Anda di halaman 1dari 14

SYIRKAH, MUDHARABAH, DAN MURABAHAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Fikih Kelas X.2

Guru Pengampu: Muhammad Irfan Taufiq Hidayat, S.HI

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Deco Shandika Sejahtera


2. Fadhil Arrasyid
3. Farelia Indriyani
4. Ruben Ahmad Fauzi
5. Saskya Azzahra Mayla Feza

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat Menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata pelajaran Fiqih dengan judul “syirkah, mudharabah dan murabahah” yang
diberikan oleh Muhammad Irfan Taufik Hidayat. S.HI Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari Bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran,
dan kritik sehingga Makalah ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Kami meminta maaf apabila terdapat Kesalahan pada penulisan
makalah ini dimana tidak ada unsur kesengajaan. Terimakasih.

Terbanggi Besar, Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latarbelakang masalah................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

A. Syirkah ........................................................................................................... 2
B. Mudharabah ................................................................................................... 4
C. Murabahah ..................................................................................................... 6
D. Perbedaan syirkah, mudharabah dan murabahah ........................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Masyarakat sejak zaman dahulu tidak terlepas dari proses jual beli dan Kerjasama
dalam bidang perekonomian. Dalam ilmu fikih terdapat macam-macam Kerjasama dalam
perekonomian yang memang penting untuk dipelajari. Dan apabila aka nada beberapa
orang yang akan berserikat dalam Kerjasama ini maka tergantung akan bekerjasama
dengan kemampuan individu masing masing dan ketentuannya.
Syirkah merupakan salah satu Kerjasama antara pemilik modal dan seorang
pekerja, sedangkan keuntungan akan dibagi menurut akad yang dilandasi dengan rasa
tolong menolong. Terdapat beberapa bentuk Kerjasama dalam pandangan islam yaitu
syirkah, mudharabah, murabahah, musaqah, dan mujaraah. Untuk mengetahui kejelasan
dari bentuk-bentuk dan macam-macam Kerjasama maka di perlukan kajian yang seksama.
Untuk itu, akan dibahas lebih jelas khususnya syirkah, mudharabah dan murabahah.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian syirkah, mudharabah dan murabahah?
2. Bagaimana penggunaan akad syirkah, mudharabah dan murabahah?
3. Apa perbedaan syirkah, Mudarabah dan murabahah?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian syirkah, mudharabah dan murabahah
2. Untuk mengetahui penggunaan akad syirkah, mudharabah dan murabahah
3. Untuk mengatahui perbedaan syirkah, Mudarabah dan murabahah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SYIRKAH
1. Pengertian Syirkah
Secara bahasa kata syirkah berarti al-ikhtilath (pencampuran) dan persekutuan.
Yang dimaksud dengan pencampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya
dengan harta orang lain sehingga sulit untuk membedakannya.
Banyak definisi syirkah, salah satunya menurut para fuqaha mendefinisikan syirkah
adalah sebagai akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan. Definisi yang dikemukakan oleh Malikiyyah memberikan pemahaman
bahwa syirkah adalah kesepakatan antara dua orang yang mempunyai harta untuk
mentasarrufkan (mendayagunakan) harta tersebut secara bersama-sama, keduanya
mencampurkan harta yang mau dikelola bersama.
Sedangkan versi Syafi’iyyah dan Hanabilah penjelasan pengertian syirkah lebih
menekankan pada kewenangan yang dimiliki oleh pihak yang berserikat terhadap
sesuatu yang disepakati. Mereka tidak secara jelas mengungkapkan tentang objek
syirkah tersebut, bisa jadi yang disepakati itu perserikatan modal, bisa juga perserikatan
kerja. Adapun menurut Hanafiyah syirkah adalah kesepakatan (akad) antara orang-
orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan. Definisi ini tidak membatasi
jumlah orang yang bekerjasama, akan tetapi definisi ini hanya membatasi syirkah
dalam permodalan untuk mendapatkan keuntungan.
Ketiga definisi yang dikemukakan ulama di atas secara substansi syirkah tidak ada
perbedaan yaitu kerjasama dalam pengelolaan harta atau kerja untuk mendapat
keuntungan yang kemudian dibagi sesuai kesepakatan. Dalam kompilasi Hukum
Ekonomi Syari’ah, syirkah (musyarakah) adalah kerjasama antara dua orang atau lebih
dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.1
Jika dilihat dari tiga definisi diatas sesungguhnya perbedaan hanya bersifat
redaksional, namun secara esensial prinsipnya sama yaitu bentuk kerja sama antara dua

1
Miti Yarmunida, “Eksistensi Syirkah Kontemporer” (n.d.).

2
orang atau lebih dalam sebuah usaha dan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya
ditanggung secara bersama.

