MAKALAH
Oleh :
Kelompok 10
1. Raihan Bayu Pratama 222210182
2. Indraswari Cahyaningtyas 222210203
3. Regina Amanda Putri 222210208
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya-Nya yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Musyarakah, Mudhorabah, dan Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian
Makalah kami ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan terlebih
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Musyarakah, Mudhorabah, dan Kerjasama
Pengelolaan Lahan Pertanian ini dapat memberikan manfaat maupun insipirasi terhadap
pembaca.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penjelasan atau pengertian dari musyarakah dan dapat mengetahui
tatacara pelaksanaan musyarakah dalam islam
2. Untuk mengetahui definisi dari mudharabah dan tatacaranya dalam islam?
3. Mengetahui pengertian dari muzara’ah dan mukharabah dan tatacaranya
pelaksanakan dalam islam
1.4 Manfaat
Memberikan penjelasan atau gambaran dan meberikan pemahaman mengenai
musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan mukharabah dalam ketentuan Islam tentang
perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Musyarakah
Pengertian Musyarakah
Secara etimologi “Al-Musyarakah” atau “Asy-Syirkah” berarti “percampuran” atau
pencampuran antara sesuatu dengan yang lainnya. Secara terminology adalah suatu
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang modal atau jasa, dengan menetapkan
pembagian hasil keuntungan dan kerugian berdasarkan kesepakatan yang dibuat.
Macam – Macam Musyarakah
Secara garis besar terbagi dalam 2 yaitu
a. Syirkah amlak (syirkah kepemilikan), syirakah amlak ini terwujud karena wasiat
atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu asset di miliki oleh dua
orang atau lebih.
b. Syirakah ‘uqud (musyarakah kontrak atau kesepakatan), syirakah ‘uqud ini terjadi
karena kesepakatan dua orang atau lebih mengadakan kerjasama berserikat dalam
modal untuk usaha, keuntungan, dan kerugian ditanggung bersama.
Syirkah ‘uqud dibedakan menajadi empat bagian:
1) Syirkah ‘inan (harta)
Syirkah harta adalah ‘aqad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga terkumpul
sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat keuntungan.
2) Syirkah ‘amal (serikat kerja / Syirkah ‘abdan)
Syirkah ‘amal adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih yang bergerak
dalam bidang jasa atau pelayanan, pekerjaan, dan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan.
Contoh : CV, NP, Firma, Koperasi dan lain-lain
3) Syirkah muwafadhah
Syirkah muwafadhah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan syarat
kesamaan modal, kerja, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba yang di
dapat.
4) Syirkah wujuh (Syirkah Keahlian)
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik
serta ahli dalam bisnis.
Praktik Syirkah
A datang ke B dan menyerahkan modal uang sebesar Rp 1.000.000,00 untuk dijadikan
modal kerja kepada seseorang (untuk berdagang). Seandainya pengelola uang tersebut
memperoleh keuntungan dari usaha tadi maka keuntungan itu dibagi sesuai dengan
kesepakatan antara kedua belah pihak, missal 40% keuntungan untuk pemodal, dan
60% untuk pengelola atau keuntungan dibagi secara sama, yang penting ada
kesepakatan anatara kedua belah pihak dengan tidak saling merugikan, melainkan
saling menguntungkan.
2.2 Mudharabah
Pengertian Mudharabah
Secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab dharaba yang berarti bepergian
atau berjalan atau memukul, yang berarti mencari karunia Allah di bumi.
Sedangkan menurut istilah berarti kerjasama antara pemilik modal dengan
pelaksana (pekerja) atas dasar pembagian keuntungan yang disepakati menurut ‘aqad.
Menurut istilah ekonomi islam, Mudharabah merupakan bentuk kerjasama
antara dua pihak pertama (shahibul amal) menyediakan modal, sedangkan pihak
kedua menjadi pelaku usaha (mudharib) dengan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan dimuka. Adapun kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama bukan
disebabkan kelalaian dari pengelola/pelaku usaha.
Rukun dan Unsur-unsur Pokok dalam Mudharabah
a. Pemilik dana (Shahibul Maal)
b. Pelaku usaha (Mudharib)
c. Nisbat pembagian keuntungan
d. Modal
e. ‘aqad kontrak
Hukum Mudharabah
Melakukan suatu usaha melalui mudharabah atau qiradh adalah mubah
(boleh), dasar hukum di perbolehkannya mudharabah adalah Al-Qur’an,
sebagai berikut
a. Al-Qur’an
ٰ َم ْن َذا الَّ ِذيْ يُ ْق ِرضُ هّٰللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي.
