjasama paruhan ini, zakat hasil
diwajibkan atas pihak yang memiliki benih.
Pada Muzara’ah zakat diwajibkan atas pemilik tanah karena pada
dasarnya pemilik tanahlah yang bertanam. Penggarap hanya mengambil upah
kerja penghasilan yang diambil dari upah tidak wajib zakatnya.
Adapun pada Mukharabah, maka zakat yang diwajibkan atas
penggarap karena hakikatnya dialah yang bertanam. Pemilik tanah seolah-olah
mengambil sewa tanahnya, sedangkan penghasilan dari sewa tanah tidak wajib
dikeluarkan zakatnya. Apabila benih dari penggarap dan pemilik tanah maka
zakat wajib dibebankan atas keduanya diambil dari jumlah penghasilan
sebelum dibagi.
Hikmah Muzara’ah dan Mukharabah
a. Terjalinnya kerjasama antara yang kaya dan yang miskin, sebagai
perwujudan ukhuwah Islamiyah.
b. Memberikan pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki tanah / ladang
sehingga ia mempunyai penghasilan
c. Sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
d. Menghindari praktik yang tidak adil antara pemilik kebun dan penggarap
e. Harta tidak hanya beredar pada orang kaya saja (pemerataan
kesejahteraan)
f. Mengikuti sunnah Rasulullah saw
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bersadasarkan penjelasan tentang musyarakah, mudhorabah, dan kerjasama pengelolaan
lahan pertanian yang sudah dipaparkan diatas, penulis menarik beberapa kesimpulan, antara
lain:
1. Musyarakah atau syirkah adalah suatu kerjasama usaha antara dua orang atau lebih
dalam bidang modal atau jasa dengan menetapkan pembagian hasil keuntungan dan
kerugian berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat.
2. Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan pekerja atas dasar
pembagian keuntungan yang telah disepakati melaui ‘aqad untuk kerugian sendiri
ditanggung oleh pemilik modal selama bukan disebabkan kelalaian dari pengelola
atau pelaku usaha.
3. Muzara’ah dan Mukharabah adalah bentuk kerjasama yang mana pada benih
tannaman muzara’ah benih tanaman berasal dari pemilik tanah dan sedangkan untuk
Mukharabah benih tanmana berasal dari penggarap. Hukum muzara’ah dan
Mukharabah adalah mubah.

3.2 Saran :
Pada bagian penutup ini, penulis memberikan beberapa saran kepada pembaca, yaitu:

1. Dengan adanya bentuk kerjasama usaha antara dua oaring atau lebih dalam bidang
modal penulis berharap pembaca mengetahui cara praktik musyarakah.
2. Memperhatikan kegiatan yang dapat membatalkan mudharabah
3. Dapat mengetahui hukum melakukan muzara’ah dan mukharabah, pihak yang wajib
membayar zakat dari hasil murara’ah dan mukharabah, dan dapat mengambil hikmah
dari kegiatan kerjasama tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Babudin, S.Ag. Belajar efektif Fikih kelas x MA.2004.Penerbit : intermedia
ciptanusantara.

Anda mungkin juga menyukai