2. Penerapan syirkah dalam Lembaga keuangan syariah


Penerapan syirkah dalam Lembaga keuangan syariah memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak
bertentangan dengan syariah.
b. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana musyarakah,
dengan ketentuan: Dapat berupa uang tunai atau aset yang likuid. Dana yang
tertimbun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi dana usaha.

Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakan akad


kerjasama pembiayaan antara bank syariah (Islamic Banking), atau beberapa
keuangan secara bersama-sama, dan nasabah untuk mengelola suatu kegiatan
usaha. Masing-masing memasukkan penyertaan dana sesuai porsi yang
disepakati. Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada nasabah. Selaku
pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai
perkembangan usaha kepada bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu,
pemilik dana dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.

Pembiayaan syirkah dalam dunia perbankan syariah anatara lain adalah


sebagai berikut:
a. Pembiayaan dalam modal kerja; dapat dialokasikan untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang konstruksi, industri, perdagangan, dan jasa.
b. Pembiayaan investasi; dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri.
c. Pembiayaan secara indikasi; baik untuk kepentingan modal kerja maupun
investasi.2

2
Imam mustofa “Fiqih Mu’amalah Kontemporer”

3
B. MUDHARABAH
1. Pengertian
Mudharabah adalah memberikan modal dari seseorang kepada orang lain untuk
modal usaha, sedangkan keuntungan untuk keduanya menurut perdamaian (perjanjian)
antara keduanya sewaktu akad, dibagi dua atau dibagi tiga seumpamanya.3
Mudharabah juga di definisikan sebagai akad kerjasama antara dua pihak, yaitu
pihak pertama yang menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi,
kerugian tersebut akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola,
pengelola bertanggung jawab mengatasinya.4
Akad mudharabah merupakan akad kerjasama antara pemilik modal dan pengelola,
dimana keuntungan dan kerugian akan dibagi bersama menurut kesepakatan. Akad ini
merupakan akad yang sangat baik untuk digunakan untuk pengembangan usaha,
dimana nanti adanya kerjasama dalam pengelolaan usaha yang dimiliki masyarakat.
Sinergiritas inilah yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha, dimana lembaga keuangan
juga harus terlibat langsung dalam pengembangan usaha yang dimiliki masyarakat.
Anya saja, banyak masyarakat yang tidak dapat memenuhi apa yang telah disyaratkan
lembaga keuangan syariah kepada masyarakat, seperti memberikan laporan keuangan
setiap bulannya, guna untuk melihat keuntungan atau kerugian yang telah didapatkan
pengusaha.5

2. Penerapan mudharabah dalam Lembaga keuangan syariah


a. Pengertian (dalam Konteks Pembiayaan)
1) Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan nisbah yang telah
disepakati dan pada akhir periode kerja sama nasabah harus mengembalikan
semua modal usaha lembaga keuangan.

3
H.Sulaiman Rasjid, FIQIH ISLAM (Hukum fiqih Islam), hlm. 299-300
4
Mia Lasmi Wardiah, Dasar-dasar Perbankan, hlm.95
5
Konsep Dan et al., “Konsep Dan Aplikasi Akad” (2010): 69–78.

4
2) Dalam hal terjadi kerugian, maka akan menjadi tanggungan lembaga
keuangan, kecuali bila kerugian diakibatkan oleh kelalaian nasabah. Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, lembaga keuangan harus
memahami karateristik risiko usaha tersebut dan kerja sama dengan nasabah
untuk mengatasi berbagai masalah
b. Aplikasi (dalam Konteks Pembiayaan)
1) Pembiayaan modal kerja; modal bagi perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri, perdagangan, dan jasa.
2) Pembiayaan investasi; untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva tetap
dan sebagainya.
3) Pembiayaan investasi khusus; bank bertindak dan memosisikan diri sebagai
arranger yang mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti yayasan
dan lembaga keuangan non-bank, dengan pengusaha yang memerlukan.