11 ُض ِعفَهٗ لَهٗ َولَ ٗ ٓه اَجْ ٌر َك ِر ْي ٌم
Barangsiapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik,
maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya
pahala yang mulia (Q.S. Al-Hadid/57:11)
b. Hadist
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthalib jika memberikan dana ke mitra usaha secara mudharabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu paru baruh.
Jika menyalahi peraturan tersebut maka yang bersangkutan
bertanggungjawab atas dana tersebut disampaikan syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun memperbolehkannya.”
(HR.Trabani)
Mudharabah Ada Dua Tipe
a. Mudharabah Mutlaqoh : dimana shahibul maal memberikan keleluasaan
penuh kepada pengelola (Mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut
dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan.
b. Mudharabah Muqayyadah : dimana pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan
jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagianya.
Rukun Mudharabah
a. Pemilik barang yang menyerahkan barangnya
b. Orang yang bekerja, yakni pengelola barang yang diterima dari pemilik
barang
c. ‘aqad mudharabah
d. Maal yaitu harta modal
e. Amal yaitu pekerjaan pengelola harta yang bisa mendatang laba
f. Keuntungan (laba)
Syarat Mudharabah
a. Modal atau harta yang diserahkan itu berbentuk tunai. Jika berbentuk emas
dan perak batangan, emas dan perak perhiasaan, atau barang dagangan
lainnya, maka batal hukumnya
b. Orang yang menerima harta harus mampu melakukan tasharruf, jika anak-
anak, orang gila dan budak maka batal
c. Modal harus jelas sehingga dapat dibedakan dengan keuntungannya
d. Pembagian keuntungan harus jelas
e. Ijab dan qabul dalam ‘aqad dilafalkan
Pembatalan Mudharabah
Mudharabah batal apabila:
a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat-syarat mudharabah
b. Pengelolaan dengan sengaja meninggalkan tugasnya atau melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan tujuan ‘aqad
c. Apabila salah satu meninggal dunia dari pemilik harta atau pelaksana
2.3 Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian
Pengertian Muzara’ah dan Mukharabah
Muzara’ah adalah bentuk kerjasama antara pemilik tanah sawah atau ladang
dengan penggarap, dengan benih tanaman dari pihak pemilik sawah atau
ladang, dan pembagian hasil menurut ‘aqad kesepakatan kedua belah pihak.
Semisal seperdua, sepertiga, atau bisa juga lebih.
Sedangkan Mukharabah ialah suatu bentuk kerjasama yang terjadi antara
pemilik tanah dan penggarap tanah untuk digarap dengan ketentuan bahwa
benih tanaman yang akan ditanam berasal adalah dari penggarap tanah
tersebut, dengan pembagian hasilnya menurut ‘aqad kesepakatan, sedangkan
biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung oleh orang yang mengerjakan.
Hukum Muzara’ah dan Mukharabah
Hukum muzara’ah dan mukharabah adalah mubah. Tetapi kalau dalam
pelaksanakannya dapat menimbulkan kecurangan dari salah satu pihak maka
kerjasama ini tidak boleh dilaksanakan. Muzara’ah bentuk kerjasama yang
rata-rata berlaku dalam hal tanaman yang harga benihnya relatif murah seperti
padi, jagung, kacang tanah, dan sebagainya.
Sedangkan mukharabah adalah bentuk kerjasama yang rata-rata berlaku pada
perkebunan yang benihnya cukup mahal, misalnya cengkeh, pala, jeruk manis,
panili dan sebagainya.
3.2 Saran :
Pada bagian penutup ini, penulis memberikan beberapa saran kepada pembaca, yaitu:
1. Dengan adanya bentuk kerjasama usaha antara dua oaring atau lebih dalam bidang
modal penulis berharap pembaca mengetahui cara praktik musyarakah.
2. Memperhatikan kegiatan yang dapat membatalkan mudharabah
3. Dapat mengetahui hukum melakukan muzara’ah dan mukharabah, pihak yang wajib
membayar zakat dari hasil murara’ah dan mukharabah, dan dapat mengambil hikmah
dari kegiatan kerjasama tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Babudin, S.Ag. Belajar efektif Fikih kelas x MA.2004.Penerbit : intermedia
ciptanusantara.