c. Praktik Pembiayaan Mudharabah


Penempatan dana dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad jual beli
maupun syirkahatau kerja sama bagi hasil. Jika pembiayaan berakad jual beli
(bai’bil tsaman al-ajiil dan murabahah),maka bank akan mendapatkan margin
keuntungan. Pembagiannya tidak begitu rumit. Namun, jika pembiayaan berkaitan
dengan akad syirkah (musyarakah dan mudharabah), maka pembiayaan ini
membutuhkan perhitungan-perhitungan yang cukup njlimet.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak dalam
pembiayaanmudharabah (bagi hasil), yaitu
1) nisbah bagi hasil yang disepakati,
2) tingkat keuntungan bisnis aktual yang didapat.

Oleh karena itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana akan melakukan
perhitungan nisbah yang ada dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan. Akad
ini biasa digunakan dalam usaha pengembangan UMKM, dan perbankan syariah.

d. aplikasi mudharabah di perbankan syariah

5
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan.6
Al-mudharabah diterapkan pada:
1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya;
2) Deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah
khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja;
3) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;
4) Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah diterapkan oleh shahibul maal.

C. MURABAHAH
1. Pengertian
Pengertian murabahah secara bahasa adalah mengambil keuntungan yang
disepakati. Bai‟ murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam bai‟ murabahah penjual harus memberitahu harga
produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.7
Dibawah ini defenisi tentang murabahah menurut pendapat para ekonom muslim yaitu
a. Muhammad Syafi‟i Antonio: Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus
memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan tingkat keuntungan yang
disepakati.
b. Menurut Adiwarman A. Karim: Murabahah adalah transaksi jual beli dimana
Bank menyebutkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
dari pemasok ditambah keuntungan (margin).

6
Dr. Muhammad Syafi‟i Antonio, M.Ec, Bank Syariah dari teori ke praktek,(Depok, Gema Insani bekerja sama
dengan Tazkia Cendekia: 2011) cet ke-17, h. 97
7
Dan et al., “Konsep Dan Aplikasi Akad.”

6
Murabahah dalam istilah fiqh merupakan suatu bentuk jual beli tertentu
ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang (al-tsaman al-awwal) dan
tingkat keuntungan yang diinginkan. Murabahah masuk kategori jual beli
muthlaq dan jual beli amanat. Ia disebut jual beli muthlaq karena obyek akadnya
adalah barang dan uang. Sedangkan ia termasuk kategori jual beli amanat karena
dalam proses transaksinya penjual diharuskan dengan jujur menyampaikan
harga perolehan dan keuntungan yang diambil ketika akad.

Kesimpulan Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan


harga perolehan dan memperoleh keuntungan (margin) yang disepakati oleh
penjual dan pembeli dan tidak dapat berubah selama berlakunya akad

2. Aplikasi murabahah di perbankan syariah


ketentuan murâbahah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut:
a. Pertama, bank dan nasabah harus melakukan akad murâbahah yang bebas
riba.
b. Kedua, Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
c. Ketiga, bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
d. Keempat, bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Kelima, bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
f. Keenam, bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam
kaitan ini, Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g. Ketujuh, Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h. Kedelapan, Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.

7
i. Kesembilan, Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murâbahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

3. Penggunaan pembiayaan murabahah di perbankan syariah


Mekanisme pembiayaan murâbahah dapat digunakan untuk pengadaan barang,
modal kerja, pembangunan rumah, dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh aplikasi
mekanisme pembiayaan murâbahah dalam perbankan syariah.
a. Pertama, pengadaan barang transaksi ini dilakukan oleh bank syariah dengan
prinsip jual beli murâbahah, seperti pengadaan sepeda motor, kulkas, kebutuhan
barang untuk investasi untuk pabrik dan sejenisnya.
b. Kedua, modal kerja (Modal Kerja Barang) Penyediaan barang persediaan untuk
modal kerja dapat dilakukan dengan prinsip jual beli murâbahah. Akan tetapi,
transaksi ini hanya berlaku sekali putus, bukan satu akad dengan pembelian
barang berulang-ulang. Sebenarnya, penyediaan modal kerja berupa uang tidak
terlalu tepat menggunakan prinsip jual beli murâbahah. Transaksi pembiayaan
modal kerja dalam bentuk barang atau uang lebih tepat menggunakan prinsip
murâbahah (bagi hasil) atau musyârakah (penyertaan modal). Karena, jika
pembiayaan modal kerja dalam bentuk uang menggunakan mekanisme
murâbahah, maka transaksi ini sama dengan consumer finance (pembiayaan
konsumen) dalam bank konvesional yang mengandung usur bunga. Transaksi
dalam consumer finance menggunakan pinjam meminjam uang dan dalam
murâbahah menggunakan transaksi jual beli.
c. Ketiga, Renovasi Rumah (Pengadaan Material Renovasi Rumah). Pengadaan
material renovasi rumah dapat menggunakan mekanisme jual beli murâbahah.
Barang-barang yang diperjualbelikan adalah segala bentuk barang yang
dibutuhkan untuk renovasi rumah, seperti bata merah, genteng, cat, kayu dan
lain-lain. Transaksi dalam pembiayaan ini hanya berlaku sekali putus, tidak satu
akad dilakukan berulang-ulang.

8
D. PERBEDAAN SYIRKAH, MUDHARABAH, DAN MURABAHAH
Perbedaan syirkah dan mudharabah
1. Didalam syirkah semua memiliki kontribusi yang sama di dalam usaha, sedangkan
didalam mudharabah terdapat pemilik modal, dan pengelola modal.
2. Modal didalam syirkah berwujud barang, sedangkan didalam mudharabah di haruskan
berupa uang.
3. Kerugian di dalam syirkah ditanggung Bersama, sedangkan didalam mudharabah
kerugian di tanggung pemilik modal

Perbedaan mudharabah dan murabahah

Akad mudharabah adalah akad jual beli dengan harga perolehan ditambah
keuntungan, sehingga adanya transparansi antara penjual dan pembeli. Seringkali akad
murabhahah dengan mudharabah dianggap sama, namun sebenarnya keduanya merupakan
hal yang sangat berbeda. Perbedaannya bisa dilihat dari konsep perjanjian dan penetapan
laba.

Bila melihat dari pengertiannya, akad murabahah adalah akad transparansi dan
harga beli antara penjual dan pembeli. Sementara akad mudharabah yakni akad kerja sama
antara pemilik modal dengan pelaku usaha yang memiliki kemampuan dalam mengelola
bisnis secara produktif dan halal. Selain itu, konsep penentuan laba pada murabahah adalah
ditetapkan di awal dengan kesepakatan. Sedangkan, imbal hasil mudharabah dari usaha
tersebut akan di bagi antara pemodal dan pelaku setelah diketahui hasil usaha.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal
permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
Akad mudharabah merupakan akad kerjasama antara pemilik modal dan
pengelola, dimana keuntungan dan kerugian akan dibagi bersama menurut
kesepakatan
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan memperoleh keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli dan tidak dapat berubah selama berlakunya akad
Perbedaan dari syirkah, mudharabah dan murabahah adalah konsep
penentuan laba pada murabahah adalah ditetapkan di awal dengan kesepakatan.
Sedangkan, imbal hasil mudharabah dari usaha tersebut akan di bagi antara
pemodal dan pelaku setelah diketahui hasil usaha. Kerugian di dalam syirkah
ditanggung Bersama, sedangkan didalam mudharabah kerugian di tanggung
pemilik modal

B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dri kesempurnaan, penulis akan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik dari kawan-kawan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dan, Konsep, Aplikasi Akad, Abstrak Konsep, Akad Murâbahah, and Indonesia Murâbahah.
“Konsep Dan Aplikasi Akad” (2010): 69–78.

Dr. Muhammad Syafi‟i Antonio, M.Ec, Bank Syariah dari teori ke praktek,(Depok, Gema Insani
bekerja sama dengan Tazkia Cendekia: 2011) cet ke-17, h. 97

H.Sulaiman Rasjid, "FIQIH ISLAM (Hukum fiqih Islam)", hlm. 299-300

Imam mustofa “Fiqih Mu’amalah Kontemporer”

Mia Lasmi Wardiah, "Dasar-dasar Perbankan", hlm.95

Yarmunida, Miti. “Eksistensi Syirkah Kontemporer” (n.d.).

11

Anda mungkin juga menyukai